BAB I PENDAHULUAN. melakukan hubungan melalui jaringan internet 1. dampak perkembangan internet adalah cybercrime; bahkan pembajakan

dokumen-dokumen yang mirip
PENGATURAN TINDAK PIDANA CYBER DALAM FORMULASI KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DI AMERIKA SERIKAT, TIONGKOK DAN INDONESIA (SEBUAH KAJIAN PERBANDINGAN) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi informasi saat ini semakin berkembang dan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di

PANANGGULANGAN KEJAHATAN MAYANTARA (CYBER CRIME) DALAM PERSPEKTIF HUKUM PIDANA (STUDI DI DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL KEPOLISIAN DAERAH SUMATERA UTARA)

BAB 1 PENDAHULUAN. itu setiap kebijakan yang diambil harus didasarkan pada hukum. Hukum

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum. Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Universitas Kristen Satya Wacana

BAB III PENUTUP. 1. Kendala Polda DIY dalam penanganan tindak pidana penipuan : pidana penipuan melalui internet dan minimnya perangkat hukum.

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

BAB I PENDAHULUAN. informasi baik dalam bentuk hardware dan software. Dengan adanya sarana

I. PENDAHULUAN. Para ahli Teknologi Informasi pada tahun 1990-an, antara lain Kyoto Ziunkey,

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tingkat budaya dan semakin modern suatu bangsa, maka semakin

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang penting bagi sebuah kemajuan bangsa.seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. maraknya penggunaan media elektronik mulai dari penggunaan handphone

MODEL PENGATURAN INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. ayat 3 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI) tahun 1945

KENDALA DALAM PENANGGULANGAN CYBERCRIME SEBAGAI SUATU TINDAK PIDANA KHUSUS

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP INFORMASI PRIBADI TERKAIT PRIVACY RIGHT

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN TERHADAP TINDAK PIDANA PENIPUAN MELALUI JUAL-BELI ONLINE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.

CYBER LAW & CYBER CRIME

Makalah Kejahatan E-Commerce "Kasus Penipuan Online" Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN

III. METODE PENELITIAN. satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisanya 1

BAB I PENDAHULUAN. Efek positif yang paling nampak yakni interaksi antara masyarakat dalam

BAB I PENDAHULUAN. maju dan berkembang dengan pesatnya. Pertumbuhan internet yang dimulai

BAB I PENDAHULUAN. melalui kebijakan hukum pidana tidak merupakan satu-satunya cara yang. sebagai salah satu dari sarana kontrol masyarakat (sosial).

BAB I PENDAHULUAN. di seluruh Dunia. Internet sebagai media komunikasi kini sudah biasa. memasarkan dan bertransaksi atas barang dagangannya.

BAB I PENDAHULUAN. semua kalangan masyartakat. Perkembangan pengguna internet serta adanya

KRIMINALISASI TERHADAP PERBUATAN SPAMMING MELALUI MEDIA SOSIAL DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TETANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. Tercatat 673 kasus terjadi, naik dari tahun 2011, yakni 480 kasus. 1

FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI UniversitasMercuBuanaYogyakarta ProgramStudi: TeknikInformatika TUGAS KOMPUTER MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. dan pembelian produk melalui media elektronik. Hal ini disebabkan karena

CYBER CRIME: PENGGUNAAN SKIMMER TERHADAP PEMBOBOLAN ATM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kejahatan dirasa sudah menjadi aktivitas yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan

I. PENDAHULUAN. dan komunikasi ini menunjukan betapa pesat perkembangan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, tidak

PENDAHULUAN. teknologi. Pengaruh arus globalisasi dan perdagangan bebas yang didukung oleh. kemajuan teknologi telekomunikasi dan informatika

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus termasuk derajat kesehatannya. dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-obatan jenis tertentu

N. Tri Suswanto Saptadi. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar. 3/30/2014 nts/epk/ti-uajm 2

BAB I PENDAHULUAN. sadar bahwa mereka selalu mengandalkan komputer disetiap pekerjaan serta tugastugas

KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI JARINGAN INTERNET MELALUI UU NO. 11 TAHUN 2008 TENTANG ITE

BAB I PENDAHULUAN. mengkaji tentang kemajuan teknologi informasi, maka tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pesatnya perkembangan IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi) di

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi dari tahun ke tahun semakin cepat. Hal yang paling

N. Tri Suswanto Saptadi. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar. 3/19/2015 nts/epk/ti-uajm 2

III. METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dengan diratifikasinya konvensi Transnational Orgainized Crime oleh

oleh perdagangan secara konvensional. 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia memiliki

I. PENDAHULUAN. dan media elektronik yang berfungsi merancang, memproses, menganalisis,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi yang ditandai dengan munculnya internet yang dapat

METODE PENELITIAN. beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. 1

BAB I PENDAHULUAN. melakukan usaha, bekerja, sekolah, bahkan menjadi gaya hidup bagi sebagian elemen

BAB I PENDAHULUAN. melingkupi semua lapisan masyarakat baik miskin, kaya, tua, muda, dan

BAB I PENDAHULUAN. pemecahan permasalahan dalam pengambilan setiap keputusan. Hukum. akan mendapatkan sanksi dari eksternal power.

BAB I PENDAHULUAN. moderen demi menunjang dan mempermudah kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut, aturan-aturan tersebut disebut juga normanorma

Tinjauan tentang disparitas putusan hakim pada tindak pidana perkosaan (studi kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. digunakan oleh konsumen untuk ditukarkan dengan barang dan jasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

Sudah menjadi kodratnya bahwa manusia harus hidup bermasyarakat dan saling

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan masyarakat (financial

BAB I PENDAHULUAN an di Amerika Serikat, pada saat itu system ini dikenal dengan nama charge-it

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA PENGGUNA WEBSITE PORNO RAFIKA DURI / D

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan hukum..., Pramita Dyah Hapsari, FH UI, 2011.

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. Hukum bukan

BAB I PENDAHULUAN. memperkecil kemungkinan membuat kesalahan, sehingga menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. telah mengakibatkan beragamnya pula aneka jasa-jasa (features) sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengadilan, serta Lembaga Pemasyarakatan. Keempat subsistem tersebut

LAPORAN PENELITIAN INDIVIDU PEMBAHARUAN HUKUM PIDANA: PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI SEBAGAI SUBJEK TINDAK PIDANA DALAM RUU KUHP

BAB III PENUTUP. 1. Perundang-undangan pidana umum yakni KUHP beserta semua perundangundangan

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki derajat yang sama dengan yang lain. untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran. Dalam Pasal 2 Undang-undang

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk dapat mempengaruhi pola perdagangan. Kemampuan

MATERI MUATAN REGULASI INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. berjuta-juta orang yang tersebar di segala penjuru dunia. Internet membantu

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis dan konsisten.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai implikasi. Disamping ada aspek manfaat tentu ada pula aspek

BAB I PENDAHULUAN. bisa dilakukan secara merata ke daerah-daerah, khususnya di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. dengan perjalanan waktu dan kemajuan teknologi. tiga bagian yang saling terkait, yakni adanya produksi narkotika secara gelap

SANKSI PIDANA SEBAGAI UPAYA PENANGGULANGAN HUMAN TRAFFICKING DI DUNIA MAYA

III. METODE PENELITIAN. dengan menggunakan dua macam pendekatan yaitu : Pendekatan secara yuridis normatif adalah penelitian hukum yang

Dian Anggraheni Widyaningrum NIM : C

BAB I PENDAHULUAN. dan kodratnya. Karena itu anak adalah tunas, potensi dan generasi muda penerus

JURNAL ILMIAH TINJAUAN TENTANG CYBER CRIME YANG DIATUR DALAM UNDANG- UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

Siapa Perlu Peduli Ancaman Cybercrime?

BAB I PENDAHULUAN. Pemahaman di dalam masyarakat terhadap trafficking masih sangat. atau terendah di dalam merespon isu ini. 2

PENGATURAN TINDAK PIDANA CYBERSTALKING DALAM UU NO. 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (UU ITE)

BAB I PENDAHULUAN. Pertama kalinya konferensi tentang psikotropika dilaksanakan oleh The United

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya untuk

Bab 1 PENDAHULUAN. Seringkali masalah keamanan berada di urutan terakhir dalam daftar hal-hal yang

BAB 1 PENDAHULUAN. memberi dampak positif dengan meningkatnya kinerja dan efektivitas kerja pada

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, hampir seluruh negara di dunia dapat mengakses internet. Dapat dikatakan bahwa seluruh masyarakat memiliki akses yang sangat mudah untuk menggunakan internet. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan internet sebagai jaringan komunikasi elektronik yang menghubungkan jaringan komputer dan fasilitas komputer yang terorganisasi di seluruh dunia melalui telepon atau satelit berinternet melakukan hubungan melalui jaringan internet 1. Perkembangan internet yang sangat pesat, di satu sisi menciptakan efisiensi dan efektivitas pergaulan masyarakat; namun di sisi lain perkembangan tersebut menjadi celah bagi munculnya kejahatan, terutama yang berkaitan dengan tindak pidana. Salah satu kejahatan yang lahir dari dampak perkembangan internet adalah cybercrime; bahkan pembajakan software, unduhan ilegal, penyadapan, dan penindasan di dunia maya telah menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari 2. Oxford Dictionary mengartikan cybercrime sebagai activities carried out by means of computer of the internet 3. Cybercrime terjadi 1 http://kbbi.web.id/internet, diakses pada tanggal 23 Februari 2017, pk. 11. 09 2 Udris, Reinis, Cyber Deviance among Adolescents and the Role of Family, School, and Neighborhood: A Cross-National Study, International Journal of Cyber Criminology Vol 10 Issue 2 July December 2016, diakses dari http://www.cybercrimejournal.com. 3 https://en.oxforddictionaries.com/definition/cybercrime, diakses pada tanggal 5 Juli 2017, pk. 06.05 WIB 1

baik di negara berkembang maupun negara maju, seiring dengan berkembangnya internet. Bentuk cybercrime pun beracam-macam seperti penipuan, pencurian data dari suatu penyimpanan data tertentu (biasanya disebut pembajakan), tulisan-tulisan yang dapat mencemarkan nama baik seseorang, pencurian data privasi, pembobolan bank, prostitusi, bahkan penjualan barang-barang ilegal. Ada juga kasus cybercrime yang disebut kasus Mama Minta Pulsa, di mana pelaku mengirimkan pesan pendek yang mengindikasikan bahwa salah satu anggota keluarga dari penerima pesan sedang ditahan di kantor polisi karena terjadi suatu hal, dan minta untuk segera dikirimi pulsa sebanyak jumlah tertentu. Bagi sebagian orang yang sudah memahami bahwa pesan pendek itu adalah salah satu modus penipuan, mereka akan membiarkan pesan pendek tersebut dan tidak menggubrisnya, namun di sisi lain ada pula sebagian orang yang merasa panik karena anggota keluarganya ditahan di kantor polisi, sehingga segera mengirim pulsa dan terjebak dalam modus penipuan tersebut. Terhadap berbagai kejahatan cyber, negara-negara di dunia terus berupaya menanggulanginya dengan menciptakan peraturan tertentu. Di Indonesia, penanggulangan cybercrime telah diatur dengan UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, yang telah diperbarui dengan UU Nomor 19 Tahun 2016. Di Tiongkok, peraturan yang mengatur tentang cybercrime terdapat dalam Criminal Law on People s Republic of Tiongkok, pasal 285 sampai dengan 287. Di Amerika Serikat, terdapat United States Code Section 18 (selanjutnya disebut U.S. 2

Code Section 18) yang membahas tentang tindak pidana cyber. Beberapa negara bagian juga mengatur secara khusus, seperti halnya Michigan. Hingga kini, belum banyak penelitian yang menggunakan studi perbadingan hukum terkait pengaturan cybercrime; padahal studi perbandingan hukum dapat membantu menemukan prinsip-prinsip universal hukum, baik di masa lampau maupun di masa yang akan datang. Pemahaman terhadap prinsip-prinsip universal hukum akan membantu legislator untuk menciptakan regulasi baru, membantu penegakan hukum, dan bahkan berguna bagi terciptanya hubungan yang sinergis dengan negara lain. Berkaitan dengan hal itu, penelitian ini akan membandingkan pengaturan mengenai cybercrime yang diatur di ketiga negara tersebut. Pengaturan mengenai tindak pidana cyber di 3 (tiga) negara ini akan dibandingkan untuk memahami secara utuh arti tindak pidana cyber, pertanggungjawaban pidananya, serta pemidanaannya. Penelitian perbandingan hukum ini juga diharapkan dapat digunakan untuk mengkaji kemungkinan penyempurnaan tindak pidana cyber di Indonesia di masa yang akan datang. Di sini, penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian yang berjudul Pengaturan Tindak Pidana Cyber dalam Formulasi Kebijakan Hukum Pidana di Amerika Serikat, Tiongkok dan Indonesia (Sebuah Kajian Perbandingan Hukum). 3

B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaturan tindak pidana cyber dalam formulasi kebijakan hukum pidana di Amerika Serikat, Tiongkok dan Indonesia saat ini (ius constitutum)? 2. Apa sumbangan formulasi hukum pidana cyber di AS dan Tiongkok terhadap pembentukan hukum cyber Indonesia (ius constituendum)? C. Tujuan penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan oleh penulis, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaturan tindak pidana cyber dalam formulasi kebijakan hukum pidana di Amerika Serikat, Tiongkok dan Indonesia di masa sekarang ini (ius constitutum). 2. Untuk mengetahui sumbangan formulasi hukum pidana cyber di AS dan Tiongkok terhadap pembentukan hukum cyber Indonesia (ius constituendum). D. Manfaat penelitian 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan penulis dapat berguna untuk perkembangan ilmu hukum khususnya hukum cyber dan perbandingan hukum pidana. 4

Skripsi ini diharapkan menjadi salah satu referensi bagi pembaruan berbagai regulasi tentang cybercrime di Indonesia. 2. Manfaat Praktis a. Bagi para pembuat undang-undang. Penulis berharap supaya skripsi ini dapat menjadi pengetahuan hukum dan referensi dalam hal pembuatan undang-undang yang baru, agar peraturan hukum yang baru dapat menjadi panduan bagi pihak berwajib dalam menegakkan hukum. b. Bagi para pembaca skripsi ini. Besar harapan penulis supaya skripsi ini dapat menjadi kontribusi pengetahuan ilmu hukum, khususnya mengenai cybercrime, dalam kajian perbandingan hukumnya. c. Bagi pemerintah. Penulis berharap agar pemerintah semakin menyadari maraknya cybercrime yang terjadi di kalangan masyarakat dan semakin menegakkan peraturan untuk menanggulangi cybercrime yang terjadi. d. Bagi masyarakat. Walaupun sebagian masyarakat sekarang ini sudah semakin cerdas, masih terdapat lapisan yang belum terjamah akan pengetahuan tentang cybercrime. Dengan adanya skripsi ini, penulis berharap masyarakat dapat mempelajari dan menyadari bahaya cybercrime, baik bagi orang dewasa maupun anak-anak. 5

E. Metode Penelitian 1. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian hukum yuridis normatif dan yuridis komparatif. Penelitian dilakukan dengan mengkaji aturan hukum positif tentang cybercrime di 3 (tiga) negara yaitu Indonesia, Tiongkok dan Amerika Serikat, termasuk pada hukum negara bagian Michigan. Penulis juga akan melakukan perbandingan terhadap aturan perundang-undangan tentang cybercrime dari ketiga negara tersebut dengan tujuan melihat apakah pengaturan tindak pidana cyber di Tiongkok dan Amerika Serikat dapat diterapkan dalam undangundang Indonesia sebagai ius constituendum. 2. Spesifikasi Penelitian Spesifikasi penelitian ini adalah deskriptif analitis. Dalam penelitian ini, akan digambarkan tentang pengaturan serta perbandingan tindak pidana cyber di Indonesia, Tiongkok dan Amerika Serikat, termasuk dengan mengambil sampel dari negara bagian Michigan. Masing-masing peraturan dari negara tersebut akan dianalisis, lalu dibandingkan, sehingga dapat menghasilkan rekomendasi terhadap hukum cybercrime di Indonesia, dalam halnya pembaruan undang-undang. 6

3. Objek Penelitian Objek penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah peraturan yang mengatur cybercrime di 3 (tiga) negara, yaitu Indonesia, Tiongkok dan Amerika Serikat. Di Indonesia, cybercrime diatur dalam Undang-undang Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang telah diperbarui dengan UU Nomor 19 Tahun 2016. Di Tiongkok, cybercrime diatur dalam Criminal Law on People s Republic of Tiongkok, article 285 to 287. Yang terakhir, di Amerika Serikat, cybercrime diatur dalam U.S. Code, section 18. Dalam penelitian ini diambil juga contoh dari hukum negara bagian Michigan karena menurut penulis, apa yag diungkapkan dalam U.S Code Section 18 masih bersifat umum, dan diterapkan oleh negaranegara bagian dalam hukumnya. Di antara hukum negara-negara bagian di Amerika Serikat, hukum negara bagian Michigan relatif lebih mudah untuk dianalisis. 4. Teknik Pengumpulan Data Data yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diambil dari studi kepustakaan dan literatur. Hal ini berarti artinya penulis akan mempelajari dan menganalisa peraturan perundang-undangan, sekaligus mempelajari buku, literatur, ensiklopedia dan sumber bacaan lain yang berhubungan dengan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini. 7

Adapun data sekunder penelitian ini terdiri dari: a. Bahan hukum primer: Convention on Cybercrime, Undangundang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang telah diperbarui dengan UU Nomor 19 Tahun 2016, United States Code Section 18 (Cybercrime Laws of United States), dan Criminal Law on People s Republic of Tiongkok, pasal 285 sampai dengan 287. b. Bahan hukum sekunder: buku dan literatur yang ada hubungannya dengan permasalahan yang diteliti. c. Bahan hukum tersier: kamus hukum, ensiklopedia yang relevan dengan penelitian ini. 5. Metode Pengolahan dan Penyajian Data Data yang didapatkan dari bahan-bahan hukum di atas akan dibandingkan dan dianalisis, lalu akan dibuat tabel untuk membandingkan peraturan antar tiga negara, Indonesia, Tiongkok dan Amerika Serikat, untuk mempermudah analisis. Hasil data yang telah diolah akan disajikan dalam bentuk deskripsi, berbentuk hasil penelitian berupa skripsi. 6. Metode Analisis Data Metode analisis data yang akan digunakan adalah metode analisis kualitatif. Dengan metode ini, penulis akan melakukan tafsir secara aktif terhadap perundang-undangan yang dianalisis, juga terhadap 8

buku, literatur, dan sumber-sumber hukum lain yang relevan dengan penelitian ini. Hasil tafsir itu pun pula nantinya akan disusun menjadi satu tulisan utuh dalam hal membahas permasalahan dalam penelitian ini. F. Sistematika Penulisan Skripsi ini akan disusun dalam 4 (empat) bab. Tiap bab akan dibagi menjadi sub bab yang saling berhubungan. Bab yang tersusun tersebut nantinya menjadi satu penelitian yang saling berkaitan satu sama lain. Bab I adalah bab Pendahuluan. Dalam bab ini akan dijelaskan 6 sub bab, sub bab latar belakang, sub bab rumusan masalah, sub bab tujuan penelitian, sub bab manfaat penelitian, sub bab metode penelitian, dan sub sistematika penulisan. Bab II adalah bab Tinjauan Pustaka. Bab ini terdiri dari 3 (tiga) sub bab. Sub bab pertama akan menguraikan tentang tinjauan tentang sejarah hukum informasi dan teknologi. Sub bab kedua akan diuraikan tinjauan tentang perbandingan hukum pidana, meliputi pengertian perbandingan hukum pidana dan teori perbandingan hukum pidana. Terakhir, di sub bab ketiga akan diuraikan tinjauan tentang hukum pidana, meliputi pengertian hukum pidana, pengertian tindak pidana, pengertian pertanggungjawaban pidana dan pengertian pemidanaan. Bab III adalah bab yang berisi Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini terdiri dari 3 (tiga) sub bab. Sub bab pertama akan diuraikan pengaturan mengenai mengenai tindak pidana cyber dalam Convention on 9

Cybercrime (CoC). Sub bab kedua akan diuraikan pengaturan mengenai tindak pidana cyber dalam hukum Amerika Serikat saat ini, termasuk dengan mengambil sampel dari pengaturan cybercrime di Michigan. Sub bab ketiga akan diuraikan mengenai pengaturan tindak pidana cyber di Tiongkok. Dalam sub bab keempat akan diuraikan mengenai pengaturan tindak pidana cyber dalam hukum positif Indonesia saat ini (ius constitutum). Terakhir, akan dibahas sumbangan formulasi hukum pidana cyber di AS dan Tiongkok terhadap pembentukan hukum cyber Indonesia (ius constituendum). Bab IV adalah bab Penutup yang berisi uraian Kesimpulan di sub bab pertama, lalu Saran di sub bab kedua. Kesimpulan dan saran yang dikemukakan di bab ini didasarkan pada uraian-uraian bab II dan bab III, juga merupakan jawaban dari perumusan masalah yang menjadi objek penelitian dalam Bab I. 10