HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan kaidah-kaidah dalam standar peternakan organik. Pemeliharaan

dokumen-dokumen yang mirip
III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hari (DOC) sebanyak 38 ekor. Ayam dipelihara secara semiorganik sampai umur

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Tabel 8. Rataan Konsumsi Ransum Per Ekor Puyuh Selama Penelitian

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. telurnya karena produksi telur burung puyuh dapat mencapai

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. bagi kesehatan. Pengobatan tradisional telah banyak digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

[Evaluasi Hasil Produksi Ternak Unggas]

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peubah* Konsumsi Ekstrak Daun Konsumsi Saponin

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Energi Metabolis. makanan dalam tubuh, satuan energi metabolis yaitu kkal/kg.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

III. KEBUTUHAN ZAT-ZAT GIZI AYAM KUB. A. Zat-zat gizi dalam bahan pakan dan ransum

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan perkembangan ayam broiler sangat dipengaruhi oleh

I. PENDAHULUAN. sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan unggas lainnnya. Ayam broiler

I. PENDAHULUAN. Ayam pedaging merupakan salah satu ternak penghasil daging yang. Ayam pedaging merupakan ternak yang paling ekonomis bila

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

I PENDAHULUAN. satu jenis ayam lokal di antaranya adalah ayam sentul yang merupakan ayam asli

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah,

I. PENDAHULUAN. ayam broiler. Ayam broiler merupakan jenis unggas yang berkarakteristik diantara

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

I. PENDAHULUAN. dan perkembangan pengetahuan masyarakat tentang gizi. Tingkat konsumsi

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca. dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1991).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak

I. PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang gizi yang meningkat. Penduduk Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

I. PENDAHULUAN. protein hewani yang sangat penting bagi masyarakat. Salah satu sumber gizi asal

PENDAHULUAN. Tingkat keperluan terhadap hasil produksi dan permintaan masyarakat berupa daging

I. PENDAHULUAN. Non-nutritive feed additive merupakan suatu zat yang dicampurkan ke. dalam ransum ternak dengan bermacam-macam tujuan misalnya, memacu

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

PENDAHULUAN. Sapi perah merupakan sumber penghasil susu terbanyak dibandingkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

Pemberian Pakan Ayam KUB Berbasis Bahan Pakan Lokal

I. PENDAHULUAN. juga mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memilki daya adaptasi yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performa Itik Alabio Jantan Rataan performa itik Alabio jantan selama pemeliharaan (umur 1-10 minggu) disajikan pada Tabel 4.

PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat pesat, Populasi ayam lokal pada tahun 2014

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Pemberian Tepung Buah Mengkudu Rizki

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. kelompok perlakuan dan setiap kelompok diulang sebanyak 5 kali sehingga setiap

TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat saat ini mengenal tiga tipe ayam yaitu ayam tipe ringan, tipe medium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ayam lokal merupakan jenis ayam yang banyak dipelihara orang di

Pengaruh Lumpur Sawit Fermentasi dalam Ransum Terhadap Performa Ayam Kampung Periode Grower

TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk ke dalam ordo Galliformes, famili Phasianidae, genus Gallus dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

TINJAUAN PUSTAKA. (Setianto, 2009). Cahaya sangat di perlukan untuk ayam broiler terutama pada

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Sentul. Tabel 4. Bobot Edible Ayam Sentul pada Masing-Masing Perlakuan

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

TINJAUAN PUSTAKA. betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuaan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler tidak dibedakan jenis kelamin jantan atau betina, umumnya dipanen

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. telurnya. Jenis puyuh yang biasa diternakkan di Indonesia yaitu jenis Coturnix

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan kecernaan protein ransum puyuh yang mengandung tepung daun lamtoro dapat dilihat pada Tabel 7.

I. PENDAHULUAN. kebutuhan pakan ternak sehingga diperlukan penggunaan pakan alternatif. Sumber

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Penggunaan...Trisno Marojahan Aruan

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

BAB 1. PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan cekaman panas yang biasanya diikuti dengan turunnya produksi

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sudah melekat dengan masyarakat, ayam kampung juga dikenal dengan sebutan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. terus meningkat. Salah satu pilihan masyarakat dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam ordo Galliformes, famili Phasianidae, genus Gallus dan

PENDAHULUAN. mempunyai potensi yang cukup besar sebagai penghasil telur karena

Transkripsi:

21 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pemeliharaan Semiorganik Pemeliharaan hewan ternak untuk produksi pangan organik merupakan bagian yang sangat penting dari unit usaha tani organik dan harus dikelola sesuai dengan kaidah-kaidah dalam standar peternakan organik. Pemeliharaan peternakan organik harus dilakukan dengan menggunakan metode pembibitan yang alami, meminimalkan stress, mencegah penyakit, secara progresif menghindari penggunaan obat hewan jenis kemotrafika (termasuk anitibiotik) alopati kimia, mengurangi pakan ternak yang berasal dari binatang serta menjaga kesehatan dan kesejahteraannya (SNI, 2002). Dalam penelitian ini selama pemeliharaan ternak tidak menggunakan vaksin dan obat-obatan serta mengurangi bahan kimia yang digunakan dalam pakan komersil dengan jalan membuat pakan sendiri. Untuk menjaga kebugaran agar tidak terserang penyakit maka selama pemeliharaan ternak diberi tanaman herbal berupa buah mengkudu. Selain itu, dalam pemeliharaan ternak digunakan pakan komersil selama 2 minggu pertama dan minggu selanjutnya menggunakan pakan hasil campuran sendiri berdasarkan formula dari tim ALG. Sari mengkudu dalam penelitian ini digunakan sebagai feed additive untuk meningkatkan kebugaran ternak. Sari mengkudu dicampurkan dengan air sebanyak 2 ml/air diberikan pada pagi hari, kemudian pada siang hari dilanjutkan dengan air biasa. Kandungan zat yang ada didalam buah mengkudu terdiri atas protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin. Kandungan air buah mengkudu matang sekitar 52%, berupa komponen-komponen yang terdiri dari enzim, vitamin, mineral, senyawa-senyawa asam. ( Bangun dan Sarwono. 2002).

22 Selain itu senyawa yang terkandung dalam buah mengkudu yaitu asam askrobat yang cukup tinggi dan merupakan sumber vitamin C yang luar biasa sehingga berkhasiat untuk antioksidan yang sangat baik. Antioksidan berkhasiat untuk menetralisir partikel-partikel berbahaya ( radikal bebas ) yang terbentuk dari hasil simpangan dalam proses metabolisme. Radikal bebas dapat merusak sistem kekebalan tubuh dan materi genetik (Solomon. 1998). 4.2 Konsumsi Ransum Konsumsi ransum ayam Sentul jantan yang dipelihara sampai umur 12 minggu dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Konsumsi Ransum Ayam Sentul Jantan Yang Dipelihara Sampai Umur 12 Minggu. Umur Ayam (minggu) Konsumsi (g/ekor/minggu) Konsumsi (g/ekor/hari) 1 47,86 6,84 2 72,10 10,30 3 112,02 16,15 4 111,84 15,98 5 136,33 19,48 6 175,23 25,03 7 194,87 27,84 8 299,52 42,79 9 313,59 44,80 10 466,08 66,58 11 625,30 89,33 12 699,40 99,91 Jumlah 3.255,13 465,02 Rata-rata Total (g) 3.255,13 Min (g) 2.690,20 Maks (g) 4.038,34 S 271,73 KV (%) 8,0 Keterangan : Min = Nilai terkecil sample, Maks = Nilai terbesar sample, S = Simpangan baku, KV = Koefisien Variasi.

23 Berdasarkan Tabel 3, konsumsi ransum ayam Sentul pada penelitian ini terus meningkat dari mulai umur 1 minggu yang sebesar 47,86 g/ekor/minggu sampai dengan umur 12 minggu yang mencapai 699,40 g/ekor/minggu atau ratarata 38,75 g/ekor/hari. Untuk melihat lebih jelas bahwa konsumsi ransum ayam Sentul meningkat dapat dilihat pada Ilustrasi 1. 800.00 700.00 600.00 500.00 400.00 300.00 Konsumsi 200.00 100.00 0.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Ilustrasi 1. Konsumsi Ransum Ayam Sentul Per Minggu Tingkat konsumsi ransum ayam Sentul pada penelitian ini tergolong rendah dibandingkan dengan tingkat konsumsi hasil penelitian Widjastuti (1996) dimana konsumsi ransum ayam Sentul sekitar 60-70 g/ekor/hari dengan kebutuhan protein dan energi metabolis masing-masing 15,44% dan 2756,325 kkal/kg pada sistem cage. Demikian pula menurut hasil penelitian Adha, dkk., (2016) konsumsi rata-rata ransum ayam Sentul putih umur 8-16 minggu masih lebih tinggi yaitu sebesar 59,58 g/ekor/hari. Heinicke (1999) melaporkan bahwa alkaloid pada buah mengkudu dapat meningkatkan aktivitas enzim pada saluran

24 pencernaan, penyerapan zat makanan menjadi lebih baik sehingga ransum yang dikonsumsi lebih sedikit. Rata-rata konsumsi ransum total ayam Sentul umur 12 minggu yang dipelihara secara semiorganik adalah 3.255,13 271,73 g, dengan nilai minimum 2.690,20 g dan nilai maksimum 4.038,34 g serta koefisien variasi sebesar 8%. Nilai koefisien variasi yang kecil menunjukkan bahwa data rata-rata konsumsi ransum total seragam sebagaimana Nasoetion (1992) yang menyatakan bahwa populasi dianggap seragam jika memiliki nilai koefisien variasi tidak lebih dari 15%. Menurut hasil penelitian Fauzan, dkk., (2016), konsumsi rata-rata ayam sentul umur 0-8 minggu sebesar 6268,45 g dengan kandungan energi metabolis 2862,62 kkal/kg dan kandungan protein 17,35%. Menurut Nataamijaya, dkk., (1995) menyatakan bahwa konsumsi ransum pada setiap jenis ayam lokal berbeda-beda, ayam sentul betina umur 42 minggu rata-rata konsumsi ransumnya sebesar 100 g/ekor, dengan konsumsi protein kasar harian mencapai 9,94 g/ekor, dan energi metabolis mencapai 272,98 kkal/ekor. Menurut Kartasudjana dan Supriajatna (2006) konsumsi ransum merupakan faktor penting yang menjadi dasar untuk menetukan produksi. Faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi ransum diantaranya adalah jenis dan umur ternak, kulaitas ransum yang diberikan serta lingkungan tempat ternak tersebut dipelihara. 4.3 Pertambahan Bobot Badan Pertambahan Bobot badan ayam Sentul jantan yang dipelihara sampai umur 12 minggu dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Bobot Badan dan Pertambahan Bobot Badan Ayam Sentul Jantan Yang Dipelihara Sampai Umur 12 Minggu Umur Ayam Pertambahan Bobot Badan (minggu) g/ekor 1 22,11 2 38,95 3 29,18 4 21,16 5 28,11 6 31,08 7 40,82 8 31,39 9 51,24 10 94,08 11 100,84 12 106,16 (g) 595,11 Min (g) 433,00 Maks (g) 864,00 S 95,76 KV (%) 16,0 Keterangan : = Rata-rata, Min = Nilai terkecil sample, Maks = Nilai terbesar sample, S = Simpangan baku, KV = Koefisien Variasi 25 Berdasarkan Tabel 4, pertambahan bobot badan ayam Sentul pada penelitian ini terus meningkat, dimulai dari umur 1 minggu sebesar 22,11 g sampai dengan umur 12 minggu mencapai 106,16 g. Manfaat penggunaan mengkudu dalam pakan ternak dapat menggantikan antibiotika yang sering digunakan untuk meningkatkan produktifitas ternak unggas. Dimana banyak peternak yang menggunakan antibiotika yang lebih sehingga dapat membahayakan konsumen yang mengkonsumsi produk tersebut yakni timbulnya bakteri yang resisten terhadap antibiotika (Bintang et al. 2007). Donoghue (2003) menyatakan bahwa pemberian antibiotika pada unggas dapat meningkatkan pertumbuhan dan mengurangi penyakit. Untuk melihat lebih jelas bahwa pertambahan bobot badan ayam Sentul meningkat dapat dilihat pada Ilustrasi 2.

26 Pertambahan Bobot badan total didapatkan dengan cara menghitung bobot badan akhir dikurangi dengan bobot badan awal. Berdasarkan Tabel 4, pertambahan bobot badan total ayam Sentul jantan selama 12 minggu sebesar 595,11±95,76 g, dengan koefisien variasi 16%. Nilai koefisien variasi yang lebih dari 15% menunjukkan bahwa data pertambahan bobot badan total ayam Sentul pada penelitian ini cukup bervariasi. Hal ini sejalan dengan pendapat Nasoetion (1992) bahwa populasi dianggap seragam jika nilai koefisien variasi tidak lebih dari 15%. 120.00 100.00 80.00 60.00 PBB 40.00 20.00 0.00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Ilustrasi 2. Pertambahan Bobot Badan Perminggu Pertambahan bobot badan ayam Sentul pada penelitian ini secara umum lebih rendah dari pertambahan bobot badan ayam Buras umur 12 minggu hasil penelitian Iskandar, dkk., (1998) yang mencapai 704 g. Hasil penelitian Fauzan, dkk., (2016) menyatakan bahwa rata-rata pertambahan bobot badan ayam sentul

27 pada umur 0-8 minggu sebesar 442,94 g. Sedangkan hasil penelitian Adha, dkk., (2016) pertambahan bobot badan ayam sentul putih umur 8-16 minggu rata-rata sebesar 47,92 g/ekor/minggu. Perbedaan tersebut dapat terjadi dikarenakan oleh berbagai faktor diantaranya perbedaan konsumsi ransum, semakin tinggi ayam mengkonsumsi ransum maka semakin tinggi pertambahan bobot badannya. Pertambahan bobot badan ternak berbanding lurus dengan tingkat konsumsi ransum, makin tinggi konsumsi makin tinggi bobot tubuhnya (Kartadisastra, 1997). Pertambahan bobot badan pada jenis ayam lokal bervariasi tergantung pada umur, genetik, kualitas dan kuantitas makanan yang diberikan (Rasyaf, 2008). Sedangkan Sutardi (1995) menyatakan bahwa ternak ayam kampung akan dapat tumbuh secara optimal sesuai dengan potensi genetiknya bila mendapatkan zat-zat makanan yang sesuai dengan kebutuhannya. 4.4 Konversi Ransum Konversi ransum ayam Sentul jantan yang dipelihara sampai umur 12 minggu dapat dilihat pada Tabel 5. Hasil perhitungan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa rataan konversi ransum ayam Sentul umur 12 minggu pada pemeliharaan semiorganik sebesar 5,61±1,04 dan koefisien variasinya sebesar 19%. Nilai koefisien variasi yang tinggi menunjukkan bahwa data konversi ransum bervariasi, sebagaimana pendapat Nasoetion (1992) bahwa populasi dianggap seragam jika nilai koefisien variasinya tidak lebih dari 15%. Menurut hasil penelitian Fauzan, dkk., (2016) konversi ransum ayam Sentul umur 0-8 minggu rata-rata 3,54. Tetapi menurut hasil penelitian Adha,

28 dkk., (2016) konversi ransum ayam Sentul putih umur 8-16 minggu rata-rata 8,74. Sedangkan Husmaini (2000) menyatakan bahwa konversi ransum ayam kampung umur 8 minggu sebesar 2,89. Tingginya variasi nilai konversi ransum menunjukkan bahwa ayam Sentul yang ada masih cukup bervariasi. Tabel 5. Konversi Ransum Ayam Sentul Jantan Yang Dipelihara Sampai Umur 12 Minggu. Umur Ayam Konversi (minggu) Ransum 1 2,93 2 1,84 3 6,49 4 12,43 5 8,03 6 6,72 7 5,16 8 16,71 9 8,67 10 7,31 11 7,54 12 7,01 (g) 5,61 Min (g) 3.71 Maks (g) 8,09 S 1,04 KV (%) 19,0 Keterangan : = Rata-rata, Min = Nilai terkecil sample, Maks = Nilai terbesar sample, S = Simpangan baku, KV = Koefisien Variasi. Wahju (2004) menyatakan bahwa semakin tinggi nilai konversi ransum menunjukan semakin banyak pakan yang dibutuhkan untuk meningkatkan bobot badan per satuan berat. Rasio konversi ransum yang rendah berarti untuk menghasilkan satu kilogram daging ayam dibutuhkan pakan dalam jumlah yang semakin sedikit. Perbedaan nilai konversi ransum dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya pakan, lingkungan dan bentuk fisik pakan, hal ini sesuai

29 dengan pernyataan NRC (1994) faktor yang mempengaruhi konversi pakan adalah suhu lingkungan, bentuk fisik pakan, komposisi pakan dan zat-zat yang terkandung dalam pakan. Pendapat lain menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi konversi ransum adalah genetik, tipe pakan, temperatur, feed additive, dan manajemen (James, 1992). Salah satu zat yang terkandung dalam mengkudu adalah saponin. Pemberian saponin dapat meningkatkan permeabilitas dinding sel pada usus, mengakibatkan meningkatnya penyerapan zat makanan sehingga nilai konversi ransum yang dihasilkan lebih baik (Johnson, dkk., 1986).