BAB I PENDAHULUAN. aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar (Majid, 2014: 86). Dari pernyataan

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN GROUP INVESTIGATION DENGAN PERMAINAN AKU SEORANG DETEKTIF KELAS IV SD MUHAMMADIYAH 1 MALANG

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sepanjang hayat (long life education). Hal ini sesuai dengan prinsip

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sebagai upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang dibutuhkan untuk kehidupan. (KTSP). Sesuai dengan amanat KTSP, model pembelajaran terpadu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional abad XXI bertujuan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. masalah itu sendiri sehingga pembelajaran akan lebih terpusat pada siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Mella Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RAMBU-RAMBU PENYUSUNAN RPP

I. PENDAHULUAN. prasarana pendidikan, pengangkatan tenaga kependidikan sampai pengesahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan kualitas pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran matematika wajib diberikan kepada semua peserta didik mulai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi di SMP Pelita Bangsa Bandar Lampung, pada proses

BAB I PENDAHULUAN. membangun peradaban manusia di era modern seperti saat ini. Pada hakikatnya. mengalami perubahan (Wayan Somayasa, 2013: 2).

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB I PENDAHULUAN. bahwa pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inquiri ilmiah (Scientific

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iva Sucianti, 2013

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I Jurusan Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

(Contoh) DESAIN PEMBELAJARAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENDIDIKAN KESETARAAN PAKET C UPT SKB KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah aspek penting dalam perkembangan

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI

PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS) BERDASARKAN KURIKULUM 2013 KELAS VIII DI SMP NEGERI 31 PADANG JURNAL EFRIJONI

BAB I PENDAHULUAN. belajarnya dan dapat membangun pengetahuannya sendiri (student centered. digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran masih kurang.

Bagaimana memilih bahan ajar? Prinsip Kecukupan. Cakupan Bahan Ajar. Urutan Penyajian Bahan Ajar

BAB I PENDAHULUAN 1. 5 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kini, dan pendidikan berkualitas akan muncul ketika pendidikan di sekolah juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dasar adalah bagian terpadu dari sistem pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sesuai dengan yang termuat dalam Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum memainkan peran yang sangat penting dalam Sistem Pendidikan

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRY

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rika Nurjanah, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

PENYUSUNAN RPP PADA KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya pembelajaran kimia yang kreatif dan inovatif, Hidayati (2012: 4).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wira Suwasti, 2013

RPP. Pengertian RPP. Komponen RPP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua jenjang pendidikan mulai tingkat SD, SMP, SMA/SMK, bahkan. menghadapi perkembangan jaman yang semakin maju.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 19 ayat (1) tentang Standar Proses, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebaiknya

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI GAYA GESEK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara siswa dengan guru dan

Sementara itu, Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

TEKNIK PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Oleh: Dr. Marzuki UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

JURNAL PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR SRI SUDARMI A54A100076

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi aktif, memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa,

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE PADA MATERI PERUBAHAN SIFAT BENDA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Implementasai kurikulum 2013 di Indonesia sangat diharapkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kegiatan pembelajaran merupakan suatu proses untuk mencapai kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses interaksi yang baik didasari oleh

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar IPA di MTs Negeri Jeketro,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kualitas sumber daya manusia merupakan salah satu penentu kemajuan

ANALISIS MUATAN IPA PADA BUKU TEKS PELAJARAN TEMATIK TERPADU SD KELAS V TEMA 1 SUBTEMA 1 WUJUD BENDA DAN CIRINYA

BAB V PEMBAHASAN. Dalam bab ini akan dibahas hasil temuan-temuan dari masing-masing tempat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, dan perkembangan fisik serta psikologi siswa.

BAB I PENDAHULUAN. Prioritas Pembangunan Pendidikan Nasional tahun sebagaimana telah

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pembelajaran melibatkan beberapa komponen yaitu: 1) peserta didik;

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran tematik merupakan suatu pembelajaran yang melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna bagi siswa. Keterpaduan pembelajaran, dapat dilihat dari aspek proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar (Majid, 2014: 86). Dari pernyataan tersebut, pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu materi dalam beberapa mata pelajaran sekaligus dalam satu kali pertemuan. Sesuai arahan Permendikbud No. 22 tahun 2016 tentang standart proses sekolah dasar dan menengah ( dalam BSNP, 2009:1), proses pembelajaran pada satuan pendidikan hendaknya diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Melalui proses pembelajaran interaktif, inspiratif, dan menyenangkan, peserta didik diharapkan dapat memperoleh proses pembelajaran yang bermakna dalam rangka mengembangkan potensinya. IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan, dan memiliki sikap ilmiah. IPA merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain 1

2 penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan (Supriyanti, 2010:12). Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA merupakan mencari tahu tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian tahapan pada proses ilmiah. Pada jenjang tingkat sekolah dasar, siswa harus berperan sebagai pusat perhatian yang memiliki karakteristik tersendiri. Proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik jika proses pembelajaran tersebut disesuaikan dengan karakteristik anak. Karakteristik siswa kelas IV sekolah dasar masih termasuk dalam tahap atau fase pertumbuhan dan perkembangan. Siswa kelas IV sekolah dasar biasanya berumur antara 10-11 tahun(sutirna, 2013: 29). Anak-anak usia sekolah ini memiliki karakteristik senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung (Supriadi, 2010: 80) Anak yang aktif, membentuk atau menyusun pengetahuan mereka sendiri pada saat mereka mengeksplorasi lingkungan dan kemudian tumbuh secara kognitif terhadap pemikiran-pemikiran logis. Namun pada kebanyakan sekolah masih menuntut siswanya untuk menghafal materi tersebut sesuai dengan buku yang mereka dapatkan tanpa mengalaminya secara langsung. Sehingga membuat anak memfokuskan diri pada aspek kognitifnya sedangkan aspek psikomotor dan afektif kurang berkembang dengan baik. Pembelajaran yang digunakan pada satuan pendidikan sekarang ini yaitu menggunakan orientasi kurikulum 2013. Orientasi ini adalah terjadinya peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap, ketrampilan dan pengetahuan. Hal ini sejalan dengan amanat UU No. 20 tahun 2003 sebagaimana

3 tersurat dalam penjelasan Pasal 35, yaitu kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan standar nasional yang telah disepakati(majid, 2014:28). Berdasarkan hasil wawancara dan hasil observasi pada 10 Desember 2016 dengan guru kelas IV-B di SD Muhammadiyah 1 Malang saat proses belajar mengajar pembelajaran tematik khususnya pada mata pelajaran IPA materi gaya dan gerak, ditemukan bahwa (1) guru kurang berinteraksi dan metode pembelajaran yang digunakan masih metode ceramah namun pernah menggunakan Model Group Investigation(GI), (2) siswa kurang aktif dalam hal berkomunikasi terkait pembelajaran, dan (3) pembelajaran gaya dan gerak terpacu pada Buku Siswa dan Buku Guru. Dengan demikian, guru kurang maksimal dalam mengemas model pembelajaran group investigation yang menarik dan menyenangkan bagi siswa. Pelaksanaan GI di sekolah dasar sebenarnya sudah dilakukan pada beberapa sekolah dasar. Namun, karena kurangnya kreatifitas guru dalam mengembangkan model tersebut sehingga menyebabkan pelaksanaan model tersebut kurang begitu mencapai tujuan pembelajaran. Jika pelaksanaan model GI dapat dikembangkan dengan permainan yang menarik, maka tercapainya tujuan pembelajaran tidak hanya secara akademis saja melainkan juga secara probadi dan sosial siswa. Sehingga perlunya dikembangkan model GI dengan permainan Aku Seorang Detektif dalam materi gaya dan gerak pada kelas IV SD Muhammadiyah 1 Malang.

4 Model GI dengan permainan Aku Seorang Detektif dirancang untuk digunakan di SD Muhammadiyah 1 Malang karena disesuaikan dengan karakteristik siswa yang senang bermain, senang bergerak, senang bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Model GI dapat dilakukan di sekolah lain, dengan cacatan harus disesuaikan dengan karakteristik siswa dan lingkungan sekolah tersebut. Dari permasalahan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa: (1) pada kondisi ideal guru dituntut kreatif dalam proses belajar mengajar namun guru masih terpacu pada Buku Siswa dan Buku Guru; (2) pada kondisi ideal anak berperan aktif dalam proses pembelajaran namun siswa masih pasif dalam berkomunikasi terkait pembelajaran dan; (3) pada kondisi ideal guru seharusnya menggunakan model dan metode yang menyenangkan, menantang dan memotivasi namun guru kurang berkomunikasi dengan siswa dan metode yang sering digunakan yaitu ceramah. Model pembelajaran Group Investigation adalah model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada proses pencarian pengetahuan dari pada transfer pengetahuan (Meiliya,2016:31). Aspek rasa sosial dari kelompok, pertukaran intelektualnya, dan maksud dari subjek yang berkaitan dengannya dapat bertindak sebagai sumber-sumber penting maksud tersebut bagi usaha para siswa untuk belajar. Model pembelajaran yang bertahap tersebut akan lebih menarik jika dalam model tersebut disisipkan permainan dalam suatu proses belajar mengajar. Permainan yang sesuai dengan tujuan adalah permainan yang memiliki ciri-ciri seperti menimbulkan kesenangan, spontanitas, motivasi dari anak sendiri,

5 dan aturan ditentukan oleh anak sendiri (Widyastuti, 2013:26). Permainan seperti Aku seorang detektif adalah suatu permainan dimana siswa memposisikan/membayangkan dirinya sebagai seorang detektif yang harus menjalankan sebuah penyelidikan untuk menemukan barang-barang yang hilang. Permainan ini, pada awalnya yang hanya bermain untuk meraih kesenangan menjadi permainan yang memacu mereka untuk mendapatkan hasil. Pendukung penelitian ini, berikut dikemukakan hasil penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian pertama yaitu Rini, Titis Angga (2015:2) dengan judul Pengembangan Metode Permainan Edukatif Detektif Cilik Pada Pembelajaran Keindahan Alam Negeriku Di SDN Bendogerit 01 Kota Blitar. Hasil penelitian pengembangan menyajikan data hasil uji coba terbatas tentang keterterapan, kemenarikan dan keefektifan metode permainan edukatif detektif cilik dalam kegiatan pembelajaran. Analisis data hasil uji coba terbatas menunjukkan bahwa persentase keterterapan metode sebesar 74%, persentase kemenarikan metode sebesar 91%, dan keefektifan metode sebesar 78%. Penelitian yang kedua yaitu Radiyati, Siti (2012:2) dalam Jurnal PGSD Sebelas Maret dengan judul Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation dalam Peningkatan Hasil Belajar IPS di Kelas IV SD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil penelitian menyimpulkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation, dapat meningkatkan proses dan hasil belajar IPS di kelas IV. Hasil penelitian pada lokasi pertama persentase dari 63% meningkat menjadi 84%, pada lokasi kedua persentase dari 83% meningkat menjadi 93 % dan pada lokasi ketiga dari 29% meningkat menjadi 77%. Selain

6 itu, disarankan dari penelitian tersebut bahwa pemilihan metode yang tepat merupakan alternatif yang dapat ditempuh. Dari penelitian terdahulu pertama yang telah dilakukan, penelitian ini mempunyai perbedaan yaitu terletak pada tema pembelajaran yang disajikan. Seperti pada penelitian terdahulu yang pertama menggunakan tema Keindahan Alam Negeriku sedangkan pada penelitian ini menggunakan tema Daerah Tempat Tinggalku dengan memfokuskan pada subtema 1 saja. Persamaan penelitian pertama dan penelitian ini yaitu terletak pada penggunaan metode permainan yaitu menggunakan metode permainan Aku Seorang Detektif. Namun pada penelitian ini, menggunakan sintaks pada model GI dengan permainan Aku Seorang Detektif yang memiliki keunggulan pada langkah pembelajarannya. Jadi siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap materi gaya dan gerak. Sedangkan pada penelitian kedua yang telah dilakukan, penelitian ini mempunyai perbedaan yaitu pada jenis penelitian dan mata pelajaran. Seperti pada penelitian kedua menggunakan jenis penelitian PTK, namun pada penelitian ini menggunakan jenis penelitian pengembangan. Mata pelajaran pada penelitian kedua diterapkan pada mata pelajaran IPS sedangkan pada penelitian ini diterapkan pada mata pelajaran IPA. Pada penelitian ini tidak hanya menyajikan model GI saja melainkan juga mengemas model GI ke dalam suatu permainan yaitu permainan Aku Seorang Detektif. Berkaitan dengan hal tersebut, solusi yang diberikan yaitu menggunakan model Group Investigation dengan permainan Aku Seorang Detektif sebagai produk yang mengembangkan model Group Investigation dengan permainan Aku

7 Seorang Detektif sebagai produk dalam bentuk buku panduan dan RPP untuk menghasilkan model pembelajaran dengan permainan yang layak dengan kriteria menarik, efektif dan valid. Alasan digunakannya permainan Aku Seorang Detektif dianggap menyenangkan, memotivasi dan membuat anak merasa tertantang. Sesuai arahan Permendikbud no. 22 tahun 2016 bahwasanya Pembelajaran pada satuan pendidikan hendaknya diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif...(bsnp, 2009:1) Pemilihan model GI dirasa cocok jika dipasangkan dengan permainan tersebut karena model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi dalam memecahkan masalah dengan benda konkret yang dikaji antar individu dalam suatu kelompok. Selain itu model GI lebih menekankan pada proses pencarian pengetahuan dari pada transfer pengetahuan. Maka dilakukanlah penelitian yang berjudul Pengembangan Model Pembelajaran Group Investigation (GI) dengan Permanainan Aku Seorang Detektif dalam Materi Gaya dan Gerak Kelas IV SD Muhammadiyah 01 Malang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah proses pembuatan pengembangan model pembelajaran group investigation (GI) dengan permanainan aku seorang detektif dalam materi gaya dan gerak pada kelas IV SD Muhammadiyah 1 malang yang layak dengan kriteria valid, efektif, dan menarik?

8 C. Tujuan Penelitian dan Pengembangan Tujuan penelitian dan pengembangan Model Pembelajaran Group Investigation (GI) Dengan Permanainan Aku Seorang Detektif yaitu untuk menghasilkan produk pengembangan model pembelajaran GI dengan permainan Aku Seorang Detektif dalam materi gaya dan gerak pada kelas IV SD Muhammadiyah 1 yang layak dengan kriteria valid, efektif, dan menarik. D. Spesifikasi Produk Pembelajaran yang Diharapkan Adapun penjelasan lebih detail mengenai RPP dan buku panduan dipaparkan sebagai berikut: 1. RPP RPP ini sebagai rencana pelaksanaan pembelajaran model GI dengan permainan Aku Seorang Detektif. RPP akan dilaksanakan pada kelas IV SD, tema 8, subtema 1, pembelajaran ke-1, serta mata pelajaran IPA dan Bahasa Indonesia. RPP ini berisi tentang KI, KD, Indikator, tujuan pembelajaran, pendekatan dan metode, langkah-langkah pembelajaran, sumber dan media, evaluasi, LKS, soal dan kunci jawaban. Pendekatan dan metode yang digunakan yaitu pendekatan scientific, model pembelajaran Group Investigation (GI) dengan permainan Aku Seorang Detektif serta strategi pembelajaran tidak langsung dan pembelajaran interaktif. Media yang digunakan yaitu kartu berkata, kaca pembesar, kantong misi, lembar kerja siswa, dan soal post test. Evaluasi berisi tentang penilaian proses dan penilaian hasil belajar. 2. Buku Panduan Produk yang dihasilkan adalah sebuah permainan dimana siswa memposisikan/membayangkan dirinya sebagai seorang detektif yang harus

9 menjalankan sebuah penyelidikan untuk menemukan barang-barang yang hilang. Cara untuk menemukan benda tersebut yaitu dengan menebak ciri-ciri benda dan melakukan penyelidikan Gaya dan Gerak pada benda yang hilang. Buku panduan dicetak dengan ukuran A5 dengan kertas AP. Pada buku panduan terdapat cover, kata pengantar, daftar isi, teori mengenai GI, permainan, media yang digunakan, penjelasan media, dan langkah-langkah kegiatan. Cover berisi judul dan gambar yang menarik dengan warna dominan hijau. Teori mengenai GI mencakup 3 teori yaitu Sherlock Holmes, Jean Piaget, dan Mildred Parten. Media yang digunakan yaitu kaca pembesar, kantong misi, dan kartu berkata. a. Kaca Pembesar terbuat dari bola lampu bekas yang diisi air. Kaca pembesar digunakan untuk mendukung anak dalam melakukan penyelidikan. Kaca pembesar digunakan untuk membaca tulisan yang berukuran kecil pada kartu yang diberikan. b. Kantong misi yaitu berisi tentang misi-misi yang harus dilaksanakan siswa. Kantong ini berisi 3 kartu misi. Bentuk dapat dibedakan atau disamakan. Bahan kartu menggunakan kertas AP dan kertas kado dengan gambar yang menarik. c. Kartu berkata, berisi kalimat tentang ciri-ciri dari benda yang hilang. Bahan yang digunakan kertas AP. Penulisan pada kartu ini dibuat kecil agar siswa dapat menggunakan kaca pembesar sehingga siswa dapat merasakan sebagai seorang detektif ang sebenarnya. d. Guru berperan sebagai pemberi informasi.

10 Berikut langkah-langkah kegiatan pada model pembelajaran GI dengan permainan aku seorang detektif : a. Siswa dibagi menjadi 5 kelompok secara heterogen, dimana setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa. b. Perwakilan kelompok maju untuk mengambil lembar kerja siswa. c. Siswa diajak untuk melakukan pembelajaran di luar kelas. d. Siswa memperhatikan guru ketika menjelaskan aturan permainan. e. Siswa menyimak guru ketika menjelaskan cara pengisian LKS. f. Perwakilan kelompok mengambil 2 kartu berkata dan satu kaca pembesar. g. Setiap kelompok menggunakan kaca pembesar untuk membaca kalimat yang ada pada Kartu Berkata dan memikirkan benda yang dimaksut dalam kartu berkata. h. Setiap kelompok membagi tugas, 2 siswa untuk melakukan penyelidikan pada misi pertama dan 2 siswa untuk melakukan penyelidikan pada misi kedua. i. Setiap kelompok dapat membuka Kantong misi. j. Setiap kelompok melaksanakan misi yang tertera pada setiap misi yang terdapat pada kantong misi k. Perwakilan kelompok dapat menemui guru untuk mengambil benda yang dimaksud dalam kartu berkata untuk melakukan penyelidikan. l. Setiap kelompok melakukan penyelidikan pada benda tersebut. m. Setelah melakukan penyelidikan, setiap kelompok menuliskan laporan hasil pengamatan pada lembar kerja siswa. n. Siswa mengumpulkan LK beserta media kepada guru.

11 o. Seluruh siswa masuk kekelas untuk mempersentasikan laporan hasil pengamatan. p. Kelompok lain mempersiapkan pertanyaan terkait persentasi dari kelompok. E. Pentingnya Penelitian dan Pengembangan 1. Bagi Siswa a. Meningkatkan motivasi siswa dan daya tarik siswa dalam pelajaran terutama mata pelajaran IPA pada materi gaya dan gerak pada kurikulum 2013. b. Siswa meningkatkan rasa percaya diri. c. Siswa belajar untuk memecahkan dan menangani suatu masalah. 2. Bagi Guru a. Sebagai masukan bagi guru SD untuk memperoleh model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran tematik. b. Guru lebih termotivasi untuk menerapkan model pembelajaran yang lebih bervariasi, sehingga materi pelajaran akan lebih menarik. 3. Bagi Sekolah a. Sebagai sarana perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran yang lebih efektif dan bermakna. b. Meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah sehingga mutu sekolah meningkat. 4. Bagi Peneliti Lain Memberikan referensi dalam pengembangan model pembelajaran dengan permainan pada mata pelajaran IPA maupun pembelajaran tematik.

12 F. Asumsi dan Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan 1. Asumsi Penelitian dan Pengembangan Penelitian Pengembangan Permainan Aku Seorang detektif dengan Model Pembelajaran Group Investigation memiliki beberapa asumsi yaitu, sebagai berikut: a. Siswa pernah melakukan model group investigation. b. Siswa memahami perbedaan tarikan dan dorongan. c. Siswa memahami pengertian, manfaat dan macam-macam gaya. 2. Keterbatasan Penelitian dan Pengembangan Penelitian yang dilakukan memiliki kelemahan dalam pengembangan permainan Aku Seorang Detektif dengan pembelajaran model Group Investigation, yaitu: a. Penelitian ini hanya menggunakan 22 subyek pada kelas 4B. Kelompok besar yang berjumlah 22 siswa. b. Penelitian hanya dilakukan pada pembelajaran tematik kelas 4 tema 8, subtema 1, pembelajaran ke-1 di mata pelajaran IPA. c. Produk ini hanya dapat dilaksanakan pada materi yang membutuhkan pembahasan yang dialami sendiri. d. Produk ini hanya dapat dilaksanakan pada kelas tinggi.

13 G. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian, berikut ini beberapa definisi istilah : 1. Model pembelajaran Group Investigation adalah model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada proses pencarian pengetahuan dari pada transfer pengetahuan. 2. Permainan Aku Seorang Detektif adalah sebuah permainan dimana setiap siswa berimajinasi menjadikan dirinya sendiri sebagai detektif yang harus menyelidiki sesuatu hal yang harus dipecahkan. 3. Gaya adalah tarikan atau dorongan yang dapat mempengaruhi keadaan suatu benda 4. Gerak adalah perubahan letak benda dari satu titik ke titik yang lain. 5. RPP adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas. 6. Buku Panduan adalah buku yang menyajikan informasi dan memandu atau memberikan tuntunan kepada pembaca untuk melakukan apa yang disampaikan di dalam buku tersebut.