BAB I PENDAHULUAN. teknologi di Indonesa sangat pesat. 1 Teknologi Informasi dan Komunikasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SURAT EDARAN Nomor: SE/ 06 / X /2015. tentang PENANGANAN UJARAN KEBENCIAN (HATE SPEECH)

No. Aturan Bunyi Pasal Catatan 1. Pasal 156 KUHPidana

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. ayat 3 Undang-Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI) tahun 1945

SURAT EDARAN. Nomor: SE/06/X/2015. tentang PENANGANAN UJARAN HATE KEBENCIAN SPEECH ( ) Rujukan:

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. dan media elektronik yang berfungsi merancang, memproses, menganalisis,

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi yang ditandai dengan munculnya internet yang dapat

Ancaman UU ITE terhadap Pengguna Media Sosial

BAB I PENDAHULUAN. sadar bahwa mereka selalu mengandalkan komputer disetiap pekerjaan serta tugastugas

Makalah Kejahatan E-Commerce "Kasus Penipuan Online" Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN


DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi dari tahun ke tahun semakin cepat. Hal yang paling

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

Perbuatan yang Dilarang dan Ketentuan Pidana UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI TRANSAKSI ELEKTRONIK DENGAN

BAB I PENDAHULUAN. macam informasi melalui dunia cyber sehingga terjadinya fenomena kejahatan di

tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan muatan yang melanggar kesusilaan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan norma hukum tentunya tidaklah menjadi masalah. Namun. terhadap perilaku yang tidak sesuai dengan norma biasanya dapat

BAB I PENDAHULUAN. tinggi tingkat budaya dan semakin modern suatu bangsa, maka semakin

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008

Surat Edaran Kapolri Tentang Ujaran Kebencian (Hate Speech), Akankah Membelenggu Kebebasan Berpendapat? Oleh: Zaqiu Rahman *

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

Berdasarkan keterangan saya sebagai saksi ahli di bidang Hukum Telematika dalam sidang Mahkamah Konstitusi tanggal 19 Maret 2009, perihal Pengujian

TINDAK PIDANA DI BIDANG MEDIA SOSIAL Oleh : Prof. Dr. H. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H.

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini pemerintah Indonesia sedang giat-giatnya

Balikpapan, 19 Agustus

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB 1 PENDAHULUAN. itu setiap kebijakan yang diambil harus didasarkan pada hukum. Hukum

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

Pembahasan : 1. Cyberlaw 2. Ruang Lingkup Cyberlaw 3. Pengaturan Cybercrimes dalam UU ITE

BAB I PENDAHULUAN. terkait korupsi merupakan bukti pemerintah serius untuk melakukan

BAB II PENGATURAN HUKUM PIDANA TERHADAP TINDAK PIDANA CYBERCRIME. A. Pengaturan hukum pidana terhadap tindak pidana cybercrime.

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai salah satu negara yang padat penduduknya.

UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK [LN 2008/58, TLN 4843]

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA. (Studi Kasus di Polres Sukoharjo)

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang penting bagi sebuah kemajuan bangsa.seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia memiliki

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

BAB I PENDAHULUAN. Prostitusi bukan merupakan suatu masalah yang baru muncul di dalam masyarakat, akan

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP CYBERBULLYING TAHUN 2016 TENTANG ITE

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

Asep Sugiarto Wina Puspitasari Universitas Negeri Jakarta ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatur proses pelaksanaannya, sekaligus melindungi para

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

JURNAL ILMIAH TINJAUAN TENTANG CYBER CRIME YANG DIATUR DALAM UNDANG- UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (ITE)

BAB I PENDAHULUAN. peradilan adalah untuk mencari kebenaran materiil (materiile waarheid)

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap undang-undang yang dibuat oleh pembuat undangundang

I. PENDAHULUAN. perhatian dunia sejak perang dunia kedua berakhir. Di Indonesia sendiri fenomena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi informasi saat ini semakin berkembang dan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. benar-benar telah menjadi budaya pada berbagai level masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus termasuk derajat kesehatannya. dengan mengusahakan ketersediaan narkotika dan obat-obatan jenis tertentu

BAB I PENDAHULUAN. informasi baik dalam bentuk hardware dan software. Dengan adanya sarana

BAB I PENDAHULUAN. oleh berbagai pihak. Penyebabnya beragam, mulai dari menulis di mailing list

BAB I PENDAHULUAN. adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum (equality

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SURAT EDARAN KAPOLRI NOMOR:SE/06/X/2015 TENTANG PENANGANAN UJARAN KEBENCIAN (HATE SPEECH) DI MEDIA SOSIAL

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dan kemajuan teknologi informasi

BAB I PENDAHULUAN. ada juga kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak. Anak yaitu seorang yang belum berumur 18 tahun dan sejak masih dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu jenis kejahatan yang paling sulit diberantas. Realitas ini

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang, dengan tujuan pokok untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. informasi dapat diakses kapan saja dan dimana saja, sehingga penyebaran. informasi dapat berjalan cepat dan tidak mengenal jarak.

BAB I PENDAHULUAN. maraknya penggunaan media elektronik mulai dari penggunaan handphone

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI TINDAK PIDANA CYBER CRIME (MAYANTARA)

Keamanan Sistem Informasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal dan menurut tata cara yang diatur dalam undang-undang untuk

Lex et Societatis, Vol. V/No. 2/Mar-Apr/2017

METODE PENELITIAN. penelitian guna dapat mengolah dan menyimpulkan data serta memecahkan suatu

KETENTUAN-KETENTUAN HUKUM PIDANA YANG ADA KAITANNYA DENGAN MEDIA MASSA. I. Pembocoran Rahasia Negara. Pasal 112. II. Pembocoran Rahasia Hankam Negara

I. PENDAHULUAN. kebosanan, serta dapat berfungsi juga sebagai media menyuarakan aspirasi,

BAB I PENDAHULUAN. resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan

POIN PENTING DALAM UU ITE

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum. Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Universitas Kristen Satya Wacana

BAB I PENDAHULUAN. saat ini adalah internet. Internet (interconnection networking) sendiri

BAB I PENDAHULUAN. dengan perjalanan waktu dan kemajuan teknologi. tiga bagian yang saling terkait, yakni adanya produksi narkotika secara gelap

Presiden, DPR, dan BPK.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, sering terjadi tindak

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2009 tentang Kesehatan pada Pasal 1 angka 1 menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. moderen demi menunjang dan mempermudah kehidupannya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. adalah bertujuan untuk mencari kebenaran materi terhadap perkara tersebut. Hal

MELINDUNGI PENGGUNA INTERNET DENGAN UU ITE

1. BAB I PENDAHULUAN. tentang kebebasan umat beragama dalam melaksanakan ibadahnya. Dasar hukum

BAB I PENDAHULUAN. yang kerap digunakan dalam konteks politik di Indonesia. Aksi saling serang antar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kebebasan Pers. Seperti yang sering dikemukakan, bahwa kebebasan bukanlah semata-mata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Fenomena minuman keras saat ini merupakan permasalahan yang cukup

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Mengenai Penegakan Hukum Pidana. 1. Penegak Hukum dan Penegakan Hukum Pidana

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan globalisasi saat ini dengan menggunakan sarana teknologi di Indonesa sangat pesat. 1 Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah Terminologi (ilmu mengenai batasan atau definisi istilah) yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi. Teknologi informasi menjadi sesuatu yang multitafsir karena selain memberikan konstribusi bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan, dan peradaban manusia, sekaligus menjadi faktor yang penting dalam perbuatan melawan hukum. Perubahan ini juga memberikan dampak yang begitu besar terhadap transformasi nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat. 2 Teknologi informasi memegang peran yang penting baik di masa kini, maupun di masa yang akan datang. 3 Pada masa modern ini perkembangan komunikasi di internet memang begitu pesat. 4 Seseorang dapat menjalin sebuah interaksi sosial secara tidak langsung tanpa harus bertatap muka satu sama lain. Hanya dengan mengakses internet atau online seseorang dapat 1 Anonim,2013, Pengaruh kemajuan teknologi informasi dan komunikasi https://icssis.files.wordpress.com/2013/09/2013-02-29.pdf diakses pada tanggal 15 maret 2016 2 Budi Suharyanto, 2013, Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cyber Crime) : Urgensi Pengaturan dan Celah Hukumnya, Jakarta : Rajawali Pers, hlm 1. 3 Agus Raharjo, 2002, Cybercrime - Pemahaman dan Upaya Pencegahan Kejahatan Berteknologi, Bandung : Citra Aditya Bakti, hlm. 1 4 Ibid hlm 3 1

berkenalan satu sama lain, berdiskusi, bahkan menjalin relasi bisnis, itu salah satu yang menjadi dampak posisif yang kita dapat menggunakan internet maupun media sosial yang lain. 5 Internet atau media sosial juga mempunyai banyak dampak negatif yang juga perlu kita cermati bersama, Peringkat Indonesia dalam kejahatan dunia maya (menggunakan internet) telah menggantikan posisi Ukraina yang sebelumnya menduduki posisi pertama. Indonesia menempati peringkat tertinggi dalam hal dunia maya. Data tersebut berasal dari penilitian Verisign, Perusahaan yang memberikan pelayanan intilijen di dunia maya yang berpusat di California Amerika Serikat. 6 Berdasarkan data yang diperoleh dari APJII (Asosiasi Penyedia Jasa internet Indonesia). Melalui Ketua Umum APJII Semuel A Pangerapan, sepanjang tahun 2014 menunjukkan pengguna naik menjadi 88,1 juta atau dengan kata lain penetrasi sekitar 34,9%. 7 Sementara itu, berdasarkan data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) menyatakan bahwa pengguna internet di Indonesia hingga saat ini telah mencapai sekitar 82 juta orang. Dengan capaian tersebut, Indonesia berada pada peringkat ke- 8 di dunia. 8 Sementara itu berdasarkan survei terbaru Baidu sekitar 59,9 juta pengguna Internet di Indonesia mengakses dunia maya itu melalui ponsel 5 Maskun, 2013, Kejahatan Siber (Cyber Crime) Suatu Pengantar, Jakarta : Kencana, hlm.17 6 Budi Suhariyanto, 2012, Tindak Pidana Teknologi Informasi (Cybercrime), Jakarta. PT RajaGrafindo Persada, Hlm 17 7 APJII, pengguna internet tahun 2014, http://www.apjii.or.id/2015 diakses pada tanggal 30 Maret 2016 8 Keminfo.go.id. http://kominfo.go.id/2015 diakses pada tanggal 30 Maret 2016 2

pintar atau smartphone. Angka itu mengalahkan persentase pengguna yang mengakses Internet melalui laptop atau netbook. 9 Dampak yang ditimbulkan dari perkembangan teknologi bukan hanya dampak positif namun ada dampak negatif. 10 Perkembangan kejahatan pun semakin luas dan beragam. Mulai dari internet abuse, hacking, cracking, carding, penyebar kebencian (hate speech) dan sebagainya. Mulai dari coba-coba sampai dengan ketagihan (addicted). Jika pada awalnya hanya untuk coba - coba, kemudian berkembang menjadi kebiasaan dan meningkat sebagai kebutuhan / ketagihan. Oleh karena itu, penulis mempunyai pilihan bahwa di Indonesia sering terjadi masalah - masalah menyangkut dunia maya. Salah satunya gejala yang terjadi di Indonesia yaitu mengenai kasus tindak pidana penyebar kebencian (hate speech). Tindak pidana penyebar kebencian (hate speech) adalah tindakan komunikasi yang dilakukan oleh suatu individu atau kelompok dalam bentuk provokasi, hasutan, ataupun hinaan kepada individu atau kelompok yang lain dalam hal berbagai aspek seperti ras,warna kulit, etnis, gender, cacat,orientasi eksual, kewarganegaraan, agama, dan lainlain. 11 Dalam arti hukum, tindak pidana penyebar kebencian (hate speech) adalah perkataan, perilaku, tulisan, ataupun pertunjukan yang dilarang 9 Tekno Tempo, 2015, 59 persen pengguna internet akses via smartphone. http://www.tempo.com/2015 diakses pada tanggal 30 Maret 2016 10 Budi Suhariyanto, Op. Cit., hlm. 3 11 Point g dan h no : se/06/x/2015 Surat Edaran Kapolri Penyebar Kebencian (hate speech) 3

karena dapat memicu terjadinya tindakan kekerasan dan sikap prasangka entah dari pihak pelaku ataupun korban dari tindakan tersebut. 12 Kasus tindak pidana penyebar kebencian (hate speech) dimana pelaku biasanya melakukan atau menyebarkan tindakan penyebar kebencian melalui berbagai media. Mulai dari spanduk atau benner, penyampaian pendapat di muka umum, ceramah keagamaaan, media massa cetak maupun elektronik, pamvlet, dan jejaring media sosial. Peristiwa ini dapat menimpa kepada siapa saja, kapan pun, dan dimana pun. 13 Publik figur seperti tokoh masyarakat, selebritas, rakyat jelata juga bisa menjadi korbannya. Kasus ini biasanya terjadi dalam lingkungan masyarakat, tetapi sering pula terjadi dalam dunia maya yakni melalui berbagai media sosial seperti facebook, twitter, personal message, dan broad cast. Maraknya kasus tindak pidana penyebar kebencian (hate speech) memaksa Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk lebih waspada dan teliti dalam menangani kasus - kasus yang berhubungan dengan pencemaran nama baik dan tindak pidana penyebar kebencian (hate speech). Kepolisian Negara Republik Indonesia mengeluarkan Surat Edaran Kapolri No: 06/X/2015 tentang Penanganan Ujaran Kebencian (Hate Speech). Yang dikeluarkan pada 8 oktober 2015 merupakan rujukan dari Kitab Undang-undang Hukum Pidana, Undang-undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Undang-undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, dikeluarkannya SE tersebut menurut 12 Ibid 13 Budi Suhariyanto, Loc.cit 4

penulis merupakan reaksi dari kepolisian dalam menanggapi maraknya hate speech. Salah satu alasan dikeluarkannya surat edaran penebar kebencian (hate speech) karena selama ini banyak anggota kepolisian yang ragu-ragu antara kebebasan berbicara dengan penebar kebencian. 14 Dalam surat edaran penebar kebencian tersebut, penebar kebencian bisa diancam pidana jika tidak mengindahkan teguran dari kepolisian. Penegakan hukum sesuai dengan : 1. Kitab Undang-undang Hukum Pidana 2. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik 3. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis 4. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial, dan 5. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2013 tentang Teknis Penanganan Konflik Sosial Menurut Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), unsur dengan sengaja dan tanpa hak selalu muncul dalam perumusan tindak pidana penyebar kebencian (hate speech). Tanpa hak maksudnya tidak memiliki alas hukum yang sah untuk 14 AgusB,2015,Detik.com http://inet.detik.com/read/2015/10/31/162708/3058728/399/alasankapolri-keluarkan-edaran-penebar-kebencian-di-medsos-dipidana diakses pada tanggal 15 maret 2016 5

melakukan perbuatan yang dimaksud. Alas hak dapat lahir dari peraturan perundang-undangan, perjanjian, atau alas hukum yang lain. Tanpa hak juga mengandung makna menyalahgunakan atau melampaui wewenang yang diberikan. Kemajuan dan kecanggihan teknologi sangat berperan besar dalam mendukung terjadinya kasus tindak pidana penyebar kebencian (hate speech). Berbagai aplikasi social networking yang tersedia saat ini seperti facebook dan twitter yang sangat mudah diakses oleh para users di seluruh dunia khususnya di Indonesia sangat memungkinkan terjadinya tindak pidana penyebar kebencian (hate speech). 15 Karena setiap orang dapat memanage dan mengolah akunnya masing - masing dengan bebas dan mudah. Berbagai hal yang dapat dilakukan didalam social media, salah satunya adalah para users yang dapat update statusnya dengan mengeluarkan statement atau pernyataan yang ditujukan kepada seseorang untuk menyindir orang tersebut dengan kata-kata dalam statusnya tersebut. Pihak yang dituju atau korban merasa tersinggung dengan pernyataan tersebut karena nama baiknya telah dicemarkan oleh statement yang dikeluarkan oleh pelaku tindak pidana penyebar kebencian (hate speech) tersebut. Jika sudah keterlaluan pihak yang merasa dirugikan oleh pernyataan tersebut dapat melaporkan kasus tersebut kepada kepolisian selaku pihak yang berwajib agar dapat memberikan hukuman kepada pelaku tindak pidana penyebar kebencian (hate speech) tersebut sesuai dengan 15 Ibid 6

pasal - pasal yang telah tercantum dalam Undang-undang. Oleh karena itu salah satunya contoh menurut informasi dan data yang diperoleh oleh penulis yaitu kasus tindak pidana penyebar kebencian (hate speech) di masyarakat terjadi di Kabupaten Situbondo, Jawa Timur: Bahwa di Kabupaten Situbondo ada beberapa kasus yang sangat menyita perhatian, salah satunya kasus tindak pidana penyebar kebencian (hate speech) karena kasus tersebut membawa beberapa nama pejabat daerah yang tinggal di Kabupaten Situbondo, dan berakhir ancaman pembunuhan. Sehingga tindak pidana penyebar kebencian (hate speech) sangat membawa dampak buruk atau dampak negatif. Seorang pegiat anti korupsi di Situbondo, Khalilur R Abdullah Sahlawiy ditahan dan ditetapkan tersangka kasus pelangaran UU RI nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).Lilur dijerat kasus ITE karena melakukan ancaman pembunuhan melalui SMS terhadap Amirul Mustafa, warga Lingkungan Karangasem Kelurahan Patokan Kecamatan Situbondo. Penahanan dilakukan setelah Lilur (sapaan akrab pegiat anti korupsi ini) menjalani pemeriksaan di Kejaksaan Negeri (Kejari) Situbondo. Penahanannya ini, dituding Lilur sangat kental dengan muatan politis, lantaran sehari sebelumnya Lilur memimpin ratusan massa melakukan demonstrasi menuntut dugaan kecurangan pelaksanaan pilkada Situbondo. Kasus ini berawal dari menyebarnya sms mengandung unsur penyebar kebencian (hate speech) dimana sms tersebut berisikan tentang menjelekkannya tokoh agama di Situbondo, pejabat Situbondo (Bupati, Kapolres, dan Dandim Situbondo) yang mengatas namakannya (lilur). Dengan menyebarnya sms tersebut membuat lilur marah karena ia tidak merasa mengirimkan dan menyebar luaskan sms tersebut. Tanpa pikir panjang lilur menuduh Amirul Mustafa lah yang menfitnah dirinya. Karena lilur merasa Amirul Mustafa adalah orang yang sangat tahu dengan gerakan kelompoknya (lilur) dalam memberantas korupsi, kemudian setelah Amir Mustofa, saya (lilur) telpon dan peringati dengan keras agar tidak mengirim sms fitnah tersebut tidak ada lagi orang lain yang mengatas namakan saya (lilur) sms tersebut berhenti total, sehingga itu yang membuat lilur yakin bahwa Amir Mustafa lah yang merupakan dalang dari menyebarnya sms fitnah tersebut. Kemudian lilur dengan sengaja dan tanpa hak 7

mengirimkan Informasi Elektronik dan Dokumentasi Elektronik yang berisikan ancama kekerasan atau menakut-nakuti yang ditujukan secara pribadi kepada Amirul Mustafa. Dengan adanya sms tersebut lilur dijerat dengan pasal 45 ayat (3) Jo 29 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. 16 Seperti contoh kasus di atas yang terjadi di Kabupaten Situbondo dan menurut penulis masih ada beberapa kasus tindak pidana penyebar kebencian (hate speech) yang sama di Polres Situbondo yang akan penulis jelaskan didalam bab III pembahasan. Dari penjelasan diatas, seharusnya yang terjadi media sosial tidak digunakan sebagai ajang penyebar kebencian. Melainkan Pemanfaatan dalam bidang teknologi informasi, media dan komunikasi seharusnya membuat perilaku seseorang menjadi lebih baik dalam berperilaku dalam sebuah masyarakat. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menyebabkan hubungan dunia menjadi tidak terhalang dengan batas dan norma yang ada sehingga dapat menimbulkan suatu perubahan dalam seluruh bidang misal bidang sosial, ekonomi, dan budaya secara cepat dan luas. Perbuatan yang dilarang dalam Pasal 28 ayat (2) UU ITE ialah dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Bunyi Pasal 28 ayat (2) UU ITE adalah sebagai berikut: 16 Hasil wawancara kepada Kanit Pidana umum (Pidum) Iptu Sadali S.H yang menangani kasus tindak pidana penyebar kebencian (hate speech) di Polres Situbondo 8

Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). 17 Ancaman pidana dari Pasal 28 ayat (2) UU ITE tersebut diatur dalam Pasal 45 ayat (2) UU ITE yaitu pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000 (satu miliar rupiah). Berdasarkan alasan - alasan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka penulis terdorong untuk melakukan kajian secara mendalam mengenai tindak pidana penyebar kebencian (hate speech). Penulis juga berkeinginan untuk mengetahui faktor - faktor yang menyebabkan terjadinya Pelaku tindak pidana penyebar kebencian (Hate Speech) di Wilayah Hukum Polres Situbondo dan bagaimana upaya penegakan hukum yang di lakukan oleh pihak Kepolisian Polres Situbondo dalam menangani kasus terhadap pelaku tindak pidana penyebar kebencian (Hate Speech). Sehingga penulis menyusun tugas akhir dengan judul Tinjauan Sosioligis Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penyebar Kebencian (Hate Speech) di Wilayah Hukum Polres Situbondo (studi di Polres Situbondo). B. Rumusan Masalah 1. Apa faktor - faktor yang menyebabkan terjadinya Pelaku tindak pidana penyebar kebencian (Hate Speech) di Wilayah Hukum Polres Situbondo? 2. Bagaimana upaya penegakan hukum yang di lakukan oleh pihak Kepolisian Polres Situbondo dalam menangani kasus terhadap Pelaku tindak pidana penyebar kebencian (Hate Speech)? 17 Ibid 9

C. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini antara lain : 1. Untuk memahami dan mengkaji apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya tindak pidana penyebar kebencian (Hate Speech) di Wilayah Hukum Polres Situbondo 2. Untuk memahami dan mengkaji bagaimana upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh pihak Kepolisian Polres Situbondo dalam menangani kasus tindak pidana penyebar kebencian (Hate Speech) D. Manfaat Penulisan 1. Manfaat Teoritis : a) Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kegunaan untuk perkembangan ilmu hukum khususnya hukum pidana. b) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi serta pedoman dalam penelitian hukum yang lain sesuai dengan bidang penelitian yang penulis teliti. 2. Manfaat Praktis : a) Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai media informasi bagi masyarakat atau praktisi hukum dan instansi terkait tentang tindak pidana penyebaran kebencian (hate speech). b) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan obyektif kepada pihak Kepolisian Resor Situbondo dalam rangka menanggulangi tindak pindana penyebaran kebencian (hate speech). 10

E. Kegunaan Penulisan Penalitian ini diharapkan berguna dalam memahami tentang tindak pidana penyebar kebencian (hate speech) yang dan menjadi solusi serta pertimbangan obyektif dalam menyikapi kasus tindak pidana penyebar kebencian (hate speech) yang dihadapi oleh Kepolisian Polres Situbondo. Sehingga penelitian ini dapat digunakan dalam memberikan masukan kepada pihak Kepolisian Polres Situbondo dalam rangka menanggulangi tindak pindana penyebar kebencian (Hate Speech). F. Metode Penelitian Dalam rangka untuk memperoleh data yang valid terkait permasalahan yang dikemukakan diatas, maka penulis menggunakan suatu metode penulisan hukum yang meliputi : 1. Metode Pendekatan Menurut Arnold Rose 18 Metodelogi pada hakikatnya memberikan pedoman, tentang cara - cara seorang penulis mempelajari, menganalisa, dan memahami lingkungan - lingkungan yang dihadapinya. Metode penelitian yang digunakan dalam menyusun penulisan hukum ini menggunakan metode. pendekatan kriminologis, yakni memperlajari kejahatan adalah mempelajari tingkah laku manusia. Edwin H.Sutherland mendefinisikan kriminologis sebagai keseluruhan ilmu pengetahuan yang bertalian dengan perbuatan jahat sebagai gejala sosial, kriminologi mencakup proses - proses Hlm. 6 18 Soerjono Soekanto, 1986, Metode Penelitian Hukum, Cetakan Ketiga,UI Press Jakarta. 11

pembuatan hukum, pelanggaran hukum dan reaksi atas pelanggaran hukum tersebut. Serta untuk mengetahui reaksi masyarakat terhadap kejahatan dan pelaku. 19 Hal ini bertujuan untuk mempelajari pandangan serta tanggapan masyarakat terhadap perbuatan - perbuatan atau gejala - gejala yang timbul dimasyarakat yang dipandang sebagai perbuatan yang merugikan atau membahayakan masyarakat luas. Berhubungan dengan terjadinya tindak pidana penyebar kebencian (hate speech) perbuatan melanggar hukum terjadi sebagai akibat atau gejala sosial dimana menghasilkan suatu tindakan melawan hukum. 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah hukum Kabupaten Situbondo. Lokasi dalam penelitian ini yaitu Kepolisian Resort Situbondo (Polres Situbondo) yang merupakan pelaksana tugas Kepolisian Negara Republik Indonesia di wilayah Provinsi Jawa Timur. Polres Situbondo terletak di JL. Jalan PB. Sudirman No. 30 Kec. Situbondo Jawa Timur 68312 Telepon: (0338) 671505, Kabupaten Situbondo. Wilayah hukum Polres Situbondo meliputi Daerah Kabupaten Situbondo. Kabupaten Situbondo adalah sebuah kawasan di Jawa Timur, Indonesia dengan pusat pemerintahan dan ibu kota kabupaten terletak di Kecamatan Situbondo. 19 Alam. A.S, 2010, Pengantar Kriminologi, Makassar : Pustaka Refleksi, hlm 2 12

Dengan dasar pertimbangan penulis bahwa Polres Kabupaten Situbondo merupakan suatu instansi yang sesuai dengan tujuan penelitian, karena semakin meningkatnya jumlah tindak pidana penyebar kebencian (hate speech) di wilyah hukum Polres Situbondo. 3. Jenis Data a) Data primer Data primer yaitu data yang diperoleh dari lokasi penelitian atau data yang bersumber atau berasal dari narasumber dan responden yang berkaitan dengan faktor-faktor yang menyebabkan semakin maraknya terjadi kasus tindak pidana penyebar kebencian (hate speech) dan bagaimana upaya penegakan hukum yang di lakukan oleh pihak Kepolisian Polres Situbondo dalam menangani kasus terhadap Pelaku tindak pidana penyebar kebencian (Hate Speech). Dalam Penelitian ini, data yang dijadikan sebagai data primer adalah hasil wawancara dengan respoden / narasumber yang berkaitan langsung dengan permasalahan yang diteliti yakni dengan pihak Kepolisian Resort Kota Situbondo (Polres Situbondo). Data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara dengan Kanit Pidana umum (Pidum) Iptu Sadali S.H yang menangani kasus tindak pidana penyebar kebencian (hate speech) di Polres Situbondo. 13

b) Data sekunder Data sekunder yaitu data pelengkap yang diperoleh secara langsung dari literatur, laporan-laporan, dokumen-dokumen, buku, majalah, buletin, peraturan perundang-undangan, maupun berita-berita sajian media cetak yang berkaitan dengan masalah penelitian yang dibahas, yaitu meliputi undang-undang : 1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2. Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. 3. Kitab Undang-undang Hukum Pidana dan Kitap Undangundang Hukum Acara Pidana. 4. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis 5. Undang-undang Nomor 7 Tahun 2012 tentang Penanganan Konflik Sosial Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2013 tentang Teknis Penanganan Konflik Sosial c) Data tersier Data tersier yaitu jenis data mengenai data-data tambahan dalam peneletian ini yang penulis butuhkan untuk membantu dalam proses penulisan proposal ini dan data tersebut bersifat sebagai data penenunjang, diantaranya yaitu mengenai 14

pengertian buku, istilah baku yang diperoleh dari ensiklopedia, kamus, glossart, dan lain-lain. 4. Teknik Pengumpulan Data Dalam melaksanakan teknik ini pengumpulan data yang digunakan dengan beberapa cara, sebagai berikut : a) Observasi Observasi untuk mengamati bagaimana fenomena kasuskasus penyebar kebencian (hate speech) yang sedang marak terjadi. b) Wawancara Wawancara yaitu suatu cara untuk mendapatkan dan mengumpulkan data melalui tanya jawab dan dialog atau diskusi dengan Responden yang dianggap mengetahui banyak tentang masalah penelitian. Wawancara peneliti lakukan dengan pihak Kepolisian Resort Kota Situbondo yang menangani kasus tindak pidana penyebar kebencian (Hate Speech) dan bagaimana upaya penegakan hukum yang di lakukan oleh pihak Kepolisian Polres Situbondo dalam menangani kasus terhadap Pelaku tindak pidana penyebar kebencian (Hate Speech). c) Dokumentasi Dokumentasi merupakan suatu pekerjaan yang bertugas mengumpulkan, menyusun, mencari, menyelidiki, meneliti, 15

dan mengolah serta memelihara dan juga menyiapkan sehingga menjadi dokumen baru yang bermanfaat. 5. Teknik Analisa Data Teknik analisa data merupakan pengumpulan data dari hasil yang diteliti maka akan dilakukan analisa deskriptif kualitatif, kemudian disajikan secara deskriptif yaitu menjelaskan, menguraikan, dan menggambarkan sesuai dengan permasalahan penelitian hukum. G. Sistematika Penulisan Pada penelitian ini, penulis membagi pembahasan ke dalam empat bab, dimana setiap bab dibagi atas beberapa sub-bab, sistematika penulisannya secara singkat adalah sebagai berikut : BAB I Bab ini memuat hal-hal yang melatarbelakangi pemilihan topik dari penulisan skripsi dan sekaligus menjadi pengantar umum di dalam memahami penulisan secara keseluruhan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya Pelaku tindak pidana penyebar kebencian (Hate Speech) di Wilayah Hukum Polres Situbondo dan bagaimanakah upaya penegakan hukum yang di lakukan oleh pihak Kepolisian Polres Situbondo dalam menangani kasus terhadap Pelaku tindak pidana penyebar kebencian (Hate Speech) yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, dan sistematika penulisan. 16

BAB II Bab ini menguraikan dan menjelaskan berbagai teori-teori hukum yang mendukung penelitian dalam membahas dan menjawab rumusan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya Pelaku tindak pidana penyebar kebencian (Hate Speech) di Wilayah Hukum Polres Situbondo dan bagaimanakah upaya penegakan hukum yang di lakukan oleh pihak Kepolisian Polres Situbondo dalam menangani kasus terhadap Pelaku tindak pidana penyebar kebencian (Hate Speech) BAB III Bab ini berisi Penulis menjawab, menguraikan dan menganalisa secara rinci dan jelas terkait rumusan masalah yang berhubungan dengan objek yang diteliti yaitu berkenaan dengan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya Pelaku tindak pidana penyebar kebencian (Hate Speech) di Wilayah Hukum Polres Situbondo dan bagaimanakah upaya penegakan hukum yang di lakukan oleh pihak Kepolisian Polres Situbondo dalam menangani kasus terhadap Pelaku tindak pidana penyebar kebencian (Hate Speech) BAB IV Bab terakhir ini adalah kesimpulan yang merupakan kristalisasi hasil analisis dan intepretasi yang dirumuskan dalam bentuk pernyataan dan merupakan jawaban atas identifikasi masalah. 17