PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PELAPORAN HARTA KEKAYAAN DI LINGKUNGAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL

dokumen-dokumen yang mirip
2 Instansi Pemerintah; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Kepala Perpustakaan Nasional t

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 017 TAHUN 2017 TENTANG

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002

2017, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Le

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Badan Nasional Pe

OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA

2015, No Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Kor

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PELAPORAN HARTA KEKAYAAN APARATUR SIPIL NEGARA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN SOSIAL

- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.02.02/MENKES/165/2015 TENTANG

2017, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3852); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 052 TAHUN 2015 TENTANG

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Komunikasi dan

2017, No tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republi

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR PK 11 TAHUN 2016 TENTANG PELAPORAN HARTA KEKAYAAN PEGAWAI BADAN SAR NASIONAL

2018, No Korupsi (KPK) dalam hal kepatuhan pelaporan laporan harta kekayaan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

2017, No Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di Lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi; Mengingat

2016, No Kemaritiman tentang Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman; Mengingat :

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepoti

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara di Kementerian Dalam Negeri; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Pen

MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI BANJAR NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 28 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 21 TAHUN 2017 TENTANG

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PELAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepoti

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI BIREUEN NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG

2017, No Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI SIMEULUE NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 60 TAHUN 2015 TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BANTEN

- 4 - BAB I KETENTUAN UMUM

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 26 TAHUN 2014

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 18 TAHUN 2017

BUPATI B E R A U, PROVINSI KALIMANTAN

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON PERATURAN BUPATI CIREBON

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang A

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA

8. Peraturan.../2 ATE/D.DATA WAHED/2016/PERATURAN/APRIL

PERATURAN TENTANG BUPATI SITUBONDO, pemberantasan korupsi, salah satu upaya yang. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI MURUNG RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI MURUNG RAYA NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG WAJIB LAPOR HARTA KEKAYAAN

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 25 TAHUN 2017

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG WAJIB LAPOR HARTA KEKAYAAN

LAPORAN HARTA KEKAYAAN APARATUR SIPIL NEGERA. Deputi Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur dan Pengawasan

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON PERATURAN BUPATI CIREBON

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 16 TAHUN 2017

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PERMEN-KP/2015 TENTANG PELAPORAN HARTA KEKAYAAN APARATUR SIPIL NEGARA

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 49 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 05 TAHUN 2017 TENTANG

-x&r- BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR: \D TAHUN 2017 TENTANG PENETAPAN WAJIB LAPOR HARTA KEKAYAAN

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG WAJIB LAPOR HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

MEMUTUSKAN: 6. Jabatan...

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINS! SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 2 '2- TAHUN,2016 TENTANG

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SIDOARJO TENTANG LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA (LHKPN) DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

Transkripsi:

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PELAPORAN HARTA KEKAYAAN DI LINGKUNGAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme, penyelenggara negara dan pegawai aparatur sipil negara di lingkungan Badan Informasi Geospasial wajib melaporkan harta kekayaan yang dimiliki; b. bahwa Keputusan Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 11 Tahun 2015 tentang Pelaporan Harta Kekayaan di Lingkungan Badan Informasi Geospasial sudah tidak relevan dengan perkembangan sehingga perlu diganti; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Badan Informasi Geospasial tentang Pelaporan Harta Kekayaan di Lingkungan Badan Informasi Geospasial;

-2- Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4150); 3. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5214); 4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135);

-3-6. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 63, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6037); 7. Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2011 tentang Badan Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 144), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 127 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2011 tentang Badan Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 255); 8. Peraturan Komisi Pemberantasan Korupsi Nomor 7 Tahun 2016 tentang Tata Cara Pendaftaran, Pengumuman, dan Pemeriksaan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara; 9. Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 3 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Informasi Geospasial, sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 3 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Informasi Geospasial;

-4-10. Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 4 Tahun 2012 tentang Balai Pendidikan dan Pelatihan Geospasial, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 4 Tahun 2013 tentang Perubahan Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 4 Tahun 2012 tentang Balai Pendidikan dan Pelatihan Geospasial; 11. Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 5 Tahun 2012 tentang Balai Layanan Jasa dan Produk Geospasial, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 5 Tahun 2012 tentang Balai Layanan Jasa dan Produk Geospasial; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL TENTANG PELAPORAN HARTA KEKAYAAN DI LINGKUNGAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Badan Informasi Geospasial yang selanjutnya disingkat BIG adalah Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang informasi geospasial.

-5-2. Harta Kekayaan adalah harta benda berupa benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud, termasuk hak dan kewajiban lainnya yang dapat dinilai dengan uang yang dimiliki oleh Aparatur Sipil Negara atau Penyelenggara Negara beserta istri/suami dan anak yang masih dalam tanggungan Aparatur Sipil Negara atau Penyelenggara Negara, baik atas nama Aparatur Sipil Negara atau Penyelenggara Negara atau orang lain, yang diperoleh sebelum dan selama Aparatur Sipil Negara atau Penyelenggara Negara memangku jabatannya. 3. Penyelenggara Negara adalah Pejabat Negara yang menjalankan fungsi eksekutif dan pejabat lain yang fungsi dan tugas pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 4. Pegawai Aparatur Sipil Negara untuk selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah pegawai negeri sipil dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan. 5. Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara untuk selanjutnya disebut dengan LHKPN adalah laporan dalam bentuk cetak dan/ atau bentuk lainnya tentang uraian dan rincian informasi mengenai Harta Kekayaan, data pribadi, termasuk penghasilan, pengeluaran dan data lainnya atas Harta Kekayaan Penyelenggara Negara.

-6-6. Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disingkat LHKASN adalah daftar seluruh harta kekayaan Aparatur Sipil Negara di lingkungan BIG beserta suami/istri dan anak yang masih dalam tanggungannya yang dituangkan di dalam formulir LHKASN yang telah ditetapkan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. 7. Pelaporan adalah penyampaian LHKASN dan LHKPN oleh Aparatur Sipil Negara atau Penyelenggara Negara. Pasal 2 Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial ini dimaksudkan sebagai pedoman pelaksanaan Pelaporan Harta Kekayaan di Lingkungan Badan Informasi Geospasial. Pasal 3 Pelaporan Harta Kekayaan di lingkungan BIG diselenggarakan berdasarkan asas: a. kemanfaatan; b. kepatutan; c. kewajaran; dan d. rasionalitas. Pasal 4 Laporan Harta Kekayaan di lingkungan BIG terdiri atas: a. LHKPN; dan b. LHKASN.

-7- Pasal 5 LHKPN dan LHKASN yang telah diumumkan tidak dapat dijadikan dasar baik oleh Penyelenggara Negara, Aparatur Sipil Negara maupun pihak manapun juga untuk menyatakan bahwa Harta Kekayaannya tidak terkait tindak pidana. BAB II LAPORAN HARTA KEKAYAAN PENYELENGGARA NEGARA Bagian Kesatu Umum a. Pasal 6 (1) LHKPN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a wajib diisi oleh Penyelenggara Negara. (2) Penyelenggara Negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. pejabat pimpinan tinggi; b. pengelola anggaran pendapatan dan belanja negara; dan c. auditor. (3) Pejabat pimpinan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi: a. Kepala; b. Pejabat Pimpinan Tinggi Madya; dan c. Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama.

-8- (4) Pengelola anggaran pendapatan dan belanja negara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi: a. Pengguna Anggaran; b. Kuasa Pengguna Anggaran; c. Pejabat Pembuat Komitmen; d. Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar; e. Bendahara Penerimaan; f. Bendahara Pengeluaran; g. Anggota Unit Layanan Pengadaan; h. Pejabat Pengadaan Barang/Jasa; i. Panitia Penerima Hasil Pekerjaan; dan j. Anggota Layanan Pengadaan Secara Elektronik. (5) Auditor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi: a. Jabatan fungsional auditor ahli; dan b. Jabatan fungsional auditor terampil. Bagian Kedua Penyampaian Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara Pasal 7 (1) LHKPN disampaikan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia melalui Unit Pengelola LHKPN atau melalui media lain sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Penyampaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan melampirkan bukti pendukung.

-9- (3) Bukti pendukung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat salinan dokumen yang menerangkan kepemilikan Harta Kekayaan pada lembaga keuangan. Pasal 8 (1) Penyelenggara Negara wajib menyampaikan LHKPN pada saat: a. pengangkatan sebagai Penyelenggara Negara pada saat pertama kali menjabat; b. pengangkatan kembali sebagai Penyelenggara Negara setelah berakhirnya masa jabatan; c. berakhirnya masa jabatan sebagai Penyelenggara Negara; d. berakhirnya masa jabatan sebagai Penyelenggara Negara karena pensiun; atau e. menerima permintaan khusus dari Komisi Pemberantasan Korupsi yang dibuktikan melalui surat resmi tertulis. (2) Penyampaian LHKPN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a sampai dengan huruf c disampaikan dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak saat pengangkatan pertama, pengangkatan kembali, atau berakhirnya masa jabatan sebagai Penyelenggara Negara. (3) Dalam hal Penyelenggara Negara berakhir masa jabatannya karena pensiun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, pelaporan LHKPN dilaksanakan bersamaan dengan proses pengajuan pensiun yang bersangkutan.

-10- Pasal 9 (1) Penyampaian LHKPN selama Penyelenggara Negara menjabat, dilakukan secara periodik setiap 1 (satu) tahun sekali atas Harta Kekayaan yang diperoleh sejak tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. (2) Penyampaian LHKPN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan dalam jangka waktu paling lambat tanggal 31 Maret tahun berikutnya. Pasal 10 Dalam hal Penyelenggara Negara berupa pejabat pimpinan tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf a juga menjabat sebagai pengelola anggaran pendapatan dan belanja negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf b, maka yang bersangkutan mengisi LHKPN sebagai pejabat pimpinan tinggi. Pasal 11 Penyampaian LHKPN dilaksanakan juga bagi calon Penyelenggara Negara di lingkungan Badan Informasi Geospasial yang berdasarkan peraturan perundang-undangan diwajibkan untuk melaporkan Harta Kekayaannya sebelum menjadi Penyelenggara Negara di lingkungan BIG. Pasal 12 Format LHKPN adalah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

-11- Bagian Ketiga Pengumuman Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara Pasal 13 (1) Pengumuman wajib dilaksanakan oleh Penyelenggara Negara dalam waktu paling lambat 2 (dua) bulan setelah LHKPN yang disampaikan ke Komisi Pemberantasan Korupsi dinyatakan lengkap. (2) Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui media elektronik maupun non elektronik sebagai berikut: a. media pengumuman Komisi Pemberantasan Korupsi; b. media pengumuman resmi BIG; dan/atau c. surat kabar yang memiliki peredaran secara nasional. (3) Format Naskah Pengumuman Harta Kekayaan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 14 Penyelenggara Negara dapat memberikan kuasa secara tertulis kepada Komisi Pemberantasan Korupsi untuk melakukan pengumuman atas Harta Kekayaannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13. Bagian Keempat Unit Pengelola Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara Pasal 15 (1) Dalam rangka menunjang efektivitas pelaksanaan Pelaporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara, dibentuk Unit Pengelola LHKPN.

-12- (2) Unit Pengelola LHKPN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari: a. Koordinator; b. Admin Instansi; dan c. Admin Unit Kerja Eselon I. (3) Koordinator sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a dijabat oleh Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama yang membidangi urusan kepegawaian. (4) Susunan organisasi Unit Pengelola LHKPN ditetapkan dengan Keputusan Sekretaris Utama. Pasal 16 Unit Pengelola LHKPN mempunyai tugas: a. melakukan koordinasi dengan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam monitoring dan evaluasi kepatuhan LHKPN; b. melakukan pendaftaran dan pemutakhiran data Penyelenggara Negara, Nomenklatur Unit Kerja dan jabatan setiap tahunnya; dan c. mengingatkan wajib LHKPN di lingkungan Badan Informasi Geospasial untuk mematuhi kewajiban LHKPN. BAB III LAPORAN HARTA KEKAYAAN APARATUR SIPIL NEGARA Pasal 17 (1) LHKASN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b wajib diisi oleh Pegawai ASN.

-13- (2) Pegawai ASN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. Pejabat administrator; b. Pejabat pengawas; c. Pejabat pelaksana; dan d. Pejabat fungsional, Pasal 18 Pegawai ASN yang telah menyampaikan LHKPN, tidak wajib melaporkan LHKASN. Pasal 19 (1) Kepala menetapkan Pegawai ASN yang menjadi wajib lapor LHKASN. (2) Wajib lapor LHKASN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengisi dan menyampaikan formulir LHKASN paling lambat: a. 90 (sembilan puluh) hari kerja setelah penetapan Kepala sebagaimana dimaksud pada ayat (1); b. 30 (tiga puluh) hari kerja setelah Pegawai ASN diangkat dalam jabatan, mutasi, atau promosi selain jabatan yang menjadi lingkup Penyelenggara Negara; dan c. 30 (tiga puluh) hari kerja setelah Pegawai ASN berhenti dari jabatans elain jabatan yang menjadi lingkup Penyelenggara Negara Pasal 20 Format LHKASN adalah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

-14- Pasal 21 LHKASN disampaikan kepada Kepala melalui Inspektur dengan tembusan Sekretaris Utama. Pasal 22 (1) Inspektur mengoordinasikan penyelenggaraan LHKASN. (2) Dalam hal mengoordinasikan penyelenggaraan LHKASN sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Inspektur mempunyai tugas: a. berkoordinasi dengan Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama yang membidangi urusan kepegawaian dalam pelaksanaan pengisian LHKASN; b. mengelola LHKASN; c. memonitor kepatuhan penyampaian LHKASN; d. melaksanakan verifikasi atas kewajaran LHKASN yang disampaikan kepada Kepala BIG; e. melaksanakan klarifikasi kepada wajib lapor jika verifikasi yang dilakukan sebagaimana pada huruf c mengindikasikan adanya ketidakwajaran; f. melakukan pemeriksaan dengan tujuan tertentu jika hasil klarifikasi sebagaimana pada huruf d juga mengindikasikan adanya ketidakwajaran; dan g. menyampaikan laporan pada setiap akhir tahun mengenai pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada huruf a sampai dengan huruf e kepada Kepala BIG dengan tembusan kepada Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

-15- BAB IV SANKSI Pasal 23 (1) Dalam hal Penyelenggara Negara atau Pegawai ASN tidak melaporkan LHKPN atau LHKASN, maka atasan langsung atau pimpinan lembaga dapat memberikan sanksi administratif kepada Penyelenggara Negara atau Pegawai ASN yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Penyelenggara Negara atau Pegawai ASN yang memberikan keterangan tidak benar mengenai Harta Kekayaannya dapat dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB V PENGAWASAN Pasal 24 Sekretaris Utama melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan pelaporan harta kekayaan di lingkungan BIG. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 25 Pada saat Peraturan Badan ini berlaku, Peraturan Kepala Badan Informasi Geospasial Nomor 11 Tahun 2015 tentang Pelaporan Harta Kekayaan di Lingkungan Badan Informasi Geospasial dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

-16- Pasal 26 Peraturan Badan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Ditetapkan di Cibinong pada tanggal 24 November 2017 KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, HASANUDDIN Z. ABIDIN Salinan sesuai dengan aslinya, Kepala Bagian Hukum, Ida Suryani