BAB I PENDAHULUAN.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian target Millenium Development Goals (MDGs) Di negara

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran hidup, sesuai dengan target pencapaian Sustainable Development

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberian (ASI) masih jauh dari yang diharapkan. Menurut Survei Demografi

BAB I PENDAHULUAN. menyusu dalam 1 jam pertama kelahirannya (Roesli, 2008). Peran Millenium

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi mencapai 36 per kelahiran (SDKI, 2007). menyusui dengan program pemberian ASI eksklusif on demand yang

BAB I PENDAHULUAN. pada saat janin masih dalam kandungan dan awal masa pertumbuhannya. menghadapi tantangan globalisasi (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. satupun produk formula yang dapat menyamai keunggulan ASI. ASI. ASI mengikuti pola pertumbuhan dan kebutuhan bayi untuk proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Melahirkan merupakan pengalaman menegangkan, akan tetapi sekaligus

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan zat gizi bagi bayi sampai usia dua tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. pada tujuan ke 5 adalah mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI) dengan target

BAB I PENDAHULUAN. tahun yang dinyatakan dalam kelahiran hidup pada tahun yang sama. kematian (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).

BAB 1 PENDAHULUAN. makan yang kurang tepat pada bayi dan anak, maka penting penerapan optimal

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Menurut World Health Organization (WHO), data statistik. menyatakan bahwa Neonatal Mortality Rate Indonesia pada tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. langkah awal menuju kesuksesan menyusui. Salah satu tujuan IMD adalah menekan

BAB I PENDAHULUAN. The World Health Report Tahun 2005 dilaporkan Angka Kematian Bayi Baru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan keluarga. Setelah era Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

BAB I PENDAHULUAN. penuhi. Alasan yang menerangkan pernyataan tersebut adalah ASI merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) sangat bermanfaat untuk imunitas, pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. 11 bulan) per kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan total ke kemandirian fisiologis. Proses perubahan yang rumit

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Inisiasi Menyusu Dini ( IMD) adalah suatu proses membiarkan bayi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi, pertumbuhan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menyusu sendiri pada ibu dalam satu jam pertama kelahirannya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menghasilkan suatu kesepakatan yang tercantum dalam MDG s

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bayi Baru Lahir (BBL) atau neonatus adalah bayi umur 0-28 hari

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia tercatat angka kematian bayi masih sangat tinggi yaitu 2%

BAB I PENDAHULUAN. jam pertama kelahiran atau sering disebut dengan inisiasi menyusu dini. berdampak psikologis pada ibu dan bayi (Roesli, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (Maternity Mortality Rate) sampai pada

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah Inisiasi Menyusu Dini (IMD) yang merupakan langkah wajib pada

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013

PENGARUH IMPLEMENTASI 10 LANGKAH MENUJU KEBERHASILAN MENYUSUI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DALAM PEMBERIAN ASI PADA BAYI USIA 0-3 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. Inisiasi menyusu dini dalam satu jam pertama diperkirakan akan

Bab 5. Dasar Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif

BAB 1 PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB 1 PENDAHULUAN. pertama. Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi penting untuk. meningkatkan kelangsungan hidup dan kualitas bayi.

BAB I PENDAHULUAN. suplemen,vitamin, mineral, dan atau obat obatan untuk keperluan medis

Daftar Pustaka : 44 ( ) Kata Kunci : Perilaku Bidan, Inisiasi Menyusu Dini

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada rakyat jelata, bahkan dasar utama terletak pada kaum wanita, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

serta suami sangat dibutuhkan. Karena pikiran pikiran negatif atau rasa kurang

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan, sikap..., Rindiarni Inten Putri, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data WHO UNICEF, UNFPA dan Bank Dunia menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekitar 36% selama periode Berdasarkan hasil Riskesdas. Provinsi Maluku sebesar 25,2% (Balitbangkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membiarkan kontak kulit dengan ibunya setidaknya selama satu jam. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi yang diberikan pada bayi sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. tertinggi di Asia Tenggara. Hal itu menjadi kegiatan prioritas departemen

HUBUNGAN ANTARA SIKAP IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG II SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. bayi dengan ibunya, setidaknya selama 1 jam segera setelah lahir (Roesli,2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BERSALIN DENGAN INISIASI MENYUSU DINI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA BENIS JAYANTO NGENTAK KUJON CEPER KLATEN. Wahyuningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan dari hasil sekresi kelenjar payudara ibu.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama

PENDAHULUAN. sejak masih bayi. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu target Millenium Development Goals 4 (MDGs4) adalah Bangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satunya yaitu melalui promosi pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya Keperawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia (SDM) yang berkualitas agar masyarakat Indonesia dapat melanjutkan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tumbuh kembang anak. Selain menguntungkan bayi, pemberian ASI eksklusif juga menguntungkan ibu, yaitu dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kondisi umum dari seseorang dalam semua aspek baik

1 BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian WHO diseluruh dunia, terdapat kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. Ibu di negara ASEAN lainnya. Angka Kematian Ibu diketahui dari jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi yanag berusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menyusui akan menjamin bayi tetap sehat dan memulai. kehidupannya dengan cara yang paling sehat.

BAB I PENDAHULUAN. menilai derajat kesehatan. Kematian Ibu dapat digunakan dalam pemantauan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indikator Human Development Index (HDI). Tidak hanya di Indonesia,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilahirkan selama enam bulan tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. terbaik dan termurah yang diberikan ibu kepada bayinya, dimana pemberian ASI

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud, melalui terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. AKB tahun 2007 yaitu 34 per KH, dengan target tahun 2015 sebesar 23 per

BAB I PENDAHULUAN. Bayi baru lahir memiliki hak untuk segera menyusu dini dengan membiarkan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan persalinan yang ditolong tenaga kesehatan di. kesehatan meluncurkan upaya terobosan berupa Jaminan Persalinan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Word Health Organization (WHO) telah merekomdasikan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dalam bentuk inisiatif rumah sakit sayang ibu dan bayi (baby-friendly hospital initiative). Kebijakan tersebut didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya tentang manfaat IMD bagi pencegahan kematian bayi baru lahir. Edmon dkk (2006),melakukan penelitian terhadap 10.947 bayi pedesaan Ghana (Afrika). Hasil penelitian tersebutmenunjukanbahwa, 16% kematian neonatal dapat dicegah jika bayi disusui sejak hari pertama kelahirannya dan 22% kematian neonatal dapat dicegah jika bayi disusui dalam satu jam pertama kelahiran. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah memberikan ASI segera setelah bayi dilahirkan, biasanya dalam waktu 30 menit-1 jam pasca bayi dilahirkan (Kemenkes, 2014). Masalah kesehatan yang terjadi pada ibu dan anak masih menjadi pokok permasalahan utama di Indonesia, hal ini ditandai dengan masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).Kondisiini mencerminkan belum maksimalnya pemberian pelayanan kesehatan pad amasyarakat. Mentri Kesehatan RI Prof. dr. Nila Farid menyampaikan bahwa, pelaksanaan Millenium Devolepment Goals (MDGs) telah berakhir pada tahun 2015, dilanjutkan ke Sustainable Devolepment Goals (SDGs) hingga tahun 2030. Seluruh isu kesehatan SDGs diintregasikan dalam satu tujuan, yakni tujuan nomor 3, yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi senua orang di segala usia. Permasalahan yang belum tuntas ditangani diantaranya yaitu, upaya penurunan Angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB). IMD berperan dalam pencapaian tujuan SDGs yaitu membantu mengurangi angka kemiskinan, kelaparan, serta kematian anak dan balita. Memperhatikan pentingnya IMD maka sudah selayaknya program ini perlu lebih diperhatikan. Selain itu, UNICEF menyatakanbahwa IMD

merupakan salah satu dari 10 langkah menuju keberhasilan menyusui yang akan memperdampak positif bagi kesehatan ibu dan bayi. Pemerintah Indonesia mendukungkebijakan WHO dan UNICEF yang merekomendasikan IMD sebagai tindakan, penyelamatan kehidupan, karena terbukti dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi. Hasil Riskesdas menunjukan proses mulai menyusu atau IMD mengalami kenaikan 29,3% pada tahun 2010 menjadi 34,5% pada tahun 2013. Cakupan IMD berdasarkan Provinsi tahun 2013 tercatat bahwa presentase tertinggi di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) sebesar 52,9%, sedangkan terendah di provinsi Papua Barat sebesar 21,7%. Cakupan IMD nasional sebesar 32,5% dan terdapat 18 provinsi yang cakupannya di bawah angka nasional. (Depkes, 2014) Indramukti(2013) menjelaskan bahwa, rendahnya penerapan IMD pada ibu pasca melahirkan disebabkan karena adanya beberapa hal antara lain minimnya informasi dan pengetahuan yang harus dilakukan tentang teknik menyusui yang benar, adanya hambatan yang berhubungan dengan pelayanan di tempat persalinan serta kurangnya dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga. Prevalensi section caesarea terus meningkat dari tahun ke tahun, terutama di kota besar. Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007, section caesarea menyumbang penurunan angka kematian ibu (AKI) sebesar 25%, tetapi hal tersebut perlu diwaspadai karena bayi yang lahir melalui sectio caesarea mempunyai risiko lebih tinggi untuk tidak disusui oleh ibunya dibandingkan persalinan pervaginam. (Kemenkes, 2014) Dewi (2012) menjabarkan, ibu yang tidak mulai memberikan ASI lebih dari dua hari setelah postpartum, respon pengeluaran prolaktin akan sangat menurun. Situasi ini sering terjadi pada persalinan dengan section caesarea. Pemberian ASI oleh ibu yang telah menjalani section caesarea sebenarnya dapat langsung dilakukan karena operasi dilakukan dengan anestesi spinal atau epidural sehingga ibu tetap sadar. Posisi menyusui dapat disesuaikan dengan kondisi ibu, misalnya dengan posisi berbaring (lyingdown), posisiduduk, dan

Footballhold sehingga hal ini sebenarnya tidak menjadi penghalang bagi praktik pemberian ASI. Jenis persalinan tidak dibedakan, baik pervaginam atau sectio caesarea. Secara umum pemberian ASI dipengaruhi beberapa faktor, antara lain dukungan tenaga kesehatan, keadaan ibu (fisik dan psikologis), perubahan sosial budaya, tata laksana di rumah sakit, kesehatan bayi, pengetahuan ibu, sikap ibu, lingkungan, pemasaran pengganti ASI, dan paritas. Ditengarai bahwa, 24 jam setelah ibu melahirkan adalah saat yang sangat penting untuk inisiasi pemberian ASI dan akan menentukan keberhasilan menyusui selanjutnya. (Wulandari&Dewanti, 2014) Ibu yang melahirkan dengan tindakan seperti operasi Caesar perlu diberikan kesempatan kontak kulit bayi kekulit ibu. Jika ibu belum pulih karena pembiusan, ayah dapat melakukan kontak kulit bayi ke kulit ayah, menunggu sampai ibu pulih (Depkes RI, 2008). Namun, jika diberikan anestesi spinal atau epidural, ibu dalam keadaan sadar, sehingga dapat segera memberi respon pada bayi. Bayi dapat segera diposisikan sehingga kotak kulit ibu dan bayi dapat terjadi. Usahakan menyusu pertama dilakukan di kamar operasi. Jika keadaan ibu atau bayi belum memungkinkan, bayi diberikan pada ibu pada kesempatan yang tercepat (Roesli, 2008). Penelitian WHO (2002) menemukan faktor yang paling dominan dalam pelaksanaan IMD adalah tenaga pemeriksa kehamilan dan penolong persalinan/ tenaga kesehatan. Keputusan Mentri Kesehatan Nomor 450/MENKES/SK/VI/2004 bahwa, tenaga kesehatan agar menginformasikan kepada semua ibu yang baru melahirkan untuk memberikan ASI eksklusif dengan mengacu pada 10 langkah keberhasilan menyusui, salah satu dari 10 cakupan tersebut yaitu pelaksanaan IMD pada bayi baru lahir. (Kemenkes, 2014) Terkait dengan peran tenaga kesehatan yang sangat besar dalam menentukan keberhasilan IMD, penting untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku tenaga medis dalam melaksanakan IMD saat menolong persalinan. Menurut teori Precede dalam Notoatmojo (2010),

perilaku seseorang dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu faktor predisposisi ( pengetahuan, sikap dan karakteristik demografi meliputi umur, pendidikan, pengetahuan, sikap dan sebagainya), faktor pemungkin (pelatihan dan sosialisasi), dan faktor penguat ( dukungan ibu melahirkan dan dukungan keluarga ibu melahirkan). Mengingat semakin banyaknya ibu melahirkan dengan section caesarea dan pentingnya menyusui dini demi kesuksesan keberlangsungan pemberian ASI kepada bayi, serta adanya faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan IMD, utamanya pada faktor pengetahuan dan sikap tenaga kesehatan, meskipun pelatihan mengenai IMD serta disosialisasikan, namun belum semua tenaga medis melaksanakan IMD pada setiap pertolongan persalinan sectio caesarea. Banyak penelitian yang menguraikan IMD pada persalinan normal, dalam penelitian kali ini, peneliti akan meniliti apakah ada hubungan antara pengetahuan dan sikap tenaga kesehatan terhadap pelaksanaan IMD pada persalinan sectio caesarea. Penelitianinidilakukan di RS swasta yang dikategorikansebagai salah satu Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB) di Kota Semarang.Rumah Sakit Islam Sultan Agung adalah salah satu Rumah Sakit Swasta di Semarang yang masukdalam RSSIB. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan dalampenelitian ini adalah, Apakah ada hubungan pengetahuan dan sikap perawat terhadap pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini pada persalinan Sectio Caesareadi RSI Sultan Agung Kota Semarang? C. Tujuan Penelitian 1. TujuanUmum Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap perawat terhadap pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini pada persalinan Sectio Caesareadi RSI Sultan Agung Kota Semarang.

2. TujuanKhusus a. Mengetahui pelaksanaan IMD pada persalinan sectio caesarea. b. Mengetahui pengetahuan perawat terhadap pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini pada persalinan Sectio Caesarea di RSI Sultan Agung Kota Semarang. c. Mengetahui sikap perawat terhadap pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini pada persalinan Sectio Caesarea di RSI Sultan Agung Kota Semarang. d. Mengetahui hubungan pengetahuan perawat terhadap pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini pada persalinan Sectio Caesareadi RSI Sultan Agung Kota Semarang. e. Mengetahui hubungan sikap peraat terhadap pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini pada persalinan Sectio Caesareadi RSI Sultan Agung Kota Semarang. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi secara umum pada masyarakat terutama pada ibu hamil untuk nantinya tetap menerapkan IMD pada persalinan section caesarea dan memberikan ASI eksklusif pada bayinya. 2. Bagi Institusi Pendidikan Untuk institusi pendidikan, hasil penelitian diharapkan dapat menambah informasi dan referensi penelitian selanjutnya didalam meningkatkan pengetahuan tentang pelaksanaan IMD pada persalinan sectio caesarea. 3. Bagi Fasilitas Kesehatan Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi perawat tentang pelaksanaan IMD pada persalinan sectio caesarea dan dapat mengevaluasi pelaksanaan IMD pada persalinan section caesarea sehingga dapat mengurangi angka kematian neonatus. E. Bidang Ilmu Penelitian ini terkait dalam bidang ilmu keperawatan maternitas.

F. Keaslian Penelitian No Judul NamaP eneliti 1 Rendahnya Praktik Menyusui pada Ibu Post Sectio Caesarea dan Dukungan Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit Dwi Retno Wulanda ri, Linda Dewanti Tabel 1.1 KeaslianPenelitian Tah un Ranca nganp eneliti an 2014 Potong lintang Variabel penelitia n Variabelbe bas: Post Sectio Caesarea VariabelTe rikat: Praktik menyusui Hasil Penelitian Penelitian ini menunjukkan dukungan tenaga kesehatan bagi ibu melahirkan secara sectio caesarea untuk melakukan inisiasi dini dan praktik rawat gabung ada hubungannya dengan tindakan ibu untuk menyusui bayi secara dini (nilai p=0,39;p = 0,001; nilai p = 0,47; p = 0,001). 2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Di Ruang Mawar Nur Khamida h, Sri rejeki, Yuni Puji Widiastu ti 2011 Cross section al Variabelbe bas: IMD VariabelTe rikat : Faktorfaktor yang mempenga ruhi Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pengetahuan Perawat dan Bidan Terhadap pelaksanaan IMD dengan nilai p = 0,003 (p<0,05). 3 Faktor-faktor yang berhubungan dengan Pelaksanaan IMD Oleh Bidan Praktek Swasta Di Kota Bukit Tinggi Idhya, Bet 2012 Potong Lintang Variabel Pelaksanaa n IMD Faktor-faktor pada bidan yang berhubungan dengan pelaksanaan IMD adalah sikap(or 4,53), pelatihan (OR 4,12) dan dukungan ibu melahirkan (OR 2,0). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian ini, peneliti lebih berfokus pada hubungan pengetahuan dan sikap tenaga kesehatan terhadap pelaksanaan IMD pada persalinan sectio caesareayang di lakukan di RSI Sultan Agung Semarang.