BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat : Penelitian ini dilakukan di Green House Kebun Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta. 2. Waktu : Februari-Maret 2017 B. Alat dan Bahan 1. Alat a. Blender b. Baskom c. Penyaring d. Gelas ukur e. Handsprayer f. Toples g. Kuas kecil i. Polybag j. Sekop k. Ember l. Gunting m. Kain kassa n. Bambu o. Kain tile polos h. Pisau 2. Bahan a. Alkohol 90% b. Daun kembang bulan c. Sekam padi d. Tanah e. Air f. Larva Crocidolomia binotalis g. Pupuk kandang h. Benih sawi 36
C. Variabel Penelitian 1. Uji Pendahuluan a. Variabel bebas : dosis ekstrak daun kembang bulan yaitu konsentrasi 0%, 2,5%, 5%, 7,5%, 10%, 12,5%, 15%, 17,5%, dan 20% serta pestisida sintetik. b. Variabel terikat : persentase mortalitas larva instar III Crocidolomia binotalis c. Variabel kontrol : cara pengekstrakan, volume penyemprotan ekstrak, cara penyemprotan ekstrak, bibit sawi, tempat penyemaian, waktu penyiraman, media tanam, umur tanaman sawi, dan umur larva Crocidolomia binotalis. Berdasarkan perlakuan pemberian ekstrak daun kembang bulan pada larva instar III Crocidolomia binotalis, diperoleh data akumulasi mortalitas larva hasil uji pendahuluan sebagai berikut. 37
Tabel 1. Data Akumulasi Mortalitas Larva Crocidolomia binotalis Pasca Perlakuan Variasi Dosis Ektrak Daun Kembang Bulan Jumlah Larva Dosis (%) 25 0 25 2,5 25 5 25 7,5 25 10 25 12,5 25 15 25 17,5 25 20 25 Pestisida Sintetis Pengamatan Ulangan I II III IV V Jumlah 1 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 2 2 2 1 2 1 8 1 1 1 0 2 0 2 2 2 1 2 2 9 1 1 2 1 0 2 2 2 3 2 2 2 11 1 2 1 2 2 1 2 3 2 3 4 2 14 1 2 3 2 2 2 2 2 4 4 3 4 17 1 3 3 3 2 3 2 4 3 5 4 4 20 1 3 3 4 3 4 2 4 5 5 3 5 22 1 5 5 5 4 5 2 5 5 5 5 5 25 1 5 5 5 5 5 25 2 5 5 5 5 5 Berdasarkan hasil pengamatan pada uji pendahuluan, diketahui bahwa mortalitas larva Crocidolomia binotalis semakin meningkat seiring meningkatnya dosis ekstrak daun kembang bulan. Mortalitas tertinggi pada dosis 20% yang mematikan 100% larva Crocidolomia binotalis. Berdasarkan hasil tersebut, dosis 20% dijadikan acuan untuk dosis pada uji definitif, yaitu dosis di bawah 20% dan dosis di atas 20%. 2. Uji Definitif a. Variabel bebas : dosis ekstrak daun kembang bulan konsentrasi 0%, 15%, 17,5%, 20%, 22,5%, dan25% dan pestisida sintetik. 38
b. Variabel terikat : persentase mortalitas hama Crocidolomia binotalis, jumlah larva Crocidolomia binotalis yang menjadi pupa, dan tingkat kerusakan tanaman sawi. c. Variabel kontrol : cara pengekstrakan, volume penyemprotan ekstrak, cara penyemprotan ekstrak, bibit sawi, tempat penyemaian, waktu penyiraman, media tanam, umur tanaman sawi, dan umur larva Crocidolomia binotalis. D. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini disusun berdasarkan rancangan penelitian eksperimen yang terdiri dari enam perlakuan variasi dosis ekstrak daun kembang bulan dan satu dosis pestisida sintetik sebagai kontrol positif, dan masing-masing dosis perlakuan terdiri dari lima ulangan. Enam perlakuan variasi dosis ekstrak daun kembang bulan dan satu dosis pestisida sintetik yaitu sebagai berikut : P0 : Ekstrak 0% P1 : Ekstrak 15% P2 : Ekstrak 17,5% P3 : Ekstrak 20% P4 : Ekstrak 22,5% P5 : Ekstrak 25% P6 : Pestisida sintetik 39
E. Prosedur Kerja 1. Penyemaian benih sawi a. Benih sawi direndam di dalam wadah yang berisi air. b. Benih yang tenggelam adalah benih yang digunakan. c. Media untuk penyemaian yang digunakan adalah tanah. d. Tanah dimasukkan kedalam trai penyemaian dan benih sawi yang terpilih disebar di atas permukaaan tanah kemudian ditutup kembali dengan tanah setinggi 0,5cm. e. Penyemaian dilakukan selama 14 hari dan dilakukan penyiraman di pagi dan sore hari. 2. Persiapan media tanam a. Media tanam yang digunakan adalah tanah, pupuk kandang dan sekam padi dengan perbandingan campuran 2:1:1 b. Campuran ketiga bahan tersebut dimasukkan dalam polybag berukuran 25x30 cm. 3. Penanaman dan pemeliharaan tanaman sawi a. Benih sawi yang telah tumbuh dan mempunyai 3-4 helai daun yang tidak terinfeksi hama dan penyakit dengan ciri-ciri daun hijau, tidak layu, tidak melipat, tangkai daun panjang dan ramping berwarna hijau keputihan, dipindahkan dalam polybag yang berjumlah 35 buah. b. Masing-masing polybag berisi satu tanaman sawi. 40
c. Pemeliharaan tanaman dilakukan meliputi penyiraman di waktu pagi dan sore hari dengan handsprayer dan pengendalian terhadap gulma yang mengganggu pertumbuhan tanaman sawi. 4. Pengumpulan hama Crocidolomia binotalis a. Hama Crocidolomia binotalis yang digunakan dalam penelitian ini adalah hama Crocidolomia binotalis stadia larva yang dikumpulkan dari pertanian kubis di wilayah Ketep, Sawangan, Magelang. b. Larva yang terkumpul kemudian dipilah berdasarkan ukuran. 5. Pelepasan hama Crocidolomia binotalis a. Pelepasan hama dilakukan saat tanaman sawi menginjak umur 21 hari setelah tanam. b. Sepuluh larva instar III Crocidolomia binotalis diinfeksikan dalam satu polybag tanaman sawi. c. Proses infeksi larva dilakukan pada sore hari karena larva aktif memakan sawi pada saat malam hari sampai pagi hari. 6. Pembuatan starter ekstrak daun kembang bulan (Tithonia diversifolia (Hemsley) A. Gray) a. Daun kembang bulan segar dikumpulkan dari wilayah Muntilan, Magelang. b. Daun kembang bulan yang dipilih adalah daun nomor 3-5 dari pucuk tanaman kembang bulan. c. Daun kembang bulan ditimbang sebanyak 1000 gram. 41
d. Daun kembang bulan dihaluskan dengan cara diblender dengan ditambahkan pelarut air sebanyak 1000 ml. e. Hasil penghalusan berupa pasta kemudian diaduk secara merata selama 15 menit sambil ditambahkan alkohol 90% sebanyak 10 ml. f. Campuran didiamkan selama 24 jam agar kandungan ekstrak dapat larut sempurna dengan pelarut alkohol. g. Setelah 24 jam campuran kemudian disaring dengan penyaring yang dilapisi kain kassa. h. Hasil penyaringan tersebut digunakan sebagai starter ekstrak murni daun kembang bulan. 7. Pembuatan Variasi Dosis Ekstrak Daun kembang bulan Pembuatan variasi dosis ekstrak daun kembang bulan dari starter ekstrak daun kembang bulan yang digunakan untuk menyemprot 5 tanaman sawi per dosis, masing-masing 60 ml per tanaman (300 ml per dosis). P0 : 0% (air) P1 : ekstrak 15% (45 ml ekstrak daun kembang bulan + 255 ml air) P2 : ekstrak 17,5% (52,5 ml ekstrak daun kembang bulan + 247,5 ml air) P3 : ekstrak 20% (60 ml ekstrak daun kembang bulan + 240 ml air) P4 : ekstrak 22,5% (67,5 ml ekstrak daun kembang bulan + 225 ml air) P5 : ekstrak 25% (75 ml ekstrak daun kembang bulan + 232,5 ml air) P6 : kontrol positif (pestisida sintetik Dushban 0,5 ml + 500 ml air) 42
8. Aplikasi Perlakuan a. Aplikasi dilakukan satu hari setelah infeksi larva Crocidolomia binotalis pada tanaman sawi. b. Penyemprotan menggunakan handsprayer. c. Setiap tanaman sawi disemprot ekstrak daun kembang bulan sebanyak 60 ml. d. Waktu penyemprotan dilakukan pada sore hari pukul 16.00-17.00. Penyemprotan dilakukan sore hari karena larva Crocidolomia binotalis aktif memakan daun sawi saat sore sampai pagi hari. e. Penyemprotan dilakukan secara teratur setiap 2 hari sekali sebanyak 3 kali penyemprotan. 9. Peubah Amatan a. Persentase mortalitas hama Crocidolomia binotalis 1. Pengamatan terhadap mortalitas larva dimulai dari satu hari setelah penyemprotan. 2. Penyemprotan dilakukan sebanyak tiga kali. 3 Persentase mortalitas hama dihitung pada hari ke 6 pasca infeksi hama. 4. Persentase mortalitas hama dihitung dengan rumus : Keterangan : M = Persentase mortalitas m = Jumlah larva yang mati N = Jumlah seluruh larva yang diinfeksikan 43
b. Persentase larva Crocidolomia binotalis yang menjadi pupa Persentase perubahan larva menjadi pupa dihitung dengan rumus : Keterangan : P = Persentase pupa p = Jumlah larva yang menjadi pupa N = Jumlah larva yang masih hidup F. Teknik Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah analisis homogenitas dan normalitas untuk mengetahui apakah data homogen dan dari distribusi data yang normal kemudian dilanjutkan analisis One Way ANOVA (Analysis of Variance) untuk mengetahui pengaruh perlakuan. Apabila hasil uji ANOVA signifikan atau menunjukkan terdapat pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) dengan taraf nyata 5% untuk mengetahui perbedaan dari masing-masing perlakuan. 44