1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Pendidikan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bagaimanapun sederhananya komunitas manusia memerlukan pendidikan, karena pendidikan merupakan kebutuhan hidup manusia. Pendidikan menurut Ahmad D. Marimba adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya pribadi yang utama. 1 Menurut Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab I pasal I tentang SISDIKNAS, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. 2 Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan yang menentukan eksistensi (keberadaan) dan perkembangan masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan merupakan usaha melestarikan dan mengalihkan serta 2003), h. 2 1 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h. 28 2 Undang-Undang SISDIKNAS 2003, (UU RI No. 20 Th. 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 1
2 mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam segala aspek dan jenisnya kepada generasi penerus. Demikian pula halnya dengan peranan Pendidikan Islam dikalangan umat Islam untuk melestarikan, mengalihkan dan menanamkan serta mentransformasikan nilai-nilai Islam kepada pribadi generasi penerusnya sehingga nilai-nilai kultural religius yang dicita-citakan dapat berfungsi dan berkembang dalam masyarakat dari waktu ke waktu. 3 Dari kutipan di atas dapat dipahami, pendidikan tidak jauh berbeda dengan pendidikan Islam, namun dalam pendidikan Islam lebih ditekankan kepada nilai-nilai Islam. Menurut Ahmad Marimba bahwa pendidikan Islam merupakan proses bimbingan jasmani dan rohani menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. 4 Menurut Zakiah Daradjat, pendidikan Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Setelah itu, menghayati tujuan yang ada pada akhirnya dapat mengamalkan dan menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. 5 Tujuan Pendidikan Islam adalah merealisasikan pengabdian kepada Allah dengan cara menumbuhkembangkan manusia dengan sifatnya sebagai makhluk individu dan sosial dari berbagai sisi yang beraneka ragam sesuai dengan tujuan universal guna kebaikan manusia di dunia dan di akhirat. Memperhatikan kutipan di atas, bahwa tujuan pendidikan Islam tidak hanya membentuk manusia yang berilmu pengetahuan dan terampil, tetapi 3 M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 11-12 4 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999), h. 6 5 Ibid., h. 27
3 lebih dari itu, yaitu untuk membentuk jiwa yang bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia dan memiliki kepribadian yang mantap. Sebagaimana, Abuddin Nata menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah membina manusia agar menjadi khalifah Allah di muka bumi. Akan tetapi, implementasi tujuan pendidikan tersebut harus disesuaikan dengan bakat dan keahlian yang dimiliki oleh masing-masing peserta didik. 6 Untuk mencapai tujuan pendidikan sebagaimana yang diharapkan, diperlukan suatu metode pembelajaran. Metode secara bahasa adalah cara, sedangkan secara istilah adalah cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta atau konsep secara sistematis. Maka metode dapat diartikan sebagai cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan pendidikan khusunya kegiatan penyajian materi kepada peserta didik. 7 Berdasarkan kutipan di atas, metode merupakan cara atau langkahlangkah yang digunakan dalam menyampaikan sesuatu gagasan, pemikiran, atau wawasan yang disusun secara sistematik dan terencana serta didasarkan pada teori, konsep dan prinsip tertentu. Metode dalam proses belajar mengajar merupakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Perumusan tujuan dengan sejelas-jelasnya merupakan syarat terpenting sebelum seseorang menentukan dan memilih metode mengajar yang tepat. Selain itu pendidik juga dituntut untuk mengetahui serta menguasai beberapa metode dengan harapan tidak 6 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2005), h. 103 7 Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), h. 201
4 hanya menguasai secara teoritis tetapi pendidik juga dituntut mampu memilih metode yang tepat agar bisa mengoperasionalkannya dengan baik. 8 Metode pendidikan Islam dalam penerapannya banyak menyangkut wawasan keilmuan pendidikan yang sumbernya al-qur an dan al-hadis. Adapun anggapan yang mengatakan bahwa metode mengajar itu tidak perlu bagi seorang pendidik, karena pekerjaan mengajar itu bersifat praktis dan tidak membutuhkan teori dan ilmu pengetahuan yang khusus, tetapi kenyataannya sekarang bahwa ilmu pengetahuan semakin berkembang, maka pendidik perlu memiliki pengetahuan yang bersangkutan dengan belajar mengajar. Adapun tujuan dari metode pengajaran dalam pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut: 9 1. Mendorong peserta dididik untuk mengembangkan pemahaman, sikap, kepribadian, dan keterampilan terutama keterampilan yang berfokus ilmiah. 2. Membiasakan peserta didik memahami, berfikir rasional, mengamati dengan tepat, bertanggung jawab, sabar, dan berani mengemukakan pendapat. 3. Memudahkan proses peyajian materi untuk mencapai tujuan pembelajaran serta bersifat fleksibel. 4. Menciptakan suasana pembelajaran yang efektif serta menyenangkan dan peserta didikpun aktif dalam proses pembelajaran. 8 Zuahiri Abdul Ghofir dkk, Metode Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h. 79 9 Hafni Ladjid, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Padang: IAIN-IB Press, 1999), h. 62
5 Yang terpenting dalam penggunaan metode itu benar-benar tepat dan relevan sesuai dengan bahan yang diajarkan dan sesuai pula dengan tingkat usia anak, serta dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Karena tanpa penguasaan metode yang baik, maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai secara maksimal. Metodologi pendidikan sangat bermanfaat bagi seorang pendidik. Dengan mempelajarinya seorang pendidik dapat memilih metode yang tepat dipakainya dan mempertimbangkan kelebihan dan kelemahannya, serta kesesuaian metode yang akan digunakan, sehingga kegiatan belajar-mengajar dapat berlangsung secara optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam menetapkan metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran tentunya ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu tujuan pengajaran, materi yang akan disampaikan, langkah-langkah yang akan digunakan, serta bahan penunjang yang akan digunakan dalam menerapkan metode tersebut. 10 Adapun tujuan penggunaan metode secara umum dalam proses pembelajaran adalah agar tercapainya tujuan proses pembelajaran dan dapat memotivasi peserta didik agar lebih aktif dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran berlangsung ada beberapa metode yang lazim digunakan oleh seorang pendidik. Diantaranya metode demonstrasi, metode perumpamaan, metode tanya jawab, dan sebagainya. Dari berbagai metode tersebut penulis akan mengemukakan dalam perspektif hadis. 10 Ibid.,
6 Metode demonstrasi adalah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada peserta didik. 11 Dengan metode demonstrasi pendidik memperlihatkan kepada seluruh anggota kelas tentang suatu proses, misalnya bagaimana cara shalat yang sesuai dengan ajaran Rasulullah SAW. Sebaiknya dalam penyampaian materi, pendidik terlebih dahulu mendemonstrasikannya, lalu peserta didik ikut mempraktikkannya, sesuai dengan yang dicontohkan oleh pendidik. Sedangkan metode perumpamaan yaitu suatu cara mengajar dimana seorang pendidik menyampaikan materi pembelajaran dengan membuat contoh melalui perumpaan. 12 Salah satu kelebihan dari metode ini adalah memudahkan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran yang disampaikan. Metode tanya jawab adalah salah satu metode mengajar yang dapat membantu kekurangan yang terdapat dalam metode ceramah. Dalam metode ini, pendidik dapat mengetahui gambaran seajuh mana peserta didik dapat menguasai materi yang telah disampaikannya. Peserta didik yang biasanya kurang mencurahkan perhatiannya terhadap pelajaran yang diajarkan melalui metode ceramah akan berhati-hati terhadap pelajaran yang diajarkan melalui metode tanya jawab. Karena peserta didik tersebut akan ditanya sewaktuwaktu dan akan mendapatkan giliran untuk menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya. Metode tanya jawab dapat digunakan oleh pendidik 11 Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h. 296 12 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), h. 141
7 untuk menetapkan perkiraan secara umum, apakah peserta didik yang mendapat giliran pertanyaan sudah memahami materi pelajaran yan telah diberikan atau belum. Berikut ini, penulis akan kemukakan hadis yang terkait dengan metode demonstrasi, metode perumpamaan, dan metode tanya jawab. 1. Hadis Tentang Metode Demonstrasi Metode demonstrasi ialah cara penyajian pelajaran dengan memeragakan atau mempertunjukkan kepada peserta didik tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik yang sebenarnya maupun tiruannya. 13 Artinya: Dari Malik bin Huwairits ra. ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: lakukanlah shalat sebaiamana kamu melihat aku shalat (HR. Bukhari) 14 Hadis ini menjelaskan, bahwa Nabi SAW mengajarkan shalat yang benar melalui metode demonstrasi. 2. Hadis Tentang Metode Perumpamaan Metode perumpamaan atau dikenal dengan istilah amtsal dan kata amtsal bentuk jamak dari kata matsala. Kata matsala sama dengan syahada, baik lafal maupun maknanya. Jadi arti lughawi amtsal adalah membuat perumpamaan, dan perbandingan. Berarti metode dengan 13 Hafni Ladjid, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Padang: IAIN Press, 1999), h. 93 14 Imam Al Hafiz bin Abdillah Muhammad bin Ismail Al Bukhari, Shahih Bukhari, (Libanon: Dar Kutub Al Ilmiah, 2008), h. 80
8 memberikan perumpamaan dan perbandingan seperti hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim berikut: Artinya: Dari Nu man bin Basyir ra, dia bekata, Rasulullah SAW telah bersabda: orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi bagaikan satu tubuh. apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan senantiasa terjaga dan panas (turut merasakan sakitnya). (HR. Muslim). 15 Hadis di atas menjelaskan, jika salah satu anggota tubuhnya sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan sakit. Hal ini dikarenakan bagian badan yang sakit tadi mempunyai hubungan syaraf ke otak, sehingga penderitaannya dirasakan oleh bagian tubuh yang sakit tadi. Demikian pula dalam persaudaraan, saling merasakan satu sama lain. Bila saudaranya mendapat nikmat, yang lain ikut gembira, juga sebaliknya, bila saudaranya mendapat kesulitan dan yang lain merasa sedih. Begitu perumpamaan bagi orang yang beriman tentang persaudaraan, yang seharusnya mempunyai tanggung jawab seperti halnya anggota tubuh manusia. Jika seseorang telah dapat merasakan penderitaan dan kegembiraan saudaranya yang seiman laksana tubuh manusia, maka barulah imannya dipandang sempurna. Hadis ini menegaskan bahwa 2004), h. 637 15 Imam Muslim bin Al Hajjaj Annisaburi, Shahih Muslim, (Libanon: Maktabatu Al Shofa,
9 ikatan persaudaraan karena iman mewajibkan kita mempunyai rasa empati terhadap sesama mukmin. 16 Dari keterangan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa hadis ini mengandung nilai-nilai pendidikan diantaranya: a. Orang yang beriman seharusnya hidup bersaudara, serta memiliki sifat empati, laksana anggota tubuh manusia, yang satu sama lain saling berkaitan dan membutuhkan. b. Supaya dapat hidup bersaudara laksana anggota tubuh, tiap-tiap manusia haruslah hidup bertaqwa kepada allah SWT. Dalam kitab shahih Bukhari penulis juga menemukan hadis lain tentang persaudaraan orang mukmin, yaitu: Artinya: Diriwayatkan dari Abu Musa r.a, Dia berkata, Rasulullah SAW bersabda seorang mukmin terhadap mukmin yang lain adalah seperti sebuah bangunan, dimana sebagian bangunannya menguatkan sebagian yang lain. sambil memperagakan dengan menyusupkan jari-jemarinya. (HR. Bukhari) 17 Hadis di atas tidak jauh berbeda dengan hadis sebelumnya, bahwa mukmin yang satu dengan yang lainnya itu saling membutuhkan dan menguatkan, diumpamakan seperti sebuah bangunan. 3. Hadis Tentang Metode Tanya Jawab. 16 M. Thalib, Butir-Butir Pendidikan dalam Hadis, (Surabaya: Al-Ikhlas, 2000), h. 13 17 Shahih Bukhari, (Maktabah Syamilah), dalam kitab adab no. 36
10 Artinya: Dari Umar bin al-khathab r.a berkata: pada suatu hari kami ada disamping Rasul datanglah seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, berambut sangat hitam, tidak diketahui dari mana arah dia datang dan tidak ada yang mengenalnya diantara kami seorangpun, sehingga dia duduk mendekati Nabi dan menyandarkan kedua telapak tangannya keatas kedua pahanya. Lalu berkata: Hai Muhammad beritakan kepadaku tentang Islam. Lalu Rasul bersabda: Islam itu, kamu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwasannya Muhammad itu utusan Allah, dan Kamu menegakkan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan dan pergi haji ke Baitullah jika kamu mampu. Lalu orang itu berkata kamu benar. Umar berkata Kami heran, dia bertanya dan dia membenarkannya. Lalu dia berkata lagi beritakan padaku tentang Iman. Lalu Nabi bersabda: kamu percaya pada Allah, para malaikat-nya, kitab-kitab-nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir dan kamu percaya pada takdir baik buruk-nya. Lalu orang itu berkata: kamu benar, kemudian dia berkata lagi, Beritakan padaku tentang Ihsan, lalu Rasul bersabda: kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-nya, dan jika kamu tidak dapat melihat-nya maka sesungguhnya Allah melihat kamu, orang itu berkata lagi: beritakan padaku tentang hari kiamat, Nabi
11 bersabda tidaklah orang yang ditanya tentang kiamat lebih tahu dari pada yang bertanya. Lalu dia berkata lagi: beritakan padaku tentang tanda-tanda hari kiamat itu. Lalu Nabi bersabda: diantara tanda-tandanya jika telah muncul budak melahirkan tuannya, dan kamu melihat orang yang berjalan tidak beralas kaki, telanjang dan miskin berlomba-lomba membangun berbagai bangunan. Kemudian pergilah orang tersebut, maka diamlah aku beberapa waktu. Kemudian Nabi bersabda kepadaku: Hai Umar apakah kamu tahu siapa yang bertanya itu? Saya menjawab hanya Allah dan Rasul-Nya yang mengetahui. Rasul kemudian bersabda: Sesungguhnya dia adalah Malaikat Jibril datang kepadamu untuk mengajarkan kamu tentang agama kamu. (HR. Muslim) 18 Hadis ini mengajarkan kepada para sahabat tentang rukun agama, yaitu ada tiga perkara, Iman, Islam, dan Ihsan, serta tanda-tanda hari kiamat. Ketika malaikat Jibril menjelma menjadi seorang laki-laki yang berpakaian putih dan berambut hitam muncul dihadapan Nabi SAW. Namun para sahabat yang duduk bersama Rasulullah tidak ada yang tahu dari mana munculnya seseorang yang berbaju putih tersebut, tahu-tahu dihadapan Beliau, kemudian terjadilah tanya jawab antara Rasulullah SAW dengan malaikat Jibril.. Artinya: Dari Abu Hurairah r.a, dia berkata, seorang laki-laki datang kepada Rasulullah SAW lalu bertanya, wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak mendapat perlakuan baikku? Beliau menjawab, ibumu. Orang itu bertanya lagi, kemudian siapa? Beliau menjawab, ibumu. Orang itu bertanya lagi, kemudian siapa? Beliau menjawab ibumu. Orang itu bertanya 18 Al Imam Muslim bin Al Hajjaj Annisaburi, op. cit. h. 27
12 lagi, kemudian siapa? Beliau menjawab, ayahmu. (HR. Bukhari). 19 Hadis ini menjelaskan kepada para sahabat, bahwa orang yang berhak dimuliakan adalah ibu dan ayah, dan seorang ibu kedudukannya lebih dimuliakan dibandingkan ayah. Dalam hal ini Rasulullah berperan sebagai seorang pendidik, dan sahabat sebagai peserta didik dan terjadilah tanya jawab. Berdasarkan kutipan di atas, bahwa ada beberapa metode yang dilaksanakan oleh Rasulullah SAW dalam proses pembelajaran, yaitu metode demonstrasi, metode perumpamaan, dan metode tanya jawab. Melalui metode ini akan mempermudah peserta didik untuk memahami informasi dari pendidik, sehingga lebih mudah pula tercapainya tujuan suatu pembelajaran. Dan fakta yang terjadi di lapangan sebagaimana yang peneliti temukan dilokasi PPL, bahwa masih banyak pendidik yang tidak menguasai beberapa metode pembelajaran dan bahkan tidak mengkombinasikan beberapa metode dalam proses pembelajaran berlangsung, sehingga proses pembelajaran terkesan monoton. Oleh sebab itu, peneliti sangat tertarik untuk mengkaji hadis-hadis Rasulullah SAW, terutama tentang metode pendidikan, sehingga peneliti mengangkat judul penelitian tentang Metode Pendidikan Islam dalam Perspektif Hadis B. Rumusan dan Batasan Masalah 1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam skripsi ini adalah bagaimana metode pendidikan Islam dalam persepektif hadis? 19 Imam Al Hafiz bin Abdillah Muhammad bin Ismail Al Bukhari, op. cit. h. 682
13 2. Batasan Masalah Mengingat luasnya cakupan atau ruang lingkup rumusan masalah diatas, maka penulis membatasi masalah ini agar tetap terarahnya permasalahan yaitu: a. Metode demonstrasi dalam perspektif hadis. b. Metode perumpamaan dalam persektif hadis. c. Metode tanya jawab dalam perspektif hadis C. Penjelasan Judul Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap pengertian judul skripsi ini, maka penulis memberikan penjelasan-penjelasan terhadap istilah-istilah yang terdapat dalam judul skripsi diatas antara lain: Metode : Cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan. 20 Pendidikan Islam : Proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat. 21 Perspektif : Pandangan; tinjauan; dan sudut pandang 22 20 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h. 271 21 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi di Tengah Tantangan Milenium III, (Jakarta: Prenada Media Group, 2012), h. 6 22 Kamu Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, (Jakarta: Pustaka Phoenik, 2007), h. 663
14 Hadis : Segala ucapan, perbuatan, dan segala keadaan atau perilaku Nabi Muhammad SAW. 23 Jadi yang dimaksud dengan judul penelitian ini adalah mengkaji tentang metode pendidikan Islam yang terdapat dalam hadis. D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Secara umum tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana metode pendidikan Islam dalam perspektif hadis. 2. Tujuan khusus Tujuan penelitian ini secara khusus adalah untuk mengungkapkan: a. Metode demonstrasi dalam perspektif hadis. b. Metode perumpamaan dalam perspektif hadis. c. Metode tanya jawab dalam perspektif hadis E. Kegunaan Penelitian 1. Teoritis Memberikan kontribusi yang positif bagi pendidik dalam menggunakan metode pembelajaran yang terdapat di dalam hadis, dan dapat dijadikan acuan dalam mendidik peserta didik sesuai dengan yang diajarkan Nabi SAW di dalam hadis. 2. Praktis Adapun kegunaaan penelitian ini adalah: h. 12 23 Muhammad Ahmad dan Mudzakir, Ulumul Hadis, (Bandung: Pustaka Setia, 2000),
15 a. Bagi penulis, untuk melengkapi syarat dalam rangka mencapai gelar sarjana (S1) pada jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Imam Bonjol. b. Bagi pendidik, untuk mengetahui dan bisa memilih metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran agar dapat menunjang keberhasilan belajar peserta didik. c. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat menjadi sumber informasi dalam menggali hal-hal lain yang terkait dengan metode pendidikan Islam dalam hadis. F. Sistematika Penulisan Untuk memperoleh gambaran yang utuh dan jelas tentang penelitian ini, maka sistematika yang akan penulis gunakan adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN. Sebagai gambaran umum dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penjelasan judul, dan sistematika penulisan skripsi. BAB II : LANDASAN TEORI. Dalam bab ini berisi tentang metode dan macam-macamnya dalam pendidikan, penggunaan metode dalam pendidikan Islam, hadis dan kedudukannya dalam pendidikan BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research), sumber data, teknik
16 pengumpulan dan pengolahan data, serta teknik dan pendekatan analisis data BAB IV : HASIL PENELITIAN Dalam bab ini berisikan hasil penelitian dan pembahasan tentang metode pendidikan Islam dalam perspektif hadis yang meliputi metode demonstrasi dalam perspektif hadis, metode perumpamaan dalam persektif hadis, dan metode tanya jawab dalam perspektif hadis. BAB V : PENUTUP Berisikan kesimpulan penelitian dan saran bagi pendidik, civitas akademika dan kalangan umum lainnya.