Mengingat : I. TATA CARA PENDAFTARAN USAI]A PARIWISATA BUPATI GIANYAR TENTANG DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GIANYAR,

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DI KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BIDANG USAHA, JENIS USAHA DAN SUB-JENIS USAHA BIDANG USAHA JENIS USAHA SUB-JENIS USAHA

5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Repub

WALIKOTA PADANG PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.738, 2010 KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA. Usaha Penyediaan Akomodasi. Pendaftaran. Prosedur.

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN TEKNIS DAN PERSYARATAN ADMINISTRASI USAHA KEPARIWISATAAN

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.742, 2010 KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA. Usaha Daya Tarik Wisata. Pendaftaran.Prosedur.

SALINAN BUPATI NAGEKEO,

BUPATI TRENGGALEK PERATURAN BUPATI TRENGALEK NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.741, 2010 KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA. Usaha Jasa Transportasi Wisata. Pendaftaran.

DAFTAR PERIKSA TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA (TDUP)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 737, 2010 KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA. Usaha Jasa Perjalaann Wisata. Pendaftaran.

PERATURAN WALIKOTA BANDUNG

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF PELANGGARAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG KEPARIWISATAAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG IZIN USAHA JASA KEPARIWISATAAN

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG KEPARIWISATAAN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

KEWAJIBAN PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DI KABUPATEN BANTUL

BUPATI PATI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 70 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGGABUNGAN PETUNJUK TEKNIS DAN RALAT PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.746, 2010 KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA. Usaha Jasa Konsultan Pariwisata. Pendaftaran. Prosedur.

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG KEPARIWISATAAN

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PARIWISATA

BUPATI BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 82 TAHUN 2016 TENTANG

Menimbang. Mengingat.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG SERTIFIKASI KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI USAHA DI BIDANG PARIWISATA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG SERTIFIKASI KOMPETENSI DAN SERTIFIKASI USAHA DI BIDANG PARIWISATA

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 04 TAHUN 2012 TENTANG USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

SURAT IZIN USAHA KEPARIWISATAAN

SALINAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TENTANG PENYELENGGARAAN TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA

DOKUMEN TEKNIS YANG DIPERSYARATKAN DALAM PERSYARATAN TEKNIS PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN

BUPATI KONAWE UTARA PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KONAWE UTARA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG STANDARISASI USAHA VILA DI KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN

PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN USAHA PARIWISATA

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 3 TAHUN 2003 TENTANG

NO JABATAN TUGAS 3. Sub Bagian Umum dan Keuangan

PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG STANDARISASI USAHA PONDOK WISATA DI KABUPATEN BADUNG

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN USAHA PARIWISATA

WALIKOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2003 TENTANG IZIN USAHA KEPARIWISATAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DINAS PEMUDA, OLAH RAGA DAN PARIWISATA KABUPATEN BOYOLALI

DATA PRIBADI. :SAKAR SUDARWANTO,M..M.Pd TTL : TANGERANG. 12 MART 1962 KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA : BALARAJA KAB,TANGERANG HP :

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA WISATA PERAHU LAYAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

STANDARD USAHA ANDARD SPA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

N O M O R 5 0 T A H U N 2015 M O D A L K E P A D A K E P A L A B A D A N P E N A N A M A N M O D A L D A N PERIZINAN

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PARIWISATA

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG USAHA JASA PERJALANAN WISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR BALI,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN USAHA RESTORAN

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 5 TAHUN 2008

TENTANG TANDA DAFTAR USAHA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH DATAR,

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM.53/HM.001/MPEK/2013 TENTANG STANDAR USAHA HOTEL

PROVINSI SUMATERA UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 6 TAHUN 2005 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA. NOMOR : 6 Tahun 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 13 TAHUN : 2007

BUPATI SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KEPARIWISATAAN DI KABUPATEN SEMARANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG IZIN USAHA SARANA PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

WALIKOTA BANJARMASIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERIZINAN USAHA TEMPAT MAKAN

2015, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembara

Transkripsi:

BUPATI GIANYAR PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI GIANYAR NOMOR 83 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAI]A PARIWISATA DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GIANYAR, Menimbang Mengingat : I. 3. 4. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 9 ayat (2) Peraturan Daerah Kabupaten Gianyar Nomor l0 Tahun 2013 tentang Kepariwisataan Budaya Kabupaten Gianyar perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Pariwisata; Undang - Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah - daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah - daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur ) Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655 ); Undang - Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966); Undang - Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang - undangan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana telah diubah beberapa kati terakhir dengan Undang - Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

5. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 20 10-2025 ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5262); 6. 7. 9. 10. 11. 13. 14. 15. 16. 17. Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2012 tentang Sertifikasi Kompetensi dan Sertifikasi Usaha di Bidang Pariwisata (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 531 1); PM.85/HK.50IMI(2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Perjalanan Wisata; PM.86/HK.501/MI(2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Penyediaan Akomudasi; PM.87IHK.501/MK/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Makanan dan Minuman; PM.88/HK.501/MK/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Kawasan Pariwisata; PM.89/HK.501/M1J2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Transportasi Wisata; PM.90/IIK.50 1/MK/20 1 0 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Daya Tarik Wisata; PM.9IIHK.501/MK/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi; PM.92/11K.5011MW2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Pramuwisata; PM.93IHK.501/MK/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Penyelenggaraan Pertemuan, Perjalanan Insentif, Konferensi dan Pameran; PM.94/HK.5014{I(2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Konsultan Pariwisata; PM.95/HK.501/MI(2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Jasa Informasi Pariwisata;

18. 19. 20. 2t. 22. 23. PM.96/HK.501/MK/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Wisata Tirta; PM.97IHK.50I/MK/2010 tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Spu; Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001 tentang Desa Pakraman (Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2001 Nomor 29 Seri D Nomor 29) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2003 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 3 Tahun 2001 tentang Desa Pakaman(Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2003 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Bali Nomor 3); Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 2 Tahun 2012 terrtarrg Kepariwisataan Budaya Bali ( Lembaran Daerah Provinsi Bali Tahun 2012 Nomor 2); Peraturan Gubemur Bali Nomor 35 Tahun 2014 tentang Usaha Wisata Spiritual ( Berita Daerah Provinsi Bali Tahun 2014 Nomor 35); Peraturan Daerah Kabupaten Gianyar Nomor 10 Tahun 2013 tentang Kepariwisataan Budaya Kabupaten Gianyar (Lembaran Daerah Kabupaten Gianyar Tahun 2013 Nomor 10); MEMUTUSKAN: MEnetapKan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal I Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : l. Daerah adalah Kabupaten Gianyar. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Gianyar. 3. Bupati adalah Bupati Gianyar. 4. Dinas Pariwisata adalah Dinas Pariwisata Kabupaten Gianyar. 5. Badan Pelayanan Perijinan Terpadu adalah Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kabupaten Gianyar.

6. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. 7. Usaha Pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan/jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata. 8. Pengusaha Pariwisata adalah usaha perseorangan atau badan usaha yang melakukan kegiatan usaha pariwisata bidang usaha pariwisata. 9. Daftar Usaha Pariwisata adalah daftar usaha pariwisata bidang usaha pariwisata yang berisi hal-hal yang menurut peraturan bupati ini wajib didaftarkan oleh setiap pengusaha. 10. Tanda Daftar Usaha Pariwisata adalah dokumen resmi yang membuktikan bahwa usaha pariwisata yang dilakukan oleh pengusaha telah tercantum di dalam Daftar Usaha Pariwisata. BAB II TUJUAN Pasal 2 Pendaftaran Usaha Pariwisata bertujuan untuk : a. menjamin kepastian hukum dalam menjalankan usaha pariwisata bagi pengusaha; b. menyediakan sumber informasi bagi semua pihak yang berkepentingan mengenai halhal yang tercantum dalam Daftar Usaha Pariwisata; dan c. penyatuan pemahaman terhadap ketentuan - ketentuan dalam Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif tentang Tata Cara Pendaftaran Usaha Pariwisata. BAB III USAHA PARIWISATA Pasal 3 Bidang Usaha Pariwisata adalah sebagai berikut : a. usaha daya tarik wisatal b. usaha kawasan pariwisata; c. usahajasa transportasi wisata; d. usahajasa perjalanan wisata; e. usahajasa makanan dan minuman: f. uspha penyediaan akomodasi; g. usaha penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekeasi; h. usaha penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konferensi dan pameran; i. usaha jasa informasi pariwisata; j. usahajasa konsu ltan pariwisatal. k. usaha jasa pramuwisata: l. usaha wisata tirta;

m. usaha wisata spiritual; dan n. usaha spa. Pasal 4 (1) Bidang usaha daya tarik wisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 hurufa meliputi jenis usaha pengelolaan daya tarik wisata. (2) Jenis usaha pengelolaan daya tarik wisata sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi jenis usaha : a. pengelolaan gua; b. pengelolaan peninggalan sejarah dan purbakala berupa candi, puri, prasasti, pertilasan, dan bangunan kuno; c. pengelolaan museum; dan d. pengelolaan pemukiman danlatau lingkungan adat. Pasal 5 Bidang Usaha Jasa Transportasi Wisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c adalah angkutan jalan wisata. Pasal 6 Bidang Usaha Jasa Perjalanan Wisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf d meliputijenis usaha : a. biro perjalanan wisata; dan b. agen perjalanan wisata. Pasal 7 Bidang Usaha Jasa Makanan dan Minuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf e meliputi jenis usaha : a. restoran; b. rumah makan; c. barlrumah minum; d. kafe; e. pusat penjualan makanan; dan f. jasa [6ga. Pasal 8 (1) Bidang Usaha Penyediaan Akomodasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf f meliputijenis usaha : a. hotel; b. bumi perkemahan; c. vila; dan

d. pondok wisata. (2) Jenis usaha hotel sebagaimana dimaksud pada ayat (l) hurufa meliputi jenis usaha: a. hotel bintang; dan b. hotel non-bintang. Pasal 9 (l) Bidang Usaha Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekeasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 hurufg meliputi jenis usaha : a. gelanggang olahraga; b. gelanggang seni; c. panti pijat; d. taman rekreasi; dan e. karaoke. (2) Jenis usaha gelanggang olahraga sebagaimana dimaksud pada ayat (l) huruf a meliputi jenis usaha : a. rumah bilyar; b. gelanggang renang; dan c. lapangan tenis. (3) Jenis usaha gelanggang seni sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi jenis usaha : a. sanggar seni; b. galeri seni; dan c. gedung pertunjukan seni. Pasal l0 (l) Bidang Usaha Wisata Tirta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf I meliputi jenis usaha : a. wisata bahari; dan b. wisata sungai. (2) Jenis usaha wisata bahari sebagaimana dimaksud pada ayat (l) huruf a meliputi jenis usaha : a. wisata memancing; dan b. wisata selancar. (3) Jenis usaha wisata sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi jenis usaha : a. wisata arung jeram; dan

b. wisata dayung. Pasal I I Bidang Usaha wisata Spiritual sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf m meliputi jenis usaha : a. wisata religi; b. wisata meditasi; dan c. wisata yoga. BAB IV TEMPAT PENDAFTARAN, OBYEK DAN TANGGLTNG JAWAB Pasal 12 (l ) Pendaftaran usaha pariwisata ditujukan kepada Bupati. (2) Tempat pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (l) dilakukan di Kantor Badan Pelayanan Perij inan Terpadu. Pasal 13 (l) Pendaftaran usaha pariwisata dilakukan terhadap semua bidang, jenis dan sub jenis usaha pariwisata. (2) Pendaftaran usaha pariwisata dilakukan oleh pengusaha. (3) Pengusaha perseorangan yang tergolong usaha mikro atau kecil sesuai ketentuan peraturan perundang - undangan dibebaskan dari keharusan untuk melakukan pendaftaran usaha pariwisata. (4) Pengusaha perseorangan yang tergolong usaha mikro atau kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat mendaftarkan usaha pariwisatanya berdasarkan keinginan sendiri. Pasal l4 Pengusaha pariwisata dapat berupa usaha perseorangan atau berbentuk badan usaha Indonesia berbadan hukum atau tidak berbadan hukum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan. Pasal 15 Apabila terdapat lebih dari I (satu) kabupaten melingkupi I (satu) lokasi kawasan pariwisata, pendaftaran usaha pariwisata ditujukan kepada Gubernur. Pasal 16 Pendaftaran usaha jasa transportasi wisata dilakukan terhadap setiap kantor yang dimiliki dan/atau menguasai kendaraan, kapal atau kereta api.

Pasal 17 Pendaftaran yang dilakukan terhadap hotel, bumi perkemahan,vil4 dan akomodasi lain mencakup pelayanan pariwisata lain berupajasa makanan dan minuman, penyelenggaraan kegiatan dan rekreasi, dan/atau spa yang diselenggarakan oleh pengusaha yang sama di lokasi hotel, bumi perkemahan, vila, dan akomodasi lain yang sama serta merupakan fasilitas dari penyediaan akomodasi yang bersangkutan. BAB V TAHAPAN PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA Bagian Kesatu Umum Pasal 18 Tahapan pendaftaran usaha pariwisata mencakup : a. permohonan pendaftaran usaha pariwisata; b. pemeriksaan berkas permohonan pendaftaran usaha pariwisata; c. pencantuman ke dalam Daftar Usaha Pariwisata; d. penerbitan Tanda Daftar Usaha Pariwisata; dan e. pemuktahiran Daftar Usaha Pariwisata. Pasal 19 Pendaftaran usaha pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal l8 tanpa dikenakan biaya pendaftaran. Bagian Kedua Pendaftaran Usaha Pariwisata Pasal 20 (1) Permohonan pendaftaran usaha pariwisata diajukan secara tertulis oleh pengusaha. (2) Pengajuan permohonan pendaftaran usaha pariwisata desertai dengan dokumen: a. fotocopy identitas diri atau kartu tanda penduduk (KTP) b. fotocopy akta pendirian badan usaha bagi yang berbadan usaha yang mencantumkan bidang usaha, jenis dan sub jenis usaha pariwisata sebagai maksud dan tujuannya, beserta perubahannya apabila ada; dan c- Fotocopy izin teknis yang meliputi : l. persetujuan prinsip/rekomendasi; 2. rekomendasi AMDALiUKL/UPL/SPPL; 3. izin mendirikan bangunan (IMB); 4. surat izin tempat usaha (SITU) dan izin gangguan (HO); 5. izin usaha angkutan / izin penyelenggaraan angkutan untuk usaha transportasi; 6. sertifikat layak flungsi bangunan (SLF); dan 7. sertifikat laik sehat.

(lj Fengaiuan dokumen se6agaimana dimaksud pada ayat (2) dfsampaikan dengan memperlihatkan dokumen aslinya atau memperlihatkan fotocopy atau salinan yang telah dilegalisir sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Pengusaha wajib menjamin melalui pemyataan tertulis bahwa data dan dokumen yang diserahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (l), ayat (2), dan ayat (3) adalah sah, benar, dan sesuai dengan fakta. Pasal 21 Bupati memberikan bukti penerimaan permohonan pendaftaran usaha pariwisata kepada pengusaha dengan mencantumkan nama dokumen yang diterima melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu. Bagian Ketiga Pemeriksaan Berkas Permohonan Pasal22 (1) Bupati melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu melaksanakan pemeriksaan kelengkapan, kebenaran dan keabsahan berkas permohonan pendaftaran usaha pariwisata. (2) Apabila berdasarkan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditemukan bahwa berkas permohonan pendaftaran usaha pariwisata belum memenuhi kelengkapan, kebenaran, dan keabsahan, Bupati melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu memberitahukan secara tertulis kekurangan yang ditemukan kepada pengusaha. (3) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (l) dan pemberitahuan kekurangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diselesaikan paling lambat dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak permohonan pendaftaran usaha pariwisata diterima Bupati. (4) Apabila Bupati melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu tidak memberitahukan secara tertulis kekurangan yang ditemukan dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak permohonan pendaftaran usaha pariwisata diterima, permohonan pendaftaran usaha pariwisata dianggap lengkap, benar, dan sah. Bagian Keempat Pencantuman Ke Dalam Daftar Usaha Pariwisata Pasal 23 Bupati melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu mencantumkan objek pendaftaran usah4 pariwisata ke dalam Daftar Usaha Pariwisata paling lambat l( satu) hari kerja setelah permohonan pendaftaran usaha pariwisata dinyatakan atau dianggap lengkap, benar, dan sah. Pasal24 Daftar Usaha Pariwisata berisi : a. nomor pendaftaran usaha pariwisata; b. tanggal pendaftaran usaha pariwisata;

c. nama pengusaha; d. alamat pengusaha; e. nama pengurus badan usaha untuk pengusaha yang berbentuk badan usaha; f. jenis usaha; g. merek usaha, apabila ada; h. alamat tempat usaha; i. nomor akta pendirian badan usaha dan perubahannya apabila ada, untuk pengusaha yang berbeniuk badan usaha atau nomor kartu tanda penduduk untuk pengusaha perseorangan; j. nama izin dan nomor izin teknis. serta nama dan nomor dokumen lingkungan hidup yang dimiliki pengusaha dan dokumen yang berisi : 1. persetujuan prinsip/rekomendasi; 2. rekomendasi AMDAL/UKL/UPL/SPPL; 3. izin mendirikan bangunan (IMB); 4. surat izin tempat usaha (SITU) dan izin gangguan (HO); 5. izin usaha angkutan / izin penyelenggaraan angkutan untuk usaha transportasi; 6. sertifrkat layak fungsi bangunan (SLF); dan 7. sertifikat laik sehat. k. kapasitas yang tersedia; l. keterangan apabila dikemudian hari terdapat pemutakhiran terhadap hal sebagaimana dimaksud dalam ketentuan hurufa sampai dengan hurufk; dan m. keterangan apabila dikemudian hari terdapat pembekuan sementara pendaftaran usaha pariwisat4 pengaktifan kembali pendaptaran usaha pariwisata dan/atau pembatalan pendaft aran usaha pariwisata. Pasal 25 Daftar Usaha Pariwisata dibuat dalam bentuk dokumen tertulis dan/atau dokumen elektronik. Bagian Kelima Penerbitan Tanda Daftar Usaha Pariwisata Pasal26 Bupati berdasarkan daftar usaha pariwisata menerbitkan Tanda Daftar Usaha Pariwisata untuk diserahkan kepada pengusaha pating lambat dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kerja setelah pencantuman ke dalam Daftar Usaha Pariwisaata. Tanda Daftar Usaha Pariwisata berisi : a. nomor pendaftaran usaha pariwisata; b. tanggal pendaftaran usaha pariwisata; Pasal2T

c. nama pengusaha; d. alamat pengusaha; e. nama pengurus badan usaha; f. jenis usaha; g. merek usaha, apabila ada; h. alamat tempat usaha; i. nomor akta pendirian badan usaha dan perubahannya, apabila ada, untuk pengusaha yang berbentuk badan usaha atau nomor kartu tanda penduduk (KTP) untuk pengusaha perseorangan ; j. nama dan nomor izin teknis, serta nama dan nomor dokumen lingkungan hidup yang dimiliki pengusaha dan dokumen yang berisi : 1. persetujuan prinsip/rekomendasi; 2. rekomendasiamdal/ukl/upl/sppl; 3. izin mendirikan bangunan (IMB); 4. surat izin tempat usaha (SITU) dan izin gangguan (HO); 5. izin usaha angkutan / izin penyelenggaraan angkutan untuk usaha transportasi. 6. sertifikat layak fungsi bangunan (SLF) 7. sertifikat laik sehat k. kapasitas yang tersedia; l. fasilitas yang dimiliki; m. nama dan tanda tangan pejabat yang menerbitkan Tanda Daftar Usaha Pariwisata; dan n. tanggal penerbitan Tanda Daftar Usaha Pariwisata. Pasal 28 Tanda Daftar Usaha Pariwisata berlaku sebagai bukti bahwa pengusaha telah dapat menyelenggarakan usaha pariwisata. Bagian Keenam Pemutakhiran Daftar Usaha Pariwisata Pasal 29 (l) Pengusaha wajib mengajukan secara tertulis kepada Bupati permohonan pemutakhiran Daftar Usaha Pariwisata apabila terdapat suatu perubahan kondisi terhadap hal yang tercantum di dalam Daftar Usaha Pariwisata paling lambat dalam jangka waktu 30 ( tiga puluh ) hari kerja setelah suatu perubahan terjadi. (2) Pengajuan permohonan pemuktahiran Daftar Usaha Parwisata disertai dengan dokumen penunjang yang terkait. (3) Pengajuan dokumen penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa fotocopy disampaikan dengan memperlihatkan dokumen aslinya. (4) Pengusaha wajib menjamin bahwa data dan dokumen yang diserahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (l) sampai dengan ayat (3) adalah sah, benar dan sesuai dengan fakta.

(5) Bupati melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu melaksanakan pemeriksaan kegngkapan, kebenaran dan keabsahan berkas permohonan pemutakhiran Daftar Usaha Pariwisata. (6) Apabila berdasarkan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) ditemukan bahwa berkas permohonan pemutakhiran pendaftaran usaha paiwisata belum memenuhi kelengkapan, kebenaran dan keabsahan, Bupati melalui Badan Pelayanan perij inan Terpadu mimberitahukan secara tertulis kekurangan yang ditemukan kepada pengusaha. (7) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan pemberitahuan kekurangan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) diselesaikan paling lambat dalam jangka waktu 3 (iga) hari kerja sejak permohonan pemutakhiran Daftar Usaha Pariwisata diterima Bupati. (8) Apabila Bupati melalui Badan Pelayanan Perijinnan Terpadu tidak memberitahukan secara tertuiis kekurangan yang ditemukan dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kerja sejak permohonan pemutakhiran Daftar Usaha Pariwisata diterima, permohonan pemutakhiran Daftar Usaha Pariwisata dianggap lengkap, benar dan sah. (9) Bupati melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu mencantumkan pemutakhiran ke dalam Daftar Usaha Pariwisata paling lambat 1 (satu) hari kerja setelah permohonan pemutakhiran Daftar Usaha Pariwisata dinyatakan atau dianggap lengkap, benar dan sah' (10) Berdasarkan Daftar Tanda Usaha Pariwisata yang telah dimutakhirkan, Bupati melalui Badan Pelayanan Perijinnan Terpadu menerbitkan Tanda Daftar Usaha Pariwisata untuk diserahkan kepada pengusaha paling lambat dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kerja setelah pencantuman pemutakhiran ke dalam Daftar Usaha Pariwisata. (11)Dengan diterbitkannya Tanda Daftar Usaha Pariwisata sebagaimana dimaksud pada ayat (10) Tanda Daftar Usaha Pariwisata terdahulu dicabut dan dinyatakan tidak berlaku [agi. (12) Pengusaha mengembalikan Tanda Daftar Usaha Pariwisata terdahulu kepada Bupati melalui Badan Pelayanan Perijinnan Terpadu. BAB VI PEMBEKUAN SEMENTARA DAN PEMBATALAN Bagian Kesatu Pembekuan Sementara Pasal 30 (1) Bupati membekukan sementara Tanda Daftar Usaha Pariwisata apabila pengusaha: a.terkena sanksi pembatasan kegiatan usaha atau pembekuan sementara kegiatan usaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; atau b.tidak menyetenggarakan kegiatan usaha secara terus-menerus dalam jangka waktu 6 (enam) bulan atau lebih.. (2) Tanda Daftar Usaha Pariwisata tidak berlaku untuk sementara apabila pendaftaran usaha Pariwisata dibekukan sementara.

(3) Pengusaha wajib menyerahkan Tanda Daftar Usaha Pariwisata kepada Bupati melalui Badan Pelayanan Perij inan Terpadu, paling lambat dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah mengalami hal sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 3l (1) Pengusaha dapat mengajukan permohonan pengaktifan kembali Tanda Daftar Usaha Pariwisata apabila telah : a. terbebas dari pembatasan kegiatan usaha atau pembekuan sementara kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) hurufa; atau b. memiliki kemampuan untuk menyelenggarakan kembali kegiatan usaha pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) hurufb. (2) Pengajuan permohonan pengaktifan kembali pendaftaran usaha pariwisata disertai : a. dokumen yang membuktikan bahwa pengusaha telah terbebas dari sanksi pembatasan kegiatan usaha atau pembekuan sementara kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) hurufa; atau b. surat pemyataan tertulis dari pengusaha yang menyatakan kesanggupannya untuk menyelenggarakan kembali kegiatan usaha pariwisata sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1) huruf b. (3) Pengusaha waj ib menjamin bahwa dokumen yang diserahkan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah sah, benar dan sesuai dengan fakta. (4) Bupati melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu, melaksanakan pemeriksaan kelengkapan, kebenaran dan keabsahan permohonan pengaktifan kembali Tanda Daftar Usaha Pariwisata dan bukti yang menunjang. (5) Apabila berdasarkan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditemukan bahwa berkas permohonan pengaktifan kembali Tanda Daftar Usaha Pariwisata belum memenuhi kelengkapan kebenaran dan keabsahan Bupati melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu, memberitahukan secara tertulis kekurangan yang ditemukan kepada pengusaha. (6) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan pemberitahuan kekurangan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diselesaikan oleh Bupati, melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu, paling lambat dalam jangka waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak permohonan pengaktifan kembali Tanda Daftar Usaha Pariwisata diterima. (7) Apabila Bupati melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu, tidak memberitahukan secara tertulis kekurangan yang ditemukan dalam jangka waktu 21 (dua puluh satu) hari kerja sejak permohonan pengaktifan kembali pendaftaran usaha pariwisata diterima, permohonan pengaktifan kembali Tanda Daftar Usaha Pariwisata dianggap lengkap, benar dan sah. (8) Bupati melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu, mencantumkan pengaktifan Tanda Daftar Usaha Pariwisata ke dalam Daftar Usaha Pariwisata paling lambat I (satu) hari kerja setelah permohonan pengaktifan kembali pendaftaran usaha dinyatakan atau dianggap lengkap, benar dan sah.

(9) Berdasarkan Tanda Daftar Usaha Pariwisata yang telah diaktifkan kembali, Bupati melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu, menyerahkan kembali Tanda Daftar Usaha Pariwisata kepada pengusaha paling lambat dalam jangka waktu 3 (tiga) hari kerja setelah pencantuman pengaktifan kembali Tanda Daftar Usaha Pariwisata ke dalam Daftar Usaha Pariwisata. Bagian Kedua Pembatalan Pasal 32 (1) Bupati melalui Badan Pelayanan Perij inan Terpadu membatalkan Tanda Daftar Usaha Pariwisata j ika pengusaha: a. terkena sanksi penghentian tetap kegiatan usaha sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan ; b. tidak menyelenggarakan kegiatan usaha secara terus menerus untukjangka waktu I (satu) tahun atau lebih; atau c. membubarkan usahanya. (2) TandaDafrar Usaha Pariwisata tidak berlaku lagi apabila dibatalkan. (3) Pengusaha wajib mengembalikan Tanda Daftar Usaha Pariwisata kepada Bupati melilui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah mengalami hal sebagaimana dimaksud pada ayat (l) BAB VII PENGAWASAN Pasal 33 (1) Bupati membentuk tim dengan melibatkan instansi terkait melakukan pengawasan dalam rangka pendaftamn usaha pariwisata. (2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui pemeriksaan sewaktu-waktu ke lapangan untuk memastikan kesesuaian kegiatan usaha dengan Daftar Usaha Pariwisata. BAB VIII PENDANAAN Pasal 34 Pendanaan pelaksanaan pendaftaran usaha pariwisata dan pengawasan bersumber dari Angjaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Gianyar. BAB IX PELAPORAN Pasal 35. (1) Bupati melalui Badan Pelayanan Perijinan Terpadu melaporkan hasil pendaftaran usaha pariwisata kepada Gubemur setiap 6 (enam) bulan sekali.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat ( I ) meliputi : a. jumlah lokasi usaha; b. jumlah lokasi usaha pariwisata apabila dibandingkan dengan jumlah pada periode pelaporan sebelumnya; dan c. penjelasan tentang hal yang menyebabkan perubahan jumlah kantor dan/atau gerai penjualan sebagaimana dimaksud pada huruf b, khusus dalam hal terjadi pengurangan. BAB X KETENTUAN PERALITIAN Pasal 36 Ijin Tetap Usaha Pariwisata atau ijin Usaha Kepariwisataan yang telah dimiliki masih tetap berlaku sampai habis masa berlakunya. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 37 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Gianyar. Ditetapkan di Gianyar pada tanggal l0 Desember 2015 BI-,'PATI GIANYAR,, % I 4 ^^ GDEAGUNGBHARATA z Diundangkan di Gianyar pada tanggal l0 Desember 2015 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN GIANYAR,, dll,+r t IDA BAGUS GAGA ADI SAPUTRA BERITA DAERAH KABUPATEN GIANYAR TAHI.]N 2015 NOMOR 83

PENJELASAN ATAS PERATURAN BUPATI KABUPATEN GIANYAR NOMOR 83 TAHLTN 2OI5 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN USAHA PARIWISATA I. UMUM. Undang - Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Ttahun 1945 sebagai dasar dari pembuatan peraturan perundang - undangan di Indonesia menegaskan bahwa pada Pasal l8 ayat (2) dan ayat (5) menyatakan bahwa pemerintah Daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah menurut azas otonomi daerah dan tugas pembantuan dan diberikan otonomi yang seluas _ luasnya. Kewenangan Pemerintah Daerah tersebut tertuang di dalam Undang - Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Undang - Undang Nomor 23 Tahun 2014 memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah khususnya pemerinthah Daerah Kabupaten/Kota untuk memilih urusan pilihan dalam pengelolaan pariwisata. Tanda Daftar Usaha Pariwisata merupakan suatu kebijakan pemerintah Daerah Kabupaten Gianyar untuk melakukan pendaftaran usaha pariwisata yang telah ditetapkan sesuai dengan Undang - Undang Nomor l0 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan. Kebijakan ini dilaksanakan dalam sebuah produk hukum berupa Peraturan Bupati dengan tujuan untuk mengendalikan usaha pariwisata dan menghadang usaha pariwisata yang tidak diatur di dalam peraturan perundang - undangan masuk ke dalam kearifan lokal atau basis pariwisata baik itu pariwisata bahari, pariwisata budaya dan lain - lain. Pendataan dalam pendaftaran usaha pariwisata adalah bertujuan untuk menggolongkan usaha pariwisata ke dalam sub jenis usaha pariwisata untuk keperluan perizinan dan perpajakan dalam klasifikaasi yang sudah diatur di dalam peraturan perundang - undangan. II. PASAL DEMI PASAL: Pasal 1. Pasal 2 Pasal 3

Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6 Ayat (l) Yang dimaksud dengan Usaha Daya Tarik Wisata adalah usaha pengelolaan daya tarik wisata alam, daya tarik wisata budaya, danlatau daya tarik wisata buatan/binaan manusia. Ayat (2) Yang dimaksud dengan Usaha Jasa Transportasi Wisata adalah usaha penyediaan angkutan untuk kebutuhan dan kegiatan pariwisata, bukan angkutan transportasi regular/umum.sedangkan Angkutan jalan wisata adalah penyediaan angkutan jalan untuk kebutuhan dan kegiatan pariwisata, bukan angkutan transportasi reguler/umum, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Ayat (1) Yang dimaksud dengan Usaha Jasa Perjalanan Wisata adalah penyelenggaraan biro perjalanan wisata dan agen perjalanan wisata. Huruf a Yang dimaksud dengan Biro perjalanan wisata adalah usaha penyediaan jasa perencanaan perjalanan danlaran jasa pelayanan dan penyelenggaraan pariwisata, termasuk penyelenggaraan perjalanan ibadah. Huruf b Yang dimaksud dengan Agen perjalanan wisata adalah usaha jasa pemesanan sarana, seperti pemesanan tiket dan pemesanan akomodasi serta pengurusan dokumen perjalanan. Pasal 7 Yang dimaksud dengan Usaha Jasa Makanan dan Minuman adalah usaha penyediaan makanan dan minuman yang dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan danlatau penyajiannya. Hurufa Yang dimaksud dengan Restoran adalah usaha penyediaan makanan dan minuman dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, dan penyajian, di dalam 1 (satu) tempat tetap yang tidak berpindah-pindah. Hurufb Yang dimaksud dengan Rumah Makan adalah usaha penyediaan makanan dan minuman dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses penyimpanan dan penyajian di dalam 1 (satu) tempat tetap yang tidak berpindah-pindah.

Pasal 8 Hurufc Yang dimaksud dengan Bar / rumah minuman adalah usaha penyediaan minuman beralkohol dan non-alkohol dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan danjatau penyajiannya, di dalam I (satu) tempat tetap yang tidak berpindahpindah. Huruf d Yang dimaksud dengan Kafe adalah penyediaan makanan ringan dan minuman ringan dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan dan/atau penyajiannya, di dalam I (satu) tempat tetap yang tidak berpindah-pindah. Huruf e Yang dimaksud dengan Pusat penjualan makanan adalah usaha penyediaan tempat untuk restorant, rumah makan dan/atau kafe dilengkapi dengan meja dan kursi. Huruf f Yang dimaksud dengan Jasa Boga adalah usaha penyediaan makanan dan minuman yang dilengkapi dengan peralatan dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, dan penyaj ian, untuk disajikan di lokasi yang diinginkan oleh pemesan. Ayat (1) Yang dimaksud dengan Usaha Penyediaan Akomodasi adalah usaha penyediaaan pelayanan penginapan untuk wisatawan yang dapat dilengkapi dengan pelayanan pariwisata lainnya. Huruf a Yang dimaksud dengan Hotel adalah usaha penyediaan akomodasi secara harian berupa kamar-kamar di dalam I (satu) bangunan yang dapat dilengkapi dengan jasa pelayanan makan dan minum, kegiatan hiburan dan fasilitas lainnya. Huruf b Yang dimaksud dengan Bumi Perkemahan adalah usaha penyediaan akomodasi di alam terbuka dengan menggunakan tenda. Huruf c Yang dimaksud dengan Vila adalah penyediaan akomodasi berupa keseluruhan bangunan tunggal yang dapat dilengkapi dengan fasilitas, kegiatan hiburan serta fasilitas lainnya. Hufuf d Yang dimaksud dengan Pondok Wisata adalah penyediaan akomodasi berupa bangunan rumah tinggal yang dihuni oleh pemiliknya dan dimanfaatkan sebagian untuk disewakan dengan memberikan

kesempatan kepada wisatawan untuk berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari pemiliknya. Pasal 9 Ayat (1) Pasal 10 Yang dimaksud dengan Usaha Penyelenggaraan Kegiatan Hiburan dan Rekreasi adalah usaha penyelenggaraan kegiatan berupa usaha seni pertunjukan, arena permainan, karaoke, serta kegiatan hiburan dan rekreasi lainnya yang bertujuan untuk pariwisata, tetapi tidak termasuk di dalamnya wisata tirta dan spa. Huruf a Yang dimaksud dengan Gelanggang Olahraga adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk berolahraga dalam rangka rekreasi dan hiburan. Huruf b Yang dimaksud dengan Gelanggang Seni adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk melakukan kegiatan seni atau monoton karya seni dan/atau pertunj ukan seni. Huruf c Yang dimaksud dengan Panti Pijat adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas pemijatan dengan tenaga pemijat yang terlatih. Huruf d Yang dimaksud dengan Taman Rekreasi adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas untuk berekreasi dengan bermacam-macam atraksi. Hurufe Ayat 2 Yang dimaksud dengan Karaoke adalah usaha yang menyediakan tempat dan fasilitas menyanyi dengan atau tanpa pemandu lagu. Ayat 3 Ayat (l ) Yang dimaksud dengan Usaha Wisata Tirta adalah usaha penyelenggaradn wisata dan olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara komersial di perairan laut, pantai, dan sungai. Huruf a Yang dimaksud dengan Wisata Bahari adalah penyelenggaraan wisata dan olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara komersial di perairan laut.

Pasal I I Pasal 12 Pasal 13 Huruf b Ayat (2) Yang dimaksud dengan Wisata Sungai adalah adalah penyelenggaraan wisata dan olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan prasarana sertajasa lainnya yang dikelola secara komersial di perairan sungai. Ayat (3) Yang dimaksud dengan Usaha Wisata Spiritual adalah usaha pengelolaan wisata religi, meditasi dan atau yoga. Huruf a Yang dimaksud dengan Wisata Relegi adalah perjalanan wisata terkait dengan kepercayaan/ keyakinan dengan melakukan aktifitas berwisata atau mengunjungi tempat-tempat suci atau tempat-tempat lainnya yang disucikan untuk melaksanakan ibadah. Huruf b Yang dimaksud dengan Wisata Meditasi adalah perjalanan wisata mengunjungi tempat-tempat hening, tenang dan damai untuk perenungan diri, penjernihan pikiran seperti goa-goa alam, asram atau tempat lainnya yang dianggap dapat menciptakan keheningan untuk melakukan meditasi. Huruf c Yang dimaksud dengan Wisata yoga adalah perjalanan wisata mengunjungi tempat khusus untuk melakukan yoga dengan dibimbing oleh guru yoga. Ayat (l), Ayat(z) Ayat(3) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan danlatau badan usaha perorangan yang memenuhi kreteria usaha mikro.sedangkan Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun

Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal l8 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal22 Pasal 23 Pasal24 Ayat (4) tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kreteria usaha kecil. Yang dimaksud dengan Kawasan Pariwisata adalah usaha pembangunan dan/atau pengelolaan kawasan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata sesuai peraturan perundang-undangan. Pasal 25, Pasal 26 Pasal2T Pasal 28

Pasal29 Pasal 30 Pasal 3 I Pasal 32 Pasal 33 Pasal 34 Cukup.jelas Pasal 35 Pasal 36 Pasal 37 TAMBAHAN BERITA DAERAH KABUPATEN GIANYAR NOMOR 83