BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian... 31

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan bersama (Suwito dalam Aslinda dkk, 2010: 06). Bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sistematis untuk mewujudkan suatu proses pembelajaran agar siswa aktif

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Sekolah Dasar. Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. serta bertanggung jawab. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini telah menjadi kebutuhan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Manusia menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan sesama.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adi Dwi Prasetio, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Judul. Pengembangan Instrumen Asesmen Otentik pada Pembelajaran Subkonsep Fotosintesis di SMP

BAB I PENDAHULUAN. serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalampembangunan

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia haruslah dilakukan dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

ANALISIS PENYIMPANGAN MAKSIM KERJASAMA DAN AKSIM KESOPANAN DALAM WACANA KARTUN PADA URAT KABAR KOMPAS (TINJAUAN PRAGMATIK)

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Untuk mencapai suatu keberhasilan dalam pendidikan, seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Selanjutnya dinyatakan bahwa pendidikan nasional bertujuan mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. antara pendidikan dengan tingkat perkembangan bangsa tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk kemajuan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ayu Eka Putri, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Perwujudan dari amanat Undang-Undang Dasar 1945

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah beragam, antara lain: kurikulum 2013 hanya akan memberi beban

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN. sebagai media penyampaian informasinya. dipergunakan dalam wacana humor. Penggunaan bahasa yang biasa saja

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Permendikbud No. 67 tahun 2013, kurikulum 2013 dirancang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab. I, pasal 1:

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesopanan merupakan adat sopan santun, tingkah laku (tutur kata) yang baik

BAB I PENDAHULUAN. Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. melalui berbagai upaya yang berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. didik dapat mempertahankan hidupnya kearah yang lebih baik. Nasional pada Pasal 1 disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Nasional pada Pasal 3 menetapkan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tercantum di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum yang dikembangkan pada tataran satuan pendidikan. Oleh karena itu,

STANDAR NASIONAL KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kemajuan dari suatu bangsa dapat dilihat dari sektor pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Peserta didik yang mengikuti pendidikan masa kini akan

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional diharapkan dapat

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku. Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan. diluncurkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pengganti dan penerus yang mendahuluinya, dan sebagai pewaris-pewaris di muka

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan. berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang

DESKRIPSI PROSES PEMBELAJARAN GEOGRAFI SMA KELAS X KURIKULUM 2013DI KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Negara maju dalam persaingan global. Berbagai perbaikan terus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Manusia yang berkualitas dapat dinilai dari segi pendidikan, seperti yang dipaparkan dalam tujuan pendidikan nasional (Hamalik, 2013: 1). Suatu rumusan nasional tentang pendidikan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Yang di maksud dengan usaha sadar bahwa pendidikan diselenggarakan berdasarkan rencana yang matang, mantap, jelas, lengkap, menyeluruh, berdasarkan pemikiran yang rasional-objektif. Fungsi pendidikan adalah menyiapkan peserta didik. Menyiapkan diartikan bahwa peserta didik pada hakikatnya belum siap, tetapi perlu disiapkan dan sedang menyiapkan dirinya sendiri. Hal ini menunjuk pada proses yang berlangsung sebelum peserta didik itu siap untuk terjun ke kancah kehidupan nyata. Strategi pelaksanaan pendidikan dilakukan dalam bentuk kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan. Bimbingan adalah pemberian bantuan, arahan, motivasi, nasihat, dan penyuluhan agar siswa mampu mengatasi, 1

2 memecahkan masalah, menanggulangi kesulitan sendiri. Pengajaran adalah bentuk kegiatan yang terjalin interaksi belajar mengajar antara guru dengan peserta didik untuk mengembangkan perilaku sesuai dengan tujuan pendidikan (Hamalik, 2013: 2). Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang saling berkaitan. Sebagai suatu rencana atau program, kurikulum tidak akan bermakna apabila tidak diimplementasikan dalam bentuk pembelajaran. Demikian juga sebaliknya, tanpa kurikulum yang jelas sebagai acuan, maka pembelajaran tidak akan berjalan secara efektif (Hidayat, 2013: 157). Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang disediakan untuk membelajarkan siswa (Hamalik, 2013: 17). Kurikulum 2013 dikembangkan berbasis pada kompetensi sangat diperlukan sebagai instrumen untuk mengarahkan peserta didik menjadi (1) manusia berkualitas yang mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah, (2) manusia terdidik yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan (3) warga negara yang demokratis, bertanggung jawab. Pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi merupakan salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum tingkat satuan pendidikan yang diberlakukan mulai tahun ajaran 2013/ 2014. Kurikulum 2013 telah memenuhi dua dimensi kurikulum, yang pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran, serta cara yang digunakan

3 untuk kegiatan pembelajaran (Permendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah). Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia (Permendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah). Kurikulum 2013 menekankan dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran yaitu menerapkan pendekatan saintifik. Pembelajaran berpendekatan saintifik adalah pembelajaran yang dirancang secara prosedural sesuai dengan tahap-tahap umum kegiatan ilmiah (Majid & Rochman, 2014: 3). Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran terdapat keterampilan melalui kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Sejalan dengan hal tersebut, pembelajaran bahasa Indonesia berbasis kurikulum 2013 dapat dirancang dengan menggunakan pendekatan saintifik. Salah satu tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yaitu mengembangkan dan membina pribadi peserta didik agar memiliki kemampuan berpikir empiris dan kritis serta tindakan yang produktif dan kreatif dalam ranah komunikasi berbahasa Indonesia. Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar diperlukan kompetensi keterampilan berbicara yang salah satu wujudnya berupa pemakaian prinsip kerja sama. Allan (dalam Rahardi, 2005: 52) mengungkapkan bahwa agar proses komunikasi penutur dan mitra tutur dapat berjalan dengan baik dan lancar, masing-

4 masing harus saling bekerja sama. Bekerja sama yang baik di dalam proses bertutur itu salah satunya dapat dilakukan dengan berperilaku sopan kepada pihak lain. Berperilaku sopan itu dapat dilakukan dengan cara memperhitungkan muka si mitra tutur di dalam kegiatan bertutur. Suatu percakapan biasanya membutuhkan kerja sama antara penutur dan mitra tutur untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Prinsip kerja sama adalah aturan-aturan yang harus dipakai dan dipatuhi oleh peserta komunikasi yang menimbulkan kesepakatan bersama yang mengandung maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi dan maksim pelaksanaan (Leech, 2011: 11). Pembelajaran bahasa Indonesia di SMAN 4 Malang menunjukkan adanya penggunaan tuturan guru dan siswa yang berupa penerapan prinsip kerja sama. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SMAN 4 Malang guru menggunakan kurikulum 2013 yang di dalamnya menekankan adanya pendekatan saintifik. Dalam pelaksanaannya meliputi tahap kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Oleh karena itu, Peneliti tertarik untuk meneliti pembelajaran bahasa Indonesia berbasis pendekatan saintifik di SMAN 4 Malang. Beberapa penelitian sebelumnya tentang tindak tutur dilakukan oleh Muhammad Gufron (2010) dengan judul Telaah Prinsip Kerja Sama dalam Naskah Sketsa Komedi Karya Bambang Sayno, dalam penelitian tersebut memfokuskan pada penggunaan wujud prinsip kerja sama dalam naskah-naskah sketsa komedi karya Bambang Sayno yang pernah dimainkan atau dipentaskan oleh group lawak KEPONTREN di stasiun televisi yaitu JTV. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa dalam naskah sketsa komedi karya Bambang

5 Sayno terdapat prinsip kerja sama. Dalam hal ini terdapat empat maksim percakapan yang meliputi maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan. Maksim yang paling dominan dalam naskah sketsa komedi karya Bambang Sayno adalah maksim kuantitas. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Sabrina May Prasmadita (2011) dengan judul Telaah Prinsip Kerja Sama dalam Tindak Tutur Acara Hitam Putih di Trans7, dalam penelitian tersebut memfokuskan pada bentuk ketaatan prinsip kerja sama dan fungsi tuturan yang terdapat pada acara Hitam Putih di Trans7. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa wujud kerja sama yang terjadi dalam tindak tutur acara Hitam Putih di Trans7 berupa maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim kuantitas, maksim pelaksanaan dan fungsi tuturan yang terjadi dalam acara Hitam Putih di Trans7 berupa fungsi tuturan deklarasi, representatif, ekspresif, direktif dan komisif. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Pita Rozalia (2011) dalam judul Analisis Prinsip Kerja Sama dan Prinsip Kesopanan pada Buku Humor Sehat Karya Pujo Raharjo. Dalam penelitian tersebut memfokuskan pada pematuhan dan pelanggaran prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan dalam setiap kelompok humor pada buku Humor Sehat Karya Pujo Raharjo. Pematuhan dan pelanggaran prinsip kerja sama meliputi maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim pelaksanaan. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pelanggaran prinsip kerja sama terdapat pada semua maksim yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevanci dan maksim pelaksanaan. Maksim yang paling banyak dilanggar adalah maksim kuantitas, sedangkan maksim yang paling banyak dipatuhi adalah maksim relevansi. Pelanggaran prinsip kesopanan lebih sering terjadi dibandingkan dengan

6 pematuhan. Pelanggaran prinsip kesopanan terdapat pada lima maksim yaitu maksim kebijaksanaan, kemurahan, penerimaan, kerendahan hati, kecocokan dan ada satu maksim yang tidak terdapat pelanggaran yaitu maksim kesimpatian, dan pematuhan prinsip kesopanan juga terdapat empat maksim yaitu maksim kebijaksanaan, penerimaan, kecocokan, kesimpatian dan terdapat dua maksim yang tidak terdapat pematuhan yaitu maksim kemurahan dan kerendah hati. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian ini, lebih berfokus pada pemakaian prinsip kerja sama pada tuturan guru-siswa dengan pendekatan saintifik sesuai kurikulum 2013. Dengan demikian sehubungan dengan penjelasan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti mengambil judul Pemakaian Prinsip Kerja Sama pada Tuturan Guru-Siswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Berbasis Pendekatan Saintifik di Kelas XI SMAN 4 Malang. 1.2 Fokus Penelitian Fokus penelitian ini pada prinsip kerja sama yang meliputi maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi dan maksim pelaksanaan. Oleh karena itu pembelajaran bahasa Indonesia yang menggunakan pendekatan saintifik akan dikaji berdasarkan pemakaian maksim prinsip kerja sama. Dalam hal ini maksim-maksim itu adalah maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maskim pelaksanaan. Adapun keterampilan pendekatan saintifik dalam pembelajaran bahasa Indonesia melalui kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.

7 1.3 Rumusan Masalah Sesuai dengan latar belakang masalah penelitian ini sebagai berikut. a. Bagaimana wujud pemakaian prinsip kerja sama dalam pembelajaran Bahasa Indonesia pada kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan? 1.4 Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah tujuan penelitian ini sebagai berikut. a. Memberikan gambaran objektif tentang pemakaian prinsip kerja sama pada tuturan guru-siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan di kelas XI SMAN 4 Malang. 1.5 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia kebahasaan dan pengajarannya, baik secara teoretis maupun praktis. a. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia kebahasaan dan pengajarannya serta dapat memperluas kajian pragmatik terutama pemakaian prinsip kerja sama dalam proses komunikasi. b. Manfaat Praktis Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian tentang pragmatik terutama mengenai prinsip kerja sama.

8 1.6 Definisi Operasional a. Prinsip kerja sama adalah aturan-aturan yang harus dipakai dan dipatuhi oleh peserta komunikasi yang menimbulkan kesepakatan bersama yang mengandung maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi dan maksim pelaksanaan (Leech, 2011: 11). b. Tuturan adalah ujaran lisan/ rentang pembicaraan yang didahului dan diakhiri dengan baik oleh pihak penutur (Parera, 2004: 262). c. Pendekatan Saintifik adalah suatu pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui keterampilan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan (Hosnan, 2014: 34). d. Maksim kuantitas adalah maksim yang dilakukan oleh seorang penutur agar memberikan informasi yang cukup, relatif memadai, dan seinformatif mungkin (Leech, 2011: 128). e. Maksim kualitas adalah maksim yang dilakukan oleh seorang penutur agar memberikan informasi yang nyata dan sesuai fakta yang sebenarnya di dalam bertutur (Rahardi, 2005: 55). f. Maksim relevansi adalah maksim yang dilakukan oleh seorang penutur agar perkataannya ada relevansinya tentang sesuatu yang dipertuturkan (Leech, 2011: 144 ). g. Maksim pelaksanaan adalah maksim yang dilakukan oleh seorang penutur agar bertutur secara langsung, jelas, dan tidak kabur (Rahardi, 2005: 57).