I. PENDAHULUAN. Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah mengatur

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era

I. PENDAHULUAN. hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Pada penyelenggaraan pemerintahan desa banyak mengalami. kendala khususnya dalam hal keuangan. Untuk mengatasi perihal tersebut

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

B U P A T I N G A W I PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAKPRIVATE NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PEDOMAN UMUM PENGATURAN DAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DAN TUNJANGAN PENGHASILAN APARATUR PEMERINTAH DESA DI KABUPATEN GARUT TAHUN ANGGARAN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 4/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 04 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA

KEPALA DESA PEJAMBON KABUPATEN/KOTA BOJONEGORO PERATURAN KEPALA DESA PEJAMBON NOMOR 01 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 22 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS,

BAB I A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerataan pembangunan di masyarakat, pemerintah telah menetapkan

PERATURAN BUPATI MAJALENGKA Nomor : 11 TAHUN 2009 Tanggal : 26 Juni 2009 Tentang : PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2009.

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. tradisionalis, dan kolot (Furqaini,Astri:2011). Undang-Undang No. 32 tahun 2004

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA TAHUN ANGGARAN 2010

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menciptakan pemerintahan Indonesia yang maju maka harus dimulai

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini

I. PENDAHULUAN -1- PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2010

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN,

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai jenis pembelanjaan. Seperti halnya pengeluaran-pengeluaran

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 6 SERI D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 17 TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. penting. Otonomi daerah yang dilaksanakan akan sejalan dengan semakin

KEPALA DESA MADUKARA KECAMATAN MADUKARA KABUPATEN BANJARNEGARA

BUPATI PURWAKARTA PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2012

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PEMERINTAH DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG RUMUSAN DAN PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN SITUBONDO

BAB I PENDAHULUAN. berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman,

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. bagian terkecil dari struktur pemerintahan yang ada di dalam struktur

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 11 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMEKARAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PENGELOLAAN PENDAPATAN ASLI DESA (Studi Kasus di Desa Ngombakan Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo Tahun 2014)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan RKP-Des RKP Desa RKP Desa

Jesly Marlinton 1. Kata Kunci : pengawasan, pengelolaan, alokasi dana desa (ADD)

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Paul H. Landis dalam (Syachbrani, 2012) Desa adalah suatu Wilayah

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. bidang ilmu akuntansi yang mengkhususkan dalam pencatatan dan pelaporan

BAB I PENDAHULUAN. Desa memasuki babak baru ketika pelaksanaan UU No. 6 tahun 2014 akan segera

NASKAH RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA ( RKP DESA ) TAHUN ANGGARAN 2016

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA (ADD) DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 14 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2011 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. reformasi dalam keuangan negara. Sejak disahkannya UU No 22 tahun 1999

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

KEPALA DESA MEJUWET KECAMATAN SUMBERREJO KABUPATEN BOJONEGORO RANCANGAN PERATURAN DESA MEJUWET NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Tahun 2005 Tentang Desa, alokasi dana desa merupakan bagian dari dana. pembagiannya untuk desa secara proporsional 1.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 26 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 25 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 13 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2011

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DAN ASET DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 32 TAHUN 2007 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BURU,

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah mengatur sistem pemerintahan dalam tiga tingkatan utama, yakni provinsi sebagai daerah otonom terbatas, kabupaten sebagai daerah otonom penuh dan desa sebagai daerah otonom asli. H.A.W. Widjaja, (2010 : 3) menyebutkan desa adalah suatu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal usul yang bersifat istimewa. Landasan pemikiran dalam mengenai pemerintahan desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat. Sebagai daerah otonom asli, desa memiliki kewenangan untuk mengatur keuangan seperti hal nya dearah otonom yang lain. Hal ini diatur dalam Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah. Melalui Undang-Undang tersebut daerah diberi kewenangan yang luas dalam mengelola keuangan di daaerahnya tersebut. Seperti halnya pada tingkat pemerintahan yang lain, pemerintah desa menyusun anggaran pendapatan dan

2 belanja desa atau APBDesa, selain itu terdapat pula transfer dana dari pemerintah pusat yang disebut Alokasi Dana Desa. Alokasi Dana Desa (ADD) diartikan sebagai bagian dana perimbangan pusat dan daerah yang ditujukan untuk desa dalam melaksanakan pelayanan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. Pengelolaan Alokasi Dana Desa telah diatur dalam beberapa Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah salah satunya adalah Permendagri No.37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa. Disebutkan bahwa penggunaan Alokasi Dana Desa digunakan dalam dua bidang, yakni bidang pemerintahan dan bidang pemberdayaan masyarakat. Pasal 10 ayat 1 Peraturan Menteri Dalam Negeri No.37 Tahun tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa.2007 disebutkan bahwa dana 30 % digunakan untuk: a. Biaya perawatan kantor dan lingkungan kantor kepala desa b. Biaya operasinal timpelaksana bidang pemerintahan c. Tunjangan dan operasional BPD d. Tunjangan kades dan perangkat desa, honor ketua RT/RW e. Peningkatan SDM kepala desa dan perangkat desa Peraturan Bupati Bojonegoro. No. 19 tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Petunjuk Teknis Pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD) menyebutkan dana 70 % digunakan untuk biaya pemberdayaan masyarakat bagi belanja pemberdayaan masyarakat digunakan untuk : 1. Biaya perbaikan sarana publik dalam skala kecil 2. Penyertaan modal usaha masyarakat melaui BUMDes 3. Perbaikan lingkungan dan pemukinan 4. Pembangunan teknologi tepat guna

3 5. Perbaikan kesehatan dan pendidikan 6. Pengembangan sosial budaya Berdasarkan penjelasan di atas, maka pembagian alokasi dana desa adalah 30% untuk bidang pemerintahan dan 70% adalah digunakan untuk bidang pemberdayaan masyarakat. Namun yang terjadi diberbagai desa misalnya, desa Candimas, Lampung Utara, penggunaan dana ADD kurang proporsional, dimana dana untuk pembangunan fisik justru lebih besar daripada untuk pemberdayaan masyarakat. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2013 tentang Dana Alokasi Umum Daerah Provinsi Dan Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2013 menetapkan Dana Alokasi Umum Kabupaten Lampung Utara sebesar Rp.761.218.384.000(http://ngada.org/ps102013.html/PERPRES_no.23_tahun_20 13). Hal ini berarti Alokasi Dana Desa di kabupaten Lampung Utara sebesar Rp. 7.6121.838.400 dikurangi belanja pegawai dan jumlah dana untuk setiap desanya karena tergantung dari kapasitas fiskal desa tersebut. Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti dengan salah satu aparatur desa, diketahui bahwa jumlah ADD yang diterima desa Candimas pada tahun 2013 sebesar Rp. 25.000.000. Semua dana hanya digunakan dalam bidang pemerintahan dan tidak ada dana yang digunakan dalam bidang pemberdayaan masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan Alokasi Dana Desa belum tepat sasaran dan tidak sesuai dengan pedoman yang berlaku. Dimana jumlah ADD yang digunakan dalam bidang pemerintahan justru lebih besar disbanding dalam bidang pemberdayaan masyarakat.

4 Tabel 1. Rincian Penggunaan biaya ADD Desa Candimas Tahun 2013 Tahap I NO URAIAN PENGELUARAN KREDIT 1 BELANJA OPERASIONAL Kepala Desa Rp. 6.000.000 PKK Rp. 2.000.000 LPM Rp. 500.000 Sekertaris Desa Rp. 1.000.000 Jumlah Belanja Operasional Rp. 9.500.000 2 BELANJA LANGSUNG Belanja Barang Habis Pakai Rp. 921.000 Belanja Jasa Kantor Rp. 1.119.000 Belanja Kebutuhan Kendaraan Dinas Rp. 1.560.000 Belanja Barang Cetakan & Pengadaan Rp. 1.900.000 Belanja Modal Rp. 5.000.000 Jumlah Belanja Langsung Rp.10.500.000 Jumlah Pengeluaran Rp.20.000.000 Sumber: Dokumen Desa Candimas Tabel 2. Rincian Penggunaan biaya ADD Desa Candimas Tahun 2013 Tahap II NO URAIAN PENGELUARAN KREDIT 1 BELANJA OPERASIONAL BPD Rp. 2.000.000 Jumlah Belanja Operasional Rp. 2.000.000 2 BELANJA LANGSUNG Belanja Barang Habis Pakai Rp. 294.000 Belanja Jasa Kantor Rp. 1.581.000 Belanja Kebutuhan Kendaraan Dinas Rp. 316.800 Belanja Barang Cetakan & Pengadaan Rp. 808.500 Jumlah Belanja Langsung Rp. 3.000.000 Jumlah Pengeluaran Rp. 5.000.000 Sumber : Dokumen Desa Candimas Pemberian Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan wujud dari pemenuhan hak desa untuk menyelenggarakan otonomi desa agar tumbuh dan berkembang mengikuti pertumbuhan desa itu sendiri berdasarkan keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat, yang dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara transparan, tepat sasaran, efisien dan

5 merata (Ejournal.unesa.ac.id/../article.pdf/Alokasi_dana_desa). Hal ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaannya pengelolaan keuangan desa harus menerapkan prinsip-prinsip good governance yaitu transparansi dan akuntabilitas, namun yang terjadi justru sebaliknya. Pengelolaan keuangan desa, beberapa prinsip good governance yang harus diterapkan yakni transparansi dan akuntabilitas pemerintah desa itu sendiri. Dimana penerapan prinsip-prinsip tersebut dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap aparatur desa. Namun, kurangnya transparansi dalam pengelolaan keuangan desa masih menjadi masalah bersamaan dengan lemahnya akuntabilitas yang sering terjadi di berbagai kabupaten atau kota baik di dalam maupun di luar propinsi Lampung. Bahkan, untuk DKI Jakarta yang jabatan lurahnya dilelang sekalipun 60 % tidak memuaskan menurut wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama. (Jakarta Post, 17 oktober 2013, www.jakartapost.co.id) Telah disebutkan dalam peraturan Menteri Dalam Negeri No. 37 Tahun 2007 Bab IX bahwa beberapa azas dan prinsip dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) yaitu transparan dan akuntabel. Peraturan ini semakin menegaskan bahwa pengelolaan Alokasi Dana Desa harus menerapkan ketiga prinsip tersebut. Pemerintah desa kurang transparan dalam administrasi desa, terlihat dari hasil wawancara yang dilakukan kepada beberapa warga desa Candimas. Mereka mengatakan bahwa ketika membuat kartu keluarga, mereka diminta untuk membayar sejumlah uang, namun keika mereka bertanya untuk apa uang tersebut,

6 salah satu aparatur desa hanya mengatakan bahwa uang tersebut sebagai biaya administrasi. Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) desa Candimas pada tahun-tahun sebelumnya, pemerintah desa juga kurang transparan dan akuntabel. Kurang transparannya pemerintah desa terlihat dari kurangnya pengetahuan masyarakat desa Candimas mengenai jumlah ADD yang diterima desa mereka maupun mengenai hasil pengelolaan ADD tersebut. Mereka tidak mendapatkan informasi mengenai rincian biaya yang digunakan dalam pelaksanaan Alokasi Dana Desa (ADD) desa Candimas. Sedangkan kurangnya akuntabilitas pemerintah desa dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa terlihat dari Alokasi Dana Desa yang seharusnya lebih dimanfaatkan bagi pemberdayaan masyarakat yang lebih produktif seperti pembentukan BUMDes, pinjaman modal tanpa bunga, dan pengembangan UKM di wilayahnya. Namun dalam pelaksanaan Alokasi Dana Desa selama ini lebih cenderung sebatas pemerataan bagi masing-masing RT/ RW tanpa memberikan kontribusi jangka panjang bagi pemberdayaan masyarakat. Kurangnya partisipasi masyarakat juga menjadi masalah tersendiri, mereka menganggap bahwa urusan pengelolaan keuangan desa sepenuhnya menjadi wewenang pemerintah desa. Dalam hal ini pemerintah desa memiliki peran yang besar dalam mensosialisasikan pengelolan dana alokasi tersebut, dimana partisipasi masyarakat dibutuhkan dalam proses pengelolaannya. Misalnya dengan mengadakan musyawarah rencana penggunaan ADD, dimana dalam rapat tersebut tim pelaksana memberitahukan jumlah ADD yang diterima oleh desa tersebut,

7 rincian biaya ADD yang akan digunakan dalam bidang pemerintahan maupun dalam bidang pemberdayaan masyarakat. Namun hal ini justru membuat pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) menjadi kurang transparan. Masyarakat yang kurang partisipatif membuat pengawasan terhadap pengelolaan Alokasi Dana Desa menjadi kurang terkendali. Pada dasarnya pengawasan tidak hanya dilakukan oleh pemerintah desa kepada masyarakat, tetapi masyarakat juga harus mampu melakukan pengawasan terhadap pemerintah desa. Pengawasan bertujuan agar tidak terjadi penyimpangan dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa. Keadaan ini membuat pengelolaan Alokasi Dana Desa menjadi semakin tidak transparan dan akuntabel. Berdasarkan Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, selayaknya dimaknai sebagai panduan bagi pemerintah desa yang menjembatani hadirnya partisipasi dan keikutsertaan warga. Namun Aparatur pemerintah desa justru tertutup jika masyarakat menanyakan masalah administrasi desa, seperti kemana dan untuk apa dana tersebut. Informasi mengenai pengelolaan dan penggunaan keuangan desa juga menjadi hak warga desa, dimana warga desa berhak untuk tahu bahkan terlibat didalamnya. Menerapkan prinsip transparansi dan akuntabilitas, memungkinkan masyarakat akan memberikan dukungan serta menumbuhkan rasa kepercayaan kepada aparatur pemerintah desa itu sendiri. Sehingga terjalin hubungan yang baik antara pemerintah dengan masyarakatnya. Namun jika pemerintah bersikap terutup maka yang akan terjadi justru sebaliknya, masyarakat menjadi kurang percaya dan tidak berempati kepada pemerintah desa. Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti

8 tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Penerapan Prinsip Transparansi Dan Akuntabilitas Dalam Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD). B.Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Seberapa Erat Hubungan Penerapan Prinsip Transparansi dan Akuntabilitas Dengan Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) (Desa Candimas, Kecamatan Abung Selatan, Kabupaten Lampung Utara). C.Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuai Keeratan Hubungan Penerapan Prinsip Transparansi dan Akuntabilitas Dengan Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) (Desa Candimas, Kecamatan Abung Selatan, Kabupaten Lampung Utara) D. Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah 1. Kegunaan teoritis Hasil penelitian diharapkan mampu membantu perkembangan pemahaman mengenai ilmu pemerintahan khususnya mengenai pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD).

9 2. Kegunaan praktis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang nyata tentang Hubungan Penerapan Prinsip Transparansi dan Akuntabilitas Dengan Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) pada Desa Candimas, Lampung Utara.