PENERAPAN METODE GROUP INVESTIGATION DENGAN MEDIA KONKRET DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS V SDN 3 DOROWATI TAHUN AJARAN 2014/2015 Umi Muslikhatun 1, Triyono 2, Ngatman 3 1 Mahasiswa PGSD FKIP UNS, 2, 3 Dosen PGSD FKIP UNS PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Kepodang 67A Panjer, Kebumen E-mail: umiilika@gmail.com Abstract: Application of Group Investigation Method with Concrete Media in Improving Natural Science in 5 th Grade Students of Elementary School. The objectives of the research are: to describe the steps of model Group Investigation type using media concrete, to improve Natural Science learning, and to describe its problems and solutions. This research is a collaborative Classroom Action Research (CAR) conducted in three cycles. Each cycle consisted of planning, implementation, observation, and reflection. Subjects of this research were 20 fifth grade students of SDN 3 Dorowati. The results of the research show that the application of Group Investigation method using concrete media that implemented with appropriate procedure can improve Natural Science learning for the five grade students. Keywords: Group Investigation, concrete media, Natural Science Abstrak: Penerapan Metode Group Investigation dengan Media Konkret dalam Peningkatan Pembelajaran IPA pada Siswa Kelas V SD. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan langkah-langkah penerapan metode Group Investigation dengan media konkret, meningkatkan pembelajaran IPA, dan mendeskripsikan kendala serta solusinya. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) kolaboratif dengan tiga siklus. Tiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitiannya adalah siswa kelas V SDN 3 Dorowati dengan jumlah 20 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan media konkret yang dilaksanakan sesuai langkah yang tepat dapat meningkatkan pembelajaran IPA pada siswa kelas V SD. Kata Kunci: Group Investigation, media konkret, pembelajaran IPA. PENDAHULUAN Pendidikan memiliki peranan penting dalam mengembangkan aspek fisik, intelektual, religius, moral, sosial, emosi, pengetahuan, dan pengalaman peserta didik. Pendidikan memberikan bekal kepada seseorang melalui pengetahuan umum dan khusus sehingga kemampuan intelektualnya dapat berkembang optimal (Suharjo, 2006: 1). Menurut Webster s (Iskandar, 2001: 2), Ilmu Pengetahuan Alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan-bantuan dan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsipprinsip, teori-teori, dan hipotesishipotesis. Dalam IPA terkandung nilainilai sebagai berikut: (a) nilai praktis, (b) nilai intelektual, (c) nilai sosialbudaya-ekonomi-politik, (d) nilai kependidikan dan (e) nilai keagamaan (Trianto, 2011: 139-140). 502
KALAM CENDEKIA, Volume 3, Nomor 5.1, hlm. 502 506 503 Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan guru kelas V SD Negeri 3 Dorowati, diketahui bahwa banyak siswa yang masih mengalami kesulitan belajar, terutama tentang pemahaman konsep dalam Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Hal ini dikarenakan pembelajaran yang dilaksanakan sering kali hanya menekankan pada teori dan konsep-konsep tanpa menerapkan dalam kehidupan seharihari yang merupakan komponen dalam melatih pemecahan masalah. Siswa harus menghafalkan banyak materi yang ada. Tidak heran jika siswa merasa kesulitan. Kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan belum optimal, dengan hasil Ulangan Tengah Semester (UTS) mata pelajaran IPA banyak yang belum memenuhi KKM. Persentase ketuntasan 25%. Berdasarkan kondisi tersebut ternyata proses dan hasil belajar yang belum optimal selain disebabkan oleh siswa, juga disebabkan oleh guru yang kurang variatif dalam pemilihan model pembelajaran. Alternatif yang ditawarkan untuk mengatasi masalah tersebut adalah pembelajaran menggunakan model kooperatif. Menurut Isjoni (2011: 23) pembelajaran kooperatif adalah suatu model untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Berdasarkan kondisi serta alternatif yang dipaparkan, peneliti bermaksud menggunakan metode Group Investigation. Hal ini karena siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran dan memungkinkan siswa untuk belajar mandiri. Menurut Sharan dan Sharan (1992), model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation merupakan perencanaan pengaturan kelas yang umum dimana para siswa bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, perencanaan dan proyek kooperatif. Suprijono (2009: 93) menjelaskan langkah-langkah metode Group Investigation sebagai berikut: (1) pembagian kelompok, (2) guru dan peserta didik memilih topik-topik tertentu, (3) peserta didik dan guru menentukan metode penelitian untuk memecahkan masalah, (4) setiap kelompok bekerja berdasarkan metode investigasi yang telah dirumuskan, (5) presentasi hasil oleh masing-masing kelompok, (6) evaluasi. Menurut Anitah, dkk. (2009: 6.28) media realia merupakan alat bantu visual dalam pembelajaran yang berfungsi memberikan pengalaman secara langsung kepada para siswa (direct experience). Menurut Suharjo (2006: 110), benda nyata dapat digolongkan menjadi dua yaitu objek (semua benda yang masih dalam keadaan asli, seperti di mana ia hidup/ berada) dan benda/barang contoh (sebagian dari benda asli yang digunakan sebagai contoh). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa langkahlangkah penggunaan metode Group Investigation dengan media konkret pada penelitian ini sebagai berikut: (1) guru menjelaskan materi dan memberikan topik permasalahan, (2) pembentukan kelompok siswa oleh guru secara heterogen, (3) siswa menyeleksi topik permasalahan yang diberikan guru, (4) siswa merencanakan penelitian berdasarkan topik yang dipilih, (5) siswa melaksanakan penelitian berdasarkan rencana yang telah dibuat, (6) siswa menganalisis dan menyintesis hasil penelitian, (7) siswa mempresentasikan hasil penelitian, dan (8) pemberian evaluasi oleh guru.
504 Penerapan Metode Group Investigation dengan Media Konkret Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: (1) Bagaimanakah dengan media konkret? (2) bagaimanakah peningkatan pem-belajaran IPA? (3) Apa kendala dan solusinya? Tujuan penelitian ini adalah: (1) mendeskripsikan langkah-langkah metode konkret, (2) mendeskripsikan peningkatan pembelajaran IPA, (3) mengidentifikasi kendala dan solusi penerapan metode. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di SDN 3 Dorowati. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 3 Dorowati. yang berjumlah 20 siswa dengan rincian 11 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan. Alat pengumpulan data yaitu instrumen tes yang berupa soal evaluasi yang dikerjakan secara tertulis dan instrumen non tes yakni lembar observasi dan pedoman wawancara. Sugiyono (2013) berpendapat tiga langkah pengolahan data kualitatif yakni reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Pelaksana tindakan dalam penelitian ini adalah guru kelas V SDN 3 Dorowati. Observer dalam penelitian ini adalah peneliti dan dua orang teman sejawat. Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif yang dilaksanakan melalui empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. (Arikunto, 2010:137). Tindakan dilaksanakan dalam tiga siklus dan tiap siklus terdiri dari dua pertemuan. HASIL DAN PEMBAHASAN Penerapan metode Group Investigation dengan media konkret dalam peningkatan pembelajaran IPA dilaksanakan melalui delapan tahap, yaitu: (1) guru menjelaskan materi dan memberikan topik permasalahan, (2) pembentukan kelompok siswa oleh guru secara hetero-gen, (3) siswa menyeleksi topik permasalahan yang diberikan oleh guru, (4) siswa merencanakan penelitian berdasarkan topik yang dipilih, (5) siswa melaksanakan penelitian berdasarkan rencana yang telah dibuat, (6) siswa menganalisis dan menyintesis hasil penelitian, (7) siswa menyajikan presentasi hasil penelitian, dan (8) pemberian evaluasi oleh guru. Data hasil observasi terhadap kinerja guru dan respon siswa yang dilakukan oleh ketiga observer tentang dengan media konkret dalam pembelajaran IPA pada siklus I, II, dan III adalah sebagai berikut: Tabel 1. Hasil Observasi Guru dan Siswa Siklus I, II, III Siklus Persentase Hasil Observasi Guru Siswa Siklus I 75,70% 75,70% Siklus II 82,30% 82,30% Siklus III 87,50% 87,85% Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa kinerja guru dan respon siswa dalam penerapan metode Group Investigation dengan media konkret dalam peningkatan pembelajaran IPA mengalami peningkatan pada tiap siklusnya. Hal ini dibuktikan dengan persentase hasil observasi guru pada siklus I mencapai 75,70% mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 82,30% dan mengalami peningkatan pada siklus III menjadi 87,50%. Adapun hasil observasi terhadap respon siswa pada siklus I mencapai 75,70%, siklus II menjadi 82,30% dan mengalami peningkatan pada siklus III menjadi 87,50%. Berdasarkan data tersebut disimpulkan bahwa kinerja guru dan respon siswa sangat baik. Persentase ketuntasan pembelajaran IPA yang meliputi proses dan
KALAM CENDEKIA, Volume 3, Nomor 5.1, hlm. 502 506 505 hasil belajar pada siklus I, II dan III dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Perbandingan Hasil tes Tertulis Siklus I, II, III Siklus Ketuntasan Hasil Belajar Tuntas BelumTuntas Siklus I 72,50% 27,50% Siklus II 82,50% 17,50% Siklus III 92,50% 7,50% Berdasarkan tabel 2, dapat diketahui bahwa hasil persentase ketuntasan pembelajaran IPA pada siklus I 72,50%, siklusii 82,50%, dan siklus III mencapai 92,50%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persentase ketuntasan pembelajaran IPA mengalami peningkatan dari siklus I sampai siklus III. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian dan pembahasan tentang penerapan metode konkret dalam peningkatan pembelajaran IPA siswa kelas V SDN 3 Dorowati tahun ajaran 2014/2015 dapat disimpulkan bahwa: (1) Penerapan metode konkret dalam peningkatan pembelajaran IPA dilaksanakan melalui delapan tahap, yaitu: (a) guru menjelaskan materi dan memberikan topik permasalahan, (b) pembentukan kelompok siswa oleh guru secara heterogen, (c) siswa menyeleksi topik permasalahan yang diberikan oleh guru, (d) siswa merencanakan penelitian berdasarkan topik yang dipilih, (e) siswa melaksanakan penelitian berdasarkan rencana yang telah dibuat, (f) siswa menganalisis dan menyintesis hasil penelitian, (g) siswa menyajikan presentasi hasil penelitian, dan (h) pemberian evaluasi oleh guru. Persentase ketuntasan pada siklus I adalah 72,50%, pada siklus II meningkat menjadi 82,50%, dan pada siklus III menjadi 92,50%. Dengan demikian terbukti bahwa penerapan metode Group Investi-gation dengan media konkret dapat meningkatkan pembelajaran IPA siswa kelas V SDN 3 Dorowati tahun ajaran 2014/2015. Peneliti memberikan beberapa saran agar kualitas pembelajaran meningkat, yaitu (1) bagi sekolah, dengan media konkret dapat dijadikan sebagai alternatif dalam meningkatkan partisipasi siswa dalam belajar, (2) bagi guru dengan media konkret dihrapkan dapat mendorong guru agar menggunakan model pembelajaran yang bervariasi, (3) bagi siswa, hendaknya memperhatikan penjelasan guru dengan sungguh-sungguh, dan (4) bagi peneliti, peneliti dapat menerapkan metode ini pada mata pelajaran lain dan jenjang kelas yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Isjoni. (2009). Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Iskandar, S.M. (2001). Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Bandung: CV. Maulana. Suharjo. (2006). Mengenal Pendidikan Sekolah Dasar, Teori dan Praktek. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional. Suprijono, A. (2009). Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Jaya. Trianto. (2011). Model Pembelajaran Terpadu: Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.
506 Penerapan Metode Group Investigation dengan Media Konkret Anitah, S. (2009). Teknologi Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka. Sugiyono (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.