Modul ke: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Pancasila dan Implementasinya Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ikhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. Program Studi Manajemen
Bagian Isi Gerakan Pembasisan Pancasila Pancasila Sebagai Konsensus Dasar Pancasila Sebagai Dasar Negara Pancasila Sebagai Cita-cita Moral Bangsa Makna Nilai dalam Pancasila Kesimpulan dan Penutup
Istilah Pancasila pertama kali dapat ditemukan dalam buku Sutasoma karya Mpu Tantular yang ditulis pada zaman Majapahit (Abad ke-14). Dalam buku itu 7, istilah Pancasila diartikan sebagai perintah kesusilaan yang jumlahnya lima (Pancasila Karma) dan berisi lima larangan untuk : 1. Melakukan Kekerasan 2. Mencuri 3. Berjiwa Dengki 4. Berbohong dan 5. Mabuk akibat Minuman Keras. Kata Pancasila terdiri dari dua kata dari bahasa Sansakerta: pañca berarti limadan śīla berarti prinsip atau asas.
Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa dokumen penetapannya ialah : 1. Rumusan Pertama : PiagamJakarta - tanggal22juni 1945 2. Rumusan Kedua : Pembukaan Undang-undang Dasar - tanggal 18 Agustus 1945 3. Rumusan Ketiga : Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat - tanggal 27 Desember 1949 4. Rumusan Keempat : Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara - tanggal 15 Agustus 1950 5. Rumusan Kelima : Rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan Pertama (merujuk Dekrit Presiden 5 Juli 1959)
Gerakan Pembasisan Pancasila Gerakan Pembasisan Pancasila yang dilaksanakan oleh Pergerakan Kebangsaan bertujuan untuk membangun kekuatan sosial untuk memperkokoh eksistensi Pancasila sebagai dasar Negara dan cita-cita moral bangsa Indonesia. Melalui Gerakan Pembasisan Pancasila itu, Pergerakan Kebangsaan mengajak masyarakat untuk memperkokoh konsensus nasional tentang Pancasila sebagai dasar Negara, memahami dan menghayati implementasi Pancasila di tengahtengah arus globalisasi, serta menggunakan Pancasila sebagai bintang penuntun untuk memecahkan problematik yang dihadapi. Pergerakan Kebangsaan menyadari berbagai kendala yang dihadapi dalam melaksanakan Gerakan Pembasisan Pancasila ini.
Pembasisan Pancasila yang dilakukan oleh Pergerakan Kebangsaan dikonsentrasikan pada masalah-masalah sebagai berikut : 1. Kilasan sejarah tentang penerimaan Pancasila sebagai konsensus dasar berdirinya Negara Republik Indonesia. 2. Pancasila sebagai dasar negara yang berfungsi untuk mengatur perilaku Negara. 3. Pancasila sebagai cita-cita moral bangsa: kedudukannya dalam sistem hukum Indonesia dan penggunaannya sebagai bintang penuntun dalam memecahkan problematik masyarakat. 4. Implementasi Pancasila di tengah-tengah percepatan proses globalisasi dewasa ini.
Pembasisan Pancasila bukanlah monopoli Pergerakan Kebangsaan. Karena itu Pergerakan Kebangsaan akan menjalin kerjasama yang konstruktif dengan semua pihak yang terdorong untuk melakukan pembasisan Pancasila. Kerjasama tersebut meliputi bukan saja kerja sama teknis, melainkan juga dialog dan proses pembelajaran bersama mengenai dalam rangka mengembangkan Pancasila sebagai ideologi terbuka.
Pancasila Sebagai Konsensus Dasar Pada tanggal 1 Juni 1945, Ir. Sukarno menyampaiakan pidatonya di depan sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), yang kemudian dikenal sebagai lahirnya Pancasila. Panitia 9 dan Piagam Jakarta, perjuangan untuk mencapai kompromi antara kemauan untuk mendirikan Negara Islam dan kemauan untuk mendirikan Negara Kebangsaan.
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Dalam rapat besar Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 18 Agustus 1945 disetujui secara bulat bunyi Pembukaan UUD 1945 seperti yang sekarang. Perubahan penting yang disepakati adalah penghapusan tujuh kataa dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya yang ada dalam Piagam Jakarta. Ketuhanan Yang Maha Esa adalah kategori baru yang mangatasi batasan-batasan berdasarkan agama tertentu.
Dengan demikian founding fathers kita bersedia secara bulat untuk menerima Pancasila sebagai konsensus dasar berdirinya negara Republik Indonesia, dengan pertimbangan bahwa dasar negara harus dirumuskan sedemikian rupa bahwa tiap-tiap suku, golongan, agama, dan kebudayaan dapat menerimanya. Sebagai bangsa kita mempunyai kewajiban untuk memantapkan dan memantapkan kembali dasar ini untuk memelihara persatuan bangsa dan menghindari ketegangan yang tidak perlu dalam perjuangan untuk mengisi kemerdekaan.
Pancasila Sebagai Dasar Negara Pancasila adalah dasar Negara ( philosofische grondslag, Staatsfundamentalnorm, Pokok Kaidah Fundamentil Negara ), dan sebagai dasar Negara, Pancasila mengatur perilaku Negara, yang terwujud dalam pembuatan dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan (konstitusi, undang-undang, peraturan pemerintah, dan seterusnya) yang sesuai dengan nilainilai Pancasila serta terungkap dalam praktek dan kebiasaan bertindak para penyelenggara kekuasaan negara. Dalam sistem norma hukum, kita mengenal adanya hukum tertulis dan hukum tidak tertulis. Di Negara Republik Indonesia, hukum tertulis dari hari ke hari terus mendesak peranan hukum tidak tertulis. Dalam membasiskan Pancasila sangat perlu untuk terus menerus memberikan penekanan pada kedudukan Pancasila sebagai dasar negara yang harus mengatur perilaku negara. Kita pernah keliru melihat seolah-olah Pancasila sudah sangat kuat dengan makin banyaknya warga negara yang mengikuti Penataran P-4 (pada tahun 1990 sekitar 72 juta orang atau sekitar 74% penduduk usia dewasa telah terjangkau oleh proses pemasyarakatan Pancasila, terutama melalui penataran-penataran P-4 dengan berbagai type dan polanya) dan semua organisasi politik sudah memasang Pancasila sebagai satu-satunya asas. 5. Di atas sudah dikatakan bahwa masyarakat Pancasila akan terwujud apabila pengoperasian norma dasar Pancasila melalui pembuatan dan pelaksanaan peraturan perundang-undangan, yang terungkap dalam praktek dan kebiasaan bertindak penyelenggara kekuasaan negara, memang benar-benar mencerminkan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
Pancasila Sebagai Cita-cita Moral Bangsa Staatsfundamentalorm mempunyai akar langsung pada kehendak sejarah suatu bangsa, dasar yang membentuk Negara tersebut, sebagai konsensus atau keputusan politik yang diambil oleh para pendiri Negara. Timbul persoalan: Apakah perbedaan dan bagaimana hubungan antara Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pancasila sebagai Cita-cita Moral Bangsa? Pancasila sebagai cita-cita moral bangsa memiliki fungsi konstitutif yang menentukan dasar dibentuknya suatu peraturan perundang-undangan; dan memiliki fungsi regulatif yang menentukan apakah peraturan perundang-undangan yang dibentuk itu merupakan peraturan yang adil atau tidak adil. Cita-cita moral bangsa adalah konstruksi pikiran suatu bangsa yang berisi preskripsi moral bagi bangsa tersebut untuk tercapainya cita-cita yang diinginkan bersama.
Makna Nilai dalam Pancasila a. Nilai Ketuhanan Nilai ketuhanan Yang Maha Esa Mengandung arti adanya pengakuan dan keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pancipta alam semesta. b. Nilai Kemanusiaan Nilai kemanusiaan yang adil dan beradab mengandung arti kesadaran sikap dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai moral dalam hidup bersama atas dasar tuntutan hati nurani dengan memperlakukan sesuatu hal sebagaimana mestinya. c. Nilai Persatuan Nilai persatuan indonesia mengandung makna usaha ke arah bersatu dalam kebulatan rakyat untuk membina rasa nasionalisme dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
d. Nilai Kerakyatan Nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga perwakilan. e. Nilai Keadilan Nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia mengandung makna sebagai dasar sekaligus tujuan, yaitu tercapainya masyarakat Indonesia Yang Adil dan Makmur secara lahiriah atauun batiniah.
Nilai-nilai dasar itu sifatnya abstrak dan normatif. Karena sifatnya abstrak dan normatif, isinya belum dapat dioperasionalkan. Agar dapat bersifat operasional dan eksplisit, perlu dijabarkan ke dalam nilai instrumental. Contoh nilai instrumental tersebut adalah UUD 1945 dan peraturan perundang-undangan lainnya. Sebagai nilai dasar, nilai-nilai tersebut menjadi sumber nilai. Artinya, dengan bersumber pada kelima nilai dasar diatas dapat dibuat dan dijabarkan nilai-nilai instrumental penyelenggaraan negara Indonesia.
Kesimpulan dan Penutup Dalam Konferensi Studi Pergerakan Kebangsaan II di Surabaya, 21-25 Pebruari 2008. Ada tiga hal yang mendasari mengapa Pancasila harus mengalami "pembasisan" yakni: Reformasi sebagai bagian dari pendalaman dan percepatan proses globalisasi di Indonesia membawa serta masuknya nilai-nilai universal seperti demokrasi dan hak asasi manusia yang kemudian menguasai opini publik dalam atmosfir politik nasional. Lenyapnya Pancasila dari sejak reformasi menimbulkan keprihatinan yang ckup dalam, baik dalam kalangan elite politik maupun masyarakat luas. Keprihatinan itu ditunjukkan melalui berbagai pernyataan di media massa maupun kegiatan-kegiatan lainnya seperti seminar, simposium, dan sarasehan mengenai Pancasila dan Eksistensinya setelah reformasi. Pembasisan Pancasila adalah suatu upaya untuk memperkokoh eksistensi Pancasila melalui pemahaman masyarakat terhadap Pancasila serta implementasinya dalam menghadapi tantangan zaman sekarang.
Daftar Pustaka Dwi Winarno. Paradigma Pendidikan Kewarganegaraan. Bumi Aksara. Jakarta, 2008 Pendidikan Kewarganegaraan, Salemba Empat.http://pancasila1965.multiply.com/journal/item/18/Pancasila_dan_ Mancapat_Kalima_Pancer (KOMPAS, Kamis, 01 Juni 2006) http://www.ekonomirakyat.org/edisi_11/artikel_1.htm http://ideologipancasila.wordpress.com/ Herwan Parwiyanto. Pancasila dan Pertimbangan Moral.
Terima Kasih Ikhwan Aulia Fatahillah, SH., MH.