BAB I PENDAHULUAN. bentuk berbagai investasi, seperti pemberian kredit, pembelian surat-surat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. keuangan (financial intermediary) yaitu sebagai lembaga perantara dua belah

BAB I PENDAHULUAN. Pada prinsipnya Bank adalah suatu industri yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan atau financial intermediary yang mengandalkan kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. dana. Dengan demikian, sektor perbankan memiliki peran yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perantara keuangan antara pihak yang kelebihan dana (surplus) dengan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh lapisan mayarakat. fungsi bank adalah untuk meningkatkan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan bank dalam mendapatkan keuntungan yaitu menggunakan Return On

BAB I PENDAHULUAN. dapat sepenuhnya terlepas dari pengaruh perkembangan lembaga keuangan. Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan masalah ekonomi financial. Sesuai dengan UU RI No 10

BAB I PENDAHULUAN. keuangan antara pihak yang kelebihan dana dan yang kekurangan dana.

BAB I PENDAHULUAN. 2012:3). Pengertian bank dalam undang-undang nomor 10 tahun 1998 yang

BAB I PENDAHULUAN. financial intermediary, yaitu suatu lembaga yang berperan menghimpun dana dari

BAB I PENDAHULUAN. modal yang diperlukan untuk selalu meningkatkan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan, yang dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan antara

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk membantu perkembangan perekonomian bangsa agar

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan jasa bank lainya ( Kasmir, 2012 : 12 ) Tahun 1998, tanggal 10 November 1998 tentang perbankanadalah suatubadan

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan (Financial intermediaries), antara pihak yang kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa adanya pembangunan ekonomi yang baik dari suatu bangsa. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. keuangan (finansial intermediary) antara pihak yang kelebihan dana (surplus unit)

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan berbagai macam lembaga keuangan. Lembaga-lembaga keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1998 Tanggal 10 November 1998 tentang perbankan, yang dimaksud

BAB I PENDAHULUAN. mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

BAB I PENDAHULUAN. tugas utamanya sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihakpihak

BAB I PENDAHULUAN. juga disebut dengan financial intermediary. Bank dapat dijadikan sebagai tempat

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu tulang punggung perekonomian di suatu

BAB I PENDAHULUAN. Bank memiliki fungsi sebagai Financial Intermediary yaitu. mendapatkan keuntungan dapat dihitung dengan menggunakan rasio keuangan,

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara sebagai lembaga keuanganan. Menurut Undang-Undang Nomor 7

BAB I PENDAHULUAN. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kegiatannya meliputi menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. perbankan yang merupakan bisnis jasa saat ini berada dalam persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan, yang dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan atau

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1988 tentang perubahan Undang Undang nomer 7 tahun 1992 tentang

BAB I PENDAHULUAN. digunakan rasio keuangan yang salah satu diantaranya adalah Return On Equity

BAB I PENDAHULUAN. penting karena sifatnya sebagai lembaga intermediasi yaitu bertindak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. akan digunakan untuk membiayai kegiatan usaha maupun ekspansi yang akan

BAB I PENDAHULUAN. usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan (funding)

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan adanya sebuah bank. perekonomian mendapatkan manfaat berupa

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang keuangan. Pengertian bank menurut Undang-undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. banyak pula kebutuhan dan keinginan masyarakat sehingga menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan utama bank adalah menghimpun dana (funding) dan

BAB I PENDAHULUAN. baik saat ini maupun untuk masa mendatang, maka kesehatan bank harus

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bank tersebut terjamin dengan baik. (Kasmir, 2012 :12)

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsi utama sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak

BAB I PENDAHULUAN. dengan fungsi bank sebagai media perantara keuangan (Financial Intermediary)

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. dilakukan melalui berbagai kebijakan di bidang perbankan tujuan utamanya

BAB I PENDAHULUAN. cukup pesat. Setiap bank memiliki visi dan misi untuk mencapai sebuah tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa bank lainnya. Perbankan juga

BAB I PENDAHULUAN. perbankan. Menurut Undang-Undang Negara Republik Indonesia nomor 10 tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang membutuhkan dan

BAB I PENDAHULUAN. serta perkembangan perekonomian nasional dan internasional yang ada, bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Pada prinsipnya bank adalah suatu industri yang bergerak dibidang

PENDAHULUAN. dengan munculnya berbagai macam bisnis. Kemunculan bisnis ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini adalah sebagai media perantara keuangan atau financial

BAB I PENDAHULUAN. menerima simpanan giro, tabungan dan deposito. Bank juga dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. risiko yang dihadapi semakin besar terhadap perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998, bank

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lembaga intermediasi yang memiliki arti yaitu Lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang kegiatan utamanya menerima simpanan giro, tabungan, dan

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Bank juga merupakan suatu industri yang bergerak dibidang

BAB I PENDAHULUAN. karena bank memiliki fungsi sebagai Agen Pembangunan. Sebagai badan usaha,

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang mengalami kelebihan dana untuk di produktifkan pada sektorsektor

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana telah diubah dengan Bank dalam Pasal 1 ayat (2) UU Nomor 10

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ini sesuai dengan pengertian bank menurut undang-undang perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Bank dalam fungsinya memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. bergerak pada bidang keuangan. Pengertian Bank menurut Undang-undang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keterkaitan atau relevansi dengan penelitian yang sedang di teliti oleh peneliti.

ARTIKEL ILMIAH. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan Strata Satu Jurusan Manajemen. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, dan kegiatan usaha bank yaitu menghimpun dana, dan menyalurkan

BAB I PENDAHULUAN. pada perbankan didalam suatu negara. Saat ini bank merupakan salah satu peranan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai penyedia mekanisme dan alat pembayaran yang efesien bagi nasabah. diperdagangkan dengan cara barter yang memakan waktu.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. terlibat dalam pembangunan ekonomi yang memiliki peranan sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan rasio ROA, yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan bank dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, penelitian terdahulu yang menjadi rujukan penulis yaitu penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sebagai perantara keuangan antara unit-unit ekonomi yang surplus dana, dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bank yang sehat dan dapat beroperasi secara optimal. syariah atau bank yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil, sebenarnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ada lima penelitian terdahulu tentang ROA (Return on Aseet) yang

BAB V PENUTUP. dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : FBIR, IRR, dan PDN secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tanggal 10 November 1998 yang menyatakan bahwa bank adalah badan usaha

BAB 1 PENDAHULUAN. Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi dan perbedaan kecepatan

BAB I PENDAHULUAN. bergerak dalam kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan, serta bank

ARTIKEL ILMIAH. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Penyelesaian Program Pendidikan Sarjana Jurusan Manajemen. Oleh :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditulis oleh Amalina Alyani Yusrina (2013) yang berjudul "Pengaruh LDR, IPR,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diukur dengan rasio keuangan salah satunya adalah Return On Asset (ROA).

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan bank sebagai urat nadi dari sistem keuangan yang menerima

BAB I PENDAHULUAN. menabung atau menyimpan surat berharganya dibank. Hal tersebut tentu saja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengaruh Risiko Usaha Terhadap Capital Adequacy Ratio (CAR) pada

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana dan

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri perbankan merupakan industri yang syarat dengan risiko, terutama karena melibatkan pengelolaan uang masyarakat dan di putar dalam bentuk berbagai investasi, seperti pemberian kredit, pembelian suratsurat berharga dan penanaman dana lainnya (Imam Ghozali, 2007: 12 ). Risiko dan bank adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya, tanpa adanya keberanian untuk mengambil risiko maka tidak akan pernah ada bank, dalam artian bahwa bank muncul karena keberanian untuk berisiko dan bahkan bank mampu bertahan karena keberanian mengambil risiko. Namun jika risiko tersebut tidak dikelola dengan baik, bank dapat mengalami kegagalan bahkan pada akhirnya mengalami kebangkrutan. Sejak terjadinya krisis, kinerja perbankan nasional seolah mulai berjalan dari titik nol. Sejalan dengan berkembangnya perekonomian dan budaya masyarakat maka kebutuhan dan keinginan masyarakat akan produk dan jasa juga mengalami perubahan. Oleh karena itu, bank dalam menciptakan produk dan jasa perbankan harus lebih memperhatikan kebutuhan dan keinginan masyarakat yang di dapat memperlancar segala keperluan atau kegiatan dengan sarana yang lebih banyak dan praktis serta didukung dengan adanya pelayanan yang lebih dan cepat. Proses rekapitalasi yang dilakukan pemerintah pada tahun 2000, seolah membuka lembaran baru bagi perbankan nasional untuk segera melaksanakan fungsinya 1

2 sebagai financialintermediary yaitu suatu lembaga perantara yang mempertemukan pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kurang dana (Kasmir, 2010: 14). Oleh karena itu, bank dapat disebut pula sebagai lembaga kepercayaan, artinya pihak yang kelebihan dana mempercayakan sepenuhnya kepada bank untuk mengelolah dananya termasuk menyalurkan dana tersebut kepada pihak yang memerlukan dana. Hal ini sejalan dengan tujuan bank sebagai lembaga keuangan yang berperan mendukung pembangunan perekonomian nasional dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak, pertumbuhan ekonomi dan peningkatan stabilitas nasional. Bank dalam kegiatan operasionalnya melakukan peranannya dalam proses intermediasi. Peran ini merupakan yang paling penting diantara peran lainnya karena berhubungan langsung dengan kegiatan utama bank yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana (idle surplus unit) dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana (deficit unit). Lembaga bank adalah sebuah lembaga keuangan yang sudah tidak asing lagi bagi kita. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Pengertian bank menurut undangundang nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan menyatakan bahwa bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentukbentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Bank selain berperan dalam memperlancar lalu lintas pembayaran dan pelayanan jasa kepada

3 masyarakat, juga mengharapkan laba dari kegiatan operasionalnya. Kemampuan bank dalam menghasilkan keuntungan sering disebut kemampuan laba atau rentabilitas. Tingkat rentabilitas bank dapat memperlihatkan kinerja bank yang bersangkutan, karena tingkat rentabilitasnya merupakan salah satu alat ukur dalam menilai kesehatan dan kinerja bank. Semakin tinggi tingkat rentabilitasnya, maka semakin baik kinerja bank tersebut.salah satu rasio yang umum digunakan dalam perbankan untuk menilai rentabilitasnya adalah tingkat pengembalian atas putaran aktiva totalnya atau Return On Assets (ROA). Lukman Dendawijaya ( 2009 ) profitabilitas adalah kemampuan bank menghasilkan keuntungan dari berbagai sumber daya yang digunakan dalam operasional. Profitabilitas digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang diacapai oleh bank. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ROA cukup baik digunakan dalam menilai kinerja suatu bank umum. Semakin tinggi nilai ROA yang dihasilkan, maka akan semakin baik bank tersebut dalam mengelolah aktivanya untuk menghasilkan laba. ROA merupakan indikator yang menggambarkan kemampuan manajemen untuk mengendalikan seluruh biayabiaya operasional dan non operasional, serta dapat digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Sehingga apabila ROA suatu bank besar maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dari segi penggunaan aset. Tingkat ROA standar yang ditentukan oleh Bank Indonesia untuk perbankan 2% (PBI No 11/25 tahun 2009). Hal ini berarti bahwa laba yang

4 dihasilkan dari pengelolaan total aktiva yang dimiliki oleh bank yang dikatakan sehat harus mencapai nilai minimum sebesar 2%. Kinerja keuangan suatu bank dapat dilihat dari tingkat profitabilitas bank tersebut. Semakin tinggi keuntungan yang diperoleh suatu bank, semakin terjamin pula kelangsungan hidup bank tersebut. Untuk mengetahui tingkat profitabitas bank dapat dilihat melalui kinerja keuangan yang berdasarkan rasiorasio keuangan yang dimiliki, diantaranya adalah Return On Asset (ROA). Return On Asset (ROA) adalah rasio antara laba sebelum pajak dengan total asset. ROA dapat digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen suatu bank dalam memperoleh keuntungan dengan menggunakan asset yang dimiliki. Dalam mencapai profitabilitas sesuai yang diharapkan, bank harus memperhatikan aspekaspek yang berpengarh diantaranya likuiditas, kualitas aktiva, efisiensi, sensitivitas terhadap pasar dan solvabilitas. Kinerja bank yang baik akan terjadi apabila ROA suatu bank selalu mengalami peningkatan pada setiap tahunnya, namun tidak demikian dengan bank umum swasta nasional. Penurunan ROA ini dapa dilihat dari perkembangan ROA Bank Umum Swasta Nasional pada lima tahun terakhir. Berdasarkan tabel 1.1 tentang posisi ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa tahun 2010 sampai dengan 2015. Dari dua puluh lima Bank Umum Swasta Nasional Devisa terdapat 10 Bank Umum Swasta nasional mengalami penurunan tren ROA. Hal inilah yang menjadikan peneliti melakukan penelitian untuk mengetahui penyebab penurunan ROA terhadap beberapa Bank Umum Swasta Nasional Devisa lima tahun terakhir.

5 Tabel 1.1 PERKEMBANGAN ROA BANKSWASTA NASIONALDEVISA SELAMA PERIODE 20102015* (DALAM PERSEN) 2015 No BANK 2010 2011 Tren 2012 Tren 2013 Tren 2014 Tren juni Tren RataRata Tren 1 Bank Rakyat Indonesia Agroniaga, Tbk 0,63 1,29 0,66 1,27 0,02 1,40 0,13 1,34 0,06 0,78 0,56 0,03 2 Bank Antar Daerah 0,65 0,87 0,22 1,00 0,13 1,24 0,24 0,81 0,43 0,24 0,57 0,08 3 Bank Artha Graha Internasional, Tbk 0,69 0,66 0,03 0,68 0,02 1,39 0,71 0,76 0,63 0,33 0,43 0,07 4 Bank BNI Syariah 0,57 1,05 0,48 1,29 0,24 1,22 0,07 1,13 0,09 0,64 0,49 0,01 5 Bank Bukopin,Tbk 2,01 1,91 0,10 2,37 0,46 0,95 1,42 1,05 0,10 0,99 0,06 0,20 6 Bank Bumi Arta 1,37 1,92 0,55 2,22 0,30 1,95 0,27 1,37 0,58 0,56 0,81 0,16 7 Bank ICB Bumiputera Indonesia, Tbk 0,20 1,97 2,17 0,08 2,05 0,81 0,89 0,74 0,07 0,05 0,79 0,03 8 Bank Central Asia, Tbk 3,25 3,49 0,24 3,37 0,12 3,61 0,24 3,66 0,05 1,84 1,82 0,28 9 Bank CIMB Niaga, Tbk 2,73 2,58 0,15 2,88 0,30 2,66 0,22 1,53 1,13 0,10 1,43 0,53 10 Bank danamon Indonesia,Tbk 3,43 2,40 1,03 3,10 0,70 2,42 0,68 3,01 0,59 1,02 1,99 0,48 11 Bank Ekononomi Raharja. Tbk 1,84 1,35 0,49 0,97 0,38 1,13 0,16 0,30 0,83 0,17 0,13 0,33 12 Bank Ganesha 1,60 0,66 0,94 0,60 0,06 0,94 0,34 0,19 0,75 0,24 0,05 0,27 13 Bank Hana 1,57 1,02 0,55 1,25 0,23 2,37 1,12 1,65 0,72 0,87 0,78 0,14 5

6 14 Bank Himpunan Saudara 1906, Tbk 2,51 2,40 0,11 2,10 0,30 4,38 2,28 1,15 3,23 1,04 0,11 0,29 15 Bank ICBC Indonesia 0,2 1,71 1,91 0,08 1,79 0,01 0,09 0,69 0,68 0,56 0,13 0,23 16 Bank Index Selindo 0,96 1,07 0,11 2,35 1,28 2,21 0,14 2,09 0,12 0,78 1,31 0,04 17 Bank SBI Indonesia 0,79 1,31 0,52 0,79 0,52 0,90 0,11 0,67 0,23 2,96 3,63 0,75 18 Bank Internasional Indonesia, Tbk 0,76 0,98 0,22 1,32 0,34 1,35 0,03 0,41 0,94 0,26 0,15 0,10 19 Bank QNB Kesawan, Tbk 0,16 0,43 0,27 0,74 1,17 0,05 0,79 0,78 0,73 0,17 0,61 0,002 20 Bank Maspion Indonesia 1,34 1,73 0,39 0,93 0,80 1,01 0,08 0,70 0,31 0,27 0,43 0,21 21 Bank Mayapada Internasional, Tbk 1,04 1,78 0,74 2,05 0,27 2,12 0,07 1,60 0,52 0,94 0,66 0,02 22 Bank Mega, Tbk 2,01 1,91 0,10 2,37 0,46 0,95 1,42 1,76 0,81 1,77 0,01 0,065 23 Bank Mestika Dharma 3,71 3,95 0,24 4,90 0,95 5,19 0,29 3,64 1,55 1,65 1,99 0,41 24 Bank Metro Ekspress 1,64 1,27 0,37 0,71 0,56 0,91 0,2 0,97 0,06 0,21 0,76 0,29 25 Bank Mualamat Indonesia 1,08 1,14 0,06 1,16 0,02 0,45 0,71 0,15 0,30 0,25 0,10 0,17 26 Bank Mutiara, Tbk 2,02 1,85 0,17 0,95 0,90 7,64 8,59 5,28 2,36 1,90 3,38 0,78 27 Bank Nusantara Parahyangan, Tbk 1,29 1,40 0,11 1,40 0,00 1,42 0,02 1,38 0,04 0,34 1,04 0,19 28 Bank OCBC NISP, Tbk 1,13 1,68 0,55 1,54 0,14 1,57 0,03 1,72 0,15 0,81 0,91 0,06 29 Pan Indonesia Bank, Tbk 1,57 1,86 0,29 1,78 0,08 1,74 0,04 1,74 0,00 0,79 0,95 0,16 30 Bank Permata Tbk 1,74 1,44 1,45 0,01 1,39 1,11 0,59 0,23 6

7 0,30 0,06 0,28 0,52 31 Bank Sinarmas, Tbk 1,25 0,93 0,32 1,64 0,71 1,64 0 0,94 32 Bank Of India Indonesia, Tbk 3,06 3,10 0,04 2,91 0,19 3,04 0,13 2,73 33 Bank Syariah Mandiri 1,75 1,54 0,21 2,02 0,48 1,38 0,64 0,16 34 Bank Syariah Mega Indonesia 1,82 1,29 0,53 3,02 1,73 2,19 0,83 0,43 35 Bank UOB Indonesia 3,01 1,95 1,06 2,51 0,56 2,16 0,35 1,15 ratarata tren 1,58 1,51 0,07 1,69 0,18 1,43 0,27 1,04 Sumber data: Laporan publikasi Bank Indonesia. 0,70 0,39 0,55 0,17 0,31 0,91 1,82 0,43 1,22 0,27 0,11 0,30 1,76 0,40 0,83 0,44 1,01 0,28 0,87 0,55 0,39 0,40 0,64 0,24 7

8 Berdasarkan tabel 1.1 diatas, diketahui bahwa secara ratarata tren ROA bank swasta nasional di Indonesia pada periode tahun 2010 sampai dengan triwulan II tahun 2015 mengalami penurunan. Akan tetapi terdapat beberapa ROA Bank Swasta Nasional Devisa yang mengalami penurunan. Penurunan ROA secara ratarata tren terjadi pada beberapa bank swasta nasional devisa yaitu Bank Bukopin 0.20,Bank ICBC Indonesiadengan ratarata tren 0,23,Bank CIMB Niaga dengan ratarata tren 0,53,Bank Central Asia dengan ratarata tren 0.28,Bank Mayapada dengan ratarata tren 0.02,Bank Internasional Indonesia dengan ratarata tren 0.10,Bank Mega dengan ratarata tren 0.20,Bank Sinarmas 0.17. Pengelolaan aktiva bank untuk menghasilkan laba menghadapkan bank kepada berbagai risiko usaha bank, antara lain risiko kredit, risiko likuiditas, risiko modal dan risiko tingkat suku bunga. Risiko berupa potensi terjadinya suatu peristiwa yang mampu memberikan pengaruh negatif, dapat menimpa siapa saja, apa saja, kapan saja dan dimana saja, tak terkecuali terhadap perbaikan satu diantara aktiva bank yang sarat akan risiko adalah risiko kredit. Menurut Ali (2009:70) risiko kredit adalah risiko yang terjadi akibat gagalnya penerimaan kredit (debitur) dalam memenuhi perjanjian kredit untuk melunasi pembayaran angsuran pokok dan pembayaran bunga kredit pada bank. Kasmir (2013) sebagai risiko yang terjadi bila bank tidak mampu menyediakan dana tunai untuk memenuhi kebutuhan transaksi para nasabah dan memenuhi kewajiban, kewajiban yang harus di lunasi dalam tempo lebih cepat dari satu tahun.menurut (Kasmir 2013:225) LDR merupakan rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberika dibandingkan denga jumlah

9 dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Rasio LDR mempunyai pengaruh positif terhadap ROA, apabila semakin tinggi LDR mengakibatkan ROA suatu bank juga akan semakin tinggi maka hubungan search atau positif. Tetapi risiko likuiditas memiliki pengaruh posotif terhadap income bank karena semakin mampu bank tersebut dalam mengelola dana yang dimiliki sehingga tidak terdapat idle fund yang tinggi. Risiko likuiditas adalah risiko yang dihadapi bank yang menunjukkan kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kredit yang diberikan pada para debitur. LAR rasio yang digunakan untuk mengukur jumlah kredit yang disalurkan dengan jumlah harta yang dimiliki bank. LAR mempunyai pengaruh positif terhadap ROA. Hal ini terjadi apabila LAR meningkat berarti telah terjadi peningkatan total kredit yang diberikan dengan prosentase peningkatan total aset. Akibatnya total aset yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar, sehingga laba yang diperoleh meningkat, dan ROA bank juga meningkat.untuk mengukur risiko ini dapat diukur dengan Non Performing Loan (NPL) dan Aktiva Produktiv Bermasalah (APB). NPL adalah kredit bermasalah dibagi dengan total kredit yang diberikan bank. Apabila digunakan NPL untuk mengukur risiko kredit, maka hubungan antara risiko kredit dengan NPL adalah searah,karena semakin besar jumlah kredit yang bermasalah maka akan menimbulkan risiko kegagalan pengembalian pinjaman semakin tinggi. Hal ini terjadi apabila NPL meningkat berartiterjadi kenaikan total kredit bermasalah yang lebih besar dibandingkan

10 dengan kenaikan total kredit yang diberikan. Hal itu berakibat pada risiko kredit yang dihadapi bank semakin meningkat karena kredit bermasalah yang ditimbulkan dan kemungkinan kredit macet lebih besar. Di sisi lain, hubungan antara NPL dengan ROA berlawanan arah, karena semakin besar NPL berarti jumlah kredit yang bermasalah juga semakin besar, maka semakin kecil pendapatan bunga yang diperoleh dari kredit tersebut, sehingga pendapatan yang diperoleh semakin menurun,dan keuntungan pun menurun maka ROA pun ikut menurun.sementara hubungan antara risiko kredit dengan ROA adalah positif atau searah, karena kenaikan total kredit bermasalah yang lebih besar dibandingkan dengan kenaikan total kredit yang diberikan. APB (Aktiva Produktif Bermasalah) adalah rasio yang mengukur aktiva produktif dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet terhadap total aktiva produktif. Jika, APB meningkat maka peningkatan aktiva bermasalah. Akibatnya terjadi peningkatan biaya pencadangan lebih besar dibandingkan peningkatan pendapatan bunga. Sehingga laba menurun dan ROA juga mengalami penurunan. Dan APB berpengaruh negatif terhadap ROA. Menurut PBI Nomor 11/25/PBI/2009, Risiko Pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk transaksi derevatif, akibat perubahan secara keseluruhan dari kondisi pasar, termasuk Risiko perubahan harga option. Untuk mengukur risiko pasar dapat digunakan rasio Interest Rate Risk (IRR) dan Posisi Devisa Netto (PDN). IRR dengan ROA bisa memiliki hubungan yang positif dan negatif. Dimana apabila Interest Sensitive Asset (ISA) lebih besar daripada Interest

11 Sensitive Liabilities (ISL) pada saat suku bunga naik maka akan menyebabkan kenaikan pendapatan yang lebih besar dari pada kenaikan biaya bunga, sehingga laba meningkat dan ROA pun meningkat sehingga hubungan positif. Sebaliknya apabila suku bunga turun maka akan menyebabkan penurunan pendapatan bunga nya yang lebih besar dari pada penurunan biaya bunga, sehingga laba menurun, dan ROA menurun sehingga hubungannya negatif. Dengan demikian IRR berpengaruh negatif terhadap ROA. Pengaruh PDN terhadap ROA bisa positif dan negatif, hal ini dapat terjadi apabila PDN meningkat berarti terjadi kenaikan aktiva valas dengan persentase lebih besar daripada persentase kenaikan pasiva valas. Jika pada saat itu nilai tukar cenderung mengalami peningkatan maka akan terjadi kenaikan pendapatan valas lebih besar daripada kenaikan biaya valas sehingga laba bank meningkat, dan ROA juga meningkat. Jadi pengaruh PDN terhadap ROA adalah positif. Sebaliknya apabila nilai tukar mengalami penurunan maka terjadi penurunan pendapatan valas dengan persentase lebih besar daripada biaya valas sehingga laba menurun, dan ROA juga menurun. Jadi pengaruh PDN terhadap ROA adalah negatif. Ddengan demikian pengaruh risiko nilai tukar yang diukur dengan PDN terhadap ROA dapat positif dan dapat juga negatif. Menurut PBI Nomor 11/25/PBI/2009, Risiko Operasional adalah risiko akibat ketidakcukupan dan atau tidak berfungsi proses internal, kessalahan manusia, kegagalan sistem, dan adanya kejadian kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Pendapatan yang merupakan hasil langsung dari kegiatan usaha bank dan merupakan pendapatan yang diterima dari hasil bunga,

12 provisi dan komisi. Rasio yang dapat digunakan untuk mengukur operasional adalah rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). BOPO menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam mengelola biaya operasionalnya dalam rangka mendapatkan operasional. BOPO memiliki pengaruh negatif terhadap ROA. Hal ini dapat terjadi apabila BOPO meningkat berarti terjadi peningkatan beban operasional lebih besar dibanding peningkatan pendapatan operasional. Akibatnya laba menurun dan ROA menurun. Dengan demikian BOPO berpengaruh negatif terhadap ROA. FBIRmenunjukkan kemampuan manajemen suatu bank dalammenghasilkan pendapatan operasional selain bunga. FBIRmemiliki pengaruh positif terhadap ROA.Hal ini dapat terjadi apabila FBIRmeningkat, berarti terjadi peningkatan pendapatan operasional selain bunga lebih besar dibanding peningkatan total pendapatan operasional. Akibatnya laba meningkat dan ROA meningkat.dengan demikian FBIRberpengaruh positif terhadap ROA. Kasmir (2012:25) menyatakan risiko modal sebagai risiko yang berkaitan dengan ketidakmampuan bank untuk memenuhi komitmen usaha, karena ketidakmampuan dalam menyediakan modal yang mencukupi. Risiko modal pada umumnya di hadapi oleh bankbank umum yang terlalu mengandalkan dana pihak ketiga untuk membiayai aktiva yang dimilikinya. Sehingga semakin tinggi risiko yang dihadapi bank tersebut akan menyebabkan semakin tingginya kemungkinan bahwa bank yang bersangkutan tidak mampu mengelola aktivanya dengan modal sendiri. Semakin banyak dana pihak ketiga

13 yang digunakan dalam mengelola aktiva yang dimilikinya maka akan semakin tinggi biaya beban bunga atas dana pihak ketiga tersebut. Herman Darmawi ( 2012:58 ) menyatakan rasio financial yang umum digunakan oleh bank umum sebagai indikator atau alat pengawasan dalam menghadapi risikorisiko usaha bank adalah risiko kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL), Aktiva Produktif Bermasalah (APB) untuk risiko kredit, rasio total kredit terhadap dana pihak ketiga atau Loan to Deposit Ratio (LDR) untuk risiko likuiditas, dan rasio Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) untuk risiko efisiensi. Berdasarkan latar belakang diatas penulis memilih judul PENGARUH RISIKO USAHA TERHADAP ROA BANK UMUM SWASTA NASIONAL DEVISA. (Studi kasus pada bank umum swasta nasional yang terdaftar di BEI periode 20102014) tersebut dikarenakan hal tersebut penting bagi pihak bank untuk mengetahui resiko usaha yang mereka hadapi dalam menjalankan kegiatan perbankan dan lembaga keuangan lainnya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusanrumusan penelitian ini adalah: 1. Apakah LDR, LAR, APB, NPL, IRR, PDN, BOPO, dan FBIR secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa? 2. Apakah LDR secara parsial mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devias?

14 3. Apakah LAR secara parsial mempunyai pengaruh positifyang signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa? 4. Apakah APB secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa? 5. Apakah NPL secara parsial mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa? 6. Apakah IRR secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa? 7. Apakah PDN secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa? 8. Apakah BOPO secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa? 9. Apakah FBIR secara parsial mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini berdasarkan permasalahan diatas adalah : 1. Mengetahui tingkat signifikan pengaruh LDR, LAR, APB, NPL, IRR, BOPO dan FBIR secara simultan terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa. 2. Mengetahui tingkat signifikan pengaruh positifldr secara parsial terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa.

15 3. Mengetahui tingkat signifikansi pengaruh positiflar secara parsial terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa. 4. Mengetahui tingkat signifikansi pengaruh negatifapb secara parsial terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional. 5. Mengetahui tingkat signifikan pengaruh negatifnpl secara parsial terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa. 6. Mengetahui tingkat signifikansi pengaruh IRR secara parsial terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional. 7. Mengetahui tingkat signifikansi pengaruh PDN secara parsial terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional 8. Mengetahui tingkat signifikansi pengaruh negatif BOPO secara parsial terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional. 9. Mengetahui tingkat signifikansi pengaruh positif FBIR secara parsial terhadap ROA pada Bank Umum Swasta Nasional. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat bagi bank Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi bank swasta untuk meningkatkan kesehatan bank pada perusahaan bank tersebut. 2. Manfaat bagi penulis

16 Hasil analisis ini dapat digunakan untuk mengembangkan pengetahuan dan wawasan penulis dalam mengetahui pengaruh tingkat kesehatan bank terhadap pertumbuhan laba di masa mendatang. 3. Manfaat bagi STIE Perbanas Menambah koleksi atau pembendaharaan perpustakaan STIE Perbanas sehingga dapat digunakan sebagai buku pedoman bagi mahasiswa. 1.5 Sistematika Penulisan Untuk mempermudah dalam mengetahui dan memahami keseluruhan isi yang ada dalam penelitian ini, maka berikut akan disajikan sistematika penulisan secara rinci sebagai berikut. BAB I : PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang masalah tentang pengambilan judul penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan skripsi. BAB II: TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan tentang penelitihan terdahulu dan teoriteori yang digunakan sebagai rujukan dalam mencari pemecahan masalah penelitian, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian. BAB III : METODE PENELITIAN Dalam metode penelitian diuraikan secara rinci mengenai halhal yang berkaitan dengan prosedur penelitian yang meliputi rancangan penelitian, batasan penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional dan pengukuran variabel, populasi, sampel dan teknik

17 pengambilan sampel, instrumen penelitian, data dan metode pengumpulan data, dan terakhir teknik analisis data. BAB IV : GAMBARAN SUBYEK PENELITIAN DAN ANALISIS DATA Dalam bab ini diuraikan tentang uraian mengenai gambaran subyek penelitian yang secara umum menjelaskan gambaran subyek yang dijadikan sampel penelitian, analisis data yang terdiri dari analisis deskriptif dan statistik, dalam hal ini peneliti menggunakan regresi linier berganda dan selanjutnya peniliti membahas data yang telah dianalisis. BAB V : PENUTUP Dalam bab ini diuraikan tentang uraian mengenai kesimpulan kemudian membahas mengenai keterbatasan penelitian ini dan saran.