BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengamati pembelajaran selama ini, proses dan hasil pembelajaran bahasa khususnya bahasa Jawa dinilai belum memuaskan. Hal ini menjadi sebuah masalah dalam dunia pendidikan karena bahasa juga memiliki peranan yang sangat penting. Berbagai ilmu bahasa diajarkan di sekolah dengan mata pelajaran masing-masing. Salah satu ilmu bahasa yang diajarkan adalah bahasa Jawa. Selain itu, bahasa juga dijadikan sebagai alat pengantar dalam proses kegiatan belajar mengajar. Di pulau Jawa khususnya, banyak guru dan siswa yang menggunakan bahasa Jawa sebagai pengantar pengajarannya di samping menggunakan bahasa Indonesia. Hal di atas mengandung maksud bahwa keterampilan berbahasa memiliki peranan yang utama dalam kehidupan manusia, terutama dalam bidang pendidikan. Dalam mata pelajaran bahasa Jawa tersaji empat aspek keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Tarigan (2008:1) juga mengungkapkan bahwa keterampilan berbahasa dalam kurikulum di sekolah mencakup empat segi keterampilan, yaitu keterampilan menyimak (listening skill), keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan membaca (reading skill), dan keterampilan menulis (writing skill). Keempat keterampilan tersebut memiliki kaitan yang sangat erat antara yang satu dengan yang lainnya. Meskipun demikian, berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti dan informasi hasil wawancara dengan guru bahasa Jawa kelas XI MIA 9 SMAN 1 Karanganyar diperoleh informasi bahwa mata pelajaran bahasa Jawa dalam ranah pendidikan, siswa kurang memiliki perhatian yang lebih dalam proses pembelajarannya. Mata pelajaran bahasa Jawa masih dipandang sebelah mata dibandingkan dengan mata pelajaran yang lainnya. Guru dan siswa juga beranggapan bahwa mata pelajaran bahasa Jawa hanya sebagai muatan lokal (mulok) dan tidak menjadi mapel yang dijadikan ujian nasional. Jadi, mata commit 1 to user
2 pelajaran bahasa Jawa ini dinomorduakan jika dibandingkan dengan mata pelajaran yang lain. Hal di atas menjadikan siswa kurang dalam penguasaan keterampilan bahasanya. Dari guru bahasa Jawa kelas XI MIA 9 SMAN 1 Karanganyar diperoleh informasi bahwa pembelajaran bahasa Jawa yang masih kurang penguasaannya yakni pada minat dan keterampilan menulis siswa. Terlebih dalam materi pelajaran yang dianggap sulit oleh siswa seperti seni pertunjukan Jawa yang menggunakan kosakata-kosakata yang sulit. Mereka merasa kesulitan dalam mengungkapkan dan menyusun ide-idenya ke dalam suatu rangkaian kalimat/cerita. Seperti yang tercantum dalam kurikulum 2013, mata pelajaran Bahasa Jawa kelas XI semester genap dalam materi teks eksposisi tentang seni pertunjukan Jawa, terdapat kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai siswa, yaitu menanggapi isi, menulis, dan menyajikan teks eksposisi tentang seni pertunjukan Jawa. Dengan demikian, dalam pembelajaran ini setiap siswa harus dapat mencapai kompetensi yang sudah ditentukan. Akhadiah, dkk. (1994: 2) menyatakan bahwa tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa menulis merupakan kemampuan yang kompleks, yang menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Iskandarwassid & Sunendar (2011: 248) juga mengungkapkan bahwa keterampilan menulis menjadi keterampilan yang lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli yang bersangkutan sekalipun, apabila dibandingkan dengan ketiga keterampilan berbahasa lainnya. Berbeda dengan pendapat-pendapat di atas, Semi (1990: 7) menyatakan bahwa menulis tidaklah sulit, tetapi tidak pula gampang. Menurut pendapatnya semua orang yang tidak buta aksara pasti sudah pernah melakukan kegiatan menulis dan semua orang yang pernah menduduki bangku sekolah sebenarnya memiliki kecakapan dalam menulis. Dengan demikian, menulis bisa dikatakan keterampilan yang tidak sulit. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, yang sesuai dengan permasalahan dalam skripsi ini adalah pendapat yang menyatakan adanya kesulitan dalam keterampilan menulis. Permasalahan yang terjadi dikarenakan kurangnya minat
3 siswa yang mengakibatkan keterampilan menulisnya belum tercapai maksimal. Permasalahan kurangnya minat dan keterampilan menulis siswa dalam pembelajaran bahasa Jawa ini menjadi salah satu hal yang harus segera diselesaikan. Mengingat banyak manfaat yang didapatkan siswa melalui keterampilan menulis teks eksposisi tentang seni pertunjukan Jawa, maka siswa harus mampu menguasai keterampilan ini. Melalui keterampilan menulis siswa dapat mengembangkan hasil cipta, rasa dan karsa yang dimilikinya. Siswa juga dapat mengungkapkan gagasan dan idenya untuk dapat dipahami, dimengerti dan dikritisi oleh orang lain. Semi (1990: 7) mengungkapkan manfaat menulis yang dapat menunjang keberhasilan pekerjaan atau jabatan seseorang yang ditentukan oleh kemampuan berkomunikasi secara efektif, khususnya komunikasi tulis. Selain terampil menulis, siswa yang memiliki minat menulis yang tinggi akan menguasai banyak kosakata untuk mereka tuangkan ke dalam bentuk tulisan. Dengan demikian, melalui keterampilan menulis seni pertunjukan Jawa siswa dapat mengetahui keragaman budaya yang dimilikinya dan kemudian memiliki rasa handarbeni untuk ikut melestarikan. Setiap permasalahan yang terjadi pasti terdapat faktor yang memengaruhinya. Kondisi di atas dipengaruhi oleh beberapa faktor pada kegiatan pembelajaran di kelas. Faktor tersebut diantaranya: (1) guru masih menggunakan metode pembelajaran yang kurang menarik, yakni biasa menggunakan metode ceramah dan mencatat; (2) siswa merasa jenuh, malas, tidak ada motivasi terhadap materi yang diajarkan; (3) siswa mengalami kesulitan dalam menyerap materi pelajaran karena banyak kosakata bahasa Jawa yang tidak dimengerti artinya; (4) kurangnya minat siswa dalam memanfaatkan media pembelajaran untuk menggali pengetahuannya. Hal ini akan mengakibatkan terhambatnya kreativitas siswa dalam mengungkapkan dan menyusun ide-ide yang dimiliki. Data di atas juga dikuatkan dengan data nilai mata pelajaran bahasa Jawa aspek menulis yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Maksimal (KKM) yang diharapkan. Berdasarkan dokumen keterampilan menulis yang didapat dari guru kelas, ditemukan dari 31 siswa, terdapat 10 siswa yang dapat menulis eksposisi
4 dengan baik atau dengan kata lain mendapat nilai di atas KKM. Terdapat 21 siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Dengan demikian, siswa yang belum mencapai KKM ada 68%. Berdasarkan permasalahan yang terjadi, maka perlu adanya pemilihan metode pembelajaran yang tepat, sehingga dapat menghubungkan ide-ide dan menarik perhatian siswa dalam belajar. Dengan begitu minat dan keterampilan menulis eksposisi siswa akan meningkat. Salah satu metode yang dapat menghubungkan ide-ide adalah metode pembelajaran mind mapping. Metode mind mapping disebut juga dengan peta pikiran. Buzan (2006:4) mengungkapkan Mind mapping adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak. Mind mapping adalah cara mencatat kreatif, efektif, dan secara harfiah akan memetakan pikiran-pikiran kita. Penelitian mengenai penggunaan metode mind mapping untuk meningkatkan keterampilan menulis eksposisi seperti permasalahan dalam skripsi ini sebenarnya sudah pernah dilaksanakan. Akan tetapi penelitian tersebut dilaksanakan dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia. Di dalam proses pembelajaran bahasa Jawa peneliti belum pernah menjumpai penelitian yang sama. Dengan demikian, pada penelitian ini akan dibahas tentang penggunaan metode mind mapping untuk meningkatkan minat dan keterampilan menulis eksposisi siswa tentang seni pertunjukan Jawa. Dengan diterapkannya metode ini, diharapkan guru dapat menyajikan materi dengan menarik sehingga siswa memiliki minat menulis yang tinggi dan mudah mencurahkan gagasan serta ide-idenya ke dalam rangkaian tulisan yang dibuatnya. Selain itu, metode mind mapping akan memudahkan siswa dalam menyusun ide dan menghubungkannya ide-ide tersebut ke dalam bentuk kalimat menjadi sebuah paparan, sehingga proses pembelajaran akan berjalan dengan optimal. Dengan kondisi belajar yang menyenangkan, kreativitas dan imajinasi siswa juga dapat berkembang sesuai kemampuan. Selanjutnya, siswa dapat
5 mencapai hasil akhir yang memuaskan dan kualitas proses pembelajaran dapat dicapai sesuai yang diharapkan. Berdasarkan penjelasan di atas, peneliti akan melakukan penelitian yang berjudul Peningkatan Minat dan Keterampilan Menulis Teks Eksposisi tentang Seni Pertunjukan Jawa melalui Metode Mind Mapping pada Siswa Kelas XI MIA 9 SMA Negeri 1 Karanganyar Tahun Ajaran 2014/2015. B. Rumusan Masalah 1. Apakah metode mind mapping dapat meningkatkan minat menulis teks eksposisi tentang seni pertunjukan Jawa pada siswa kelas XI MIA 9 SMAN 1 Karanganyar tahun ajaran 2014/2015? 2. Apakah metode mind mapping dapat meningkatkan keterampilan menulis teks eksposisi tentang seni pertunjukan Jawa pada siswa kelas XI MIA 9 SMAN 1 Karanganyar tahun ajaran 2014/2015? C. Tujuan Penelitian 1. Meningkatkan minat menulis teks eksposisi tentang seni pertunjukan Jawa pada siswa kelas XI MIA 9 SMAN 1 Karanganyar tahun ajaran 2014/2015 melalui metode mind mapping. 2. Meningkatkan keterampilan menulis teks eksposisi tentang seni pertunjukan Jawa pada siswa kelas XI MIA 9 SMAN 1 Karanganyar tahun ajaran 2014/2015 melalui metode mind mapping. D. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yakni manfaat praktis dan manfaat teoretis. Manfaat ini dapat dijelaskan sebagai berikut. 1. Manfaat Teoretis Meningkatkan wawasan dan memperkaya khasanah pengembangan keilmuan, khususnya dalam bidang bahasa Jawa serta dapat dijadikan sebagai referensi dan rujukan pada penulisan yang akan datang.
6 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa Dengan diterapkan metode mind mapping dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam mempelajari keterampilan menulis eksposisi, sehingga dapat meningkatkan hasil pembelajarannya. b. Bagi Guru Guru dapat mengembangkan metode dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi keterampilan menulis ini sehingga dapat meningkatkan semangat belajar siswa dengan kondisi pembelajaran yang menyenangkan. Selain itu juga dapat menambah wawasan bagi guru mengenai metode pembelajaran mind mapping, sehingga guru lebih memiliki cara yang bervariasi dalam mengajar. c. Bagi Peneliti Meningkatkan wawasan peneliti mengenai teknik penelitian dan proses pembelajaran. d. Bagi Sekolah Meningkatkan keterjalinan kerjasama yang baik antara sekolah dengan peneliti, serta dapat memberikan wawasan dan pengalaman untuk pengembangan sekolah.