isebartuaskan oieh : Bagian HukumSetda- ~ ;, ~ubuklinggau' PER 0Ieh. CT. MAWAR (0733-323202) Oeu/n & UI)' OUt..,._ill Studlo (om) 324408I081 36748OMO Deaaln ~RancIk
"~"1:' ~~.,.!";.. ',~)k';tt<. ~13iliUi!!i\iji;!i!3i!ll!iME1'"1 " LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU Nomor 02 Tahun 2003 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 37 TAHUN 2003.i;Jflji-_ ~~i~~.~:::';i\:~. WALIKOTA LUBUKLINGGAU, a. bahwa dengan terbentuknya Pemerintah Kota LUbuklinggau sebagai Daerah Otonom berdasarkan Undang-undang nomor 7 tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Lubuklinggau, maka dipandang perlu melakukan upaya penertiban pemberian izin dibidang perdagangan dengan mengatur kembali
tentang Perseroan Terbatas ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1995 nomor 13, Tambahan Lembaran Negara nomor 3587 ); 5. Undang-undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1997 nomor 41, Tambahan Lembaran Negara nomor 3685 ) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang nomor 34 tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-undang nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2000 nomor 246, Tambahan Lembaran Negara nomor 4048); 6. Undang-undang nomor 22 tahun 1999 ten tang Pemerintahan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1999 nomor 60, Tambahan Lembaran Negara nomor 3839 ); 7. Undang - undang nomor 25 tahun 1999 ten tang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 72, Tambahan Lembaran Negara nomor 3848 ); 8. Undang-undang nomor 7 tahun 2001 tentang Pembentukan Kota Lubuklinggau (Lembaran Negara RI tahun 2001 nomor
) 87, Tambahan Lembaral1 Negara nomor 4114); 9. Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 1983 tentang pelaksanaan Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 1983 nomor 36, Tambahan Lembaran Negara nomor 3258 ); 10. Peraturan Pemerintah nomor 66 tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2001 nomor 119, Tambahan Lembaran Negara nomor 4139 ); ) D. engan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU TENTANG SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN BAB i KETENTUAN UMUM 11. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah nomor 21 tahun 2001 tentang Teknik Penyusunan dan Materi Muatan Produk - produk Hukum Daerah ; 12. Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah nomor 22 tahun 2001 tentang Bentuk Produk - produk Hukum Daerah; 13. Keputusan Menteri Dalam Negeri nomor 7 tahun 2003 ten tang Pedoman Operasional Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah dalam Penegakan Peraturan Daerah. 3. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Lubuklinggau; 4. Dinas Pendapatan Daerah adalah Dinas Pendapatan Daerah Kota Lubuklinggau; 6. Perdagangan adalah kegiatan jual beli barang atau jasa yang dilakukan terus menerus dengan tujuan pengalihan hak atas barang atau jasa dengan disertai imbalan atau kompensasi;
7. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi Perseroaan Terbatas, Perseroan Kominditer, Perseroaan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun persekutuan, Perkumpulan Firma, Kongsi, Koperasi, Yayasan atau organisasi yang sejenis, Lembaga, Dana Pensiun, Bentuk UsahaTetap serta Bentuk Badan Usaha lainnya; 8. Retribusi Perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu Pemerintah Daerahdalam pemberian izin kepada Orang Pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan at as kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan; 9. Surat Izin Usaha Perdaganganyang selanjutnya disingkat SIUPadalah surat yang diterbitkan untuk melaksanakan kegiatan usaha perdagangan; 10. Surat Permintaan Surat Izin Usaha Perdagangan yang selanjutnya disingkat SP-SIUPadalah formulir permohonan untuk memperoleh SIUPyang memuat data perusahaan pemohon; 11. Perubahan perusahaan adalah meliputi perubahan dalam perusahaan baik perubahan nama perusahaan, alamat kantor, nama pemilik / penanggung jawab, NPWP,modal dan kekayaan bersih, kelembagaan, bidang usaha, jenis barang/jasa dagang utama; yang menurut Peraturan Perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi; 13. Surat PendapatanObjek Retribusi Daerahyang selanjutnya disingkat SPORDadalah surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melaporkan data retribusi dari wajib retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran retribusi daerah yang terhutang menurut peraturan perundang-undangan retribusi daerah; 14. Surat Ketetapan Retribusi Daerah untuk selanjutnya disingkat SKRDadalah surat ketetapan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terhutang; 15. Surat TagihanRetribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRDadalah surat untl-lk melakukan tagihan retribusi disertai sanksi administrasi berupa bunga atau denda; 16. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDKBadalah surat ketet~pan yang menentukan besarnya jumlah retribusi yang terhutang, jumlah kredit retribusi, jumlah kekurangan pembayaran pokok retribusi, besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar; 17. Pemeriksaanadalah serangkaian kegiatan untuk meneari, mengumpulkan, mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi berdasarkan Peraturan Perundangundangan Retribusi Daerah.
BAB II SURAT IZIN USAHA PERDAGANGAN (SIUP) (1) Setiap perusahaan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dalam wilayah Daerah wajib memiliki Surat. Izin usaha Perdagangan (SIUP) yang diterbitkan oleh Walikota. (2) Jenis-jenis Surat Usaha Perdagangan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah : SIUP Keeil diperuntukkan bagi perusahaan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dengan modal disetor dan modal kekayaan bersih (Netto) seluruhnya sampai dengan Rp.200.000.000, ( dua ratus juta rupiah ) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. SIUP Menengah diperuntukkan bagi usaha yang 'melakukan kegiatan usaha perdagangan dengan modal disetor dan kekayaan bersih (Netto) seluruhnya diatas Rp.200.000.000;- (dua ratus juta rupiah) sampai dengan Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. SIUP Besar diperuntukkan bagi perusahaan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan dengan modal disetor dan kekayaan bersih (Netto) seluruh diatas Rp. 500.000.000, (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha Peru.sahaanyang melakukan perubahan modal dan kekayaan berslh (Netto) baik karena peningkatan maupun penurunan yang dibuktikan dengan akta perubahaan atau neraea perusahaan wajib memiliki SIUP sesuai dengan ketentuan sebagaimanadimaksud pasal 2 ayat (2) Peraturan Daerah ini. (1) SIUPberlaku selama 3 (tiga) tahun sepanjang perusahaan yang bersangkutan masih menjalankan kegiatan usaha perdagangan dalam daerah. (2) S~UPya~g telah berakhir masa berlakunya wajib dlperpanjang sepanjang perusahaan yang bersangkutan masih menjalankan kegiatan usahanya. (3) Un~~k Pengendalian dan Pengawasan, pemegang SIUP wajlb melakukan pendaftaran ulang setiap 1 (satu ) tahun sekali terhitung tanggal SIUPditetapkan (1) Dibebaskandari kewajiban memiliki SIUPbagi : Perusahaankeeil perorangan yang diurus, dijalankan atau dikelola sendiri oleh pemiliknya atau dengan mempekerjakan anggota keluarga/kerabat terdekat; Pedagang keliling, pedagang asongan, pedagang pinggir jalan I pedagang kaki lima. (2) Usaha yang dibebaskan dari kewajiban memiliki S/UP
sebagaimana -, dimaksud ayat (1) pasal im dapat diberikan SIUP apabila dikehendaki oleh yang bersangkutan. BAB III TATA CARA PERMINTAAN SIUP 2) Copy Kartu Tanda Penduduk ( KTP ) Pimpinan / Penanggungjawab Koperasi; 3) Copy Nomor Pokok Wajib Pajak Perusahaan ( NPWP ); 4) Copy Surat Izin Tempat Usaha (SITU); 5) Neraca Awal Perusahaan. (1) Permintaan / permohonan untuk memperoleh SIUP sebagaimana dimaksud Pasal 2 dilakukan dengan mengisi SP- SIUP yang ditujukan kepada Walikota melalui Kepala Dinas. (2) Permintaan SIUPsebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini harus ditanda tangani oleh Pemilik / Direktur Utama / Penanggungjawab Perusahaan dengan melampirkan dokumen - dokumen sebagai berikut : Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas ( PT ): 1) Copy Akta Notaris Pendirian Perusahaan; 2) Copy Surat Keputusan Pengesahan Badan Hukuri'l dari.menteri Kehakiman; 3) Copy Kartu Tanda Penduduk ( KTP ) Pemilik / Direktur Utama /Penanggungjawab Perusahaan; 4) Copy Surat Izin Tempat Usaha ( SITU ); 5) Copy Nomor Pokok Wajib Pajak Perusahaan ( NPWP ); 6) Neraca Awal Perusahaan. Perusahaan berbentuk Koperasi : 1) Copy Akta Pendirian Koperasi yang telah mendapat pengesahan dari instansi berwenang; c. Perusahaan yang tidak berbentuk Perseroan Terbatas ( PT ) dan Koperasi : 1. Perusahaan Persekutuan : Apabila dalam jangka waktu tanggal pengajuan a) Copy Surat Akta Pendirian Perusahaan / Akta Notaris yang telah didaftarkan pada Pengadilan Negeri setempat; b) Copy Kartu Tanda Penduduk ( KTP ) Pemilik Penanggungjawab Perusahaan; c) Copy Nomor Pokok Wajib Pajak ( NPWP ) Perusahaan; d) Copy Surat Izin Tempat Usaha ( SITU ); e) Neraca Awal Perusahaan. 2. Perusahaan Perseorangan : a) Kartu Tanda Penduduk ( KTP ); b) Copy Nomor Pokok Wajib Pajak ( NPWP ) Perusahaan; c) Copy Surat Izin Tempat Usaha ( SITU ); d) Neraca Awal Perusahaan. 15 ( lima belas ) hari kerja sejak pengesahan Badan Hukum kepada Menteri Kehakiman, pemohon SIUP dimaksud pasal 6 ayat (2) huruf a angka 2 belum mendapatkan Surat Keputusan Pengesahan Badan Hukum dari Menteri Kehakiman, maka pemohon SIUP
cukup melampirkan copy Akta pendirian Perseroan dan cop~ bukti setor biaya administrasi pengesahan Badan Hukum dan Departemen Kehakimansebagai kelengkapan persyaratan guna mendapatkan SIUP. s~la~bat - lambatnya5 ( lima) hari kerja terhitung sejak dltenmanya SP. SIUP wajib melakukan penundaan pemberian SIUP dengan pemberitahuan secara tertulis. kepada Perusahaanyang bersangkutan disertai alasan _ alasannya. Usaha yang dibebaskan dari kewajiban memiliki SIUP sebagaimana dimaksud pasal 5 ayat (1), dapat diberikan SIUP apabila dikehendaki oleh yang bersangkutan dengan.menyampaikan Surat Permintaan SIUP ( SP- ~IUP ) kepada Walikota melalui Kepala Dinas dengan melamplrkan : a. Copy Kartu Tanda Penduduk ( KTP ); b. Copy Surat Keterangan Domisiti dari Lurah setempat. (3) Perusahaansebagaimanadimaksud ayat (2) pasalini wajib melakukan perbaikan dan atau melengkapi persyaratan s~la~bat - lambatnya 5 (lima) hari kerja terhitung sejak dltenmanya Surat Penundaan Pemberian SIUP. (4) B~lasetelah jangka waktu yang ditentukan sebagaimana d.lmaksudayat (3) pasal ini perusahaanyang bersangkutan tldak dapat memenuhi persyaratan dengan lengkap dan benar maka Kepala Dinas menolak permintaan SIUPyang bersangkutan. Seluruh copy dokumen yang merupakan lampiran SP- SIUP sebagaimana dimaksud pasal 6, 7 dan 8 Keputusan ini harus dilampirkan Lampiran aslinya guna penelitian dan akan dikembalikan pada Perusahaan yang bersangkutan setelah penelitian selesai. (1) Selambat - lambatnya 5 ( lima) hari kerja terhitung sejak diterimanya SP - SIUP sebagaimana dimaksud pasal 6 secara lengkap dan benar, Walikota wajib menerbitkan SIUPPerusahaanyang bersangkutan. Apabila penelitian SP - SIUP dan kelengkapann~~ sebagaimana dimaksud pasal 6, 7 dan 8 Keputusan lnl belum lengkap dan benar, Walikota melalui Kepala Dinas (5) Perusahaan yang ditolak permintaaan SIUPnya dapat mengajukan kembali permintaan SIUP. BABIV RETRIBUSI IZIN USAHA PERDAGANGAN Bagian Pertama Nama, Objek dan Subjek Retribusi Deng~n nam~ Retribusi Izin Usaha Perdagangan yang selanjutnya dlsebut Retribusi dipungut Retribusi sebagai pembayaran atas pemberian Izin Usaha Perdagangan kepada orang Pribadi atau Badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan.
.. mberian Izin Usaha Perdagangan Objek Retnbus1 adalah pe lakukan kegiatan kepada Orang Pribadi b atau.~:~:n d;~na~s:: pasal 2 ayat (1) usaha perdagangan se aga1 Peraturan Daerah ini. Subjek Retribusi adalah Orang Pribadi atau Badan yang memperoleh Izin Usaha Perdagangan. Bagian Kedua Golongan Retribusi Bagian Keempat Prinsip dan Sasaran dalam Penetapan Tarif Retribusi (1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi didasarkan pada tujuan untuk menutupi sebagian biaya penyelenggaraan pemberian izin. (2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini melip uti biaya pengecekan dan ukuran ruang tempat usaha, biaya pemerjksaan dan biaya transportasi dalam rangka pengawasan dan pengendalian. Struktur Bagian Kelima dan besarnya tarif retribusi Retribusi Izin UsahaPerdagangan digolongkan sebagairetribusi Perizinan Tertentu. ( 1 ) Strukturtarif retribusi digolongkanberdasarkangolonganusaha sebagaimanadimaksudpasal2 ayat (2) PeraturanDaerahini.. Cara Mengukur Tingkat Penggunaan Jasa Pasal 15. diukur berdasarkan jumlah izin yang Tingkat penggunaan Jasa I. nis usaha sebagaimana yang diberikan dan golongan Je.. dimaksud pasal 2 ayat (2) Peraturan Daerah 1m. (2) Struktur dan besarnya tarif sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini adalah sebagai berikut : a. perusahaankecil.. Rp. 50.000,- b. perusahaan menengah Rp. 100.000,- c. perusahaan besar Rp. 200.000,- (3) Padasaat Pendaftaran Ulangsebagaimana dimaksud pasal 4 ayat (3) dikenakan Retribusi sebesar 50 %( lima puluh persen) dari tarif sebagaimanadimaksud ayat (2) pasal ini.
Bagian Keenam Wilayah Pemungutan (3) Bentuk isi serta tat a cara pengisian dan penyampaian SPORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini ditetapkan lebih lanjut oleh Walikota. Retribusi yang terhutang dipungut di wilayah daerah tempat izin usaha perdagangan diberikan. Bagian.Kesembi Ian Penetapan Retribusi Bagian Ketujuh. Masa retribusi dan saat retribusi terhutang Masa berlakunya retribusi adalah sama dengan masa berlakunya SIUP sebagaimana dimaksud pasal 4 Peraturan Daerah ini. Saat terhutangnya retribusi adalah pada saat diterbitkannya SKRDatau dokumen yang dipersamakan. Bagian Kedelapan Pendaftaran Wajib Retribusi (1) Berdasarkan SPORDsebagaimana dimaksud pasal21 ayat (1) Peraturan Daerah ini ditetapkan retribusi terhutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. (2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan data baru dan atau data yang semula belum terungkap yang mengakibatkan penambahan jumlah retribusi yang terhutang, maka dikeluarkan SKRDKB. (3) Bentuk, isi dan tata cara penerbitan SKRDatau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini ditetapkan oleh Walikota. Bagian Kesepuluh Tata Cara Pemungutan (1) Wajib Retribusi wajib mengisi SPORD; (2) SPORDsebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini harus diisi dengan jelas, benar dan lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Retribusi, atau kuasanya, bersamaan dengan pengajuan permohonan izin usaha perdagangan; (1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan. (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan dan SKRDBT.
Bagian Kesebelas Sanksi Administrasi Bagian Ketiga betas Tata Cara Penagihan (1) (2) (3) Pelanggaranat as ketentuan pasal2 dan pasal 3 Peraturan Daerah ini dapat dikenakan sanksi administrasi berupa pencabutan SIUP. Pelanggaran atas ketentuan pasal 11 Peraturan Daerah ini dapat dikenakan sanksiadministrasi berupa penutupan tempat usaha yang bersangkutan. Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya at au kurang membayar dikenakan sanksi administrasi berupa denda 2 % (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terhutang atau kurang bayar dan ditagih dengan menggunakan STRD. Bagian Kedua belas Tata Cara Pembayaran (1) Pengeluaran surat teguran / peringatan / surat lain yang sejenis sebagaimana awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan setelah 7 (tujuh) hari sejak jatuh tempo pembayaran. (2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah surat teguran / peringatan /surat lain yang sejenis Wajib Retribusi harus melunasi retribusinya yang terhutang. (3) Surat tegoran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk. BABV PELAPORANPEMEGANGSIUP Pasal27 (1) Pasal25 Pembayaran retribusi yang terhutang harus dilunasi sekaligus. (1) Perusahaan pemegang SIUPkecil yang modal kekayaan bersih (Netto) dibawah Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunantempat usaha, dibebaskan dari kewajiban menyampaikan laporan. (2) Retribusi yang terhutang dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima b~las) hari sejak diterbitkannya SKRDatau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBdan STRD. (3) Tata cara pembayaran, penyetoran dan temp at pembayaran retribusi diatur lebih lanjut oleh Walikota. (2) Perusahaanyang tidak termasuk sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini wajib menyampaikan laporan kepada Walikota melalui Kepal1 Dinas mengenai kegiatan usahanyasebagai pengawasdan pengendalian yang diatur sebagai berikut:
Perusahaan yang memiliki SIUP h.,-l sebagaimana dimaksud pada pasal2 ayat (2) huruf a dengan modal disetor dan kekayaan bersih di atas Rp. 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha menyampaikan laporan setiap satu tahun sekali selambat-lambatnya tanggal 31 Januari tahun berikutnya. Perusahaan yang memiliki SIUP Menengah sebagaimana yang dimaksud pasal 2 ayat (2) huruf b dan perusahaan yang memiliki SIUP Besar sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat (2) huruf c menyampaikan laporan 2 (dua) kali dalam setahun. (3) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini dilakukan dengan jadwal sebagai berikut : a. Semester pertama selambat-lambatnya tanggal 31 Juli. b. Semester kedua selambat-lambatnya tanggal 31 Januari. (4) Bentuk laporan yang dimaksud ayat (2) dan ayat (3) pasal. ini ditetapkan oleh Walikota. ) kepada Walikota melalui Kepala Dinas sesuai SIUPyang dimilikinya. disertai alasan penutupannya dan mengembalikan BAB VI KETENTUAN PIDANA SIUPash. (1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan Keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 ( enam ) bulan atau denda paling banyak 4 ( empat ) kali jumlah retribusi yang terhutang. (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal iniadalah pelanggaran. BAB VII PENYIDIKAN Perusahaan yang telah melapor/memiliki SIUP wajib memberikan data/informasi wajib mengenai kegiatan usahanya apabila sewaktu-waktu diminta oleh kepala Dinas atau Pejabat yang ditunjuk. (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam. Undang-undang Hukum Acara Pidana yang berlaku. (2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: Setiap perusahaan yang tidak lagi melakukan kegiatan usah~ perdaganganatau menutup perusahaanwajib melapor secaratertulls a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah agar keterangan.
) atau laporan tersebut menjadi lebih lengkapdanjelas; b. Meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai Orang Pribadi atau Badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana Retribusi Daerah; c. Meminta keterangan dan barang bukti dari Orang Pribadi atau Badansehubungandengantindak pidana di bidang Retribusi Daerah d. Memeriksa bukti-bukti, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain yang berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah; e. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumendokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut; f. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaantugas penyidikan tindak pidanadi bidang Retribusi Daerah; g. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e; h. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana Retribusi Daerah; 1. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; j. Menghentikan penyidikan; k. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan
Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan daerah int akan diatur lebih lanjut oleh Walikota sepanjang mengenai pelaksanaannya. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam lembaran Daerah Kota lubuklinggau. Ditetapkan di lubuklinggau. pada tanggal 30 Desember2003 WAlIKOTA lubuklinggau, Cap/ttd H. RIDUAN EFFENDI Diundangkan di lubuklinggau Padatanggal 31 Desember 2003 Cap/ttd H. UBAIDllLAH IDRUS, SH PEMBINA TK. I NIP.440012311 lembaran DAERAH KOTA lubuklinggau TAHUN 2003 NOMOR 02 SERI C