BAB III PELAKSANAAN TES KESEHATAN PRA NIKAH BAGI CALON MEMPELAI LAKI-LAKI DI KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) KECAMATAN JATIREJO KABUPATEN MOJOKERTO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PELAKSANAAN TES KESEHATAN PRA NIKAH DI KUA KECAMATAN MAGERSARI KOTA MOJOKERTO. A. Pelaksanaan Tes Kesehatan di KUA Magersari

BAB IV PEMERIKSAAN KESEHATAN PRANIKAH (PREMARITAL CHECK UP) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan. 1. melaksanakan tugasnya tersebut, KUA melaksanakan fungsi:

BAB III PELAKSANAAN IMUNISASI TT SEBAGAI SALAH SATU PERSYARATAN ADMINISTRASI NIKAH DI 3 (TIGA) KUA KABUPATEN NGANJUK

BAB I PENDAHULUAN. melindungi hak-hak perempuan dalam perkawinan. 1 Disamping itu pencatatan. bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

PROFIL KUA KECAMATAN LEMBURSITU KOTA SUKABUMI 2010

BAB III PENGADUAN PASANGAN SUAMI ISTRI PRA CERAI DI KUA BUDURAN PADA TAHUN

Indonesia Menuju Pelayanan Kesehatan Yang Kuat Atau Sebaliknya?

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kantor Urusan Agama (KUA) adalah instansi Departemen Agama yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurul Khoeriyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial yang memungkinkan setiap orang dapat hidup produktif secara sosial

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 128/Menkes/Sk/II/2004 tentang. Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat Menteri Kesehatan RI,

BAB III PENETAPAN WALI HAKIM OLEH KEPALA KUA DIWEK JOMBANG TANPA UPAYA MENGHADIRKAN WALI NASAB

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

PANDUAN PENYULUHAN PADA PASIEN UPTD PUSKESMAS RAWANG BAB I PENDAHULUAN

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pada Tahun 2015 ini terdapat 5 Kelurahan di Metro Timur, yaitu :

MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR : PER-01/MEN/1998. TENTANG

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB III PENENTUAN WALI HAKIM DI KUA KEC. TAYU KAB. PATI. 21 KUA Kecamatan yang ada di Kabupaten Pati, yang

BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 56 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS KESEHATAN KOTA TASIKMALAYA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB VI INDIKATOR KINERJA PERANGKAT DAERAH YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

BAB III PROFIL DAN PEMBAHASAN. Kantor Urusan Agama (KUA) yang bertempat di Jl. Putting Marga

BAB 1 PENDAHULUAN. wanita dalam usia reproduksi yaitu usia tahun baik yang berstatus kawin, janda maupun

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. beragam macamnya, salah satunya ialah puskesmas. Puskesmas adalah unit

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

IMPLEMENTASI PENGENAAN TARIF AKAD NIKAH NASKAH PUBLIKASI. derajat S-I Program Studi Pendidikan. Pancasila dan Kewarganegaraan

HIV/AIDS. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2012 NOMOR 7 SERI D NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 7 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN FASILITASI AKREDITASI FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN KESEHATAN CALON JEMAAH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PANDUAN HAK PASIEN DAN KELUARGA RS X TAHUN 2015 JL.

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN AGAMA. Pembentukan. KUA. Kecamatan.

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah menciptakan manusia Indonesia

PERATURAN WALIKOTA PALEMBANG NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PEMERIKSAAN KESEHATAN BAGI CALON JAMA AH HAJI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan

BAB II DESKRIPSI DINAS KESEHATAN KABUPATEN BANTUL. 1. Sejarah Perkembangan Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhea,

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Menunjukkan AKI yang sangat signifikan

BAB III FAKTOR-FAKTOR PENINGKATAN PELAKSANAAN AKAD NIKAH DI KUA SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kekebalan tubuh yang terjadi karena seseorang terinfeksi

PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KESEHATAN KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA

BAB I PENDAHULUAN. 1. Struktur Organisasi

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

IDENTIFIKASI PELUANG-PELUANG PERBAIKAN INOVATIF

BAB I PENDAHULUAN. Ikatan pernikahan merupakan ikatan suci yang berdasarkan nilai-nilai

Pembangunan merupakan rangkaian dari program-program disegala bidang secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN

BAB I PENDAHULUAN. bawah Pemda Kota Bandung. Promosi kesehatan Dinas Kesehatan Kota. Bandung memiliki strategi khusus dalam mengajak masyarakat untuk

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

Ind P PETUNJUK PELAKSANAAN KOMUNIKASI INFORMASI DAN EDUKASI KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL BAGI CALON PENGANTIN

BAB I PENDAHULUAN. Angka HIV/AIDS dari tahun ke tahun semakin meningkat. Menurut laporan

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN RAMBAH DAN KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN RAMBAH

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

BAB II TINJAUAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Jiwa Tampan Pekanbaru

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III KUA KECAMATAN SUKODONO

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab III Sistem Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. orang umumnya mulai berpikir untuk berumah tangga dan memiliki

Campak-Rubella (MR) Sayangi buah hati Anda dengan Imunisasi

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974). Perkawinan pada pasal 6 menyatakan bahwa Untuk

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun tersebut usia produktif penduduk Indonesia paling banyak dengan usia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkedudukan di masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, hlm. 215).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan pada bagian

PRODI DIII KEBIDANAN STIKES WILLIAM BOOTH SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012).

Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR LEMBAGA PENYELENGGARA REHABILITASI SOSIAL TUNA SOSIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

Transkripsi:

BAB III PELAKSANAAN TES KESEHATAN PRA NIKAH BAGI CALON MEMPELAI LAKI-LAKI DI KANTOR URUSAN AGAMA (KUA) KECAMATAN JATIREJO KABUPATEN MOJOKERTO A. Profil Kantor Urusan Agama Kecamatan Jatirejo Secara definitif Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan sebagaimana dijabarkan dalam Keputusan Menteri Agama RI Nomor 517 Tahun 2001 dan Keputusan Menteri Agama RI Nomor 477 Tahun 2004 adalah instansi Kementerian Agama yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota di bidang Bimbingan Masyarakat Islam dalam wilayah Kecamatan. Oleh karena itu, Kantor Urusan Agama Kecamatan berkedudukan di wilayah kecamatan dan bertanggungjawab kepada Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota yang di koordinasi oleh Kepala Seksi Urusan Agama Islam / Bimas Islam / Bimas dan Kelembagaan Agama Islam dan dipimpin oleh seorang Kepala. Sehingga tugas pokok KUA Kecamatan adalah melaksanakan sebagian tugas Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota di bidang Urusan Agama Islam dalam wilayah Kecamatan. 1 1 Data Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto. 46

47 Berpijak pada kedudukan dan tugas pokok tersebut, maka KUA Kecamatan Jatirejo berkedudukan dalam wilayah Kecamatan Jatirejo Kab. Mojokerto dan menjalankan sebagian tugas Kepala Kemenag. Kab. Monjokerto di bidang Urusan Agama Islam. 1. Tugas dn Fungsi KUA 2 Tugas Kantor Urusan Agama adalah sebagai berikut: a. Meningkatnya Pelayanan Prima dan Profesional dalam Pencatatan Nikah dan Rujuk; b. Terbangunnya sistem pengelolaan Masjid, Zakat, Wakaf, dan Ibsos yang Profesional; c. Meningkatnya Pembinaan Keluarga Sakinah dan pemberdayaan Masyarakat; dan d. Meningkatnya kualitas pelayanan dan pembinaan Produk Pangan Halal dan kemitraan Ummat. Sedangkan fungsi Kantor Urusan Agama Kecamatan adalah sebagai berikut: a. Menyelenggarakan statistik dan dokumentasi. b. Menyelenggarakan surat menyurat, pengurusan surat, kearsipan, pengetikan dan rumah tangga Kantor Urusan Agama Kecamatan. 2 Ibid.,

48 c. Melaksanakan pencatatan nikah dan rujuk, mengurus dan membina masjid, zakat, wakaf, baitul maal dan ibadah social, kependududkan dan pengembangan keluarga sakinah. 2. Struktur Organisasi Kantor Urusan Agama 3 a. Nama : Muhammad Syaifullah. S.Ag NIP : 197405201998031002 Tempat / tgl lahir : Mojokerto, 20-05-1974 Pangkat / Golongan : Penata Tk.I/ III-d Jabatan Alamat : Kepala Kantor Urusan Agama Kec. Jatirejo : Ds. Sumolawang Kec.Puri Kab. Mojokerto b. Nama : Juma in, S.Ag NIP : 197703132002121004 Tempat/tgl. Lahir Pangkat/Golongan Jabatan Alamat : Mojokerto,13-03-1977 : Penata Tk.I/III-d : Penghulu : Ds. Trowulan Kec. Trowulan Kab. Mojokerto c. Nama : Arif Febriyanto NIP : 198202132009101001 Tempat/Tgl lahir : Jombang, 13 Pebruari 1982 Pangkat/Golongan : Penata /III-a 3 Ibid.,

49 Jabatan Alamat : Staf : Ds. Penompo Kec.Jetis Kab.Mojokerto d. N a m a : Ummu Rosidah Tempat tgl lahir : Mojokerto. 09 Desember 1989 Jabatan Alamat : Honorer : Ds. Kenanten Kec. Puri Kab. Mojokerto e. Nama : Umi Habibatus Rosi Tempat/Tgl lahir : Mojokerto, 27 April 1994 Jabatan Alamat : Honorer : Ds.Domas Kec. Trowulan Kab. Mojokerto 3. Visi dan Misi Kantor Urusan Agama 4 Visi Kantor Urusan Agama Kecamatan Jatirejo Terwujudnya Pelayanan Prima dan Profesional dalam Melayani Umat di Bidang Keagamaan Di Wilayah Kecamatan Jatirejo Kab Mojokerto. Dengan visi KUA Kecamatan Jatirejo yang demikian luas penjabarannya, maka diperlukan suatu kerangka konseptual yang sistematis dan tersinergikan diantara berbagai komponen yang hendak dicapai dalam visi tersebut. Kerangka konseptual tersebut terimplementasikan dalam suatu misi KUA Kecamatan Jatirejo yaitu : 4 Ibid.,

50 a. Peningkatan pelayanan prima dan profesional dalam pencatatan nikah dan rujuk. b. Pengembangan manajemen dan pendayagunaan masjid, zakat, wakaf, baitul mal dan ibadah sosial. c. Peningkatan pembinaan keluarga sakinah dan pemberdayaan masyarakat. d. Peningkatan pelayanan dan pembinaan produk pangan halal, kemitraan ummat dan hisab rukyat. 4. Sekilas Pernikahan di KUA Jatirejo 5 Tabel 3.1 Data Pernikahan di KUA Kecamatan Jatirejo No Bulan Keterangan Tempat Nikah Jumlah KUA Rumah 1. Juli 4-4 2. Agustus 3-3 3. September 57 24 81 4. Oktober 3 1 4 5. November 3 1 4 6. Desember 21 10 31 91 36 127 Sumber: Data KUA Kecamatan Jatirejo 2016 B. Profil Puskemas Jatirejo 6 Tercantum didalam Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 dan Garis-garis besar Haluan Negara (GBHN) Tahun 1998, mengamanatkan 5 Ibid., 6 Data Puskesmas Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto.

51 bahwa pelayanan Kesehatan yang bermutu dan merata harus makin ditingkatkan. Puskesmas merupakan ujung tombak dalam memberikan pelayan kesehatan masyarakat dan sekaligus unit terdepan dalam pembanguan kesehatan kearah tercapainya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, diselenggarakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangkaian program pembangunan yang menyeluruh, terarah dan terpadu. Sebagaimana pembangunan Nasional adalah membangun manusia Indonesia yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila maka pembangunan Kesehatan adalah bagian terpadu dari pembangunan Nasional tersebut. Sebagai unit fungsional, puskesmas mempunyai 3 fungsi yaitu sebagai pusat pembangunan yang berwawasan kesehatan, sebagai pusat pembinaan peran serta masyarakat dan sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang bertanggung jawab atas wilayah kerja yang ditetapkan. Puskesmas Jatirejo berdiri tahun 1959, dengan luas wilayah kerja ± 32.978 Km2 ( tidak termasuk luas hutan negara ) yang terbagi dalam 58 dusun didalam 19 desa. 1. Visi, Misi dan MottoPuskesmas Jatirejo 7 Visi 7 Ibid.,

52 Terwujudnya masyarakat Jatirejo Mandiri dalam hidup sehat Misi a. Mendorong Terwujudnya Kemandirian Masyarakat Untuk Hidup Sehat b. Mewujudkan, Memelihara Dan Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Yang Bermutu, Merata, Dan Terjangkau c. Meningkatkan Upaya Pengendalian Penyakit Dan Penanggulangan Masalah Kesehatan d. Meningkatkan Dan Mendayagunakan Sumber Daya Kesehatan. MOTTO KESEMBUHAN ANDA KEBAHAGIAAN KAMI 2. Tujuan Puskesmas Jatirejo 8 Mendukung tercapainya pembangunan kesehatan nasional yaitu dengan meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat di Kecamatan Jatirejo guna menuju Jatirejo Sehat dengan indikator : a. Semakin menurunkan angka kematian anak dan Ibu melahirkan. b. Tersedianya Sarana dan Prasarana kesehatan yang memadai. 3. Sasaran Puskesmas Jatirejo a. Meningkatkan kemandirian masyarakat untuk memelihara dan memperbaiki keadaan kesehatannya 8 Ibid.,

53 b. Meningkatkan kemampuan masyarakat menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, efektif dan efisien c. Terciptanya lingkungan fisik dan sosial yang sehat 4. Data Ketenagaan Puskesmas Jatirejo 9 Jumlah tenaga yang ada di Puskesmas Jatirejo sebanyak 71 orang yang terdiri dari : a. Kepala Puskesmas/Dokter Umum 1 Orang b. Dokter umum 2 orang (sukwan) c. Dokter Spesilas Gigi 1 orang d. Bidan 22 + 2 orang bidan PTT + 2 sukwan e. Perawat 10 orang + 5 perawat sukwan+ 8 Perawat Ponkesdes f. Perawat gigi 1 orang g. Sanitarian 1 orang h. Tata Usaha 3 orang i. Tenaga Laboratorium 1 orang + 1 sukwan j. Tenaga di Gudang Obat 2 orang + 1 asisten Apoteker (sukwan) k. Tenaga Gizi 1 orang. 9 Ibid.,

54 C. Pelaksanaan Tes Kesehatan Sebagai Persyaratan Pendafataran Nikah di KUA Jatirejo 1. Dasar Hukum Tes Kesehatan Melaksanakan pernikahan di Indonesia itu belum diakui sah secara Hukum Negara apabila pernikahan tersebut belum dicatatkan di Kantor Urusan Agama (KUA) dan mendapatkan buku nikah. Adapun syarat-syarat yang dipakai dalam KUA, selain dari syarat yang ditentukan dalam Hukum Islam, juga ditambahkan seperti suratsurat keterangan dari Desa setempat, Kartu Keluarga, surat kesehatan dan lain sebagainya. Surat kesehatan berupa lampiran imunisasi TT (Tetanus Toxoid), di mana persyaratan yang satu ini lebih diatur dalam Intruksi Bersama Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Departemen Kesehatan No : 02 Tahun 1989 Tentang Imunisasi Tetanus Toksoid Calon Pengantin dan sebagai dasar dari pelaksanaan UU No. 1 tahun 1974 tentang penikahan dan Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 tentang pelaksanaan UU No. 1 tahun 1974. 10 10 Kementrian Agama RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan Perkawinan Edisi 2000, (Bandung: PT. syaamilmedia Cipta, 2000), 89.

55 Berdasarkan intruksi itulah, KUA mengharuskan calon pengantin untuk melampirkan surat keterangan telah melakukan imunisasi TT dalam syarat pernikahan. Pada awalnya, sasaran program imunisasi TT adalah untuk mencegah penyakit tetanus neonatorum pada ibu hamil. Menurut rekomendasi WHO, pemberian imunisasi TT sebanyak lima dosis dengan interval minimal antara satu dosis ke dosis berikutnya seperti yang sudah ditentukan akan memberikan perlindungan seumur hidup. Sekarang, imunsasi Tetanus Toksoid tersebut tidak hanya diberikan kepada ibu hamil saja, namun juga diberikan kepada calon pengantin wanita. 11 2. Urgensi Tes Kesehatan Bagi Calon Mempelai Laki-laki a. Kemaslahatan Tes Kesehatan Pemeriksaan sebelum pernikahan sangat dianjurkan untuk dilakukan setiap pasangan dalam upaya menurunkan generasi yang tangguh sehat jasmani dan rohani. Dulu belum banyak yang melakukannya, mungkin karena minimnya pengetahuan dan masih 11 Departemen Kesehatan RI, 1993.

56 sedikit tempat layanan kesehatan yang menyediakan pemeriksaan ini. Namun sekarang jumlah pasangan yang melakukan pemeriksaan ini semakin meningkat. Pemeriksaan ini sangat penting, mengingat di zaman modern ini dengan adanya pola pergaulan bebas jadi menyakit hubungan seksual makin mudah menyebar. Penyakit hubungan seksual dapat menyebabkan terjadi kesakitan, kecacatan jasmani dan rohani, bahkan kematian. Maka dari itu pemeriksaan harus dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Semakin cepat dilakukan pemeriksaan dan mengetahui penyakit yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang jasmani dan rohani menjelang pernikahan, maka akan semakin cepat terobati. Manfaat dari tes kesehatan pranikah salah satunya adalah sebagai tindakan pencegahan yang efektif untuk membendung penyebaran penyakit menular yang berbahaya di tengah masyarakat. Hal inilah yang menjadi salah satu harapan pelaksanaan tes kesehatan pranikah ini. Diharapkan pasangan yang hendak menikah lebih selektif dalam memilih pasangannya agar tidak menyesal di kemudian hari. Meskipun seseorang dari luar terlihat tampak sehat namun belum tentu sepenuhnya ia sehat. Bisa saja ia menjadi pembawa bibit penyakit. 12 Menikah dengan orang yang mempunyai penyakit menular 12 Shopia, Wawancara, Mojokerto, 22 Desember 2016.

57 ibarat kita telah masuk ke dalam daerah yang terjangkiti wabah penyakit menular. Sangat besar sekali kemungkinan kita untuk tertular penyakit tersebut. 13 1) Menghentikan pemakaian obat obatan yang dapat mengganggu kesehatan; 2) Sedapat mungkin mengendalikan hal-hal medis yang terjadi, dan bila perlu konsultasi ke dokter spesialis; 3) Menghindari makanan dan bahan bahan yang membahayakan kesehatan; 4) Diberikan vaksinasi terhadap penyakit yang dapat mengganggu kesehatan; 5) Dilakukan konseling bila ditemukan hal hal yang berhubungan dengan genetic atau penyakit keturunan. b. Dampak Tes Kesehatan Dari sudut pandang ilmu kesehatan, tes kesehatan pra nikah memiliki dampak positif dan negatif untuk manfaat atau dampak positif: 13 Endang Purwoastuti dan Elisabeth Siwi Walyani, Panduan Materi Kesehatan Reproduksi dan Kelurga Berencana, (Yogyakarta: PUSTAKABARUPRESS, 2015), 19.

58 1) Sebagai tindakan pencegahan yang sangat efektif untuk mengatasi timbulnya penyakit keturunan dan penyakit bebahaya lain yang berpotensi menular; 2) Sebagai tindakan pencegahan yang efektif untuk membendung penyebaran penyakit-penyakit berbahaya menular di tengah dan berkualitas; 3) Memastikan tidak adanya berbagai kekurangan fisik maupun psikologis pada diri masing-masing calon mempelai yang dapat menghambat tercapainya tujuan-tujuan mulia pernikahan. Dampak atau sisi negatif dari tes kesehatan pra nikah: 1) Menimbulkan kegelisahan, kegalauan, dan rasa putus asa bagi sebagian orang, terutama jika dalam pemeriksaan ini seseorang dinyatakan mengidap suatu penyakit kronis yang berat dan tidak dapat disembuhkan; 2) Hasil tes itu sifatnya hanya diagnosis yang mengandung banyak kemungkinan artinya hasilnya belum dapat dijadikan patokan untuk menentukan keberadaan suatu penyakit di tubuh seseorang; 3) Hasil tes kadangkala juga menjadi penyebab terjadinya pembatalan suatu pernikahan. 14 14 Arlik Septiningsih, Wawancara, Mojokerto, 21 Desember 2016.

59 Di dalam al-qur an dan al-hadis tidak disebutkan secara terperinci terkait pemeriksaan kesehatan pra nikah ini. Meskipun dari segi medis, pemeriksaan kesehatan pra nikah ini mempunyai manfaat yang penting bagi kesehatan, baik manfaat yang besar bagi pihak laki-laki maupun perempuan. Sehingga jika tidak terpenuhinya atau kurang lengkapnya dari syarat pernikahan tersebut, juga akan membawa akibat yang fatal dan akan merugikan bagi kehidupan suami istri beserta anak-anaknya. Sebab sebagaimana diketahui bahwa, penyakit yang diderita oleh orang tua, tidak jarang juga bisa menular atau menjadi penyakit turunan terhadap anaknya. Namun di kalangan ulama sendiri masih terjadi perdebatan terkait kebolehan pemeriksaan kesehatan pra nikah ini. D. Pelaksanaan Tes Kesehatan Melihat berkas pendaftar nikah yang ada di KUA Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto tahun 2016, terbukti 100% tertib administrasi. Dengan kata lain pengajuan nikah tidak akan diproses jika tidak melengkapi berkasberkas yang sudah ditentukan sebagai bukti ketegasan KUA dalam bertugas dan itu membuat semuanya lebih mentaati peraturan. 15 Calon pengantin yang telah melengkapi syarat administratif berupa surat hasil tes kesehatan dan kartu bukti imunisasi TT, berarti sudah 15 Mohammad Syaifullah, Wawancara, Mojoerto, 21 Desember 2016.

60 mempunyai kesadaran akan begitu pentingnya kesehatan serta rasa tanggungjawab sebagai masyarakat yang taat akan peraturan. Meskipun ada yang mengaku terpaksa karena takut akan tidak diprosesnya pernikahan mereka. Hal ini tidak terlepas dari bantuan modin setempat yang mengurus semua kebutuhan administratif calon pengantin. Kebanyakan masyarakat setempat, melimpahkan seluruh berkas dan pesyaratan administrative ke modin setempat. Hal ini juga menguntungkan bagi pihak KUA, karena dengan adanya bantuan modin tersebut, calon pengantin langsung diarahkan untuk melakukan ters kesehatan dan imunisasi TT ke Puskesmas setempat. 16 Puskesmas akan memberikan layanan imunisasi TT dan tes kesehatan untuk calon pengantin. Kedua hal ini sangat penting untuk dilakukan sebelum pernikahan terjadi. Faktanya, yang tertjadi di lapangan justru sebaliknya. Imunisasi TT memang dilakukan oleh calon pengantin perempuan, dan tes kesehatan yang seharusnya dilakukan melalui pemeriksaan secara intens kepada calon pengantin nyatanya tidak pernah dilakukan. Pihak Puskesmas hanya bertanya secara global mengenai riwayat penyakit calon pengantin, tinggi badan dan berat badan calon pengantin. Hal ini sangat disayangkan, mengingat tes kesehatan penting untuk dilakukan. Namun, ketika penulis bertanya kepada beberapa calon pengantin 16 Ibid.,

61 yang melakukan tes kesehatan, jawaban mereka hampir sama yaitu tentang biaya yang harus dikeluarkan untuk melakukan tes kesehatan secara intens sangatlah mahal menurut mereka. Selain biaya yang mahal, dampak yang akan ditimbulkan setelah diketahuinya hasil tes kesehatan dikhawatirkan akan mengganggu berlangsungnya pernikahan. 17 Mereka menganggap, hidup mereka sehat-sehat saja. Tanpa perlu dilakukannya pemeriksaan kesehatan. 18 Padahal, di zaman sekarang ini penyakit semakin beraneka ragam. Entah datang dari makanan, atau bahkan lingkungan sekitar. Untuk itu sangat dianjurkan bagi calon pengantin untuk melakukan tes kesehatan tersebut. Langkah-langkah melakukan tes kesehatan pranikah tidak selalu memerlukan biaya besar. Tidak perlu datang ke Dokter spesialis ataupun Dokter umum, bisa langsung konsultasi di KUA dan selebihnya akan diarahkan ke Puskesmas yang bersangkutan, dan selebihnya Dokter yang akan menangani. Pertama akan dilakukan wawancara singkat tentang riwayat kesehatan yang bertujuan mengetahui penyakit apa yang pernah diderita (rekam medis), riwayat kesehatan para anggota keluarga, juga keadaan lingkungan sekitar dan kebiasaan sehari-hari (merokok, atau pengguna obatobatan terlarang). 19 17 Abdul Malik dan Hendrawan, Wawancara, Mojokerto 21 Desember 2016 18 Ibid., 19 Mohammad Syaifullah, Wawancara, Mojoerto, 21 Desember 2016.

62 Dokter akan melakukan tes fisik yang diperlukan untuk mengetahui adanya kelainan fisik seperti tekanan darah, keadaan jantung, paru-paru dan tanda-tanda fisik dari penyakit seperti anemia, asma, kulit. Barulah ke tahap jika memang diperlukan dapat dirujuk tes ke laboratatorium pemeriksaan darah yang meliputi: 20 1. HIV/AIDS. 2. Golongan darah dan rhesus. 3. Gula darah sewaktu. 4. Thalasemia (kelaianan darah yang diturunkan). 5. Hepatitis B dan C. 6. TORCH (toksoplasmosis, Rubella, Citomegalovirus dan Herpes Simplex). 7. Pemeriksaan urin (kencing) rutin. 8. Pemeriksaan lain dilakukan apabila ada keluhan (terasa panas bila buang air kecil, kencing nanah, keputihan). Ini hanya dilakukan oleh calon pengantin yang memilih untuk melakukan tes kesehatan pranikah paket lengkap di laboratorium klinik atau rumah sakit, kisaran biaya yang dikeluarkan untuk tes darah lengkap, tes urine, tes TORCH sekitar 1,5-2,5 juta. 21 20 Shopia, Wawancara, Mojokerto, 22 Desember, 2016. 21 Ibid.,

63 Sebelum dilakukan pemeriksaan laboratorium, terlebih dahulu dilakukan wawancara yang antara lain menanyakan tentang: 1. Riwayat penyakit sebelumnya 2. Kebiasaan makan 3. Riwayat pengobatan 4. Pengaruh lingkungan 5. Riwayat kehamilan 6. Riwayat keluarga 7. Riwayat psikososial Kegiatan semacam ini tidak berlaku bagi setiap pasien yang datang, karena bila calon pengantin adalah asli penduduk sekitar yang dalam naungan kesehatanya puskesmas sudah mempunyai rekam medis, dokter hanya melihat dari rekam medis itu dan selanjutnya melakukan tes untuk gejalagejala saja yang sesuai standart kesehatan. 22 Tes kesehatan yang seharusnya dilakukan oleh kedua belah pihak, namun lebih diprioritaskan kepada calon pengantin laki-laki. Hal ini dikarenakan, pihak perempuan sudah melakukan imunisasi TT. Apabila catin hendak melakukan tes kesehatan secara intens, pihak Puskesmas akan mengarahkan ke Dokter spesialis, ataupun RS Umum, dikarenkan Puskesmas 22 Ibid.,

64 tidak memiliki alat yang memadai. Melihat akan kekurangan tersebut, untuk itu dilakukan tes kesehatan kepada catin laki-laki saja. 23 Menurut penuturan Bapak Muhammad Syaifullah, S.Ag, selaku kepala KUA Kecamatan Jatirejo Kabupaten Mojokerto: Banyak sekali orang yang tidak telalu paham dalam mengerti kebiasaan calon pasangannya dan langsung berujung kepada pernikahan. Bisa saja sebelum kenal salah satu calon pernah mencoba-coba narkoba yang mana bukan hanya sakau atau kecanduan yang berakibat pada setelah menikah bahkan yang lebih berbahaya lagi bisa terjangkit virus HIV/AIDS, karena virus ini bukan dari hubungan seks saja namun dapat menyebar melalui jarum suntik yang pernah mereka gunakan pada waktu mencoba narkoba. Jadi sangat perlu sekali untuk melakukan tes kesehatan pranikah. Keputusan akhir tetap dikembalikan lagi kepada setiap pasangan, apakah akan tetap melanjutkan pernikahannya atau tidak. Namun yang diperhatikan adalah bahwa kita bertanggungjawab atas keselamatan diri kita dan keturunan kita. Tes kesehatan pra nikah lebih di fokuskan kepada calon pengantin laki-laki. Tidak menutup kemungkinan juga pihak perempuan juga dianjurkan tes kesehatan, namun pihak KUA bekerjasama dengan puskesmas setempat 23 Arlik Septiningsih, Wawancara, Mojokerto, 21 Desember 2016.

65 lebih memprioritaskan tes kesehatan pra nikah kepada calon pengantin lakilaki. 24 Ada beberapa factor yang mendukung hal tersebut, yaitu: 1. Calon pengantin perempuan sudah melakukan imunisasi TT; 2. Laki-laki lebih rentan mengonsumsi obat-obatan terlarang; 3. Laki-laki lebih rentan terhadap pergaulan bebas; dan 4. Laki-laki juga rentan terhadap penularan penyakit. 25 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurang Maksimalnya Pelaksanaan Pemenuhan Persyaratan Kurang maksimalnya pemenuhan persyaratan administrasi nikah di KUA tersebut disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: 1. Faktor Intern Yaitu faktor yang terjadi dari dalam lembaga atau instansi: a. Kurangnya jumlah tenaga pegawai administrasi yang menangani masalah persyaratan administrasi nikah dan yang memiliki sumber daya manusia yang tinggi, sehingga dapat melayani seluruh masyarakat. b. Kurang koordinasi antara kepala KUA dengan pihak Rumah Sakit/Puskesmas tentang tes kesehatan dan imuniasi TT yang 24 Mohammad Syaifullah, Wawancara, Mojoerto, 21 Desember 2016 25 Ibid.,

66 menjadi persyaratan administrasi nikah sehingga sering kali calon pengantin bertanya-tanya kembali. 2. Faktor Ekstern Yaitu faktor yang timbul atau terjadi dari luar instansi atau lembaga: a. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam ilmu kesehatan dan tata cara beradministrasi. b. Keluarga calon mempelai yang ingin mempercepat pelaksanaan nikahnya. c. Calon mempelai istri yang dalam keadaan hamil. d. Calon mempelai dalam keadaan diluar kota. e. Masyarakat yang tidak mengerti tentang hukum Islam dan Peraturan Pemerintah. f. Desakan masyarakat kepada PPN untuk tidak dipersulit dalam persyaratan pernikahan. Hal tersebut di atas merupakan faktor-faktor yang timbul dari dalam ataupun luar instansi/lembaga. 26 26 Ibid.,