BAB I PENDAHULUAN. sekolah, masyarakat dan pemerintah melalui bimbingan pengajaran dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. situasi pergaulan (pendidikan), pengajaran, latihan, serta bimbingan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terus belajar dan dilakukan tanpa beban. manusia dalam mengembangkan potensi diri sehingga mampu menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. akan datang. Fungsi pendidikan adalah menyiapkan peserta didik. Menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. perhatian; motivasi; keaktifan siswa; mengalami sendiri; pengulangan; materi

Diajukan oleh: DESI KUSUMA NURDINI A

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya pendidikan merupakan usaha manusia, artinya manusialah yang

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2003), hlm Jalaluddin, Teologi Pendidikan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo

BAB II KAJIAN TEORI. Lebih lanjut strategi pembelajaran aktif merupakan salah satu strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan norma-norma yang diakui. Dalam pernyataan tadi tersurat dan

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami proses pendidikan yang didapat dari orang tua, masyarakat maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media. pengajaran, dan evaluasi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN. dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu dan cakap. 1 Berhasil tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Islam dari sumber utamanya yaitu Al-Qur an dan Hadits, melalui kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur'an Surat al-mujadalah ayat 11, berikut ini yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan, karena pendidikan berperan dalam. Orang yang memiliki ilmu pengetahuan, kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus

BAB I PENDAHULIAN. Pendidikan pada hakikatnya bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa

BAB II KAJIAN TEORI. yang disusun sehingga kata-kata tersebut dapat dibaca ke depan dan ke belakang.

BAB I PENDAHULUAN. berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. segala lingkungan dan sepanjang hidup. 1 Menurut Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006, hlm Endang Poerwanti, dkk, Perkembangan Peserta didik, Malang: UMM Press, 2002, hlm.

BAB 1 PENDAHULUAN. interaksi dengan sesamanya, maupun interaksi dengan Tuhanya. Khususnya

BAB I PENDAHULUAN. individu agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan kompotensi dalam belajar mengajar (KBM) agar peserta

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. Di negara kita Indonesia pendidikan formal seperti sekolah adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan, yang berlangsung di sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antar manusia,

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan memiliki peran penting pada era sekarang ini. Karena tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman pada Al Quran surat Az-Zuhruf ayat 43 :

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm. 34 2

BAB I PENDAHULUAN. penanaman akhlakul karimah, pembiasaan-pembiasaan atau keterampilan peserta

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup manusia. kearah kearifan ( wisdom), pengetahuan ( knowledge), dan etika ( conduct).

BAB I PENDAHULUAN. memanusiakan dirinya dan orang lain. Melalui pendidikan pula manusia mudah

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. hlm. 74.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran serta dapat

BAB II KOMPETENSI PROFESIONAL DAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. adanya standar kompetensi. Berdasarkan Undang-Undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga. beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.

Ramlah, dan Dani Firmansyah Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Singaperbangsa Karawang

BAB I PENDAHULUAN. lembaga pendidikan mampu mencetak sumber daya manusia yang handal tidak hanya secara

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang bersangkutan di mana anak didik belajar. Di sekolah inilah anak

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan zaman. Pendidikan juga merupakan sarana pelancar

BAB I PENDAHULUAN. dengan sengaja oleh orang dewasa agar seseorang menjadi dewasa. 1 Menurut Ki Hajar

BAB I PENDAHULUAN. di antara makluk-nya yang lain. Allah memberi banyak kelebihan kepada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena itu merupakan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi. Pengajaran sebagai aktivitas operasional pendidikan. dilaksanakan oleh tenaga pendidik dalam hal ini guru.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan memiliki keahlian menurut bidangnya masing-masing. menuju pendewasaan dan kematangan dalam berfikir dan bertindak.

BAB 1 PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama keberhasilan

KATA PENGANTAR. dan Hidayah-Nya yang telag memberikan kesempatan bagi penulis untuk

BAB I PENDAHULUAN. dididik, dilatih dan diarahkan agar menjadi manusia yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN TANGGUNG JAWAB PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI STRATEGI WORD SQUARE SISWA KELAS IV SD NEGERI JUWOK 2 SUKODONO TAHUN AJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam menentukan

OLEH : NUR IDHA MEGASARI NPM :

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi dan cita-cita untuk maju. tidak akan mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. di dunia maupun di akhirat. Pendidikan jugalah yang akan menentukan

BAB II PEMBELAJARAN DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. (effort) dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan ke arah pencapaian

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dan terencana untuk membentuk kepribadian manusia itu sendiri. 1

BAB II KAJIAN TEORI. dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara afektif dan efesien. Senada dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran, kegiatan belajar mengajar, metode dan alat bantu mengajar. pembelajaran.

BAB I. Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan. Kegiatan tersebut. diselenggarakan pada semua satuan dan jenjang pendidikan yang meliputi wajib

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun

BAB I PENDAHULUAN. al-qur an/hadits, Akidah dan Akhlak, Fikih/Ibadah dan Sejarah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah melalui bimbingan pengajaran dan latihan yang diselenggarakan di lembaga pendidikan secara formal maupun non formal. Pendidikan secara formal itu adalah pendidikan yang dilalui oleh manusia secara bertingkat-tingkat, sedangkan pendidikan non formal adalah pendidikan yang didapat oleh manusia di luar sekolah. 1 Dalam Undang Undang Dasar 1945 No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan adalah : Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. 2 Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah daya upaya untuk memberikan tuntunan pada segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, baik sebagai manusia pribadi maupun sebagai anggota masyarakat dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup secara lahir dan batin yang setinggi-tingginya. 3 1 Ramayulis, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2008), h. 18 2 UU RI No. 20 Tahun 2003, Tentan gsistem Belajar Nasional (Jakarta: Sinar Grafia, 2003), h. 2 3 A. Muh Yusuf, Pengantar Ilmu Pengetahuan (Jakarta: Galian Indonesia, 1982), h. 24 1

2 Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar manusia yang terencana yang menggunakan segala daya upaya dalam rangka mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang berguna bagi bangsa dan Negara serta dapat mencapai kebahagiaan dunia akhirat. Pendidikan merupakan suatu proses panjang yang dilalui oleh setiap individu. Pendidikan dapat dijalani oleh seseorang kapan saja dan dimana saja. Pendidikan tidak hanya bisa diikuti oleh seseorang di sekolah saja, akan tetapi juga di dalam keluarga dan masyarakat. Defenisi pendidikan menurut Oemar Muhammad al- Toumy al-syaibany seperti yang dikutib oleh Jalaluddin yaitu proses mengubah tingkahlaku individu pada kehidupan pribadi, masyarakat, dan alam sekitarnya dengan cara pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan profesi diantara berbagai profesi asasi dalam masyarakat. 4 Dalam menghadapi era globalisasi seperti sekarang ini pendidikan memiliki tugas yang tidak ringan, disamping mempersiapkan peserta didik untuk meningkatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) diharapkan juga mampu meningkatkan Keimanan dan Ketaqwaan (IMTAQ) terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Jalan untuk mewujudkannya adalah dengan menempatkan Pendidikan Agama sebagai dasar yang paling penting. 4 Jalaluddin, Teologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo, 2003), h. 76

3 Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan salah satu komponen kurikulum yang diajarkan kepada peserta didik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Nasionl. Abdul Rachman shaleh mengemukakan pengertian pendidikan Islam yaitu: Usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati dan mengamalkan Agama Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan dengan memperhatikan tuntunan untuk menghormati Agama lain dalam hubungan antara umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan Nasional. 5 PAI juga di wajibkan pada setiap jenjang pendidikan, tidak hanya pada lembaga pendidikan Agama, akan tetapi juga pada lembaga pendidikan umum. Dengan diwajibkan pendidikan Agama diberikan pada setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan di Indonesia, diharapkan akan menghambat munculnya nilai nilai dan sikap modernitas yang negatif dan yang tidak diinginkan bangsa Indonesia. Dengan demikian PAI bertujuan meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pendidikan Agama Islam di sekolah bertujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman pesertadidik tentang Agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT 5 Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, (Jakarta: Gamawindu Panca Perkasa, 2000), h. 31

4 serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi. 6 Kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari proses kehidupan manusia, dengan belajar manusia dapat mengenal apa-apa yang ada di sekitarnya dan dapat pula memanfaatkan dalam kehidupan. Sehingga dengan adanya proses belajar tersebut akan memperoleh pengetahuan dan hidup tidak akan terbelakang. Menurut pandangan Islam orang yang melakukan kegiatan belajar akan ditinggikan derajatnya di sisi Allah SWT. Berbeda dengan orang yang berilmu pengetahuan. Sebagaimana firman Allah dalam surat al-mujadalah ayat 11, yang berbunyi: )المجدله : اا ) Artinya: Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. 7 Dalam proses pendidikan, belajar sangat urgen sekali oleh sebab itu setiap pendidikan pasti ada proses belajar, karena belajar merupakan kunci utama dalam setiap kegiatan pendidikan sehingga tanpa adanya belajar bisa dikatakan tidak pernah ada pendidikan. 8 Untuk mengaktualisasikan tujuan pendidikan, maka guru sebagai pendidik mempunyai tanggung jawab menghantar peserta didik ke arah 6 Ramayulis, Op cit, h. 22 7 Depag RI, Al- Qur an dan Terjemahan, (Semarang: PT KaryaToha Putra Semarang, 1995), h. 4910 8 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bangdung: Remaja Rosda Karya, 2002), h. 55

5 pencapaian tujuan pendidikan. Keberadaan pendidik dalam dunia pendidikan sangat krusial, sebab kewajibannya tidak hanya menginteraksikan pengetahuan knowledge tetapi juga dituntut mentransformasikan nilai-nilai (value) pada peserta didik. 9 Pendidik dalam proses pembelajaran diharapkan pada sejumlah komponen pembelajaran. Adapun komponen tersebut antara lain: tujuan, bahan atau materi pelajaran, kegiatan belajar mengajar, metode, alat, sumber pelajaran, dan evaluasi. 10 Kemampuan seorang pendidik dalam mengembangkan sistem pembelajaran sangat penting, karena pendidik merupakan orang yang berperan dalam memberikan ilmu pengetahuan kepada pesertadidik. Materi pelajaran yang di berikan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan maka seorang pendidik dalam pelaksanaan pembelajaran membutuhkan metode mengajar yang tepat. Demikian juga dalam proses belajar PAI yang merupakan suatu proses yang mengakibatkan beberapa perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku seseorang sesuai dengan taksonomi tujuan pendidikan Agama yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Sifat perubahan yang terjadi pada masing-masing aspek tersebut tergantung pada tingkat kedalaman belajar yang dilakukan. Kegiatan pembelajaran mengandung sejumlah komponen yang meliputi, tujuan, bahan pelajaran, kegiatan pembelajaran, metode, alat dan 9 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h, 58 10 Syaful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h, 41

6 sumber serta evaluasi. 11 Sebagai salah satu komponen belajar mengajar, metode atau model pembelajaran merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara lansung atau tidak lansung dalam proses belajar mengajar. 12 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran, karna model pembelajaran juga berperan penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Namun tidak semua model pembelajaran cocok digunakan untuk semua materi pelajaran di Sekolah Dasar, di Sekolah Dasar peserta didiknya cendrung banyak bermain dalam belajar, karena memang seorang peserta didik di Sekolah Dasar belum bisa seutuhnya diatur atau diajak kerjasama dalam proses pembelajaran, disebabkan pola pikir dari anak Sekolah Dasar itu sendiri masih belum bisa serius. Dapat kita lihat bahwa dalam proses pembelajaran peserta didik masih banyak yang bermain, menganggu teman, bermenung dan sebagainya. Oleh sebab itu pendidk harus bisa mengatasi masalah-masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran, seperti memilih model pembelajaran yang cocok untuk materi ajar dan keadaan peserta didik. 11 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Integrasi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 97 12 Istarani, 58 Model Pembelajaran Inovatif,(Medan : Media Persada, 2011), h. 1

7 Diantara banyaknya model pembelajaran, model word square adalah salah satu model pembelajaran yang cocok digunakan dalam pelajaran PAI untuk tingkat SD. Model pembelajaran word square merupakan model pembelajaran yang mengunakan kotak-kotak berupa teka-teki silang sebagai alat dalam menyampaikan materi ajar dalam proses pembelajaran. Jadi membuat kotak adalah media utama dalam menyampaikan materi ajar. Kotak-kotak yang telah disiapkan akan di isi oleh peserta didik atau mengarisi huruf-huruf yang ada yang merupakan jawaban dari pertanyaan yang di persiapkan oleh pendidik. Dengan demikian ada dua hal yang diperlukan dalam mengunakan model pembelajaran ini yaitu membuat kotak-kotak dan pertanyaan dalam rangka mengisi kotak. 13 Word square adalah salah satu model pembelajaran melalui sebuah permainan belajar sambil bermain yang ditekankan adalah belajarnya. Belajar dan bermain memiliki persamaan yang sama yaitu terjadi perubahan yang dapat mengubah tingkah laku, sikap dan pengalaman, sebaliknya keduanya terdapat perbedaan pada tujuannya, kegiatan belajar mempunyai tujuan yang terletak pada masa depan. Sedangkan kegiatan bermain tujuan kesenangan dan kepuasannya diwaktu kegiatan permainan itu berlangsung. 14 13 Ibid, h. 181 14 http://skripsiekawijana.blogspot.com/2011/09/penerapan-model-belajar-word-square. htmldiunduhpada 10 April 2017

8 Model ini juga model yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokkan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Model ini sedikit lebih mirip dengan mengisi teka-teki silang, akan tetapi perbedaan yang mendasar adalah model ini sudah memiliki jawaban, namun disamarkan dengan menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf atau angka penyamar atau pengecoh, tujuan huruf/angka pengecoh bukan untuk mempersulit peserta didik namun untuk melatih sikap teliti dan kritis,. Model pembelajaran ini mampu sebagai pendorong dan penguat ingatan peserta didik terhadap materi yang disampaikan pendidik. Dalam model pembelajaran ini, para peserta didik dipandang sebagai objek dan subyek pendidikan yang mempunyai potensi untuk berkembang sesuai dengan bakat dan kemampuan yang dimiliki, jadi dalam hal ini pendidik sebagai fasilitator belajar harus dapat memprogram sejumlah pertanyaan terpilih yang dapat merangsang peserta didik untuk berpikir efektif. kemudian pendidik membagikan lembar kegiatan atau lembar kerja sebagai alat untuk mengukur tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan. Dengan mengarsir kotak-kotak sesuai dengan pertanyaan, peserta didik dapat memahami materi PAI dengan benar serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. 15 15 Istarani, Op. Cit, h. 182

9 Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 16 Januari 2017 di kelas VSD Negeri 17 Ganting Kabupaten Agam, sekolah ini masih menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Dalam proses pembelajaran PAI pendidik kurang bervariasi dalam menggunakan metode dan model pembelajaran, berdasarkan pengamatan peneliti waktu observasi, bahwasanya pendidik hanya mengunakan metode ceramah dalam pembelajaran PAI, sehingga peserta didik banyak yang ngantuk, menganggu temannya, dan sebagainya, pada intinya peserta didik kurang fokus dalam mengikuti proses pembelajaran PAI, karena adanya kebosanan, ini menjadi penyebab tujuan pembelajaran tidak maksimal. Karena tidak maksimalnya pembelajaran itu berakibat kepada tingkah laku sehari-hari peserta didik, yaitu banyak peserta didik yang tidak melaksanakan shalat 5 waktu, kurang sopan santun terhadap orang tua, malas berpuasa dan sebagainya. Padahal pembelajaran PAI bukan hanya sebatas teori namun membutuhkan pengaplikasiannya sehingga peserta didik dengan sendirinya akan mampu mengingat dan mengaplikasikan makna dari pembelajaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Tabel 1.1 Persentase Ketuntasan Ujian Semester I PAI Peserta Didik Kelas V SD Negeri 17 Ganting Kabupaten Agam. Tahun Ajaran 2016/2017 Kelas Jumlah Peserta Didik Nilai KKM Tuntas 75 Tidak tuntas < 75 Jumlah Persentase Jumlah Persentase V 14 75 3 21,42 11 78,57 Sumber: Pendidik Kelas V SD Negeri17 Ganting Kabupaten Agam

10 Pada Tabel 1.1 di atas menyatakan dari 14 peserta didik hanya 3 orang memperoleh nilai di atas KKM. Oleh sebab itu perlu dikembangkan suatu pembelajaran yang tidak membosankan dan membuat peserta didik lebih tertarik, dengan cara menciptakan lingkungan belajar yang dekat dengan dunia nyata. Secara umum hasil belajar peserta didik belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 75 pada ujian semester satu, dalam proses pembelajaran PAI dapat terlihat bahwa pendidik kurang bervariasi dalam mengunakan model pembelajaran, serta pendidik kurang mengaitkan pembelajaran PAI dengan realita yang terjadi dalam kehidupan manusia pada saat sekarang ini, sehingga peserta didik menganggap pembelajaran PAI materi itu hafalan yang membosankan, tanpa mengetahui bagaimana cara pengaplikasian pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari terutama bagi kelas V, serta hasil belajar yang diperoleh peserta didik kurang optimal dan masih di bawah nilai KKM. Solusi untuk menerapkan model dalam pembelajaran PAI, yaitu dengan menggunakan model word square. Adapun kelebihan model word square menurut Aris Shoimin adalah memungkinkan untuk belajar sambil bermain, peserta didik dapat berkreasi sekaligus belajar dan berpikir, membangkitkan kegembiraan dan melatih keterampilan tertentu dan juga dapat memupuk rasa solidaritas dalam kelompok, serta materi yang

11 diberikan menggunakan model, metode, dan teknik dalam permainan akan sulit untuk dilupakan peserta didik. 16 Model word square merupakan model pembelajaran yang membuat peserta didik lebih aktif dan menyenangkan, oleh karena itu peserta didik tidak akan bosan mengikuti proses pembelajaran, dengan keaktifan Peserta didik akan memudahkan mereka dalam memahami materi yang pendidik ajarkan, apabila peserta didik telah menguasai materi pelajaran maka mereka bisa mempraktekannya dengan benar dalam kehidupan sehari-hari. Dari pendapat di atas, maka model word square dapat mendorong aktivitas dan pemahaman peserta didik dalam menguasai materi pelajaran. Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian eksperimen dengan judul Pengaruh Model Word Square Terhadap Hasil Belajar PAI Pada Peserta Didik Kelas V SD Negeri 17 Ganting Kabupaten Agam. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :. 1. Peserta didik banyak menghafal dalam pembelajaran tanpa mengetahui cara pengaplikasiannya. 16 Aris Shoiman, 68 model pembelajaran inivatif dalam kurikulum k13,(depok, Sleman, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), h. 169

12 2. Peserta didik kurang aktif dalam proses pembelajaran, hal ini terlihat dari peserta didik asyik mencari kesibukan sendiri dengan cara mengganggu teman, bermain-main di dalam kelas. 3. Metode pembelajaran yang tidak bervariasi sehingga peserta didik merasa bosan. 4. Hasil belajar PAI peserta didik masih rendah. Melihat banyaknya masalah yang diidentifikasi maka perlu dibatasi demi kelancaran dan efisiennya penelitian, lebih jelasnya masalah yang dibatasi dapat dilihat pada bahasan pembatasan masalah. C. Batasan Masalah Agar penelitian ini terarah dan mencapai hasil yang diharapkan maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada hasil belajar peserta didik setelah menerapkan model word square pada pembelajaran PAI materi puasa di kelas V SD Negeri 17 Ganting Kabupaten Agam. D. Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian secara umum adalah Apakah terdapat peningkatan hasil belajar peserta didik melalui penerapan model word square dalam pembelajaran PAI materi puasa di kelas V SD Negeri 17 Ganting Kabupaten Agam? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik kelas V SD Negeri 17 Ganting

13 Kabupaten Agam dengan menerapkan model word square dalam pembelajaran PAI materi puasa. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk: a. Menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis sebagai calon pendidik dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran PAI yang tepat. b. Sebagai pedoman bagi pendidik untuk menerapkan model yang efektif digunakan dalam pembelajaran PAI di SD. c. Membantu peserta didik dalam meningkatkan aktifitas dan hasil belajar peserta didik kelas V SD Negeri 17 Ganting Kabupaten Agam. d. Melengkapi dan memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Universitas Islam Negeri (UIN) Imam Bonjol Padang. H. Defenisi Operasional Agar tidak menimbulkan keraguan dalam memahami judul diatas, maka perlu penulis jelaskan terlebih dahulu beberapa istilah yang digunakan. 1. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah ia menerima pengalaman belajar. 17 17 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, ( Jakarta: Rineka Cipta,2006), h.3

14 Adapun yang penulis maksud dengan hasil belajar disini ialah hasil belajar peserta didik setelah mengunakan model word square dalam pembelajaran PAI materi puasa di kelas V SD Negeri 17 Ganting Kabupaten Agam. 2. Model Word square adalah cara untuk menyampaikan suatu pembelajaran dimana pendidik dalam pembelajarannya membuat pertanyaan dan membuat kotak-kotak di papan tulis atau di kertas yang didalamnya terdapat jawaban dari pertanyaan tersebut, yang mana tugas peserta didik adalah mengarisi atau mengarsir kotak yang terdapat jawaban dari pertanyaan. 18 Adapun yang penulis maksud dengan model pembejaran disini ialah model pembelajaran yang efektif digunakan untuk pembelajaran PAI pada sekolah dasar 3. Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah ditujukan kepada perbaikan sikap, mental, yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain.. 19 Adapun yang penulis maksud dengan PAI disini ialah peserta didik mampu memahami dan mempraktekannya secara benar PAI dalam kehidupan sehari-hari, seperti masalah puasa. 18 Istarani, Istarani, Op. Cit, h. 181 19 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1994) cet ke-2, h. 28

15 Jadi maksud dari judul skripsi ini menjelaskan tentang pengaruh model word square terhadap hasil belajar PAI pada peserta didik kelas V SD Negeri 17 Ganting Kabupaten Agam