WALIKOTA BANJARMASIN

dokumen-dokumen yang mirip
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR KETERTIBAN UMUM DAN KETENTERAMAN MASYARAKAT SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 26 TAHUN 2014

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG

PENEGAKAN PERATURAN DAERAH, PEMBINAAN TRANTIBUM DAN LINMAS TRANTIBUM DAN LINMAS. Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Lamongan

LAMPIRAN : PERATURAN WALIKOTA PADANG N O M O R T A H U N T A N G G A L. A. Pendahuluan

GUBERNUR SUMATERA UTARA

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 27 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA KEDIRI

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR : 25 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI RIAU

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 45 Tahun 2016 Seri E Nomor 33 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 45 TAHUN 2016 TENTANG

Awal dibentuknya adalah untuk mengembalikan wibawa pemerintah daerah yang carut marut karena kondisi Pemerintahan Republik Indonesia yang masih belia.

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETERTIBAN UMUM DAN KETENTERAMAN MASYARAKAT

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PROSEDUR TETAP OPERASIONAL SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BADUNG

bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja Satuan Polisi Pamong Praja agar berdayaguna dan

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN PROPINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENTERAMAN, KETERTIBAN UMUM DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PROSEDUR TETAP OPERASIONAL SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

RANCANGAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA TASIKMALAYA

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2008 NOMOR : 9 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2006 NOMOR 4 SERI D

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

SALINAN. Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

PEMERINTAH KOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 06 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

BUPATI CILACAP PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG SEKRETARIAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PROSEDUR TETAP OPERASIONAL SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PELAKSANAAN PEMBEBANAN BIAYA PAKSAAN PENEGAKAN HUKUM

Satuan Kerja : Satuan Polisi Pamong Praja

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 55 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA KEDIRI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

WALIKOTA BUKITTINGGI

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PROSEDUR TETAP OPERASIONAL SATUAN POLISI PAMONG PRAJA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 58 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA TASIKMALAYA,

- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 30 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA MADIUN No Jabatan Tugas :

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2018 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 5 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 057 TAHUN 2017

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

LAMPIRAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN BANYUWANGI

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

WALIKOTA MADIUN PERATURAN WALIKOTA MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2013 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA WALIKOTA MADIUN,

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH KOTA KEDIRI KEDIRI KEDIRI

TUGAS DAN FUNGSI SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DAN PEMADAM KEBAKARAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG

PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 90 TAHUN 2016 TENTANG

DALAM DAERAH KABUPATEN BERAU.

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

TAHUN : 2005 NOMOR : 04

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 91 TAHUN : 2008 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 10 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

WALIKOTA TASIKMALAYA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

KOTA SERI : NOMOR BEKASI TENTANG PROSEDUR. Menimbang : b. bahwaa. dan

BUPATI SUMBAWA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEJABAT PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MADIUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI JAWA TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI LEMBAGA TEKNIS DAERAH KOTA BENGKULU

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BERAU

Transkripsi:

! WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 3$ TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SATUAN POLISI PAMONG PRAJA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, ~ Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan kondisi daerah yang aman, tentram dan tertib serta guna menciptakan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kegiatan masyarakat yang kondusif, perlu meningkatkan kinerja Satuan Polisi Pamong Praja; b. bahwa agar pelaksanaan tugas Satuan Polisi Pamong Praja dapat berdayaguna dan berhasil guna secara optimal, perlu ada pedoman prosedur tetap operasional Satuan Polisi Pamong Praja dimaksud; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, maka perlu menetapkan Peraturan Walikota Banjarmasin tentang Standar Operasional Prosedur Satuan Polisi Pamong Praja; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang- Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820); 2. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); 3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); 4. Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

w 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara republic Indonesia Tahun 2015 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5657); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5094); 8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 32); 9. Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 12 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Kota Banjarmasin (Lembaran Daerah Kota Banjarmasin Tahun 2008 Nomor 12); 10. Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Banjarmasin (Lembaran Daerah Kota Banjarmasin Tahun 2011 Nomor 28, Tambahan Lembaran Daerah Kota Banjarmasin Nomor 23), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 25 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Banjarmasin (Lembaran Daerah Kota Banjarmasin Tahun 2014 Nomor 25); 11. Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 3 Tahun 2014 tentang Pokok- Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Banjarmasin Tahun 2014 Nomor 3); 12. Peraturan Daerah Kota Banjarmasin Nomor 32 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015 (Lembaran Daerah Tahun 2013 Nomor 21); Menetapkan MEMUTUSKAN : : PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN TENTANG PETUNJUK TEKNIS STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SATUAN POLISI PAMONG PRAJA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Walikota ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adaiah Kota Banjarmasin. 2. Pemerintah Daerah adaiah Pemerintah Kota Banjarmasin. 3. Walikota adaiah Walikota Banjarmasin. Kaaubbag. Pernndangan Kabag. Himn KepiliSKPD i._j

4. Satuan Polisi Pamong Praja yang selanjutnya disebut Satpol PP adaiah perangkat Pemerintah Daerah dalam memelihara dan menyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat serta menegakan peraturan daerah, peraturan kepala daerah dan keputusan kepala daerah. 5. Standar Operasional Prosedur Satpol PP yang selanjutnya disebut SOP Satpol PP adaiah prosedur bagi aparat Polisi Pamong Praja dalam rangka meningkatkan kesadaran dalam melaksanakan tugas menegakan peraturan daerah dalam rangka meningkatkan kesadaran dan ketaatan masyarakat, aparat serta badan hukum terhadap peraturan daerah, peraturan kepala daerah dan keputusan kepala daerah serta penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. Pasal 2 Maksud SOP Satpol PP sebagai pedoman bagi Satpol PP dalam melaksanakan tugas untuk meningkatkan kepatuhan dan dan ketaatan masyarakat, aparat serta badan hukum terhadap peraturan daerah, peraturan kepala daerah dan keputusan kepala daerah serta penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. BAB II STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR Pasal 3 Polisi Pamong Praja dalam melaksanakan tugas operasional sesuai dengan SOP Satpol PP. Pasal 4 (1) SOP Satpol PP meliputi; a. Standar Operasional Prosedur penegakan peraturan daerah; b. Standar Operasional Prosedur ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; c. Standar Operasional Prosedur pelaksanaan penanganan unjuk rasa dan kerusuhan massa; d. Standar Operasional Prosedur pelaksanaan pengawalan pejabat/orang-orang penting e. Standar Operasional Prosedur pelaksanaan tempat-tempat penting; f. Standar Operasional Prosedur pelaksanaan operasional patroli; O* (2) SOP Satpol PP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 tercantum dalam lampiran sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini. BAB III PENDANAAN Pasal 5 Pendanaan SOP Satpol PP dalam melaksanakan tugas operasional sesuai dengan prosedur tetap dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Kxiubbag. Perandaagao 4 KabaeUukum

LAMPIRAN KEPUTUSAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KOTA BANJARMASIN PETUNJUK TEKNIS STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SATUAN POLISI PAMONG PRAJA I. PENEGAKAN PERATURAN DAERAH 1. Ruang Lingkup; a. Melakukan pengarahan kepada masyarakat dan badan hukum yang melanggar Peraturan Daerah b. Melakukan pembinaan dan atau sosialisasi kepada masyarakat dan badan hukum c. Penindakan non yustisial d. Penindakan yustisial 2. Ketentuan Umum a. Mempunyai landasan hukum b. Tidak melanggar HAM c. Dilaksanakan sesuai prosedur d. Tidak menimbulkan korban pada pihak manapun. 3. Pengarahan agar masyarakat dan badan hukum mentaati dan mematuhi peraturan daerah. O 4. Pembinaan dan sosialisasi; a. Melakukan pendekatan kepada masyarakat dan badan hukum yang melanggar peraturan daerah b. Pembinaan perorangan, dilakukan dengan cara mendatangi kepada masyarakat dan badan hukum yang melanggar peraturan daerah untuk diberitahu arti pentingnya kesadaran dan kepatuhan terahadap peraturan daerah c. Pembinaan kelompok dilakukan dengan cara mengundang, mengumpulkan masyarakat dan badan hukum yang melanggar peraturan daerah untuk diberitahu arti pentingnya kesadaran dan kepatuhan terahadap peraturan daerah 5. Penindakan non yustisial; a. Surat teguran pertama, dengan tegang waktu 7 (tujuh) hari b. Surat teguran kedua, dengan tegang waktu 3 (tiga) hari c. Surat teguran ketiga, dengan tegang waktu 3 (tiga) hari Apabila tidak melaksanakan dan atau mengingkari surat teguran tersebut akan dilakukan penertiban dengan Penutupan, penyitaan, pembongkaran dan penyegelan.

Apabila pelanggaran sudah dilakukan secara berulang-ulang, maka tidak diperlukan lagi protap pemberian surat teguran. Tindakkan langsung dilakukan secara paksa dengan Penutupan, penyitaan, pembongkaran dan penyegelan. 6. Penindakan Yustisial; a. Surat teguran pertama, dengan tegang waktu 7 (tujuh) hari b. Surat teguran kedua, dengan tegang waktu 3 (tiga) hari c. Surat teguran ketiga, dengan tegang waktu 3 (tiga) hari Apabila tidak melaksanakan dan atau mengingkari surat teguran tersebut akan dilaporkan kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) untuk dilakukan proses sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku. II. KETERTIBAN UMUM DAN KETENTRAMAN MASYARAKAT 1. Ruang Lingkup penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat terdiri dari pembinaan dan operasi penertiban umum dan ketentraman masyarakat yang menjadi kewenangan Satpol PP antara lain : J a) Tertib Tata Ruang b) Tertib Jalan c) Tertib Angkutan Jalan dan Angkutan Sungai d) Tertib Jalur Hijau, Taman dan Tempat Umum e) Tertib Sungai, Saluran, Kolam dan Pinggir Sungai f) Tertib Lingkungan g) Tertib Tempat Usaha dan Usaha Tertentu h) Tertib Bangunan i) Tertib Sosial j) Tertib Kesehatan k) Tertib Tempat Hiburan dan Keramaian I) Tertib Peran Serta Masyarakat m) Ketentuan lain sepanjang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah. 2. Ketentuan Pelaksanaan Persyaratan yang hams dimiliki oleh setiap petugas pembina ketentraman dan ketertiban umum adaiah: 1) Setiap petugas harus memiliki wawasan dan ilmu pengetahuan tentang dasar- O* dasar ilmu pembinaan/penyuluhan terutama pengetahuan tentang berbagai bentuk Peraturan Daerah dan Peraturan Perundangan lainnya. 2) Dapat menyampaikan maksud dan tujuan dengan bahasa indonesia yang baik dan benar dapat juga dengan bahasa daerah setempat. 3) Menguasai teknik penyampaian informasi dan teknik presentasi yang baik. 4) Berwibawa, penuh percaya diri dan tanggung jawab yang tinggi. 5) Setiap petugas harus dapat menarik simpati masyarakat. 6) Sanggup menerima saran dan kritik masyarakat serta mampu mengidentifikasi masalah juga dapat memberikan altematif pemecahan masalah tanpa mengurangi tugas pokoknya.

7) Petugas pembina ketentraman dan ketertiban umum harus memiliki sifat: a. Ulet dan tahan uji b. Dapat memberikan jawaban yang memuaskan kepada semua pihak terutama yang menyangkut tugas pokoknya c. Mampu membaca situasi d. Memiliki suri tauladan dan dapat dicontoh oleh masyarakat e. Ramah, sopan, santun dan menghargai pendapat orang lain. 3. Perlengkapan dan Peralatan : a. Surat Perintah Tugas b. Kartu Tanda Anggota Resmi c. Perlengkapan pakaian yang digunakan d. Kendaraan operasional terdiri dari roda 4 atau lebih dan roda dua guna memberikan pembinaan dan penertiban terhadap anggota masyarakat yang ditetapkan sebagai sasaran. e. Perlengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) f. Alat Perlindungan diri seperti topi lapangan / helm dan pentungan g. Alat-alat kelengkapan lain yang mendukung kelancaran pembinaan ketentraman dan ketertiban umum 4. Teknis Operasional a. Memberikan teguran kepada orang/badan hokum yang melanggar ketertiban umum dan ketentraman masyarakat b. Memberikan Surat Peringatan Pertama dalam waktu 7 (tujuh) hari agar orang/badan hukum tersebut untuk menertibkan sendiri setelah diberikan teguran belum diindahkan. c. Memberikan Surat Peringatan Kedua dalam waktu 3 (tiga) hari agar orang/badan hokum tersebut untuk menertibkan sendiri. d. Memberikan Surat Peringatan Ketiga dalam waktu 1 (satu) hari agar orang/badan hukum tersebut untuk menertibkan sendiri. e. Apabila setelah surat peringatan ketiga tidak diindahkan maka dapat dilakukan tindakan penertiban secara paksa. 5. Standar Operasi Prosedur penertiban secara paksa: Pra Operasi Penertiban a. Memberitahukan kepada masyarakat dan badan hokum yang akan ditertibkan b. Melakukan perencanaan operasi penertiban dan berkoordinasi dengan pihak kepolisian, kecamatan, kelurahan, RT/RW serta masyarakat setempat c. Melakukan kegiatan pemantauan (kegiatan intelejen yang dilakukan oleh aparat Satpol PP sendiri maupun hasil koordinasi dengan Kelurahan, Kecamatan, Polsek dan Kodim). d. Hasil dari kegiatan pemantauan menjadi dasar untuk menentukan waktu dan saat yang dianggap tepat untuk melakukan kegiatan penertiban e. Hasil dari kegiatan pemantauan menjadi dasar untuk menentukan jumlah pasukan yang akan dikerahkan, sarana prasarana pendukung yang diperlukan, dan instansi yang terlibat serta pola operasi penertiban yang akan diterapkan.

f. Pimpinan Pasukan memberikan arahan kepada pasukan yang akan melakukan penertiban" 1. Bertindak tegas 2. Tidak bersikap arogan 3. Tidak melakukan pemukulan/kekerasan (body contact) 4. Menjunjung tinggi HAM 5. Mematuhi perintah pimpinan 6. Mempersiapkan kelengkapan sarana operasi berupa : - Pengecekan kendaraan - Kelengkapan pakaian seragam dan pelindungnya - Perlengkapan pertolongan pertama (P3K) - Penyiapan ambulance - Menghindari korban sekecil apapun 7 Kesiapan pasukan pendukung dari instansi terkait apabila kondisi lapangan terjad upaya penolakan dari orang/badan hokum yang berpotensi menimbulkan konflik dan kekerasan. Pada saat operasi penertiban : a. Membacakan/menyampaikan Surat Perintah Penertiban b. Melakukan penyitaan, penutupan/penyegelan dan pembongkaran c. Apabila ada upaya dari orang/badan hokum yang melakukan penolakan/perlawanan terhadap petugas, maka dilakukan upaya-upaya sebagai berikut: 1) Melakukan negosiasi dan memberikan pemahaman kepada orang/badan hokum tersebut. 2) Dapat menggunakan mediator (pihak ketiga) yang dianggap dapat menjembatani upaya penertiban 3) Apabila upaya negosiasi dan mediasi mengalami jalan buntu, maka petugas melakukan tindakan/upaya paksa penertiban (sebagai langkah terakhir) 4) Apabila menghadapi masyarakat/objek penertiban yang memberikan periawanan fisik dan tindakan anarkis maka langkah-langkah yang dilakukan adaiah: - Menahan diri untuk melakukan konsolidasi sambil memperhatikan perintah lebih lanjut - Mengamankan pihak yang memprovokasi - Melakukan tindakan bela diri untuk mencegah korban ke dua belah pihak. 5) Dalam upaya melakukan tindakan/upaya paksa oleh petugas mendapat periawanan dari orang/badan hokum serta masyarakat, maka : - Petugas tetap bersikap tegas untuk melakukan penertiban - Apabila periawanan dari masyarakat mengancam keselematan jiwa petugas serta berpotensi menimbulkan konflik yang lebih luas diadakan konsolidasi secepatnya dan menunggu perintah pimpinan lebih lanjut. - Komandan pasukan operasi penertiban, sesuai dengan situasi dan kondisi di lapangan berhak untuk melanjutkan atau menghentikan operasi penertiban.

- Melakukan advokasi dan bantuan hokum - Mengadakan evaluasi terhadap kegiatan yang telah dilakukan dan rencana tindak lanjut. III. PENANGANAN UNJUK RASA DAN KERUSUHAN MASSA 1 Ruang lingkup a. Unjuk rasa dalam keadaan damai Unjuk rasa dapat berupa demonstrasi, pawai, rapat umum ataupun mimbar bebas. Unjuk rasa umumnya telah diberitahukan teriebih dahulu kepada pihak Kepolisian selanjutnya dari pihak Kepolisian memberitahukan kepada Kepala Satuan Polisi Pamong Praja b. Kerusuhan Masa Keadaan yang dikategorikan kerusuhan masa adaiah : 1). Masa perusuh telah dinilai melakukan tindakan yang sangat mengganggu ketertiban umum serta melakukan kekerasan yang membahayakan keselamatan jiwa, harta dan benda antara lain : - Merusak fasilitas umum dan instansi pemerintah - Melakukan pembakaran benda-benda yang mengakibatkan terganggunya arus lalulintas - Melakukan kekerasan terhadap orang / masyarakat lain 2) Masa Perusuh menunjukan sikap dan tindakan yang melawan perintah petugas / aparat pengamanan antara lain : a. Melewati garis batas yang telah diberikan petugas b. Melakukan tindakan kekerasan / anarkhis kepada petugas pengamanan. 2 Pelaksanaan a. Penanganan unjuk rasa dalam keadaan damai 1). Persiapan: a) Menyiapkan Pakaian Dinas Lapangan (PDL) b) Menyiapkan perlengkapan yang diperlukan : - Perlengkapan perorangan, Helm, Pentungan, Borgol, Tamen dan dapat diperlengkapi dengan senjata api (sesuai peraturan yang berlaku) bagi yang mempunyai izm. - Kendaraan khusus dilengkapi dengan perlengkapan yang diperlukan. c) menyiapkan daftar tim yang bertugas dan Surat Perintah Pengamanan d) Komandan Operasi memberikan arahan singkat perihal: - Lokasi - Rute yang ditempuh - Situasi yang mungkin dihadapi - Tindakan yang dibenarkan untuk dilakukan

2). Pelaksanaan a) Koordinasi Kepala Satuan Polisi Pamong Praja melaporkan / memberitahukan kepada Walikota dan komandan operasi melakukan koordinasi dengan aparat pengamanan lainnya dilapangan seperti dengan pihak kepolisian dan aparat lainnya tentang: (1) Jumlah masa yang melakukan unjuk rasa (2) Rute yang akan dilalui (3) Kegiatan yang dibenarkan dilakukan pengunjuk rasa (4) Waktu yang disediakan (5) Lokasi unjuk rasa b) Isolasi (1) Anggota operasi Satuan Perlindungan Masyarakat bersama piha kepolisian untuk memisahkan pengunjuk rasa dengan penonton (2) Tidak dibenarkan melakukan tindakan paksa atau cara kekerasan (3) Anggota Satuan Perlindungan Masyarakat tetap dalam ikatan operasi c) Negosiasi dan penanganan (1) Anggota operasi Satuan Perlindungan Masyarakat bersama piha kepolisian untuk melakukan pengamanan (2) Tidak dibenarkan melakukan tindakan paksa atau cara kekerasan (3) Bertindak simpatik dan tetap berwibawa 3). Laporan Hasil Kegiatan a) Membuat laporan tertulis b) Membuat laporan langsung terhadap kejadian yang memeriukan tindak segera. 3 Penanganan Kerusuhan Massa a. Persiapan: 1) Menyiapkan Pakaian Dinas Lapangan (PDL) 2) Menyiapkan perlengkapan yang diperlukan : - Perlengkapan perorangan, Helm, Pentungan, Borgol, Tamen dan dapat diperlengkapi dengan senjata api (sesuai peraturan yang beriaku) bagi yang,, mempunyai izin. - Kendaraan khusus dilengkapi dengan perlengkapan yang diperlukan. a) menyiapkan daftar tim yang bertugas dan Surat Perintah Pengamanan b) Komandan Operasi memberikan arahan singkat perihal: - Lokasi - Rute yang ditempuh - Situasi yang mungkin dihadapi - Tindakan yang dibenarkan untuk dilakukan

3) Pelaksanaan a) Operasi melakukan koordinasi dengan pihak Kepolisian tentang langkahlangkah tindakan yang akan dilakukan b) Anggota Satpol PP yang sifatnya sebagai tenaga pendukung/bantuan, hanya melakukan tindakan sesuai koordinasi pihak kepolisian. IV. PENGAWALAN PEJABAT DAN ORANG-ORANG PENTING 1. Ruang Lingkup Pengawalan Pejabat /VIP dilakukan dengan cara : - Pengawalan dengan sepeda motor - Pengawalan dengan mobil pengamanan u 2. Pelaksanaan a. Pengawalan dengan sepeda motor 1) Persiapan: a) Memakai Pakaian Dinas Lapangan (PDL) b) Menyiapkan perlengkapan yang diperlukan - Perlengkapan perorangan : helm, pentungan - Kendaraan khusus dilengkapi dengan sirine, lampu perhatian (lampu sorot), megaphone, dan alat komunikasi c) Menyusun jadwal petugas dan surat perintah pengawalan. 2) Pelaksanaan a) Dua sepeda motor dalam keadaan siap bergerak pada posisi berjajar, dan pengawal berdiri disamping sepeda motor b) Pejabat/VIP sudah berada didalam kendaraan dan siap menerima laporan kesiapan dari pengawal c) Komandan operasi menuju keajudan menyampaikan laporan siap melakukan pengawalan d) Sepeda motor berjajar dengan sepeda motor lainnya berangkat menuju tujuan e) Selama perjalanan lampu dinyalakan dan sirene hidup f) Tiba di tujuan : - Sebelum berhenti berikan tanda/isyarat pelan - Berhenti dan parkir ditempat yang aman g) Selesai acara akan kembali ke kantor: - Sepeda motor telah siap - Komandan operasi laporan ke ajudan siap pengawalan, selanjutnya pengawalan sama dengan waktu perjalanan menuju tujuan h) Tiba di kantor: Setelah sepeda motor di parkir, komandan operasi laporan kepada ajudan bahwa pengawalan telah selesai dilaksanakan.