POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA INFEKSI LUKA OPERASI (ILO) DI RUMAH SAKIT X PERIODE AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2015

dokumen-dokumen yang mirip
POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA INFEKSI LUKA OPERASI (ILO) DI RSUP

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2015 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI SOFIA ADHITYA PRADANI K Oleh :

Prevalensi Kuman Multi Drug Resistance (MDR) di Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari Desember 2012

BAB I PENDAHULUAN. satunya bakteri. Untuk menanggulangi penyakit infeksi ini maka digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome)

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA SEPSIS BAYI DI RUANG PICU DAN NICU RUMAH SAKIT X PERIODE AGUSTUS 2013-AGUSTUS 2015

PETA KUMAN DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA GANGREN DIABETIK DI RSUD Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 SKRIPSI

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT X PERIODE AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. mikroba yang terbukti atau dicurigai (Putri, 2014). Sepsis neonatorum adalah

POLA KUMAN DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA INFEKSI SALURAN NAFAS BAWAH DI RSUD DR. MOEWARDI TAHUN 2014 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

POLA KUMAN DAN RESISTENSINYA TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA GANGREN DIABETIK DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA BULAN FEBRUARI-MARET 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

POLA KEPEKAAN BAKTERI PENYEBAB VENTILATOR-ASSOCIATED PNEUMONIA (VAP) DI ICU RSUP H. ADAM MALIK PERIODE JULI-DESEMBER Oleh :

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK) DI RUMAH SAKIT X PERIODE JANUARI 2013 SEPTEMBER 2015

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Enterobacter sp. merupakan bakteri gram negatif. berbentuk batang. Enterobacter sp.

I. PENDAHULUAN. penurunan sistem imun (Vahdani, et al., 2012). Infeksi nosokomial dapat terjadi

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI INFEKSI MULTIDRUG-RESISTANT ORGANISMS (MDRO) PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI BANGSAL NEONATAL INTENSIVE CARE UNIT (NICU) RUMAH SAKIT

SENSITIVITAS ANTIBIOTIK PADA PASIEN SEPSIS DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Resistensi terhadap antimikroba atau. antimicrobial resistance (AMR) adalah fenomena alami

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

I. PENDAHULUAN. kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN. yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA BALITA DENGAN DIARE AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI PERIODE SEPTEMBER-DESEMBER 2015 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Antibiotik merupakan pengobatan utama dalam. manajemen penyakit infeksi. Namun, akibat penggunaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kateter uretra merupakan alat yang digunakan untuk. keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui

ABSTRAK PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012

BAB III KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFENISI OPERASIONAL. Isolat Pseudomonas aeruginosa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik.

I. PENDAHULUAN. Enterobacteriaceae merupakan kelompok bakteri Gram negatif berbentuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

(Juniatiningsih, 2008). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari - Desember 2010 angka kejadian sepsis neonatorum 5% dengan angka kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikroorganisme penyebab penyakit infeksi disebut juga patogen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. kejadian VAP di Indonesia, namun berdasarkan kepustakaan luar negeri

Pseudomonas aeruginosa adalah kuman patogen oportunistik yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada

BAB I. PENDAHULUAN. Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa) merupakan bakteri penyebab tersering infeksi

POLA KUMAN PENYEBAB INFEKSI SALURAN KEMIH DAN SENSITIVITASNYA TERHADAP ANTIBIOTIKA DI RSUP H.ADAM MALIK PERIODE JANUARI 2009-DESEMBER 2009.

POLA KUMAN DAN UJI SENSITIVITAS PASIEN INFEKSI LUKA OPERASI BEDAH DIGESTIF RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE JANUARI-JUNI 2015

Pola bakteri aerob dan kepekaan antibiotik pada otitis media supuratif kronik yang dilakukan mastoidektomi

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama penyakit infeksi (Noer, 2012). dokter, paramedis yaitu perawat, bidan dan petugas lainnya (Noer, 2012).

Jl. Prof. Dr. Sumantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung 2) UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Lampung

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah. kesehatan yang terus berkembang di dunia. Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut perkiraan World Health Oraganization (WHO) ada sekitar 5 juta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pelayanan kesehatan umum seperti rumah sakit dan panti jompo. Multidrugs

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu jenis infeksi yang paling sering

BAB I Pendahuluan UKDW. penyebab keempat dari disabilitas pada usia muda (Gofir, 2009).

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang

IDENTIFIKASI BAKTERI PENYEBAB INFEKSI LUKA OPERASI (ILO) NOSOKOMIAL PADA RUANG RAWAT INAP BEDAH DAN KEBIDANAN RSAM DI BANDAR LAMPUNG

BAB 1 PENDAHULUAN. bermakna (Lutter, 2005). Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit

I. PENDAHULUAN. Di negara-negara berkembang, penyakit infeksi masih menempati urutan

EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA GERIATRI DI RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN JAWA TENGAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

Profil Infeksi Luka Operasi di Bagian Bedah RSUP H. Adam Malik Periode Januari Juni Oleh : LANDONG SIHOMBING

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Pola Kuman dan Uji Kepekaan Antibiotik pada Pasien Unit Perawatan Intensif Anak di Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta

POLA KEPEKAAN ANTIBIOTIK BAKTERI EXTENDED SPECTRUM BETA LAKTAMASES-PRODUCING ESCHERICHIA COLI

ANGKA KEJADIAN KLEBSIELLA PNEUMONIAE PENYANDI KLEBSIELLA PNEUMONIAE CARBAPENEMASE PADA PASIEN INFEKSI DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG SKRIPSI

ABSTRAK ANTIBIOGRAM INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT DI LABORATORIUM MIKROBIOLOGI KLINIK RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI -DESEMBER 2008

POLA BAKTERI AEROB PADA PASIEN ULKUS DIABETIKUM DI RSUP Prof. dr. R. D. KANDOU MANADO

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

ABSTRAK POLA KUMAN PENYEBAB INFEKSI SALURAN KEMIH DAN POLA SENSITIVITASNYA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JULI 2005-JUNI 2006

LAPORAN HASIL PENELITIAN. Oleh : VINISIA

Kata kunci : ICU, pola kepekaan, pola mikroba, pola kuman, antibiotik

Penggunaan antibiotik dengan justifikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Demam neutropenia adalah apabila suhu

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. adalah infeksi. Sekitar lima puluh tiga juta kematian

BAB I PENDAHULUAN. dengan imunitas pejamu, respon inflamasi, dan respon koagulasi (Hack CE,

POLA KUMAN PENYEBAB BAKTEREMIA PADA NEONATUS DAN SENSITIVITASNYA TERHADAP ANTIBIOTIK DI RSUP H

ABSTRAK AKTIVITAS TEH HIJAU SEBAGAI ANTIMIKROBA PADA MIKROBA PENYEBAB LUKA ABSES TERINFEKSI SECARA IN VITRO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes melitus (DM) terutama DM tipe 2 merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, sebagai akibatnya

HUBUNGAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA PADA TERAPI EMPIRIS DENGAN KEPEKAAN BAKTERI DI ICU RSUP FATMAWATI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Diare,

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menurut Global Initiative of

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan

Sensitivitas Bakteri Penyebab Sepsis Neonatorum terhadap Meropenem di Neonatal Intensive Care Unit

POLA KUMAN DAN UJI KEPEKAANNYA TERHADAP ANTIBIOTIKA PADA PENDERITA OTITIS EKSTERNA DI POLIKLINIK THT-KL BLU RSU PROF. DR. R. D.

POLA BAKTERI AEROB YANG BERPOTENSI MENYEBABKAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUANG ICU BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

Transkripsi:

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA INFEKSI LUKA OPERASI (ILO) DI RUMAH SAKIT X PERIODE AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2015 PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi Oleh: DIAN SEPTI WIGUNA K 100 120 068 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2016

HALAMAN PERSETUJUAN POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA INFEKSI LUKA OPERASI DI RUMAH SAKIT X PERIODE AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2015 PUBLIKASI ILMIAH oleh: DIAN SEPTI WIGUNA K 100 120 068 Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh: Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping Prof. Dr. M Kuswandi, SU., M Phil., Apt. NIK.195102081977031002 Ratna Yuliani, M.Biotech.St. NIK.957 i

HALAMAN PENGESAHAN POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA INFEKSI LUKA OPERASI (ILO) DI RUMAH SAKIT X PERIODE AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2015 OLEH DIAN SEPTI WIGUNA K 100 120 068 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Selasa, 24 Mei 2016 dan dinyatakan telah memenuhi syarat Dewan Penguji: 1. Zakky Cholisoh, Ph.D., Apt. (....) (Ketua Dewan Penguji) 2. Suprapto, M.Sc., Apt. ( ) (Anggota I Dewan Penguji) 3. Prof. Dr. M Kuswandi, SU., M Phil., Apt. (.) (Anggota II Dewan Penguji) 4. Ratna Yuliani, M.Biotech.St. (.) (Anggota III Dewan Penguji) Dekan, Azis Saifudin, Ph.D., Apt. NIK.956 ii

PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.. Surakarta, 24 Mei 2016 Penulis DIAN SEPTI WIGUNA K 100 120 068 iii

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA INFEKSI LUKA OPERASI (ILO) DI RUMAH SAKIT X PERIODE AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2015 Dian Septi Wiguna, M. Kuswandi*, Ratna Yuliani** *Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada **Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta Korespondensi: Prof. Dr. M. Kuswandi, SU., M.Phil., Apt. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Email: kuswanditirtodiharjo@yahoo.com Abstrak Infeksi luka operasi (ILO) merupakan suatu infeksi yang terjadi di daerah operasi dan merupakan komplikasi utama yang sering terjadi setelah dilakukan tindakan operasi. Antibiotik yang digunakan dalam pengobatan infeksi luka operasi sebaiknya didasarkan pada pola resistensi bakteri terhadap antibiotik karena jika tidak, akan berdampak pada peningkatan resistensi bakteri terhadap antibiotik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bakteri penginfeksi dan pola resistensi bakteri terhadap antibiotik serta kesesuaian penggunaan antibiotik definitif dengan hasil uji sensitivitas dan spektrum aktivitas antibiotik pada penderita infeksi luka operasi di Rumah sakit X periode 14 Agustus 2013-31 Agustus 2015. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dengan pengambilan data secara retrospektif dari 48 pasien infeksi luka operasi periode 14 Agustus 2013-31 Agustus 2015 di Rumah sakit X. Data yang diambil dalam penelitian adalah penggunaan antibiotik pasien serta data hasil kultur dan hasil uji sensitivitas antibiotik. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian, bakteri paling dominan yang berhasil diisolasi dari spesimen swab luka dan swab pus pada 48 pasien infeksi luka operasi (ILO) di Rumah sakit X periode 14 Agustus 2013-31 Agustus 2015 adalah Enterobacter sp. dan Staphylococcus aureus masing-masing sebesar 16,22%, dan memiliki tingkat resistensi terhadap seftriakson masing-masing sebesar 83%, eritromisin (100% dan 33%), sefiksim (83% dan 92%), tetrasiklin (83% dan 75%) dan terhadap siprofloksasin (67% dan 58%). Hasil analisis kesesuaian penggunaan antibiotik definitif pada pasien infeksi luka operasi (ILO) menunjukkan bahwa 41,82% antibiotik definitif telah sesuai dengan hasil kultur dan hasil uji sensitivitas bakteri serta spektrum aktivitas antibiotik. Kata kunci: Antibiotik definitif, Infeksi luka operasi, Pola resistensi. Abstract Surgical wound infection is an infection that occurs in the area of operations and is a major complication that often occurs after surgery. Antibiotics used in the treatment of surgical wound infections should be based on the pattern of bacterial resistance to antibiotics. Otherwise, it would have an impact on the increase of bacterial resistance to antibiotics. One of the important things that must be considered in treatment of the infection is the development of bacteria resistance to antibiotics that may complicate the treatment. The purpose of this study was to determine the infectional bacterial and patterns of bacterial resistance to antibiotics and the appropriateness of the definitive 1

antibiotic use based on the results of bacteria sensitivity test in patients with surgical wound infection at X hospital during 14 August 2013-31 August 2015. This study was a non-experimental study with retrospective data collection from 48 patients with surgical wound infection from 14 August 2013 to 31 August 2015 at the X. Data retrieved in this research were data on the use of antibiotics, bacterial culture and antibiotic sensitivity test results. Data were analyzed descriptively. Based on this research, the most dominant bacteria isolated from wound swabs and pus swab specimens from 48 patients with surgical wound infection at the X hospital in the period of 14 August 2013-31 August 2015 were Enterobacter sp. and Staphylococcus aureus each percentage 16,22%. The bacterias have high levels of resistance to ceftriaxone (83%), erythromycin (100% and 33%), cefixime (83% and 92%), tetracycline (83% and 75%) and ciprofloxcacin (67% and 58%). The results of the appropriateness analysis in the definitive antibiotic use in patients with surgical wound infection shows that 41,82% of definitive antibiotics were given in accordance with the results of culture and bacterial sensitivity test results and the spectrum antibiotics activity. Key words: Definitive antibiotics, Surgical wound infections, Resistance patterns. 1. PENDAHULUAN Menurut WHO, infeksi luka operasi merupakan jenis infeksi nosokomial kedua terbanyak setelah infeksi saluran kemih. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang terjadi pada pasien yang sedang menjalani proses perawatan di rumah sakit, yang terjadi oleh adanya transisi mikroba patogen yang bersumber dari perangkat ataupun lingkungan rumah sakit (Raihana, 2011). Menurut survei WHO, angka kejadian infeksi luka operasi di dunia berkisar antara 5% sampai 34%. Di Indonesia, berdasarkan penelitian di rumah sakit Dr. Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang angka kejadian infeksi luka operasi sebesar 56,67% dari 30 pasien (Yuwono, 2013). Penelitian di Vietnam menunjukkan angka kejadian infeksi luka operasi sebesar 10,9% dari 697 pasien (Nguyen, 2001). Angka kejadian infeksi luka operasi dapat dijadikan sebagai parameter kualitas pelayanan pada suatu institusi penyedia pelayanan kesehatan (Yuwono, 2013). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di rumah sakit Dr. Mohammad Hoesin (RSMH) Palembang, jenis patogen yang ditemukan pada pasien dengan surgical site infections (SSI) antara lain yaitu: Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, Streptococus faecalis, Citrobacter freundii, Klebsiella pneumonia, Sterptococus bovis, dan Candida nonalbicans (Yuwono, 2013). Penelitian Haryanti dkk., (2013) di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta menunjukkan bahwa patogen penyebab infeksi luka operasi (ILO) pasca bedah abdomen diantaranya yaitu Klebsiella pneumonia, Escherichia coli, dan Pseudomonas sp. Peningkatan kasus resistensi bakteri terhadap antibiotik dapat dilihat dari hilangnya masa kejayaan antibiotik setelah adanya laporan bahwa terdapat antibiotik yang sudah tidak poten lagi terhadap suatu bakteri patogen (Kuswandi, 2011). Perkembangan bakteri yang telah resisten terhadap 2

antibiotik dapat mempersulit proses pengobatan. Salah satu penyebab resistensi antibiotik adalah penggunaan antibiotik yang tidak tepat. Beberapa bakteri resisten yang sering muncul antara lain Staphylococcus aureus yang resisten pada metisilin dan vankomisin, Staphylococcus epidermidis resisten pada metisilin, Enterococci resisten terhadap vankomisin, dan bakteri spektrum luas resisten terhadap antibiotik golongan beta laktam (Desiyana dkk., 2008). Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai dengan pola resistensi yang ada dapat menyebabkan resistensi bakteri terhadap suatu antibiotik. Salah satu prinsip yang melatarbelakangi kemunculan dan penyebaran resistensi antar bakteri adalah prevalensi resistensi yang berbanding lurus dengan jumlah antibiotik yang digunakan dalam berbagai pengobatan. Hal ini digambarkan dengan peningkatan resistensi antibiotik di beberapa negara yang tidak membatasi penggunaan antibiotik (Elliot et al., 2013). Oleh sebab itu, perlu dilakukan suatu usaha untuk mengetahui kesesuaian penggunaan antibiotik berdasarkan hasil kultur dan uji sensitivitas bakteri. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara melakukan suatu penelitian terhadap penggunaan antibiotik definitif pada pasien infeksi luka operasi di Rumah sakit X untuk mengetahui pola resistensi bakteri terhadap antibiotik serta menganalisis kesesuaian penggunaan antibiotik definitif dengan hasil uji sensitivitas bakteri yang ada. 2. METODE 2.1 Alat dan Bahan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar pengumpulan data serta pedoman penggunaan antibiotik. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data hasil uji sensitivitas bakteri terhadap antibiotik, data hasil kultur bakteri serta data penggunaan antibiotik yang diperoleh dari rekam medis pada penderita infeksi luka operasi (ILO) periode Agustus 2013-Agustus 2015 di Rumah sakit X. 2.2 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien infeksi luka operasi (ILO) di Rumah sakit X. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini merupakan sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Kriteria inklusi yang digunakan untuk analisis pola resistensi bakteri terhadap antibiotik serta bakteri penginfeksi pada pasien infeksi luka operasi (ILO) adalah sebagai berikut : a. Pasien yang menderita infeksi luka operasi. b. Pasien yang mendapatkan pengobatan antibiotik. c. Terdapat hasil kultur dan uji sensitivitas antibiotik. 3

Kriteria ekslusi sampel untuk analisis pola resistensi bakteri terhadap antibiotik serta analisis bakteri penginfeksi pada penderita infeksi luka operasi di Rumah sakit X adalah pasien dengan hasil kultur yang tidak tumbuh. Kriteria inklusi sampel untuk analisis kesesuaian penggunaan antibiotik adalah sebagai berikut : a. Pasien yang menderita infeksi luka operasi. b. Pasien yang mendapatkan terapi dengan antibiotik definitif. c. Terdapat catatan rekam medik (nomor rekam medik, umur, jenis kelamin, serta jenis operasi yang dilakukan). Kriteria eksklusi sampel analisis kesesuaian penggunaan antibiotik adalah pasien yang meninggalkan rumah sakit namun hasil kultur belum keluar (tidak ada catatan antibiotik definitif yang digunakan). 2.3 Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pemeriksaan Mikrobiologi dan Instalasi Rekam Medik Rumah sakit X. 2.4 Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan metode purposive sampling yaitu sampel yang memenuhi kriteria inklusi pada periode Agustus 2013-Agustus 2015 di Rumah sakit X. Sampel yang diambil yaitu data penggunaan antibiotik yang ada dalam rekam medik, data hasil kultur, serta data uji sensitivitas terhadap antibiotik. 2.5 Jalannya Penelitian Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Peneliti mengurus surat pengantar dari Fakultas Farmasi yang ditujukan kepada bagian direksi Rumah sakit X untuk memperoleh izin melakukan pengambilan data dan penelitian di rumah sakit. b. Peneliti mengambil data hasil kultur dan uji sensitivitas bakteri terhadap antibiotik pada 48 pasien infeksi luka operasi yang diperoleh dari Laboratorium Bagian Pemeriksaan Mikrobiologi Rumah sakit X. c. Peneliti mengambil 48 data catatan rekam medik pasien berupa riwayat penggunaan antibiotik yang meilputi nomor rekam medik, umur, jenis kelamin, antibiotik yang digunakan (empiris dan definitif), serta jenis operasi yang dilakukan pasien di instalasi Rekam Medik Rumah sakit X. d. Peneliti menganalisis bakteri penginfeksi pada penderita infeksi luka operasi dari data hasil kultur bakteri yang diperoleh, dan analisis pola resistensi bakteri terhadap antibiotik dari data hasil uji sensitivitas pada 48 penderita infeksi luka operasi di Rumah sakit X. 4

e. Peneliti menganalisis kesesuaian penggunaan antibiotik definitif terhadap 31 pasien dengan membandingkan antara antibiotik definitif yang digunakan dengan hasil kultur dan uji sensitivitas serta spektrum penggunaan antibiotik pada penderita infeksi luka operasi di Rumah sakit X. 2.6 Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan metode deskriptif yaitu menganalisis 48 penderita infeksi luka operasi dengan hasil kultur bakteri yang positif dan analisis kesesuaian penggunaan antibiotik terhadap 31 penderita infeksi luka operasi yang mendapatkan pengobatan antibiotik definitif. Analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Peneliti menganalisis bakteri penginfeksi pada penderita infeksi luka operasi (ILO) dengan cara melihat dari data hasil kultur bakteri yang tumbuh pada 48 penderita infeksi luka operasi (ILO) dan menggolongkan berdasarkan pewarnaan Gram. b. Peneliti menganalisis pola resistensi bakteri terhadap antibiotik dari data hasil uji sensitivitas terhadap 48 penderita infeksi luka operasi. Data yang diperoleh yaitu diameter zona hambat bakteri terhadap antibiotik. Berdasarkan diameter zona hambat tersebut ditentukan sifat dari bakteri terhadap antibiotik yang meliputi sensitif (S), intermediet (I), dan resisten (R) dengan berpedoman pada CLSI M100-S23. c. Peneliti menganalisis kesesuaian penggunaan antibiotik definitif pada 31 penderita infeksi luka operasi. Antibiotik definitif dibandingkan dengan data hasil kultur dan uji sensitivitas serta spektrum penggunaan antibiotik. Data yang telah dianalisis seperti langkah di atas kemudian diolah dan hasil ditampilkan dalam bentuk persentase. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Distribusi Subjek Penelitian Menurut Jenis Kelamin dan Usia Gambaran data demografis (Tabel 1) berdasarkan data dari 48 penderita infeksi luka operasi di Rumah sakit X yang memiliki hasil kultur dan uji sensitivitas menunjukkan bahwa pasien infeksi luka operasi dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak yaitu 31 pasien (64,58%) dibanding perempuan dengan jumlah 17 pasien (35,42%). Tabel 1 juga menunjukkan pasien infeksi luka operasi yang menjalani perawatan di Rumah sakit X periode Agustus 2013-Agustus 2015 pada kelompok usia > 40 tahun memiliki persentase yang lebih besar yaitu 58,33% dibandingkan dengan kelompok usia 40 tahun yang hanya sebesar 41,67%. Salah satu faktor risiko yang dapat mempengaruhi terjadinya infeksi luka operasi pada seseorang adalah usia yang merupakan faktor intrinsik (Fatimah, 2011). 5

Tabel 1. Distribusi penderita infeksi luka operasi di RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten periode Agustus 2013-Agustus 2015 menurut jenis kelamin dan usia Jenis kelamin Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah Jumlah % Jumlah % pasien Persentase (%) pasien pasien 40 13 41,94 7 41,18 20 41,67 >40 18 58,06 10 58,82 28 58,33 Jumlah pasien 31 17 48 Persentase 64,58% 35,42% 100% Pasien yang berusia di atas 40 tahun memiliki risiko yang signifikan mengalami infeksi pasca operasi dibandingkan dengan pasien yang berusia di bawah 40 tahun (Clinical Guideline, 2008). Hal tersebut dapat terjadi karena adanya penurunan sistem imunitas tubuh sehingga pada usia lanjut lebih mudah terserang infeksi (Phair, 2000). Hasil dalam penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Fatimah (2011) di ruang bedah RSUP Fatmawati tahun 2011 yang menyebutkan bahwa frekuensi pasien infeksi nosokomial luka operasi pada kelompok usia > 40 tahun memiliki persentase 58,8% lebih besar dibanding kelompok usia < 40 tahun yang memiliki persentase sebesar 41,2%. 3.2 Hasil Kultur Bakteri Patogen pada Infeksi Luka Operasi Berdasarkan hasil kultur bakteri dari 48 pasien infeksi luka operasi yang diperoleh pada periode Agustus 2013-Agustus 2015 dari Laboratorium Bagian Pemeriksaan Mikrobiologi Rumah sakit X, bakteri patogen pada infeksi luka operasi didominasi oleh kasus monomikroba sebanyak 56,25% sementara kasus polimikroba penyebab infeksi luka operasi sebanyak 43,75% (Tabel 2). Hasil tersebut menunjukkan bahwa infeksi luka operasi yang terjadi di Rumah sakit X periode Agustus 2013-Agustus 2015, sebagian besar disebabkan oleh satu jenis bakteri patogen (monomikroba). Tabel 2. Karakteristik bakteri hasil kultur pada penderita infeksi luka operasi di Rumah sakit X periode Agustus 2013-Agustus 2015 Karakteristik bakteri Persentase Bakteri kokus Gram positif 36,49% Bakteri batang Gram negatif 63,51% Total 100% Monomikroba 56,25% Polimikroba 43,75% Total 100% Hasil yang serupa diperoleh dalam penelitian yang dilakukan oleh Warganegara dkk (2012) di Rumah Sakit Abdul Moeloek Bandar Lampung (RSAM) pada bulan Oktober 2011-Januari 2012 yang menyatakan bahwa dari 30 sampel yang diteliti, kebanyakan disebabkan oleh satu jenis bakteri (monomikroba) yang menunjukkan bahwa bakteri tersebut benar penyebab infeksi dan bukan karena 6

kontaminasi saat pengambilan dan saat pemeriksaan sampel tersebut, serta bakteri yang banyak teridentifikasi adalah bakteri batang Gram negatif sebesar 75% sedangkan bakteri Gram positif sebesar 25%. Dari hasil kultur bakteri yang didapat, bakteri patogen penginfeksi terbanyak yang menjadi penyebab infeksi luka operasi di Rumah sakit X periode Agustus 2013-Agustus 2015 adalah Enterobacter sp. dan Staphylococcus aureus dengan persentase sebesar 16,22%, diikuti Pseudomonas sp. 13,51%, Staphylococcus epidermidis 9,46%, Enterococcus sp. 8,11%, dan Klebsiella sp. 6,76% (Tabel 3). Tabel 3. Bakteri patogen hasil kultur pada penderita infeksi luka operasi di Rumah sakit X periode Agustus 2013-Agustus 2015 Bakteri Jumlah isolat Persentase Gram Bentuk Gram Negatif (n = 47) Enterobacter sp. 12 16,22% Negatif Batang Pseudomonas sp. 10 13,51% Negatif Batang Klebsiella sp. 5 6,76% Negatif Batang Acinetobacter sp. 3 4,06% Negatif Batang Serratia sp. 3 4,06% Negatif Batang Acinetobacter baumannii 2 2,70% Negatif Batang Pseudomonas aeruginosa 2 2,70% Negatif Batang Yersinia sp. 2 2,70% Negatif Batang Escherichia coli 2 2,70% Negatif Batang Pseudomonas fluorescens 2 2,70% Negatif Batang Stenotrophomonas maltophilia 1 1,35% Negatif Batang Klebsiella oxytoca 1 1,35% Negatif Batang Klebsiella pneumoniae 1 1,35% Negatif Batang Proteus sp. 1 1,35% Negatif Batang Gram Positif (n = 27) Staphylococcus aureus 12 16,22% Positif Kokus Staphylococcus epidermidis 7 9,46% Positif Kokus Enterococcus sp. 6 8,11% Positif Kokus Staphylococcus saprophyticus 2 2,70% Positif Kokus Jumlah 74 100% Berdasarkan data penelitian, tiga jenis operasi di Rumah sakit X periode Agustus 2013- Agustus 2015 yang menempati urutan terbanyak adalah Laparotomi (9 kasus), ORIF (7 kasus), dan 7

Debridement (5 kasus). Enterobacter sp. memiliki persentase tertinggi karena bakteri tersebut merupakan flora normal pada usus manusia sama halnya seperti Pseudomonas sp., Klebsiella sp., dan Escherichia coli (Warganegara dkk, 2012). Laparotomi merupakan operasi yang dilakukan di daerah abdomen sehingga rentan terhadap kontaminasi bakteri flora normal usus (Raihana, 2011). Bakteri Gram positif yang paling dominan menjadi penyebab infeksi luka operasi (ILO) di Rumah sakit X periode Agustus 2013-Agustus 2015 adalah Staphylococcus aureus (16,22%) dan Staphylococcus epidermidis (9,46%). Staphylococcus aureus dan Staphylococcus epidermidis merupakan flora normal yang banyak terdapat di kulit manusia sehingga lebih mudah menyebabkan infeksi pasca operasi (Warganegara dkk, 2012). 3.3 Distribusi Isolat Bakteri Gram Positif Dan Gram Negatif Berdasarkan hasil kultur bakteri yang diperoleh dari 48 pasien yang menderita infeksi luka operasi di Rumah sakit X periode Agustus 2013-Agustus 2015 terdapat dua macam bakteri patogen penginfeksi pada penderita infeksi luka operasi (ILO) yaitu bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Hasil yang ada pada Tabel 7 memperlihatkan bahwa bakteri Gram negatif yang berhasil diisolasi dari penderita infeksi luka operasi di Rumah sakit X antara lain Pseudomonas sp, Enterobacter sp, Acinetobacter baumanii, Pseudomonas aeruginosa, Proteus sp, Acinetobacter sp, Klebsiella sp, Klebsiella oxytoca, Klebsiella pneumonia, Pseudomonas fluorescens, Escherichia coli, Serratia sp, Yersinia sp dan Stenotrophomonas moltophilia. Bakteri Gram positif yang ditemukan antara lain Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus saprophyticus, dan Enterococcus sp. Bakteri Gram negatif mendominasi sebagai bakteri patogen yang berhasil diisolasi dari penderita infeksi pada luka operasi dengan persentase sebesar 63,51% (Gambar 1). 63,51% 36,49% Gram positif Gram negatif Gambar 1. Distribusi isolat bakteri Gram positif dan Gram negatif pada penderita infeksi luka operasi (ILO) di Rumah sakit X periode Agustus 2013-Agustus 2015. Hasil tersebut memiliki kesamaan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Olowe et al., dan Bhatt et al. (2014) yaitu bakteri Gram negatif sebagai penyebab infeksi luka operasi memiliki persentase yang lebih besar dibanding Gram positif. Banyak spesies dari bakteri Gram negatif yang mampu menghasilkan endotoksin yang merangsang produksi sitokin. Sitokin dapat memicu respon sindrom inflamasi sistemik yang terkadang menyebabkan beberapa sistem mengalami kegagalan organ (Natsir et al., 2011). Sitokin tersebut adalah tumor necrosis factor-α (TNF-α) dan interleukin 1 (IL-1) (Leksana, 2013). 8

3.4 Pola Resistensi Bakteri Terhadap Antibiotik Bakteri yang menyebabkan infeksi pada luka operasi ditemukan telah resisten terhadap beberapa antibiotik yang diujikan (Tabel 4). Tabel 4. Pola resistensi bakteri terhadap antibiotik pada penderita infeksi luka operasi di Rumah sakit X periode Agustus 2013-Agustus 2015 Bakteri Resistensi terhadap antibiotik (%) AK SAM AMC E CN MEM LEV CRO CFM TE CIP Gram negatif (n = 47) Enterobacter sp. (n = 12) 8 0 58 100 50 20 67 83 83 83 67 Pseudomonas sp. (n = 10) 20 60* 100 100 60 60 70 100 100 80 80 Klebsiella sp. (n = 5) 0 0* 20 100 20 0 60 80 80 60 60 Acinetobacter sp. (n = 3) 33 33 67 33 100 33 67 100 100 67 67 Serratia sp. (n = 3) 33 67* 67 100 67 33 67 100 100 33 100 A. baumannii (n = 2) 100 50 50 100 100 50 100 100 100 100 100 E. coli (n = 2) 100 50 50 100 50 0 50 100 100 50 50 P. aeruginosa (n = 2) 0 0 100 100 50 50 50 50 100 100 50 P. fluorescens (n = 2) 50 100 100 100 100 50 100 100 100 100 100 Yersinia sp. (n = 2) 100 50 50 100 100 50 100 100 100 100 100 Proteus sp. (n = 1) 0 100 100 100 0 0 100 100 100 100 100 Klebsiella oxytoca (n = 1) 0 0 0 100 0 100 100 100 100 100 100 Stenotrophomonas maltophilia 100 0 100 0 100 100 100 100 100 100 100 (n = 1) K. pneumonia (n = 1) 0 0 0 100 0 0 0 100 100 0 0 Gram positif (n = 27) S. aureus (n = 12) 8* 42* 58 33 67 50 50 83 92 75 58 S. epidermidis (n = 7) 14 43* 43 42 57 43 71 71 86 28 71 Enterococcus sp. (n = 6) 100 100* 33 83 83* 50* 100 33 100 50 100 S. saprophyticus (n = 2) 100 50 50 100 100 50 100 100 100 100 100 Keterangan: AK: Amikasin; SAM: Ampisilin Sulbaktam; AMC: Koamoksiklav; E: Eritromisin; CN: Gentamisin; MEM: Meropenem; LEV: Levofloksasin; CRO: Seftriakson; CFM: Sefiksim; TE: Tetrasiklin; CIP: Siprofloksasin; * : tidak semua bakteri diuji sensitivitasnya terhadap antibiotik. 9

Antibiotik yang dianalisis dalam penelitian ini antara lain yaitu seftriakson, sefiksim, sefepim, amoksiklav, ampisilin sulbaktam, amoksisilin, meropenem (golongan beta laktam), siprofloksasin dan levofloksasin (golongan fluorokuinolon), amikasin dan gentamisin (golongan aminoglikosida), dan tetrasiklin. Antibiotik tersebut adalah antibiotik yang umumnya digunakan untuk mengobati infeksi luka operasi di Rumah sakit X pada periode Agustus 2013-Agustus 2015. Berdasarkan Tabel 4 persentase tertinggi antibiotik yang masih poten adalah meropenem dan persentase tertinggi antibiotik yang sudah tidak poten lagi adalah sefiksim. Hasil tersebut berbeda dengan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Raihana (2011) di RSUP Dr. M. Djamil Padang pada periode Pebruari-Juni 2011 yang menyebutkan bahwa dari hasil uji resistensi bakteri patogen penyebab infeksi luka operasi laparotomi terhadap beberapa antibiotik menunjukkan netilmisin dan meropenem adalah antibiotik paling poten dan seftriakson merupakan antibiotik yang sudah tidak poten lagi dengan persentase resistensi sebesar (78%). 3.4.1 Pola Resistensi Bakteri Gram Negatif Tabel 4 menunjukkan bahwa sefiksim dan seftriakson merupakan antibiotik yang sudah tidak poten lagi pada hampir semua bakteri yang diujikan. Klebsiella sp. dan Proteus sp. sensitif terhadap amikasin, Enterobacter sp. sensitif terhadap Ampisilin sulbaktam (Tabel 4). Menurut hasil penelitian Gustawan dkk. (2014) Acinetobacter baumanii merupakan bakteri Gram negatif yang menjadi masalah utama pada kasus-kasus infeksi yang ada di rumah sakit. Peningkatan kasus infeksi tersebut disertai pula oleh kejadian meningkatnya resistensi terhadap antibiotik. Sebagian besar Acinetobacter baumanii resisten terhadap antibiotik golongan karbapenem seperti meropenem, ertapenem, dan imipenem. Menurut data tabel 4, Acinetobacter baumanii telah resisten terhadap meropenem dengan persentase resistensi sebesar 50%. Meropenem merupakan antibiotik yang poten terhadap Escherichia coli dan Klebsiella sp. (Sulastrianah, 2012). Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Bhatt et al. (2014) menyebutkan Klebsiella pneumonia resisten terhadap seftriakson (82,60%) dan siprofloksasin (73,91%). Pseudomonas aeruginosa telah 100% resisten terhadap seftriakson (Raihana, 2011). Amikasin merupakan antibiotik pilihan yang efektif terhadap Pseudomonas aeruginosa dengan persentase efektivitas sebesar 58,62% (Bhatt et al., 2014). 3.4.2 Pola Resistensi Bakteri Gram Positif Berdasarkan Tabel 4, Staphylococcus saprophyticus dan Enterococcus sp. memiliki persentase resistensi tertinggi terhadap beberapa antibiotik antara lain yaitu amikasin, levofloksasin, sefiksim, dan siprofloksasin. Staphylococcus saprophyticus memiliki tingkat resistensi yang tinggi hampir 10

pada semua antibiotik yang diujikan. Staphylococcus saprophyticus juga memiliki tingkat resistensi yang tinggi pada ampisilin, eritromisin, gentamisin, dan tetrasiklin. Hasil pada Tabel 4 sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Raihana (2011) yang menyebutkan bahwa Staphylococcus aureus memiliki persentase resistensi terhadap seftriakson (78%). Staphylococcus aureus lebih sensitif terhadap siprofloksasin dan rifampisin. Peningkatan perlawanan Staphylococcus aureus terhadap eritromisin, penisilin, dan tetrasiklin menyebabkan beberapa antibiotik tersebut tidak digunakan lagi dalam terapi (Busato, 2006). Menurut hasil penelitian Bhatt et al. (2014) Staphylococcus aureus telah resisten terhadap penisilin dan amoksisilin. 3.5 Kesesuaian Penggunaan Antibiotik Penggunaan antibiotik pada infeksi luka operasi (ILO) didasarkan pada pola resistensi yang ada serta hasil tes mikrobiologi (Clinical Guideline, 2008). Pada penelitian ini, analisis kesesuaian dalam penggunaan antibitik definitif dilakukan dengan melihat kesesuaian antibiotik definitif yang digunakan dengan hasil uji sensitivitas antibiotik dan hasil kultur serta spektrum aktivitas antibiotik tanpa melihat kondisi klinis yang ada pada pasien. Dari data yang didapatkan, sebanyak 31 pasien infeksi luka operasi menerima pengobatan antibiotik definif. Persentase kesesuaian penggunaan antibiotik definitif terhadap hasil kultur dan hasil uji sensitivitas serta spektrum penggunaan antibiotik pada pasien infeksi luka operasi (ILO) di Rumah sakit X periode Agustus 2013-Agustus 2015 dapat dilihat pada Gambar 2. 29,09% 29,09% 41,82% Sesuai hasil kultur, uji sensitivitas antibiotik serta spektrum aktivitas antibiotik Tidak sesuai dengan hasil kultur, uji sensitivitas antibiotik serta spektrum aktivitas antibiotik Antibiotik yang tidak diuji potensinya Gambar 2. Persentase kesesuaian penggunaan antibiotik definitif pada penderita infeksi luka operasi di Rumah sakit X periode Agustus 2013-Agustus 2015 Berdasarkan Gambar 2, persentase kesesuaian penggunaan antibiotik definitif pada 31 pasien infeksi luka operasi di Rumah sakit X periode Agustus 2013-Agustus 2015 sebesar 41,82%. Penggunaan antibiotik yang tidak sesuai berdasarkan hasil kultur dan hasil uji sensitivitas serta spektrum aktivitas antibiotik sebesar 29,09%. Ketidaksesuaian tersebut didominasi oleh seftriakson dengan jumlah total 9 pasien. Ketidaksesuaian penggunaan antibiotik tersebut disebabkan oleh 11

adanya bakteri patogen yang telah resisten terhadap seftriakson sehingga tidak mampu dihambat lagi oleh seftriakson. Persentase antibiotik yang tidak diuji potensinya sebesar 29,09%. Antibiotikantibiotik tersebut meliputi sefadroksil, amoksisilin, sefotaksim, metronidazol, seftazidim, klindamisin, dan ampisilin sulbaktam. 4. PENUTUP Kesimpulan 1. Bakteri paling dominan yang berhasil diisolasi dari spesimen swab luka dan swab pus dengan total 74 isolat pada pasien infeksi luka operasi (ILO) di Rumah sakit X pada periode Agustus 2013-Agustus 2015 adalah Enterobacter sp. dan Staphylococcus aureus dengan jumlah masingmasing 12 isolat (16,22%). 2. Hasil uji sensitivitas bakteri terhadap beberapa antibiotik pada pasien infeksi luka operasi (ILO) di Rumah sakit X pada periode Agustus 2013-Agustus 2015 menunjukkan bahwa Enterobacter sp. dan Staphylococcus aureus memiliki tingkat resistensi terhadap seftriakson masing-masing sebesar 83%, eritromisin (100% dan 33%), sefiksim (83% dan 92%), tetrasiklin (83% dan 75%), dan terhadap siprofloksasin (67% dan 58%). 3. Penggunaan antibiotik definitif pada pasien infeksi luka operasi (ILO) yang telah sesuai berdasarkan hasil kultur dan hasil uji sensitivitas bakteri serta spektrum aktivitas antibiotik sebesar 41,82%. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan serta permasalahan yang ada dalam penelitian, peneliti memberikan saran yaitu untuk penelitian selanjutnya dalam analisis kesesuaian penggunaan antibiotik definitif diharapkan bisa dilakukan secara prospektif dengan memantau kondisi pasien secara klinis karena penggantian antibiotik empirik ke antibiotik definitif perlu mempertimbangkan kondisi klinis pasien. DAFTAR PUSTAKA Bhatt C. P., Baidya R., Karki P., Shah R. K., Miya R., Mahashate P., Mishra K. K., 2014, Multi Drug Resistance Bacterial Isolates Surgical Site Infection, Open Journal of Medical Microbiology, 4, 205-206. Busato C. R., Gabardo J., and Leao M. T. C., 2006, The Evolution of the Resistance of Staphylococcus aureus Found on Healthcare Workers Correlated with Local Consumption of Antibiotics, The Brazilian Journal of Infectious Diseases, 10 (3), 185, 189. Desiyana L. D., Ajoedi S., and Maksum R., 2008, Evaluasi Penggunaan Antibiotik Profilaksis di Ruang Bedah Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta dan Hubungannya dengan Kejadian Infeksi Daerah Operasi, Indonesian Journal of Cancer, 4, 127. 12

Elliot T., Worthington T., Osman H., and Gill, M., 2013, Mikrobiologi Kedokteran & Infeksi Edisi 4, diterjemahkan oleh Pendit B. U., 198, Jakarta, EGC. Fatimah S, 2011, Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Infeksi Nosokomial Luka Operasi di Ruang Bedah RSUP Fatmawati Tahun 2011, Skripsi, Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Pembangunan Nasional Veteran, Jakarta. Gustawan I.W., Satari H.I., Amir I., dan Astrawinata D.AW., 2014, Gambaran Infeksi Acinetobacter baumannii dan Pola Sensitifitasnya terhadap Antibiotik, Sari Pediatri, 16 (1), 38-39. Haryanti L., Pudjiadi A. H., Irfan E. K. B., Thayeb A., Amir I., Hegar B., 2013, Prevalens dan Faktor Risiko Infeksi Luka Operasi Pasca-bedah, Sari Pediatri, 15, 207. Kuswandi M., 2011, Strategi Mengatasi Bakteri Yang Resisten Terhadap Antibiotika, 10-12, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Pada Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Leksana E., 2013, Systemic Inflammatory Response Syndrome, Cermin Dunia Kedokteran, 40 (5), 7. National Collaborating Centre for Women s and Children s Health, 2008, Surgical site infection: prevention and treatment of surgical site infections, Clinical Guideline, 39. Natsir A. A., Cox S., Ameh E. A., 2011, Chapter 16: Surgical Site Infection, Dalam Ameh E. A. et al., eds. Paediatric Surgery: A Comphrehensive Text For Africa, Global Help Organization, USA, 99. Nguyen D., Leod W. B. M., Phung D. C., Cong Q. T., Nguyen V. H., Nguyen V. H., Nguyen V. H., and Hamer D. H., 2001, Incidence And Predictors Of Surgical-Site Infections In Vietnam, Infection Control And Hospital Epidemiology, 22, 485. Olowe O. A., Titilolu F. T., Johnson B. M. A., and Mosanya J. T., 2014, Antibiogram of Surgical Site Infection In a Tertiary Health Care Facility in Osogbo, South Western Nigeria, Current Trends in Technology and Science, 3 (2), 94. Phair J. P., 2000. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam tentang Infeksi Nosokomial Jilid II. Balai penerbit FKUI, Jakarta. Raihana N., 2011, Profil Kultur Dan Uji Sensitivitas Bakteri Aerob Dari Infeksi Luka Operasi Laparatomi Di Bangsal Bedah RSUP Dr. M. Djamil Padang, Tesis, 3, Program Pasca Sarjana Universitas Andalas Padang. Sulastrianah, Badaruddin F., dan Massi N., 2012, Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Di Rsup. Dr. Wahidin Sudirohusodo Periode Nopember 2011-Januari 2012 dan Maret-Mei 2012, Tesis, 7, Pasca Sarjana, Universitas Hasanuddin, Makassar. Warganegara E., Apriliana E., dan Ardiansyah, R., 2012, Identifikasi Bakteri Penyebab Infeksi Luka Operasi (ILO) Nosokomial pada Ruang Rawat Inap Bedah dan Kebidanan RSAM di Bandar Lampung, Dalam Prosiding SNSMAIP III 2012, 346-347. Yuwono, 2013, Pengaruh Beberapa Faktor Risiko Terhadap Kejadian Surgical Site Infection (SSI) Pada Pasien Laparotomi Emergensi, JMJ, 1, 17-20. 13