BAB I PENDAHULUAN. dan potensi yang dimilikinya.oleh karena itu, sangat diperlukan adanya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam setiap proses kehidupan, manusia mengalami beberapa tahap

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

BAB I PENDAHULUAN. juga dirasa sangat penting dalam kemajuan suatu negara karena berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN. secara terpadu. UU RI No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. hidup di zaman yang serba sulit masa kini. Pendidikan dapat dimulai dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. pada meningkatnya hubungan antara anak dengan teman-temannya. Jalinan

BAB I PENDAHULUAN. Proyek konstruksi merupakan suatu industri yang melibatkan kerjasama yang

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Pada hakekatnya pendidikan merupakan sarana yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. malu, benci, dan ketakberdayaan pada realitas hidup. Stres bisa menyerang siapa

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Manusia menurut kodratnya merupakan makhluk sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. cenderung bereaksi dan bertindak dibawah reaksi yang berbeda-beda, dan tindakantindakan

KECERDASAN EMOSI PESERTA DIDIK PADA KELAS AKSELERASI DI SMP NEGERI 1 PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Syifa Zulfa Hanani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Goleman (1993), orang yang ber IQ tinggi, tetapi karena

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. 1. perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

BAB I PENDAHULUAN. tinggi dalam belajar, seseorang harus memiliki Intelligence Quotient (IQ) yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

JURNAL. Hubungan Kematangan Emosi Siswa dengan Pergaulan Teman Sebaya Kelas VII SMP Negeri 5 Tulungagung Tahun Ajaran 2016/2017

BAB I PENDAHULUAN. Mengacu pada fase usia remaja di atas, siswa Sekolah Menengah Atas. seperti kebutuhan akan kepuasan dan kebutuhan akan pengawasan.

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kemampuan mahasiswa itu sendiri, karena pada kenyataannya di antara

BAB I PENDAHULUAN. Mencuatnya prestasi gemilang Gita Gutawa, meski masih berusia belia,

GAMBARAN KECERDASAN EMOSIONAL PADA SISWA KELAS V DI SDN PERWIRA III BEKASI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Hampir setiap hari kasus perilaku agresi remaja selalu ditemukan di media

BAB I PENDAHULUAN. karena sumber daya manusia secara aktif mendorong produktifitas. karena itu perusahaan harus selalu memperhatikan, menjaga, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pengembangan pendidikan, seperti dengan perbaikan kurikulum. seperti dari Inggris, Singapura dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk mengerti dan mengendalikan emosi (Susilo, 2008). rasional berfungsi utama pada jenis Homo sapiens, makhluk mamalia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif untuk mencapai suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. unik dan mereka lebih tertarik dengan dirinya sendiri hanya saja sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB 1 PENDAHULUAN. kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

BAB I PENDAHULUAN. R. Masri, Sareb. Menulis: Meningkatkan Dan Menjual Kecerdasan Verbal Dan Linguistic Anda. (Malang: Penerbit Dioma, 2002), hlm.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap orang lain, khususnya terhadap lawan jenis. Perasaan saling mencintai,

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. mengubah emosi, sosial dan intelektual seseorang. Menurut Tudor (dalam Maurice

KORELASI ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEMEN TAHUN AJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang humanistic skill dan professional skill. Sehingga nantinya dapat

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. para pekerja seks mendapatkan cap buruk (stigma) sebagai orang yang kotor,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. dan pendidikan tinggi ( Mengenyam pendidikan pada

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Pendidikan merupakan usaha. sadar dan terencana untuk mewujudkan susasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyenangkan dan muncul dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat kesulitan,

BAB I PENDAHULUAN. Terkadang dalam prakteknya, anak tidak selalu memahami arti. mendengarkan ceramah dari guru, mengerjakan tugas, dan belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan individu maupun kelompok. Begitu juga dengan siswa diusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tanpa karakter adalah manusia yang sudah membinatang. Orang orang

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang harus hidup di tengah lingkungan sosial. Melalui proses sosialisasi. mengadakan interaksi sosial dalam pergaulannya.

Interpersonal Communication Skill

BAB II KAJIAN TEORI. hakikatnya pengalaman emosional akan selalu mengalir dan berkelanjutan dalam

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang

ARIS RAHMAD F

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa depan bangsa adalah tanggung jawab bersama, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa pendidikan akan sulit

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai perubahan salah satunya perubahan emosi. Menurut Goleman

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI JURUSAN IPS SMA PGRI 2 KAYEN TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan merupakan anugerah Allah Subhanahuwatallah yang tidak ternilai

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL, KONSEP DIRI, DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI DI KECAMATAN PITURUH

BAB I PENDAHULUAN. Bimo Walgito. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar Edisi Ke Dua). Yogyakarta, 1999, Andi Offset hlm.57

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. depan, seperti pendidikan formal di universitas mahasiswa diharapkan aktif, kunci

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan kegiatan interaksi sosial.interaksi sosial ini tidak dapat bejalan dengan baik jika seseorang tidak dapat menyadari dirinya dan tidak dapat pula memahami tentang fungsi dan potensi yang dimilikinya.oleh karena itu, sangat diperlukan adanya kecerdasan emosional dari dalam diri individu tersebut agar keberadaan individu lebih bermakna di tengah-tengah masyarakat sekitar. Pada dasarnya, pengertian kecerdasan emosional adalah suatu dimensi kemampuan yang berupa keterampilan emosional dan sosial yang kemudian membentuk watak dan karakteristik di dalamnya terkandung kemampuan-kemampuan seperti kemampuan mengendalikan diri, empati, motivasi, semangat kesabaran, ketekunan dan keterampilan sosial. Dalam melakukan kegiatan sehari-hari seseorang akan selalu berinteraksi dengan orang lain. Tetapi kemampuan seseorang untuk berinteraksi dengan orang lain itu berbeda-beda, ada orang yang mudah menerima masukan dan komentar orang lain dan ada juga yang tidak mudah menerima masukan dan komentar orang lain. Selain itu dalam berinteraksi, seseorang harus bisa mengontrol semua tingkah lakunya agar tidak menyinggung perasaan orang lain. 1

2 Oleh karena itu seseorang harus memiliki kecerdasan antar pribadi agar bisa berinteraksi dengan baik dalam masyarakat. Pendapat tersebut sesuai dengan adalah kemampuan memahami orang lain: apa yang memotifasi mereka, bagaimana mereka bekerja, dan bagaimana bekerja bahu membahu dengan mereka. 1 Sebagai mahluk sosial, setiap manusia membutuhkan kehadiran orang lain untuk menjalani hidupnya. hal ini terkait dengan bagaimana seseorang melakukan interaksi sosial dimana individu tersebut tinggal. individu yang mengalami kecerdasan emosi yang baik akan mampu dan mudah untuk berhubungan dengan orang lain karena mampu berempati, memotivasi diri, serta mampu mengelola emosi orang lain. faktor tinggi rendahnya kecerdasan emosi dan interaksi sosial yang dimiliki oleh setiap individu khususnya para siswa berperan penting dalam keberhasilan penyesuaian sosialnya. Kecerdasan emosional adalah kemampuan memahami perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri maupun orang lain. Kecerdasan emosi lebih ditujukan kepada upaya mengendalikan, memahami dan mewujudkan emosi agar terkendali dan dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah kehidupan, terutama yang terkait dengan kehidupan manusia. 2 1 Agus Efendi, Refulusi Kecerdasan Abad 21, (Bandung: AlfaBeta, 2005),hal. 170. 2 Daniel Goleman. Kecerdasan Emosi Untuk Mencapai Puncak Prestasi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2000),hal. 222.

3 Kecerdasan emosional merupakan pengendalian diri untuk mencapai hal yang lebih baik, tidak mengikuti hawa nasfu yang hanya merugikan dirinya sendiri.dan orang yang mempunyai kecerdasan emosional yang rendah diartikan orang yang lemah yang selalu mengikuti hawa nafsunya tanpa memperhatikan akibat buruk dari perbuatanya. Kecerdasan emosi juga berhubungan dengan kemampuan kita untuk memahami dan mengelola emosi kita sendiri yang berupa ketakutan, kemarahan, agresi, dan kejengkelan. 3 Sedangkan Interaksi sosial adalah hubungan anatara individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat hubungan yang saling timbal balik. Interaksi sosial merupakan kunci semua kehidupan sosial. Dengan tidak adanya komunikasi ataupun interaksi antar satu sama lain maka tidak mungkin ada kehidupan bersama. 4 Pada masa remaja seseorang memasuki status sosial yang baru, ia dianggap bukan lagi anak-anak, karena pada masa remaja terjadi perubahan fisik yang sangat cepat sehingga menyerupai orang dewasa, maka seorang remaja juga sering diharapkan bersikap dan bertingkah laku seperti orang dewasa. Pada masa remaja, seseorang cenderung untuk menggabungkan diri dalam kelompok teman 3 Andreas Hartono. EQ Parenting, Cara Praktis Menjadi Orang Tua Pelatih Emosi, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2012),hal. 8. 4 Soerjono Soekanto. Soiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2013)

4 sebaya.kelompok sosial yang baru ini merupakan tempat yang aman bagi remaja.pengaruh kelompok ini bagi kehidupan mereka juga sangat kuat, bahkan seringkali melebihi pengaruh keluarga. Keinginan untuk bisa sama dengan yang lain, untuk bisa diterima oleh suatu kelompok cukup tinggi. Maka, tidak heran jika terkadang seseorang akan bersedia melakukan apapun, selama ia bisa diterima oleh kelompok tersebut. Karena rasa ingin diakui cukup tinggi pada masa-masa ini. Karena bagi sebagian orang mereka yang akan dikucilkan oleh kelompok merupakan hal yang dapat menyebabkan stres, frustasi, dan rasa sedih. Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi.mencapai kematangan emosional merupakan tugas perkembangan yang sangat sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial-emosional lingkungannya, terutama lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya. Dalam menghadapi ketidak nyamanan emosional tersebut, tidak sedikit remaja yang mereaksinya secara defensif, sebagai upaya untuk melindungi kelemahan dirinya. Reaksi yang diberikan biasanya seperti: a) Agresif: melawan, keras kepala, bertengkar, berkelahi dan senang mengganggu

5 b) Melarikan diri dari kenyataan: melamun, pendiam, senang menyendiri, dan meminum minuman keras atau obat-obatan terlarang. Santrock mengatakan interaksi sosial di sekolah merupakan interaksi sosial yang lebih luas dibanding interaksi sosial saat berada di dalam rumah.dimana dalam lingkungan sosial tersebut siswa tidak paham betul mengenai watak, perilaku maupun kebiasaan teman maupun guru di sekolah.sehingga dalam interaksi tersebut siswa harus mampu melaksanakan peranya dengan baik melalui perilaku maupun secara emosi agar bisa berinteraksi dengan baik terhadap lingkunganya. Lingkungan sosial remaja memberikan konsep yang baik dan tidak baik, patut dan tidak patut dan layak dan tidak layak.seiring berjalanya waktu individu tidak begitu saja menerima konsep tersebut, namun dalam diri individu akan mengalami dilema dan pertentangan dalam menentukan lingkungan sosial yang dapat menerima dirinya. Dalam mencari jati dirinya, remaja mulai memiliki keinginan untuk bergabung dengan kelompok lain. Pergaulanya yang dulu terbatas dengan keluarga, tetangga dan teman-teman sekolah, saat ini dia ingin lebih meluaskan pergaulanya sehingga tidak jarang mereka meninggalkan rumah. Di lingkungan sekolah siswa akan membentuk suatu kelompok-kelompok kecil sesuai dengan

6 kehidupan yang sedang dialaminya misalnya kelompok anak pintar, kelompok anak orang kaya dan kelompok-kelompok lainya. Mulyono dalam Permana menyatakan kaburnya peran remaja dalam lingkunganya mengakibatkan remaja mulai membentuk kelompok-kelompok. Penggabungan diri dengan anggota kelompok lain sebenarnya merupakan usaha mencari nilai-nilai baru dan ingin berjuang mencapai nilai-nilai itu, sebab remaja mulai meragukan kewibawaan dan kebijaksanaan orang tua, norma-norma yang ada dan sebagainya. Goleman mengatakan bahwa koordinasi suasana hati adalah inti dari hubungan sosial yang baik. Apabila seseorang pandai menyesuaikan diri dengan suasana hati individu yang lain atau berempati, orang tersebut akan memiliki tingkat emosional yang baik dan akan lebih mudah menyesuaikan diri dalam pergaulan sosial serta lingkungan. Kecerdasan emosional atau di kenal dengan EQ (emotional quotient) adalah kemampuan seseorang untuk menerima, menilai, mengelola, serta mengontrol emosi dirinya dan orang lain di sekitarnya.. 5 Djumhur&Surya dalam Permana mengatakan melalui interaksi-interaksi sosial yang dilakukan siswa dengan teman maupun guru di lingkungan sekolah diharapkan akan memberikan perubahan yang positif bagi siswa baik secara psikologis maupun secara akademis. Namun demikian, masih ada beberapa 5 Goleman,D. Kecerdasan Emosional, Mengapa EI lebih penting dari pada IQ. (Jakarta:Gramedia Pustaka Utama, 2000), hal. 64

7 siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan sosialisasi dengan lingkungan sekolahnya. Padahal dengan bersosialisasi dengan memberikan banyak peluang bagi siswa untuk menambah pengalaman, pengetahuan dan memperoleh kesempatan dalam menyampaikan pendapat serta pandangan-pandangan terhadap banyak hal.siswa yang kesulitan dalam melakukan interaksi sosial cenderung lebih menutup diri, menyendiri atau lebih banyak pergi ke perpustakaan untuk membaca buku dibanding bermain dengan teman di sekolahnya. Inilah yang menyebabkan terjadi kesenjangan dalam pergaulan di sekolah karena siswa yang lebih mudah bergaul dengan siswa yang lain akan mudah mendapat teman atau mudah diterima oleh suatu kelompok, lebih mudah dikenal guru di sekolah dibanding dengan siswa yang cenderung pendiam dan menyendiri. Untuk itulah diperlukan dukungan dari banyak pihak di sekolah agar siswa siswi yang memiliki kemampuan bersosialisasi yang kurang dalam berinteraksi di sekolah diberikan bimbingan yang merupakan suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri demi tercapai tingkat kemampuan bersosialisasi yang optimal.

8 Interaksi sosial yang terjadi di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo bojonegoro dapat dikatakan baik, hal ini dapat dilihat dari kedekatan siswa baik dengan sesama teman maupun dengan guru saat berada didalam lingkungan sekolah maupun diluar sekolah.namun tidak menutup kemungkinan jika ada beberapa siswa yang kurang memiliki kecerdasan emosional, menyadari akan emosi mereka yang masih labil sehingga dimungkinkan mereka merasa kesulitan untuk berinteraksi jika dihadapkan dengan banyak orang yang memiliki karakter berbeda. Dari pemaparan diatas dapat dikatakan bahwa seseorang yang dapat berinteraksi sosial dengan baik maka dia juga memiliki kecerdasan emosional Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dalam Interaksi Sosial Siswa Di SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo Bojonegoro. B. Rumusan Masalah Berdasarkan fokus penelitian tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana tingkat kecerdasan emosional siswa SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo Bojonegoro? 2. Bagaimana bentuk interaksi sosial siswa SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo Bojonegoro?

9 3. Adakah hubungan antara kecerdasan emosional terhadap interaksi sosial siswa SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo Bojonegoro? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional siswa SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo Bojonegoro. 2. Untuk mendiskripsikan dan menjelaskan bentuk interaksi sosial siswa SMK Muhammadiyah 2 SumberrejoBojonegoro. 3. Untuk mendiskripsikan hubungan antara kecerdasan emosional terhadap interaksi sosial siswa SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo Bojonegoro. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitan ini mencakup dua hal, yaitu: 1. Manfaat Akademik Ilmiah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi dalam ilmu pengetahuan dan mengembangkan teori hubungan Kausal. Khususnya di Jurusan Kependidikan Islam Konsentrasi Bimbingan Konseling Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya dan masyarakat luas pada umumnya. 2. Manfaat Sosial Praktis

10 Untuk siswa Penelitian ini dapat membantu siswa untuk lebih memahami akan pentingnya sebuah kecerdasan emosional dalam berinteraksi dengan orang lain. Untuk guru bimbingan dan konseling Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu guru untuk lebih memberikan banyak informasi pada anak-anak didik mereka dalam berinteraksi sosial. Untuk peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai ilmu yang berharga dalam kehidupan.dan dapat dijadikan acuan ketika nanti terjun langsung di lembaga pendidikan. E. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahan pemahaman, maka menurut penulis perlu adanya penjelasan berbagai istilah yang ada pada judul skripsi ini : 1. Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosional adalah kemampuan-kemampuan seperti mampu untuk memotivasi diri sendiri dan bertindak gigih/bertahan menghadapi keadaan-keadaan yang frustasi; mengendalikan dorongan hati/rangsangan

11 dan tidak melebih-lebihkan kesenangan; mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati, dan berdoa. Contoh: percaya diri, memahami orang lain dan menjaga perasaan sesame teman. 2. Interaksi Sosial Interaksi sosial yaitu hubungan timbal balik yang dinamis anatra individu dan individu, antara individu dan kelompok, atau antara kelompok dan kelompok baik dalam kerja sama, persaingan, ataupun pertikaian.contoh: Hubungan antara siswa dengan kawanya, dan hubungan antara siswa dengan guru. F. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dalam penulisan skripsi ini merupakan keseluruhan ringkasan isi penelitian yang terdiri dari 5 Bab yang dalam setiap babnya terdapat sub-sub bab. Sub-sub bab tersebut menjelaskan isi dari penulisan skripsi ini. maka sistematika pembahasan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: BAB I merupakan Pendahuluan, yang berisi tentang gambaran umum permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, yang terdiri dari : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi Operasional dan Sistematika Pembahasan.

12 BAB II tentang Kajian Teori, Bab ini menjelaskan secara rinci tentang kajian kajian teori yang terdiri dari: a) Kecerdasan emosional (pengertian, ciriciri, aspek kemampuan, factor yang mempengaruhi). b) Interaksi sosial ( pengertian, macam-macam, bentuk-bentuk, ciri-ciri, syarat terjadinya, faktor yang mempengaruhi). c) Hubungan antara kecerdasan emosional dalam interaksi sosial. d) Hipotesis penelitian. BAB III tentang Metode Penelitian, yang menerangkan metode penelitian diantaranya berupa lokasi penelitian, pendekatan dan jenis penelitian, obyek penelitian, variabel penelitian, jenis data, metode pengumpulan data, populasi dan sampel penelitian, instrument penelitian, serta analisis data. BAB IV tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang berisi tentang penjelasan laporan secara singkat mengenai hasil penelitian lapangan, yang terdiri dari :Pertama, Deskripsi Wilayah Penelitian, meliputi : Keberadaan SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo Bojonegoro, Visi dan Misi SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo Bojonegoro. Kedua, Pembahasan : Interaksi sosial Siswa SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo Bojonegoro. tingkatkecerdasan emosional siswa yang berpengaruh pada tingkat interaksi sosial siswa SMK Muhammadiyah 2 Sumberrejo Bojonegoro. Setelah itu penulis memaparkan penyajian data dan juga analisis data yang sangat erat kaitannya dengan penulisan ini.

13 Bab V merupakan bab penutup, yang membahas tentang kesimpulan jawaban dari rumusan masalah serta hasil dari pengujian hipotesis serta saransaran.