BAB I PENDAHULUAN. yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap daerah pasti memiliki identitas-identisas masing-masing yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. sendiri, tetapi belakangan ini budaya Indonesia semakin menurun dari sosialisasi

PERAN TRADISI ZIKIR DAN PETA KAPANCA PADA PERKAWINAN MASYARAKAT SUKU MBOJO DI BIMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan di atas adalah merupakan rumusan dari Bab I Dasar Perkawinan pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk, salah satu akibat

BAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebudayaan merupakan sebuah cara hidup yang dimiliki oleh sekelompok

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun

BAB I PENDAHULUAN. proses dalam merencanakan keuangan pribadi untuk dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkawinan merupakan hal yang sakral dilakukan oleh setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sarana untuk bergaul dan hidup bersama adalah keluarga. Bermula dari keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Pada era perkembangan seperti ini setiap Negara perlu menggali dan mengenal serta

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya memiliki tingkatan yakni, dari masa anak anak,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pengaturan-nya. Namun berbeda dengan mahluk Tuhan lainnya, demi menjaga

I. PENDAHULUAN. Budaya pada dasarnya merupakan cara hidup yang berkembang, dimiliki dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

I. PENDAHULUAN. perumusan dari berbagai kalangan dalam suatu masyarakat. Terlebih di dalam bangsa

PERKAWINAN ADAT. (Peminangan Di Dusun Waton, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan. Provinsi Jawa Timur) Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. diberi nama. Meski demikian, Indonesia memiliki lima pulau besar yaitu

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman adat istiadat dalam pelaksanaan perkawinan. Di negara. serta dibudayakan dalam pelaksanaan perkawinan maupun upacara

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dengan adanya kemajuan teknologi dan fenomena global village yang

BAB I PENDAHULUAN. Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Angkola dan Mandailing. Keenam suku

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan undang-undang

DAWET. Disusun oleh: A

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sejarah kehidupan manusia, kebudayaan selalu ada sebagai upaya dan

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan Fenomena kebudayaan selalu hadir dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam setiap perjalanan hidupnya, sudah pasti memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

I. PENDAHULUAN. tidak hilang seiring dengan kemajuan zaman, karena budaya merupakan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. peninggalan nenek moyang yang sangat berbeda latar belakangnya. Keragaman

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku

I. PENDAHULUAN. masing-masing sukunya memiliki adat-istiadat, bahasa, kepercayaan,

BAB 1 PENDAHULUAN. sakral, sebuah pernikahan dapat menghalalkan hubungan antara pria dan wanita.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang mempunyai banyak pulau serta keragaman

BAB I PENDAHULAUAN. budaya yang mewarnai kehidupan bangsa ini. Dalam mengembangkan kebudayaan di

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

1. PENDAHULUAN. berdasarkan fungsi yang dilaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Jika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

BAB I PENDAHULUAN. bahu-membahu untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang beranekaragam. Menurut Sujarwa (1998:10-11), kebudayaan adalah seluruh

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

BAB I PENDAHULUAN. dari beragamnya kebudayaan yang ada di Indonesia. Menurut ilmu. antropologi, (dalam Koentjaraningrat, 2000: 180) kebudayaan adalah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRADISI LARANGAN PERKAWINAN NYANDUNG WATANG DI DESA NGUWOK KECAMATAN MODO KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Hidup bersama di dalam bentuknya yang terkecil itu dimulai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

BAB IV KOMPARASI PANDANGAN MAJELIS ADAT ACEH (MAA) DAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA (MPU) KOTA LANGSA TERHADAP PENETAPAN EMAS SEBAGAI MAHAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial juga makhluk budaya. Sebagai makhluk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Bima Propinsi NTB adalah sebagian dari kesatuan NKRI, adalah sebuah daerah yang berada di sebelah timur pulau Sumbawa yang berbatasan langsung dengan NTT adalah sebuah daerah yang tidak jauh berbeda dengan daerah lain yang ada di Indonesia memiliki banyak kesamaan tetapi juga memiiki keanekaragaman tersendiri yang membedakan Bima itu sendiri dengan daerah-daerah lain yang ada di Indonesia, misalnya dari salah satu adat yang dimiliki masyarakat bima yang dapat membedakan dengan daerah lain yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat disana yang dapat membanggakan masyarakat Bima karena itu adalah menjadi salah satu cirri khas dari daerah itu sendiri. Hal ini dapat kita lihat dalam contoh adat perkawinan yang di lakukan oleh masyarakat yang ada di Bima. Tradisi perkawinan yang dilakukan oleh masyarakat Bima tidak terlalu membedakan adanya tingkat kelas atau tingkat golongan yang ada dalam masyarakat, misal keturunan raja menikah dengan keturunan rakyat biasa itu tidak menjadi masalah dan tidak ada hukum adat yang menentang terjadinya hal seperti itu dalam masyarakat Bima, kecuali memang ada tekanan dari pihak keluarga, seperti dari kedua orangtua. Dalam upacara perkawinan masyarakat suku Mbojo di Bima ada beberapa tahap upacara perkawinan yang dilakukan oleh masyarakat disana yang sampai sekarang masih ditaati dan dipatuhi oleh masyarakat asli suku Mbojo yang ada di Bima. Karena itu merupakan warisan budaya yang diwariskan oleh nenek moyang masyarakat suku

2 Mbojo yang apabila melanggarnya akan mendapatkan musibah, baik dalam perkawinannya ataupun musibah yang akan dialami oleh anak cucunya kelak. Inilah yang membuat masyarakat sangat menaati aturan-aturan atau tata cara proses upacara perkawinan yang ada di Bima terutama bagi masyarakat suku Mbojo asli yang ada dan masih menetap sampai sa at sekarang. Memang seiring dengan banyaknya penduduk dari masyarakat daerah lain yang menetap di Bima dan menikah dengan masyarakat itu akan sedikit mempengaruhi bagaimana terjadinya upacara perkawinan yang sakral di lakukan oleh masyarakat suku mbojo asli yang ada di Bima tersebut, karena itu akan menggabungkan perkawinan yang memiliki adat yang berbeda. Juga dengan masuknya budaya-budaya yang dibawa oleh masyarakat luar daerah suku mbojo Bima yang lebih kearah moderen, hal ini akan sedikit merubah adat-adat atau upacara perkawinan masyarakat Bima maksudnya kea rah semi moderen. Tapi itu tidak berpengaruh bagi perkawinan masyarakat suku Mbojo asli yang ada di Bima. Mereka sangat menjunjung tinggi nilai-nilai yang terkandung dalam upacara perkawinan yang di bawa oleh nenek moyang mereka sejak zaman dulu, itulah yang membuat mereka sangat menghormati dan menta ati setiap detik-detik dan saat-saat proses upoacara perkawinan itu akan di lakukan. Saya mengambil contoh adalah upacara perkawinan yang dinamakan denganm zikir kapanca yang di lakukan oleh masyarakat suku mbojo di Bima tepatnya di Desa Rai-oi Kecamatan Sape Kabupaten Bima NTB. Yang masih menjalani proses upacara pernikahan tersebut dengan penuh hikmat ndan khusu dalam menjalani setiap langkah-langkah yang dianjurkan oleh tetua adat yang ada di Bima.

3 Masyarakat Bima juga memiliki tingkatan kasta atau golongan dalam masyarakat yaitu mulai dari golongan raja (keturunan ncuhi), keturunan dae (bangswan), kemudian ada juga keturunan dae, muma, pua, ince yang semua itu adalah keturunan bangsawan kemudian yang paling terakhir adalah keturunan dou dawara (rakyat biasa). Jadi ini menggambarkan bagaimana masyarakat Bima juga adalah masyarakat yang memiliki silsilah keturunan dari suatu kerajaan Bima terdahulu dan keturunan-keturunan bangsawan ini masih menjunjung tinggi nilai-nilai yang masih di anut oleh nenek moyang mereka seperti upacara-upacara adat perkawinan, yang saya teliti adalah upacara adat perkawinan yang di namakan zikir kapanca. Masyarakat Bima tidak membedakan antara masyarakat bangsawan atau masyarakat biasa yang harus menikah sesuai dengan darah keturunan ningrat, seperti yang terjadi di suku atau daerah lain, jadi ini lain halnya dengan yang terjadi di Bima, rakyat biasa bisa menikah dngan keturunan bangsawan, begitu juga sebaliknya keturunan bangsawan bisa menikah dengan keturunan rakyat biasa. Sejak masa lampau perbedaan sosial ini yang ada di masyarakat sangat tajam sekali, tapi sekarang sudah tidak ada pengaruhnya lagi, ini seiring dengan pergeseran zaman dan juga nilainilai kebudayaan yang terkandung di dalamnya akan tergeser. Dengan banyaknya tren modernisasi yang meroket di kalangan masyarakat, Bima khususnya yang menimbulkan ada pergeseran nilai-nilai kebudayaan Bima itu sendiri. Sehingga keadaan seperti ini mengharuskan perlunya di ambil langkah-langkah ataupun tindakan untuk meneliti dan menggali data-datanya yang ada di masyarakat suku Mbojo di Bima, khususnya tentang tradisi upacara zikir kapanca yang di lakukan oleh masyarakat di Bima yang menjadi tradisi dan budaya yang ada sejak nenek moyang. Ini juga akan mernjaga aspek-aspek dan nilai-nilai kebudayaan yang ada di Bima karena dengan seiring berkembangnya zaman dan dengan banyaknya budaya-budaya lain yang masuk ke Bima, maka ini akan menggeser nilai-nilai kebudayaan asli yang sudah di bangun

4 sejak nenek moyang kita dahulu. Jadi sekarang adalah tugas generasi Bima sekarang untuk mempertahankan nilai-nilai kebudayaan yang ada di Bima jangan sampai tergeser dengan adanya kebudayan-kebudayan modernisasi tersebut. Jadi adanya penelitian ini saya sangat berharap bahwa tradisi-tradisi yang ada di masyarakat kabupaten Bima dapat di pertahankan dan dilestarikan oleh generasi-generasi muda sekarang, karena ini merupakan hasil dari tradisi yang sudah dibawa dan dibangun oleh nenek moyang yang sudah di jalankan dan di pertahankan sampai sekarang. Sebagai generasi muda sudah menjadi kewajiban kita untuk menjaga kelestarian budaya-budaya yang ada dan menjadi ciri khas dari daerah kita masing-masing, khususnya Bima. Dan juga ini akan menjadi bahan pelajaran bagi semua pihak betapa pentingnya tetap menjaga ke absahan dari suati kearifan budaya yang menggambarkan suatu ciri yang membedakan daerah yang satu dengan yang lain, karena Indonesia adalah Negara yang memiliki beranekaragam suku dan budaya. Dalam pembelajaran PKn ini juga akan memotivasi masyarakat untuk menjalani kehidupan sesuai dengan tradisi yang sudah di bawa nenek moyang sejak lahir. Dan juga memberikan pelajaran tentang masyarakat bagaimana bentuk-bentuk tradisi suku Mbojo yang memang menjadi tradisi yang harus diwariskan secara turun temurun kepada anak cucu kita kelak. Kenyataannya masyarakat suku mbojo yang ada di Bima sedikit demi sedikit sudah mulai melupakan atau mengenyampingkan tradisi-tradisi zikir kapanca ini. Karena memang bukan hanya masyarakat suku Mbojo asli yang bertempat tinggal di Bima, tapi juga banyak penduduk yang datang dari luar daerah Bima yang masuk dan ini akan mempengaruhi kearifan kebudayaan dan tradisi yang ada di Bima. Misal masyarakat suku Mbojo asli menikah dengan masyarakat yang bukan penduduk Bima atau suku Mbojo orang jawa misal. Jelas ini akan mempertemukan dua kebudayaan yang berbeda pula. Sehingga tradisi-tradisi upacara perkawinannyapun akan

5 mulai tergoyahkan, contohnya seperti upacara zikir kapanca, ini sudah jelas akan sangat mmpengaruhi terhadap perkembangan kebudayan Bima kedepannya. Permasalahan yang terjadi pada penelitian ini adalah mulai terkikisnya kebudayaan dan tradisi yang ada di Bima disebabkan karena adanya era globalisasi, karena ini akan sangat mempengaruhi terhadap perkembangan kebudayan dan tradisi yang ada dalam suatu daerah, di Bima khusunya. Jadi sebagai masyarakat yang menjadi generasi penerus kedepannya kita harus menjaga adanya tradisi-tradisi kebudayaan yang ada di Bima.Karena itu menandakan bahwa kita adalah warga masyarakat yang mencintai budaya dan tradisi kita sendiri. B. Rumusan Masalah Berpijak pada latar belakang masalah, maka fokus penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini akan dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana tradisi perkawinan masyarakat suku Mbojo di Bima? 2. Bagaimana peran tradisi zikir kapanca pada perkawinan masyarakat suku Mbojo di Bima? 3. Apa saja Unsur-unsur yang mempengaruhi perubahan atau pergeseran pada tradisi upacara zikir kapanca pada perkawinan suku Mbojo di Bima? 4. Apa saja upaya-upaya yang telah dilakukan untuk melestarikan tradisi zikir kapanca pada perkawinan masyarakat Bima? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk : 1. Mengetahui Tradisi zikir kapanca pada perkawinan suku Mbojo Asli di Bima.

6 2. Mendeskripsikan Peran tradisi zikir kapanca pada perkawinan masyarakat suku Mbojo asli di Bima. 3. Mengetahui Unsur-unsur yang mempengaruhi perubahan atau pergeseran budaya pada suku Mbojo di Bima. 4. Mendeskripsikan Upaya-upaya yang di lakukan untuk pelestarian tradisi zikir kapanca pada perkawinan masyarakat suku Mbojo di Bima. D. Kegunaan Penelitian Penelitian ini mempunyai manfaat yang sangat penting bagi masyarakat baik secara akademik maupun secara praktis. 1. Manfaat bagi peneliti Hasil dari penelitian akan sangat membantu peneliti guna memperluas ilmu peneliti khususnya tentang nil- nilai kebudayan daerah Bima. yang fungsinya nanti sebagai bahan rujukan dalam menjalani kehidupan sehari-hari dengan tetap menjunjung nilai-nilai kebudayaan daerah sebagai calon guru dan sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Civics Hukum (PKn). 2. Manfaat bagi mahasiswa sebagai bahan pengetahuan untuk menumbuhkan kesadran tentang bagaimana pentingnya menjaga kelestarian kebudayaan yang di miliki oleh suku daerah yang ada di Indonesia, sebagai cirri dan pondasi dari daerah itu sendiri yang dapat membedakan dengan daerahdaerah lain yang ada di Indonesia. 3. Manfaat bagi jurusan Civic Hukum

7 Hasil dari penelitian ini dapat menjadi sumber informasi untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi para calon Sarjana Civic Hukum. 4. Manfaat bagi masyarakat Hasil dari penelitian ini nantinya akan dapat menjadi pengetahuan umum dalam bidang budaya untuk masyarakat luas. E. Penegasan Istilah 1. Peran : Dalam kamus Besar bahasa Indonesia peran adalah pemain sandiwara dalam film. Dan juga dapat di artikan sebagai perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat. (pusat bahasa 2008: 854). Peranan berasal dari kata peran, berarti sesuatu yang menjadi bagian atau memegang pimpinan yang terutama. 2. Tradisi : kebiasaan suatu masyarakat yang di bawa secara turun temurun 3. Zikir Kapanca : Dimaksudkan sebagai peringatan kepada pengantin puteri bahwa dalam mengarungi kehidupan berumah tangga kelak harus tetap tabah dan sabar walau godaan apapun yang akan menimpa yang dilambangkan dengan merahnya warna daun inai sebagai darah yang bercucuran dari tangan yang halus dan bersih (bunga rampai upacara adat daerah nusa tenggara barat, 2001:113). 4. Perkawinan : Bakry Hasbullah (1985: 3) memutuskan Undang-Undang tentang perkawinan, bab 1 dasar perkawinan pasal 1, perkawinan ialah ikatan lahir batin antara pria dengan wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 5. Suku Mbojo : Nama salah satu etnis yang ada di Indonesia (keturunan masyarakat Bima asli).

8 G. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya tentang eksistensi tradisi perkawinan kebudayan daerah, telah diteliti pada tahun 2006 oleh Fitri Sri Wahyuni salah satu mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang Jurusan Civic Hukum Fakultas keguruan dan ilmu Pendidikan (FKIP) dengan judul eksistensi tradisi perkawinan bangsawan pada suku banjar 1975-2000. Pada penelitian ini peneliti melakukan penelitian di daerah Banjarmasin, yang jelas melakukan penelitian tentang perkawinan adat daerah suku banjar di Banjarmasin. Tentu ini sangat berbeda dengan apa yang menjadi penelitian saya, karena saya melakukan penelitian di daerah Bima NTB. Jadi sudah jelas kalau saya meneliti tentang perkawinan adat yang ada pada masyarakat suku mbojo yang ada di Bima, pada penelitian ini saya juga menambahkan tentang tradisi zikir kapanca ini bagaimana pengaruhnya terhadap PKn. walaupun memang kami sama-sama meneliti tentang perkawinan adat.tapi itulah yang membedakan penelitian yang dilakukan oleh saya dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Wahyuni, hanya perbedaan daerahnya saja sehingga tradisi perkawinannyapun berbeda pula.