BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berbagai program yang relevan. Peningkatan kualitas lingkungan terdiri dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia.

BAB I PENDAHULUAN. volume sampah berkorelasi dengan pertambahan jumlah penduduk dan upaya untuk

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB 2

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Limbah padat atau sampah padat merupakan salah satu bentuk limbah

BAB I PENDAHULUAN. dari semua pihak, karena setiap manusia pasti memproduksi sampah, disisi lain. masyarakat tidak ingin berdekatan dengan sampah.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. Masyarakat berperan serta, baik secara perseorangan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahlah yang bertanggung jawab dalam pengelolaan sampah.

PENDAHULUAN. Sakinah, 2 Erna, 3 Marta 1,2,3. STIKes Prodi IKM Prima Korespondensi penulis :

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Lampiran 2. Hasil Analisis SWOT

BAB I PENDAHULUAN. mengabaikan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Untuk mencapai kondisi

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang banyak dan terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. merupakan cara yang efektif untuk memutuskan rantai penularan penyakit,

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam pembangunaan kesehatan menuju Indonesia sehat ditetapkan enam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

Edu Geography 3 (7) (2015) Edu Geography.

Infrastruktur PLP dalam Mendukung Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Timbulan Sampah di Provinsi DKI Jakarta Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sampah yang dihasilkan. Demikian halnya dengan jenis sampah,

Tersedianya perencanaan pengelolaan Air Limbah skala Kab. Malang pada tahun 2017

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007)

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. Sub Sektor Air Limbah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo ± 4 km. Jumlah penduduk pada tahun 2011 adalah Jiwa

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Ringkasan Studi EHRA Kabupaten Malang Tahun 2016

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN yaitu dimana bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat.

dan bertambah kembali menjadi 204,78 juta jiwa pada tahun Jika tingkat pertumbuhan

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Cirebon berada pada posisi ' BT dan 6 4' LS, dari Barat ke Timur 8

PERAN SERTA WANITA DALAM MEMPELOPORI GAYA HIDUP BERWAWASAN LINGKUNGAN DI RW O2 KELURAHAN PASAR MINGGU JAKARTA SELATAN TUGAS AKHIR

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia senantiasa berupaya meningkatkan kualitas hidupnya.

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH B3 PERMUKIMAN DI KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA LISA STUROYYA FAAZ

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BAB II DESKRIPSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO Sejarah Singkat Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN MURUNG RAYA.

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang tinggi dengan pertumbuhan cepat di kota bila

LOMBA KEBERSIHAN ANTAR RUKUN TETANGGA SE- BOGOR

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

BUPATI BONDOWOSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

BAB V PEMBAHASAN. 5.1 Temuan Utama

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERSAMPAHAN DAN KEBERSIHAN

Memorandum Program Percepatan Pembangunan Sanitasi BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 2010), dengan laju pertumbuhan penduduk sebanyak 1,49%. Tingkat pertumbuhan

POTENSI PENGELOLAAN SAMPAH MENUJU ZERO WASTE YANG BERBASIS MASYARAKAT DI KECAMATAN KEDUNGKANDANG KOTA MALANG ABSTRAK

KINERJA KEGIATAN DAUR ULANG SAMPAH DI LOKASI DAUR ULANG SAMPAH TAMBAKBOYO (Studi Kasus: Kabupaten Sleman)

Matrik Kerangka Kerja Logis Kabupaten Luwu

LAMPIRAN 2 LAMPIRAN 2 ANALISIS SWOT

BAB 1 PENDAHULUAN. juga merupakan status lambang sosial (Keman, 2005). Perumahan merupakan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

POLEMIK PENGELOLAAN SAMPAH, KESENJANGAN ANTARA PENGATURAN DAN IMPLEMENTASI Oleh: Zaqiu Rahman *

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAMPIRAN V DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

LAMPIRAN II HASIL ANALISIS SWOT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

BAB V PEMBAHASAN A. Pembahasan

Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Sekitar. dimensi produksi dan dimensi konsumsi. Dimensi produksi memandang keadaan sehat sebagai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Derajat kesehatan merupakan

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

IV.1. Tujuan, Sasaran, dan Tahapan Pencapaian

SATUAN TIMBULAN, KOMPOSISI DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH TANJUNG BELIT KABUPATEN ROKAN HULU

BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah

DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku hidup bersih dan sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok dan masyarakat mampumenolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. PHBS merupakan suatu tindakan pencegahan agar masyarakat terhindar dari penyakit dan gangguan kesehatan (Profil Kesehatan Indonesia 2014). PHBS dapat dilakukan di berbagai tatanan masyarakat, seperti tatanan rumah tangga,sekolah, tempat kerja dan tempat-tempat umum. PHBS di tatanan rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat (Profil Kesehatan Indonesia 2014). Sampah sudah menjadi masalah nasional dan global, bukan hanya lokal. Masalah sampah timbul dengan adanya peningkatan timbulan sampah sebesar 2-4% per tahun, namun tak diimbangi dengan dukungan sarana dan prasarana penunjang yang memenuhi persyaratan teknis sehingga banyak sampah yang tidak terangkut. Belum adanya regulasi di tingkat nasional yang mengatur juga mengurangi upaya penanganan dan pengelolaan sampah secara optimal. Selama ini, pengelolaan sampah masih diserahkan kepada pemerintah daerah. Selain itu terbatasnya anggaran pengelolaan sampah yang menjadi suatu permasalahan klasik juga selalu menjadi kendala. Salah satu alasannya karena 1

2 masih rendahnya investasi swasta dalam pengelolaan sampah. Masalah sampah juga diperparah oleh paradigma bahwa sampah merupakan limbah domestik rumah tangga atau industri yang tidak bermanfaat. Selama ini peran serta masyarakat dan swasta dalam pengelolaan sampah perkotaan sangat rendah. Konsep pengelolaan sampah 3R juga masih belum dapat diterapkan di masyarakat karena berbagai keterbatasan (Indra Cahaya, 2011). Sampah dan pengelolaannya kini menjadi masalah yang kian mendesak di kota-kota di Indonesia. Berdasarkan data statistik persampahan domestik Indonesia tahun 2008 total timbulan sampah seluruh Indonesia mencapai 38,5 juta ton/tahun hanya 13,6 ton/tahun sampah yang masuk ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir). dari total jumlah penduduk 232,7 juta penduduk yang terlayani hanya 130,3 juta penduduk atau sekitar 56% (Statistik Persampahan Domestik Indonesia tahun 2008) Dalam lingkungan hidup, sampah merupakan masalah yang harus mendapat penanganan dan pengolahan sehingga tidak menimbulkan dampak lanjutan yang membahayakan. Berdasarkan data dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH) pada 2013, dengan jumlah penduduk yang lebih besar, kotakota metro menghasilkan sampah yang lebih besar dibandingkan kota-kota lainnya di Indonesia. Kota-kota tersebut seperti Medan, Palembang, Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi, Bandung, Surabaya, Semarang dan Makasar. Jumlah sampah rata-rata per hari kota tersebut meningkat setiap tahun. Yang mempengaruhinya adalah jumlah penduduk yang meningkat dan penanganan sampah di masing-masing kota. Jumlah timbulan sampah berdasarkan hasil survey lapangan tahun 2010 di Kabupaten Barito Kuala adalah 2,1 liter/orang/hari (standar timbulan volumenya berkisar 2,25-2,50 liter/orang/hari). Perkiraan jumlah timbulan sampah dalam kubikasi adalah 579,9 m3/hari.cakupan pelayanan sampah untuk skala wilayah kabupaten baru mencapai 7,6 % (2010) dari 17 kecamatan

3 dan untuk pelayanan sampah Kota Marabahan dan Kawasan Handil Bakti baru mencapai 47,3 % dengan perkiraan sampah terangkut adalah 44 m3/hari. Sistem pengumpulan sampah baik domestik maupun non domestik di lingkungan komplek perumahan di Kecamatan Marabahan dan Alalak dilakukan dengan pola individual yaitu sistem pengumpulan sampah dari rumah ke rumah dengan alat angkut gerobak yang dibawa ke Tempat Penampungan Sementara. Sedangkan untuk kawasan di perdesaan, pembuangan sampah rumah tangga pada umumnya masih ke sungai, dibakar atau di buang dan di kubur di lubang. Proses pemisahan/pemilahan sampah rumah tangga di Kabupaten Barito Kuala belum sepenuhnya dilakukan oleh Masyarakat. Permasalahan lingkungan saat ini ada di berbagai tempat.permasalahan itu menyangkut pencemaran, baik pencemaran tanah, air, udara dan suara. Pencemaran tersebut diakibatkan oleh aktivitas manusia. Pencemaran tanah misalnya, banyaknya sampah yang tertimbun di tempat sampah, apabila tidak ditangani dengan baik akan menurunkan tingkat kesehatan masyarakat. Sampah adalah istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakan limbah padat. Sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan, baik karena telah sudah diambil bagian utamanya, atau karena pengolahan, atau karena sudah tidak ada manfaatnya yang ditinjau dari segi social ekonimis tidak ada harganya dan dari segi lingkungandapat menyebabkan pencemaran atau gangguan terhadap lingkungan hidup( Sri Subekti, 2014). Menurut UU No. 18 Tahun 2008 sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik (Sampah yang mengandung bahan beracun).

4 Kepala keluarga adalah yang bertanggung jawab atas seluruh anggota keluarganya. Kepala keluarga yang baik adalah kepala keluarga yang demokratis. Tidak berbuat semaunya senantiasa mengajak seluruh anggota keluarga bermusyawarah dalam mengatasi masalah dan mengambil keputusan (Murniasih, 2010). Kepala keluarga diperlukan sebagai pengelola kerumahtanggaan sebab keluarga merupakan lembaga sosial yang mengelola segala keperluan yang menyangkut banyak segi. Oleh karena itu kepala keluarga sebagai ayah banyak mempunyai peran (peran ganda). Agar dapat melaksanakan peran ganda ini maka seorang ayah dituntut untuk bekerja keras, dan berpengetahuan yang memadai. Begitu pun dalam hal membuang sampah rumah tangga. Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi terhadap perilaku seseorang dalam melakukan pengelolaan sampah (Budioro,2010). Dalam teori Lawrence Green juga dikatakan bahwa pendidikan kesehatan mempunyai perasanan penting dalam mengubah dan menguatkan perilaku sehingga menimbulkan perilaku positif dari responden rumah tangga. Karena melalui pendidikan, manusia makin mengetahui dan sadar akan bahaya sampah terhadap lingkungan. Terutama bahaya pencemaran terhadap kesehatan manusia. Tingkat pendidikan menunjukkan korelasi yang positif dengan status gizi, penggunaan pelayanan dan kebersihan perorangan hygne di rumah (Soekidjo Notoatmojo,2003:115). Pendidikan dapat membawa wawasan atau pengetahuan seseorang. Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih luas dalam hal ini pengetahuan tentang pembuangan dan pengelolaan sampah rumah tangga, dibandingkan dengan seseorang yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

5 Pendidikan kepala keluarga erat hubungannya dengan membuang sampah rumah tangga. Semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang maka cenderung semakin banyak pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya sehingga makin tinggi pula dukungannya terhadap lingkungan khususnya pembuangan sampah rumah tangga (Anonim, 2003). Menurut penelitian dari Yoni Hermawan (2013) pendidikan mempunyai peranan penting karena melalui pendidikan manusia makin mengetahui dan sadar akan bahaya limbah rumah tangga terhadap kesehatan. Berdasarkan data dari TPA Tabing Rimbah Barito kuala laporan pengiriman sampah ke TPA adalah kurang lebih 90.980 kg/bulan dan sampah yang dapat dipilah yaitu sampah organik di proses jadi kompos, sampah plastik di daur ulang dan sisa makanan dikumpulkan untuk makanan ternak adalah sekitar 4.356,00 kg/ bulan atau (31,06 %). Berdasarkan studi pendahuluan yang diperoleh dengan wawancara kepada warga desa semangat dalam pada tanggal 24 desember 2016 dilakukan terhadap 30 rumah tangga didapatkan hasil bahwa 6 warga tingkat sd yang enggan membuang sampah pada tempatnya dan membuangnya ke bawah rumah atau ke samping rumah yang merupakan sungai. 7 warga tingkat smp yang membuang sampah dengan cara dikumpulkan didepan rumah lalu di bakar, 10 tingkat SMA yang membuang sampah dengan cara dikumpulkan dan dibuang ke TPS, dan 7 tingkat strata yang mengumpulkan sampah lalu dibuang ke tempat pembuangan sampah pada sore hari. Masih ada kepala keluarga yang mempunyai perilaku yang kurang baik dalam membuang sampah. Hal ini disebabkan oleh tingkat pendidikan dan pengetahuan yang kurang mengenai pembuangan sampah yang benar, selain hal tersebut masyarakat tidak mempunyai tempat sampah yang memadai. Menurut data di atas maka penulis tertarik untuk meneliti Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Kepala Keluarga Dengan Perilaku Membuang

6 Sampah Rumah Tangga di Desa Semangat Dalam Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah ini apakah ada Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Kepala Keluarga Dengan Perilaku Membuang Sampah Rumah Tangga di Desa Semangat Dalam Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Untuk mengetahui Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan Kepala Keluarga Dengan Perilaku Membuang Sampah Rumah Tangga di Desa Semangat Dalam Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Mengidentifikasi tingkat pendidikan kepala keluarga di Desa Semangat Dalam Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala. 1.3.2.2 Mengidentifikasi pengetahuan kepala keluarga di Desa Semangat Dalam Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala. 1.3.2.3 Mengidentifikasi perilaku membuang sampah rumah tangga di Desa Semangat Dalam Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala. 1.3.2.4 Menganalisa hubungan tingkat pendidikan kepala keluarga dengan perilaku membuang sampah rumah tangga di Desa Semangat Dalam Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala. 1.3.2.5 Menganalisa hubungan pengetahuan kepala keluarga dengan perilaku membuang sampah rumah tangga di Desa Semangat Dalam Kecamatan Alalak Kabupaten Barito Kuala.

7 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Masyarakat Memberikan informasi kepada masyarakat tentang membuang sampah yang benar seperti ke TPS sehingga dapat memperbaiki lingkungan hidup masyarakat. 1.4.2 Bagi Puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan masukan lebih lanjut Memberikan masukan tentang gambaran perilaku kepala keluarga dalam hal pengelolaan sampah, khususnya pembuangan sampah. Diharapkan pula dapat berguna dalam perencanaan sistem pengelolaan sampah yang baik, efektif dan efisien. 1.4.3 Bagi Bidang Keperawatan Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai literature tambahan dan sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut mengenai hubungan tingkat pendidikan dan pengetahuan kepala keluarga dengan perilaku membuang sampah rumah tangga 1.4.4 Bagi Perguruan Tinggi Hasil penelitian ini dapat di jadikan sebagai bahan kepustakaan bagi seluruh mahasiswa Fakultas Keperawatan dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Banjarmasin. 1.5 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang terkait adalah : 1.5.1 Perilaku Membuang Sampah Oleh Mayarakat di Tepian Sungai Kapuas di Kelurahan Bangka Belitung Laut Kecamatan Pontianak Tenggara oleh Tri Kusrini pada tahun 2015. Hasil penelitian dimana Perilaku Masyarakat menjadikan sungai kapuas sebagai tempat membuang sampah serta dampaknya bagi masyarakat adalah, kurangnya kesadaran masyarakat memelihara lingkungan sehingga tercipta pola pikir yang praktis yaitu menjadikan sungai kapuas sebagai pembuangan sampah.

8 1.5.2 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Ibu Rumah Tangga Tentang Pengelolaan Sampah Dengan Perilaku Pembuangan Sampah Pada Masyarakat Sekitar Sungai Beringin Di Rw 07 Kelurahan Wonosari Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang Oleh Fitrul Kamal tahun 2009. Kesimpulan berdasarkan penelitian tentang hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap ibu rumah tangga tentang pengelolaan sampah dengan perilaku pembuangan sampah pada masyarakat sekitar sungai Beringin di RW 07 Kelurahan Wonosari Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang Tahun 2009 didapatkan hasil tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu rumah tangga tentang pengelolaan sampah dengan perilaku pembuangan sampah, ada hubungan antara sikap ibu rumah tangga tentang pengelolaan sampah dengan perilaku pembuangan sampah. 1.5.3 Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Masyarakat Dalam Membuang Sampah Rumah Tangga Disungai Mragen Oleh Marista Rahman Ashisiqy Tahun 2009. Hasil Penelitian Ini adalah ada Hubungan antara pengetahuan, pendidikan, pendapatan, sikap dan ketersediaan sarana dengan perilaku asyarakat membuang sampah di Sungai Mragen.