1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu upaya untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf hidup masyarakat (Arsyad, 2003). Oleh karena itu, pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas sumber daya manusia dan masyarakat yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. Membangun kesejahteraan rakyat adalah meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang layak dan bermartabat dengan memberi perhatian utama pada tercukupinya kebutuhan dasar yaitu pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan dan lapangan kerja (Propenas, 2005). Upah dianggap sebagai salah satu alat kebijakan sosial penting dan dampakdampak potensialnya terhadap pengentasan kemiskinan dan ketidakseragaman dalam pembayaran upah seringkali disebut-sebut sebagai alasan-alasan penting bagi pemberlakuan undang-undang upah dan penerapannya secara efektif. Upah merupakan masalah yang menarik dan penting bagi suatu perusahaan, karena upah mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap pekerja. Apabila upah yang diberikan oleh suatu perusahaan di rasa sudah sesuai dengan jasa atau pengorbanan yang diberikan maka karyawan akan tetap bekerja dan lebih giat dalam bekerja (Setiadi, 2009)
2 Kenaikan Upah Minimum Regional akan berdampak langsung terhadap tenaga kerja di propinsi yang bersangkutan. Karena upah minimum merupakan pendapatan bagi buruh, maka dengan naiknya upah berarti pendapatan mereka bertambah, tambahan pendapatan mendorong naiknya pengeluaran yang selanjutnya meningkatkan permintaan pasar. Kenaikan permintaan apabila tidak diikuti oleh kenaikan penawaran di pasar akan menimbulkan kenaikan harga-harga barang jasa. Laju pertumbuhan uang beredar yang tinggi secara berkelanjutan akan menyebabkan laju inflasi yang tinggi dan laju pertumbuhan uang beredar yang rendah akan mengakibatkan laju inflasi rendah (Mulyadi,1995:588). Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan) kepada barang lainnya. Ketidakpastian inflasi ini cenderung membuat investor lebih memilih investasi asset keuangan jangka pendek daripada investasi riil jangka panjang. Itulah sebabnya otoritas moneter seringkali berargumentasi bahwa kebijakan yang anti inflasi sebenarnya adalah justru kebijakan yang pro pertumbuhan. Menurut Nanga (2005:248) inflasi yang terjadi pada perekonomian di suatu daerah memiliki beberapa dampak dan akibat yang diantaranya adalah inflasi dapat menyebabkan perubahan-perubahan output dan tenaga kerja, dengan cara memotivasi perusahaan untuk memproduksi lebih atau kurang dari yang telah dilakukannya tergantung intensitasi inflasi yang terjadi. Apabila inflasi yang terjadi dalam perekonomian masih tergolong ringan, perusahaaan berusaha akan menambah jumlah output atau produksi karena inflasi yang ringan dapat mendorong semangat kerja
3 produsen dari naiknya harga yang mana masih dapat dijangkau oleh produsen. Keinginan perusahaan untuk menambah output tentu juga dibarengi oleh pertambahan faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja. Pada kondisi tersebut permintaan tenaga kerja akan meningkat, yang selanjutnya meningkatkan penyerapan tenaga kerja yang ada dan pada akhirnya mendorong laju perekonomian melalui peningkatan pendapatan nasional. Sebaliknya, apabila inflasi yang terjadi tergolong berat (hyper inflation) maka perusahaan akan mengurangi jumlah ouput akibat tidak terbelinya faktor-faktor produksi dan perusahaan juga akan mengurangi jumlah penggunaan tenaga kerja sehingga penyerapan tenaga kerja semakin berkurang dan pengangguran bertambah. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang umumnya dipergunakan untuk melihat kesuksesan keadaan perekonomian di suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi mengukur hasil dan perkembangan suatu perekonomian dari satu periode ke periode selanjutnya. Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari proses produksi barang dan jasa yang ada di negara tersebut. Proses produksi barang dan jasa itu dapat dilihat dari produk domestik bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB) adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu negara dalam suatu tahun tertentu dengan menggunakan faktor-faktor produksi milik warga negaranya dan milik penduduk di negara-negara lain (Sukirno, 2012: 61) Beberapa penyebab laju pertumbuhan ekonomi membaik tetapi tidak memperbaiki peningkatan kesempatan kerja adalah; pertama, sumber perbaikan pertumbuhan ekonomi umumnya berasal dari konsumsi masyarakat dan pemerintah, bukan berasal dari peningkatan kapasitas perekonomian. Kedua, kebijakan politik
4 berasal dari probisnis menjadi proburuh. Hal ini mengakibatkan pasar tenaga kerja menjadi rigid dan menyebabkan peningkatan biaya tenaga kerja relative terhadap faktor produksi lainnya. Pertumbuhan ekonomi yang dibutuhkan di masa mendatang adalah pertumbuhan ekonomi yang dapat menyerap tenaga kerja. Keadaan ini akan terwujud jika penyimpangan (distostri), khususnya dalam pasar tenaga kerja yang menyebabkan peningkatan rasio terhadap biaya produksi lainnya meningkat. (Ikhsan, 2010). Peningkatan atau penurunan jumlah produk barang dan jasa ini berarti juga bahwa terjadi peningkatan atau penurunan jumlah faktor produksi yang digunakan dan salah satunya adalah tenaga kerja. PDRB digunakan untuk berbagai tujuan, tetapi yang terpenting adalah sering dianggap sebagai ukuran terbaik dari kinerja perekonomian (Mankiw,2007:23). Ketenagakerjaan merupakan aspek yang amat mendasar dalam kehidupan manusia karena mencakup dimensi sosial dan ekonomi. Tenaga kerja sebagai salah satu dari faktor produksi merupakan unsur yang penting dan paling berpengaruh dalam mengelola dan mengendalikan sistem ekonomi, seperti produksi, distribusi, konsumsi maupun investasi. Keterlibatannya dalam proses produksi menyebabkan mereka menginginkan pendapatan yang memadai, tingkat keamanan dan kenyamanan kerja, serta keuntungan lain yang dapat diperoleh. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi tidak lepas dari peran manusia dalam mengelolanya. Dimana manusia merupakan tenaga kerja, input pembangunan, dan juga merupakan konsumen hasil pembangunan itu sendiri.
5 Penyerapan tenaga kerja merupakan masalah penting dalam pembangunan nasional maupun daerah. Pembangunan itu harus mencerminkan perubahan total suatu masyarakat kehidupan yang lebih baik secara material dan spiritual (Todaro, 2000:19-20). Menurut Mulyadi (2003:55) bahwa jumlah penduduk yang makin besar telah membawa akibat jumlah angkatan kerja yang makin besar pula. Hal ini berarti makin besar pula jumlah orang yang mencari pekerjaan atau menganggur. Agar dapat tercapai keadaan yang seimbang maka seharusnya mereka semua dapat tertampung dalam suatu pekerjaan yang cocok dan sesuai dengan keinginan serta keterampilan mereka. Pernyataan ini akan membawa konsekuensi bahwa perekonomian harus selalu menyediakan lapangan-lapangan pekerjaan bagi angkatan kerja baru. Dengan demikian pembangunan ekonomi sangat diperlukan untuk memperkecil tingkat pengangguran. Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara dalam memproduksi barang atau jasa, tenaga kerja yang dalam usia kerja yaitu antara 15-64 tahun. Tiga golongan yang disebut pencari kerja, bersekolah, dan mengurus rumah tangga walaupun tidak sedang bekerja mereka dianggap secara fisik maupun sewaktu-waktu dapat ikut bekerja. Secara praktisi pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja hanya dibatasi oleh umur. Dimana tiap-tiap negara memberi batasan umur yang berbeda.(suparmoko, 1994:115). Menurut Irawan dan Suparmoko (2002:5) faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan ekonomi suatu negara dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor ekonomi dan faktor non ekonomi (seperti sistem hukum, pendidikan, kesehatan, agama, pemerintahan, dan sebagainya). Membangun kesejahteraan rakyat adalah
6 meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat yang layak dan bermartabat dengan memberi perhatian utama pada tercukupinya kebutuhan dasar yaitu pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan dan lapangan kerja. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan rumusan masalah diatas maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut: 1. Seberapa besar jumlah Upah Minimum Regional, inflasi, Pertumbuhan ekonomi dan Penyerapan Tenaga di Provinsi Pulau Jawa Tahun 2006-2015 2. Bagaimana Pengaruh Upah Minimum, inflasi, Pertumbuhan ekonomi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Pulau Jawa Tahun 2006-2015 1.3 Batasan masalah Sesuai dengan yang dituliskan dalam perumusan masalah di atas agar pembahasan ini tidak meluas, maka peneliti akan fokus pada variabel Upah Minimum, inflasi, pertumbuhan ekonomi yang mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Pulau Jawa Tahun 2006-2015. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka di dapat tujuan penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui perkembangan upah minimum, inflasi, pertumbuhan ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Pulau Jawa Tahun 2006-2015. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh upah minimum, inflasi, pertumbuhan ekonomi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Pulau Jawa Tahun 2006-2015.
7 1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan aspirasi pemikiran terhadap pengambilan kebijakan dalam hal peningkatan Penyerapan Tenaga Kerja 2. Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan landasan untuk penelitian lebih lanjut dan sebagai pengembangan keilmuan dibidangnya yang terutama barkaitan dengan variabel Upah Minimum, Inflasi, Pertumbuhan Ekonomi dan Penyerapan Tenaga Kerja.