BAB I PENDAHULUAN. didik usia enam sampai dengan dua belas tahun, dididik untuk menjadi. selanjutnya ke jenjang yang lebih tinggi. (UUSPN, 2003).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha masyarakat untuk memajukan peradaban dan pengetahuan. Pendidikan berperan

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. mutu peningkatan mutu pendidikan melalui peningkatan hasil belajar siswa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah masalah penting keberhasilan suatu bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan yang cerdas dan berkarakter dalam mengembangkan potensinya.

BAB I PENDAHULUAN. tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya. Dalam pasal 1

A UMS - Copy SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, yang tercermindari keberhasilan belajar siswa. Proses

balik antara guru dan siswa dalam suatu situasi pendidikan. Oleh karena itu, guru dalam menyampaikan pembelajaran dituntut untuk mampu menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan utama bagi setiap individu. Melalui

BAB I PENDAHULUAN alinea ke 4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Menurut M.J.

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

A. Latar Belakang Masalah

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan di segala bidang. Hingga kini pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh orang dewasa (pendidik) kepada orang yang belum dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

I. PENDAHULUAN. (Langeveld, dalam Hasbullah, 2009: 2). Menurut Undang-Undang Republik. Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Permendikbud No. 67 tahun 2013, kurikulum 2013 dirancang

BAB I PENDAHULUAN. Seperti yang terdapat dalam UUSPN No. 20 tahun 2003 (Sagala, 2009:3)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk membenahi, meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

BAB I PENDAHULUAN. universal yang dilakukan oleh manusia. Dengan pendidikan diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1:

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan untuk membentuk sumber

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan. formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

I. PENDAHULUAN. perubahan tingkah laku menuju kedewasaan. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. kurang memperhatikan sektor pendidikannya. Pendidikan memiliki peran dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia guna

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dalam era globalisasi, pendidikan pun dituntut untuk

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya generasi muda, yang nantinya akan mengambil alih

BAB I PENDAHULUAN. maka diperlukan adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. warga negara yang menguasai pengetahuan (knowladge), keterampilan (skill),

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat suatu bangsa. Pendidikan diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan aspek yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. maupun Rohani semakin meningkat dalam usaha menyesuaikan diri dengan

BAB I PENDAHULUAN. disetiap negara. Berhasil tidaknya pendidikan yang dilaksanakan akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan motivasi manusia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional yang saat ini diberlakukan mempunyai tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. fokus perhatian dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. sarana untuk pengembangan diri. Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. siswa sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran di sekolah. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Dengan mengacu pada definisi pendidikan di atas dalam upaya meningkatkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang mutlak dibutuhkan oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan sesuai pula dengan situasi lingkungan yang tersedia. Sebagaimana yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan pengenalan diri, kepribadian kecerdasan akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masayarakat, bangsa, dan Negara. (UUSPN, 2003). Sekolah Dasar adalah lembaga pendidikan dasar formal dengan peserta didik usia enam sampai dengan dua belas tahun, dididik untuk menjadi manusia dewasa yang mandiri dan mampu mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga Negara dan anggota ummat manusia. Selain itu juga tempat penempaan untuk memasuki pendidikan selanjutnya ke jenjang yang lebih tinggi. (UUSPN, 2003). Sebagai lembaga yang secara langsung mendidik anak-anak untuk dipersiapkan ke jenjang pendidikan selanjutnya, keterlibatan masyarakat serta pemerintah dituntut agar apa yang diharapkan dapat terwujud. Keterlibatan ini menjadi sesuatu yang tidak bisa ditawar-tawar lagi dengan adanya peningkatan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat disemua sektor kehidupan. Seorang guru merupakan orang tua kedua yang menangani anak setelah orang tua, memiliki peran yang sangat esensial dalam upaya pencapaian tujuan 1

2 tersebut melalui berbagai teknik dan cara yang profesional yang ditampilkannya di kelas. Untuk itu pembekalan dan pengayaan serta pengembangan kemampuan profesional guru mutlak untuk selalu dilakukan di setiap kesempatan waktu dan suasana. Terjadinya kesenjangan dalam proses pembelajaran khususnya dalam pembelajaran IPA terutama dalam kemampuan profesional yang ditampilkan dan dimiliki guru, guru kurang memperhatikan perkembangan sekitar, sangat tergantung pada buku paket, tidak ada upaya untuk pengembangan materi, minimnya penggunaan media dan alat peraga, dan kurang memperhatikan kebutuhan siswa. Akibat dari cara mengajar seperti ini, maka banyak ditemukan siswasiswa yang pasif dalam setiap pembelajaran di kelas, tidak terjadi suasana yang bernuansa kreatif. Syarat dengan hafalan, tiada pengembangan berfikir yang dilakukan guru, membosankan, serta adanya proses pembelajaran yang tidak bermakna. Dewasa ini sedang dikembangkan bermacam-macam model pembelajaran anak untuk menolong para guru agar dapat meningkatkan kemampuannya dalam menyampaikan pelajaran. Model pembelajaran sangat berguna bagi guru untuk menentukan apa yang harus dilakukanya dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran, terutama model Cooperative Learning. Salah satu model Cooperative Learning yang dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yaitu melalui Model Cooperative Learning Teknik Jigsaw, karena dalam Model Cooperative Learning Teknik Jigsaw

3 siswa tidak hanya mencari dan menemukan pengetahuan sebagai solusi untuk memecahkan masalah kelompoknya tetapi siswa juga dapat menjelaskan ringkasan materi di depan kelas sehingga tercipta kegiatan belajar yang Kreatif dan memotivasi siswa. Maka dengan demikian keinginan belajar siswa meningkat dan diharapkan pemahaman serta hasil belajar siswa dapat meningkat. (Kelly dalam Romiati 2006:12) mengemukakan pengertian Cooperative Learning adalah pengajaran yang dilakukan dalam kelompok kecil, dimana siswa bekerja sama untuk menambah atau memperoleh hasil belajar yang optimal. Di kelas V Sekolah Dasar Negeri Cibingbin 2 ditemukan masalah yang menghambat pembelajaran dan hasil belajar siswa mata, dimana hasil belajar mata pelajaran IPA khususnya masih kurang dari target KKM yaitu 63. Oleh karena itu, hal tersebut perlu ditindak lanjuti yaitu dengan merencanakan penggunaan metode pembelajaran Model Cooperative Learning Teknik Jigsaw. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran melalui penerapan model Cooperative Learning teknik Jigsaw pada pembelajaran IPA dikelas V Sekolah Dasar Negeri Cibingbin 2 Kecamatan Pasirkuda Kabupaten Cianjur? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran melalui penerapan model Cooperative Learning teknik Jigsaw pada pembelajaran IPA di kelas V

4 Sekolah Dasar Negeri Cibingbin 2 Kecamatan Pasirkuda Kabupaten Cianjur? 3. Bagaimana hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran IPA melalui model Cooperative Learning teknik Jigsaw dikelas V Sekolah Dasar Negeri Cibingbin 2 Kecamatan Pasirkuda Kabupaten Cianjur? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan atas permasalahan di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran melalui penerapan model Cooperative Learning teknik Jigsaw pada pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar Negeri Cibingbin 2 Kecamatan Pasirkuda Kabupaten Cianjur 2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran melalui menggunakan model Cooperative Learning teknik Jigsaw pada pembelajaran IPA di kelas V Sekolah Dasar Negeri Cibingbin 2 Kecamatan Pasirkuda Kabupaten Cianjur. 3. Untuk mengetahui Seberapa besar peningkatan hasil siswa setelah mengikuti pembelajaran IPA dengan menggunakan model Cooperative Learning teknik Jigsaw dikelas V Sekolah Dasar Negeri Cibingbin 2 Kecamatan Pasirkuda Kabupaten Cianjur.

5 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi siswa: dengan diterapkannya metode pembelajaran Jigsaw dalam pembelajaran IPA diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap materi pembelajaran serta dapat mengembangkan kemampuan IPA siswa Sekolah Dasar. 2. Bagi guru: memberikan informasi serta gambaran tentang penerapan model Cooperative Learning teknik Jigsaw dalam pembelajaran sehingga dapat melaksanakan pembelajaran yang serupa untuk materi kajian yang lain. 3. Bagi Peneliti: menambah pengalaman peneliti ketika melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Cooperative Learning teknik Jigsaw. E. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah jika model Cooperative Learning Teknik Jigsaw diterapkan di kelas V SD Negeri Cibingbin 2 dalam pembelajaran IPA pada materi peristiwa alam maka hasil belajar siswa dapat meningkat dari pembelajaran sebelumnya. F. Definisi Operasional 1. Cooperative Learning teknik Jigsaw Model pembelajaran Cooperative Learning teknik Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 6 orang secara heterogen dan bekerja sama

6 saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. 2. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar dapat dilihat melalui kegiatan evaluasi yang bertujuan untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Hasil belajar yang diteliti dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif IPA yang mencakup tiga tingkatan yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan penerapan (C3). Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada aspek kognitif adalah tes.