HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BAYI DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 6-12 BULAN DI DESA MANGGUNG SUKOREJO MUSUK BOYOLALI

dokumen-dokumen yang mirip
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun oleh : AGUSTINA ITRIANI J

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan sukses di masa depan, demikian juga setiap bangsa menginginkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

BAB 1 PENDAHULUAN. menggembirakan. Berbagai masalah gizi seperti gizi kurang dan gizi buruk,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

BAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang masih tersebar luas di negara-negara. berkembang termasuk di Indonesia, masalah yang timbul akibat asupan gizi

PERBEDAAN KADAR HEMOGLOBIN SISWI SMA PEDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

Keluarga Sadar Gizi (KADARZI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS NGUTER

BAB I PENDAHULUAN. keemasan, yang memiliki masa tumbuh kembangnya berbagai organ tubuh. Bila

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB I PENDAHULUAN. kurang dalam hal pemberian makanan yang baik (Akhsan, 2007).

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DI KELURAHAN JEMAWAN, KECAMATAN JATINOM, KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang baik. Menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak seimbang menimbulkan masalah yang sangat sulit sekali

BAB I PENDAHULUAN. Visi pembangunan bidang kesehatan yaitu Indonesia Sehat 2010, diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran seseorang hingga berusia 18 atau 24 bulan. Masa-masa bayi adalah

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH DINAS KESEHATAN Jalan Jend.Sudirman No.24 Telp SUNGAI PENUH Kode Pos : 37112

KUESIONER HUBUNGAN KARAKTERISTIK KELUARGA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN PRAKTEK KADARZI DI KECAMATAN TRIENGGADENG KABUPATEN PIDIE JAYA

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

BAB II PERENCANAAN KINERJA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG. Kekurangan Vitamin A (KVA), Anemia Gizi Besi (AGB), Gangguan Akibat

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

HUBUNGAN ASUPAN ZAT BESI DENGAN KADAR HEMOGLOBIN DAN KADAR FERRITIN PADA ANAK USIA 6 SAMPAI 24 BULAN DI PUSKESMAS KRATONAN SURAKARTA

1 Usia Harapan Hidup (UHH) Tahun 61,2 66,18. 2 Angka Kematian Bayi (AKB) /1.000 KH Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) /100.

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang terdiri dari 5,7% balita yang gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi

HUBUNGAN ANTARA UMUR PERTAMA PEMBERIAN MP ASI DENGAN STATUS GIZI BAYI USIA 6 12 BULAN DI DESA JATIMULYO KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

STUDI TENTANG MANAJEMEN SISTEM PELAKSANAAN PENAPISAN GIZI BURUK DI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ANALISIS PENGETAHUAN GIZI IBU BALITA DI DESA PASIRLANGU CISARUA BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

BAB I PENDAHULUAN. melalui perbaikan perilaku masyarakat dalam pemberian makanan

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi,

I. PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan mempunyai visi mewujudkan masyarakat mandiri untuk

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan kualitas sumber daya manusia (Dinkes Propsu, 2006).

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh:

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Status gizi menjadi indikator dalam menentukan derajat kesehatan anak.

No. Dokumen : C. KEBIJAKAN Puskesmas Gedongan mengatur tata cara melakukan konsultasi gizi kepada pasien

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian Manfaat Penyuluhan Gizi dalam Upaya Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dipelajari serta dipahami. Hal tersebut berkaitan dengan adanya perubahan

BAB I PENDAHULUAN. variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI ANAK BATITA MALNUTRISI DI POSYANDU DESA SEMBUNGAN BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. keemasan sekaligus dikatakan periode kritis pada anak. Dikatakan periode keemasan

BAB I PENDAHULUAN. bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR) dan Angka Kematian Ibu (AKI).

BAB I PENDAHULUAN. sering menderita kekurangan gizi, juga merupakan salah satu masalah gizi

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian di bidang ilmu kesehatan pada umumnya bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

ARIS SETYADI J

BAB I PENDAHULUAN. rangka mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas, terlebih pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah gizi di Indonesia masih didominasi oleh masalah Kurang Energi

BAB I PENDAHULUAN. mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan sebagai

RETNO DEWI NOVIYANTI J

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : SARI DEWI MINTARDJA J

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas tinggi.

INFOKES, VOL. 4 NO. 1 Februari 2014 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan dan kualitas sumber daya manusia. merupakan faktor yang menentukan untuk meningkatan kesejahteraan

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan masyarakat baik dari segi sosial,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Malaysia

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMENUHAN GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS 1-6 DI SD MOJOROTO II KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita adalah masa yang membutuhkan perhatian lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. pertama kali posyandu diperkenalkan pada tahun 1985, Posyandu menjadi. salah satu wujud pemberdayaan masyarakat yang strategis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia masih tergolong tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang

KERANGKA ACUAN PROGRAM GIZI PUSKESMAS KAMPAR KIRI

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini terdiri dari kesimpulan yang mencerminkan hasil yang didapatkan dari penelitian

Transkripsi:

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI BAYI DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 6-12 BULAN DI DESA MANGGUNG SUKOREJO MUSUK BOYOLALI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun Oleh : RIRIN PRAMULARSIH J 210 070 126 JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNUVERSITAS MUHAMMDIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Berdasarkan visi pembangunan nasional melalui pembangunan kesehatan yang yang ingin dicapai untuk mewujudkan Indonesia sehat 2010. Visi pembangunan gizi adalah mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi untuk mencapai status gizi keluarga yang optimal (Wahyu, 2007). Undang-undang Nomor 23 Tahun 1999, tentang kesehatan menyatakan bahwa kesehatan adalah sejahtera dari badan, jiwa, social yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomi. Landasan ini adalah sebagai dasar pembangunan kesehatan dalam rangka mewujudkan tatanan masyarakat yang sehat baik fisik, mental maupun sosial (Depkes, 2005). Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat. Masalah gizi, meskipun sering berkaitan dengan kekurangan pangan, pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan. Pada kasus tertentu, seperti dalam keadaan krisis (bencana kekeringan, krisis ekonomi) masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, kemampuan rumah tangga memperoleh makanan untuk semua anggotanya. Menyadari hal itu, peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin setiap anggota masyarakat untuk memperoleh makanan yang cukup jumlah dan mutunya, 1

dalam konteks itu masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah kesehatan, tetapi juga masalah kemiskinan, dan masalah kesempatan kerja (Supariasa, 2005). Gizi kurang merupakan salah satu masalah gizi utama pada balita Indonesia. Berdasarkan hasil sensus data gizi kurang pada tahun 2006 adalah 6,4%, sementara itu data gizi tahun 2007 yaitu 29,4%. Tahun 2008 terdapat gizi kurang 31,1% (Depkes, 2009). Masalah gizi di Indonesia dan dinegara berkembang pada umumnya masih didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah anemia besi, masalah gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY), masalah kurang vitamin A (KVA) dan masalah obesitas terutama dikota-kota besar. Masalah gizi di Indonesia, terutama KEP masih lebih tinggi dari pada Negara ASEAN lainnya. Pada tahun 2006 sekitar 36,4% anak balita di Indonesia menderita KEP. Pada tahun 2007, berdasarkan pemantauan status gizi (PSG) yang dilakukan oleh Direktorat Bina Masyarakat, prevalansi KEP ini turun menjadi 26,1%. Keadaan ini tidak dapat bertahan yaitu pada saat Indonesia mengalami krisis moneter yang berakibat pada krisis ekonomi yang berkepanjangan dan bencana dibeberapa provinsi. Pada tahun 2008, prevalansi KEP meningkat menjadi 39,8%. (Depkes, 2009). Secara garis besar penyebab anak kekurangan gizi disebabkan karena asupan makanan yang kurang. Tidak tersedianya makanan yang adekuat terkait langsung dengan kondisi sosial ekonomi. Kemiskinan sangat identik dengan tidak tersedianya makan yang adekuat. Data Indonesia dan negara lain menunjukkan bahwa adanya hubungan timbal balik dengan pendapatan. Makin kecil pendapatan penduduk, makin tinggi persentasi anak yang kekurangan gizi (Wahyu, 2007). 2

Pada masa bayi usia 6-12 bulan pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk perkembangan optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai dengan kebutuhan gizinya maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang mengganggu, perkembangan bayi dan anak baik pada masa ini maupun masa selanjutnya (Kresnawan, 2006). Di negara yang sedang berkembang kematian bayi berumur 6-12 bulan antara lain dipengaruhi keadaan gizi (Suhardjo, 2005). Berdasarkan hasil wawancara dari bidan desa program dari puskesmas untuk menanggulangi gizi kurang salah satunya adalah melalui program Pemberian Makanan Tambahan (PMT). Selain dengan program PMT, puskemas juga mempunyai program lain untuk desa Manggung Sukorejo Musuk Boyolali seperti, Pemberian Vitamin A setiap bulan Februari dan Agustus, Pemberian Kapsul Yodium bagi penderita gondok, penyuluhan kepada ibu-ibu hamil, peyuluhan kepada ibu-ibu dari balita yang kurang gizi, melakukan pemantauan status gizi balita di Desa Manggung Sokorejo Musuk Boyolali, dan pembinaan dokter kecil kalau ada lomba. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di Desa Manggung Sukorejo Musuk Boyolali pada tanggal 15 Oktober 2009, dari data bidan desa Manggung Sukorejo Musuk Boyolali terdapat 66 bayi yang berumur 6-12 bulan. Pada tahun 2008 dari 95 balita terdapat 16 balita gizi kurang, sedangkan data untuk awal bulan Januari-September 2009 terdapat kasus gizi kurang dengan sebanyak 4 bayi dari 66 bayi. Untuk data pertumbuhan dan perkembangan bayi ada sekitar 3 dari 66 bayi 3

yang mengalami hambatan, diantaranya anak usia satu tahun belum bisa berjalan, usia 6 bulan belum bisa merangka, usia satu tahun belum tumbuh giginya. Setelah melakukan wawancara dengan ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 6-12 bulan, ada 5 ibu-ibu yang memberikan makanan pada bayinya tidak sesuai dengan usia bayi, misal : bayi usia 4 bulan sudah diberikan bubur kasar. Hal itu dikarenakan sudah kebiasaan dari orang tua mereka. Alasan ibu memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sebelum usia 6 bulan antara lain : a) Ibu takut anaknya tidak cukup mendapatkan ASI, b) Ibu mengatakan berat badan anaknya tidak naik, c) Ibu takut berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anaknya. Atas dasar latar belakang masalah ini, mendorong penulis untuk melakukan penelitian Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Gizi Bayi Dengan Pertumbuhan Dan Perkembangan Bayi Usia 6-12 Bulan di Desa Manggung Sukorejo Musuk Boyolali. C. Rumusan Masalah Dengan mendasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang gizi balita dengan pertumbuhan dan perkembangan balita usia 6-12 bulan di Desa Manggung Sukorejo Musuk Boyolali. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang gizi bayi yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan kebutuhan bayi usia 6-12 bulan di Desa Manggung Sokorejo Musuk Boyolali. 4

2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu tentang gizi bayi usia 6-12 bulan di Desa Manggung Sukorejo Musuk Boyolali. b. Mengetahui pertumbuhan bayi usia 6-12 bulan di Desa Manggung Sukorejo Musuk Boyolali. c. Mengetahui perkembangan bayi usia 6-12 bulan di Desa Manggung Sukorejo Musuk Boyolali. d. Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan pertumbuhan bayi usia 6-12 bulan di Desa Manggung Sukorejo Musuk Boyolali. e. Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan perkembangan bayi usia 6-12 bulan di Desa Manggung Sukorejo Musuk Boyolali. C. Manfaat Penelitian 1. Bagi Puskesmas Sebagai masukan dalam memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi usia 6-12 bulan. 2. Bagi Ibu-ibu Dapat dijadikan informasi bahwa usia bayi merupakan usia yang perlu diperhatikan khususnya dalam hal gizi dan merupakan usia rentang terhadap berbagai penyakit yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi. 3. Bagi Institusi Mengembangakan ilmu keperawatan dan menambah literature mengenai pertumbuhan dan perkembangan bayi. 5

4. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis mengenai Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Bayi Dengan Pertumbuhan Dan Perkembangan Bayi Usia 6-12 Bulan. D. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai pengetahuan gizi dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi yang penah dilakukan antara lain : 1. Roudlotul Ilmiyah (2007) dengan judul Hubungan status gizi dengan pertumbuhan dan perkembangan anak usia 1-3 tahun di posyandu kunci 12 kelurahan pandeyan umbulhajo yogyakarta. Variable bebasnya status gizi dan variable terikatnya perkembangan anak balita, jenis penelitian non eksperimen bersifat kolerasi dengan rancangan penelitian cross sectional yaitu rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran dan pengamatan pada saat bersamaan. 2. Wahyu (2007) dengan judul Hubungan antara pengetahuan ibu balita tentang kebutuhan nutrisi dengan status gizi balita KEP di wilayah kerja puskesmas buluspesantern 1 kabupaten kebumen, diperoleh hasil : masih banyak responden dengan tingkat pendidikan rendah, responden yang mempuyai pengetahuan rendah mengenai status balita KEP mempuyai balita dengan status gizi kurang. 3. Zuraida (2007) dengan judul Hubungan pengetahuan ibu tentang gizi balita dengan peningkatan berat badan balita diposyandu jajar wilayah puskesmas purwosari surakarta, diperoleh hasil : pengetahuan ibu tentang gizi balita mempunyai hubungan yang positif dan signifikan dengan peningkatan berat badan. Jadi hipotesis pnelitian ini yang menyatakan bahwa ada hubungan antara 6

pengetahuan ibu tentang gizi dengan peningkatan berat badan, terbukti kebenarannya. 4. Umi Sumiyati(2007) dengan judul Hubungan antara pemberian ASI eksklusif terhadap tingkat perkembangan bayi 6-12 bulan didesa pabelan kecamatan kartasura diperoleh hasil : tidak terdapat hubungan signifikan antara pemberian ASI eksklusif terhadap tingkat perkembangan pada bayi 6-12 bulan didesa pabelan. 5. Deny Rohmawati (2007) dengan judul Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang makanan tambahan dengan pertumbuhan balita umur 6-12 bulan didesa nguntaronodi diperoleh hasil : terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang makanan tambahan dengan pertumbuhan balita umur 6-12 bulan didesa Nguntoronadi, kecamatan Nguntoronadi, kabupaten Magatan, dengan demikian peningkatan tingkat pengetahuan ibu tentang makanan tambahan akan mempengaruhi tingkat pertumbuhan balita. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya adalah rancangan penelitian menggunakan cross sectional, lokasi/tempat penelitian di Desa Manggung Sukorejo Musuk Boyolali, waktu penelitian serta variabel terikat yang akan diteliti yaitu pertumbuhan dan perkembangan bayi. 7