BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit ginjal kronik (PGK) disebut sebagai penyakit renal tahap akhir yang merupakan gangguan fungsi renal yang progesif dan irreversibel dimana terjadinya kegagalan kemampuan tubuh dalam mempertahankan metabolisme dan keseimbangan dan elektrolit sehingga menyebabkan uremia (retensi urea) dan sampah nitrogen lain dalam darah (Smeltzer & Bare, 2002). Prevalensi penyakit ginjal kronik di Amerika setiap tahun mengalami peningkatan 2,1% dan diperkirakan tahun 2011 meningkat diatas 570.000 yang terdiri dari 370.274 pasien hemodialisis dan 27.522 pada dialisis peritoneal, serta 172.553 dengan transplantasi ginjal (USRDS, 2011). Jumlah PGK di Indonesia tahun 2002 sebesar 2149 dan tahun 2006 prevalensi PGK meningkat menjadi 4656, sedangkan insiden PGK di Jawa tengah tahun 2002 sebesar 806 tahun 2006 sebesar 1328 (Prodjosudjadi & Suhardjono, 2009). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di ruang hemodialisa RSUD Kota Semarang, jumlah pasien yang menjalani hemodialisa tahun 2013 adalah 58 penderita PGK. Penyakit ginjal kronik membutuhkan terapi pengganti ginjal yaitu dialisis (Hemodialisa dan Peritoneal Dialisis) yang merupakan suatu proses untuk mengeluarkan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak mampu melaksanakan proses tersebut, tujuan dari dialisis yaitu untuk mempertahankan kehidupan dan kesejahteraan pasien sampai fungsi ginjal dapat kembali seperti semula (Smeltzer & Bare, 2002). Pasien penyakit ginjal kronik dalam mempertahankan hidupnya selain menjalani hemodialisis juga dianjurkan untuk melakukan pembatasan asupan. Pembatasan sangat penting bagi karena bila tidak melakukan pembatasan asupan akan mengakibatkan edema, hipertensi, hipertropi ventrikuler kiri, dan lama hidup pasien akan 1
2 menumpuk didalam tubuh. Kondisi ini akan meningkat tekanan darah dan memperberat kerja jantung, sehingga dianjurkan bagi pasien penyakit ginjal kronik untuk patuh dalam membatasi jumlah asupan (Sari, 2009; Smeltzer & Bare, 2002). Berdasarkan penelitian Sari (2009) menyatakan kepatuhan responden terhadap pembatasan asupan yang tidak patuh 66,7 % dan yang patuh 33,7 %, dan faktor yang kepatuhan dalam pembatasan asupan yaitu pendidikan dan sikap klien gagal ginjal kronik. Penelitian lain Kamaluddin & Rahayu (2009) menyatakan responden tidak patuh 67,3 % dan yang patuh 32,7 % dalam mengurangi asupan, dan faktor yang adalah pendidikan, konsep diri, pengetahuan pasien, keterlibatan tenaga kesehatan, dan keterlibatan keluarga. Hasil studi pendahuluan di RSUD Kota Semarang dari 2 data pasien yang menjalani hemodialisa menunjukan kenaikan berat badan 6%. Carpenito (2000) dalam Maryati (2011) menyebutkan faktor yang kepatuhan yaitu pemahaman tentang instruksi, tingkat pendidikan, kesakitan dan pengobatan, keyakinan, sikap dan kepribadian, dukungan keluarga, tingkat ekonomi dan dukungan sosial. Dukungan sosial dapat menghilangkan godaan pada ketidakpatuhan dan mereka seringkali dapat menjadi kelompok pendukung untuk mencapai kepatuhan (Maryati, 2011). Seseorang yang mendapat dukungan akan merasa diperhatikan, merasa berharga, percaya diri dan menumbuhkan rasa yakin sehingga pasien mampu mentaati aturan yang harus dijalani, dan hal itu mungkin akan lebih mendukung pasien dalam kepatuhan pembatasan. Adanya dukungan sosial juga dapat membantu mengontrol asupan pasien didalam maupun diluar lingkup rumah sakit.
3 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini Apakah Ada Hubungan Dukungan Sosial Terhadap Kepatuhan Pembatasan Asupan Cairan pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Hemodialisa di RSUD Kota Semarang. C. Tujuan 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan dukungan sosial terhadap kepatuhan 2. Tujuan khusus a. Mendeskripsikan dukungan sosial yang meliputi dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasi dan dukungan persahabatan pada pasien penyakit ginjal kronik yang b. Mendeskripsikan kepatuhan pembatasan asupan pada pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisa di RSUD Kota Semarang. c. Menganalisis hubungan dukungan sosial terhadap kepatuhan d. Menganalisis hubungan dukungan emosional terhadap kepatuhan e. Menganalisis hubungan dukungan penghargaan terhadap kepatuhan f. Menganalisis hubungan dukungan instrumental terhadap kepatuhan
4 g. Menganalisis hubungan dukungan informasi terhadap kepatuhan h. Menganalisis hubungan dukungan persahabatan terhadap kepatuhan D. Manfaat Penelitian 1. RSUD Kota Semarang Hasil penelitian dapat dijadikan masukan tentang kepatuhan pasien dalam mengendalikan intake di RSUD Kota Semarang sehingga dapat dijadikan rencana melakukan asuhan keperawatan yang baik. 2. Profesi keperawatan Informasi yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan bagi petugas kesehatan dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien penyakit ginjal. 3. Masyarakat Memberikan pendidikan pada masyarakat khususnya keluarga dalam menghadapi pasien penyakit ginjal khususnya terhadap pembatasan asupan. 4. Bagi Responden Responden dapat mengetahui dampak yang terjadi apabila tidak mengendalikan intake bagi tubuh sesuai dengan anjuran. 5. Bagi peneliti lain Dapat dilakukan penelitian lagi tentang perbedaan yang mendapat dukungan sosial dengan pasien yang tidak mendapat dukungan sosial terhadap kepatuhan. E. Bidang Ilmu (KMB). Bidang ilmu dalam penelitian ini adalah Keperawatan Medikal Bedah
5 F. Keaslian Penelitian Tabel 1.1 Keaslian Penelitian No Penelitian Variabel Desain penelitian 1 Kamaluddin & Rahayu Usia, pendidikan, lama (2009) menjalani HD, keterlibatan analitik tenaga kesehatan, dengan keterlibatan keluarga pasien, rancangan konsep diri pasien, pengetahuan pasien, kepatuhan asupan 2 Sari (2009) 3 Utami (2010) 4 Andriani (2013) Usia, jenis kelamin, pekerjaan, pengetahuan, pendidikan, sikap, lama menjalani HD, informasi, dukungan keluarga kepatuhan pembatasan Pendidikan kesehatan, usia, sikap, dukungan keluarga, kualitas interaksi dengan tenaga kesehatan kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan Dukungan sosial (dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informasi, dukungan persahabatan) Kepatuhan pembatasan asupan analitik dengan rancangan korelasi, Hasil Faktor pendidikan, konsep diri, pengetahuan pasien, keterlibatan tenaga kesehatan dan keterlibatan keluarga kepatuhan dalam mengurangi asupan Faktor pendidikan dan sikap klien terdapat hubungan yang signifikan terhadap kepatuhan dalam pembatasan asupan Faktor pendidikan kesehatan, sikap, dukungan keluarga, dan kualitas interaksi dengan tenaga kesehatan terhadap kepatuhan dalam pembatasan diet dan asupan. Dukungan sosial, dukungan emosional,dukungan penghargaan, dukungan persahabatan kepatuhan pembatasan masukan