BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Syerel Nyongkotu, 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu negara dapat diukur dari kemajuan pendidikan di negara

BAB I PENDAHULUAN. kelas, merupakan inti dari setiap lembaga pendidikan formal. Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan pembangunan dalam dunia pendidikan. Pembangunan dalam bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. menyiapkan tenaga ahli tingkat pemula dan terampil, harus tanggap terhadap

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. interaksi tersebut diharapkan tidak hanya terjadi komunikasi satu arah dari guru

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat diperlukan bagi kelangsungan

PENERAPAN METODE PRAKTIKUM BERBASIS GUIDED INQUIRY

2015 PENERAPAN BUKU AJAR PADA MATA PELAJARAN DASAR PENGENDALIAN MUTU HASIL PERTANIAN DAN PERIKANAN UNTUK KELAS X TPHP SMKN 2 INDRAMAYU

A UMS - Copy SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. Imam Munandar,2013

BAB I PENDAHULUAN. tersebut tercantum dari tujuan Sekolah Menengah Kejuruan, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Pendidikan yang berkualitas tinggi akan membawa kemajuan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), menuntut

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keberhasilan dalam proses belajar mengajar di sekolah tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam aktivitas kehidupan sehari-hari, manusia hampir tidak pernah dapat

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah, dalam kaitannya dengan pendidikan sebaiknya dijadikan tempat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Fisika merupakan salah satu cabang sains yang besar peranannya dalam

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata pelajaran yang membosankan. Tidak heran jika sampai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan (Sani, RA.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas berupa pekerjaan yang harus diselesaiakan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sebagai suatu segmen kurikulum, strategi pembelajaran, media. pengajaran, dan evaluasi pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan nasional di bidang pendidikan, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tyas Lestari, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

belaka (Widja, 1989). Seorang pakar pendidikan, Suprijono secara rinci menjelaskan tentang masalah pembelajaran sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. jenjang pendidikan menengah, sehingga tanggung jawab para pendidik di

BAB I PENDAHULUAN. yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, dunia pendidikan sangat berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mutu lulusan pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi setiap saat

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai. usaha peningkatan mutu pendidikan. Mutu pendidikan dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karyono, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terdapat beberapa komponen yang dapat mempengaruhi hasil

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN TEKNIK KERJA BENGKEL DI SMKN 4 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya yang profesional adalah aspek yang saling berkaitan. dapat meningkat sesuai dengan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) tahun 2006 lalu, pendidik tidak bisa lagi menggunakan paradigma lama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas tentu tidak lepas dari dunia pendidikan. Karena. adalah dengan cara memeperbaiki proses pembelajaran.

Scaffolding 4 (1) (2015) Scaffolding.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan. kemajuan bangsa dan negara. Pendidikan yang bermutu, akan

BAB I PENDAHULUAN. terampil, dan pengetahuan yang sesuai dengan user need (dunia usaha dan

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan hidup dan kemajuan bangsa tersebut khususnya bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah atas yang tersedia dalam rangka menyiapkan tenaga kerja siap

BAB I PENDAHULUAN. kualitasnya sehingga harapan dan cita-cita pendidikan dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi sesuai Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara masalah pendidikan sudah barang tentu tidak bisa lepas dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. selama ini proses pendidikan yang dilakukan hanya satu arah, dengan guru

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

P N E D N A D H A U H L U U L A U N

BAB I PENDAHULUAN. zaman. Perkembangan zaman tersebut secara tidak langsung menuntut suatu

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

I. PENDAHULUAN. keadaan tertentu kesuatu keadaan yang lebih baik. Pendidikan sebagai pranata

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

konstribusi yang sangat besar dalam memenuhi kebutuhan manusia semakin meningkat (Burns dan Bottino, 1989). Namun sangat disayangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Pendidikan berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia tidak pernah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah sebagai suatu institusi atau lembaga pendidikan merupakan sarana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. mengimplementasikannya dalam proses belajar mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional bab I pasal (1), disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional meghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang dapat menghasilkan peserta didik yang berkualitas, berdaya saing tinggi, dan kreatif. Oleh karena itu, pembaharuan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Salah satu cara untuk mengukur keberhasilan pendidikan dapat dilihat melalui hasil belajar siswa, pendidikan bisa dikatakan berhasil apabila peserta didiknya memperoleh hasil belajar yang baik. Umumnya masalah yang muncul dan dihadapi oleh dunia pendidikan negara ini yaitu kelemahan dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran masih terasa monoton dan sebagian besar membuat siswa merasa tertekan dengan materi pelajaran serta tugas yang diberikan oleh guru, itu sebabnya siswa merasa jenuh berada di dalam kelas dan terkadang tidak konsentrasi menerima pelajaran yang diajarkan. Terdapat beberapa pendekatan dan metode yang telah dilakukan dan diterapkan oleh guru di dalam proses pembelajaran sejauh ini, namun hasil yang didapatkan belum maksimal. Adapun dari hasil pengamatan dan observasi yang telah dilakukan peneliti di SMKN 2 Indramayu yakni menunjukan proses pembelajaran yang kurang berkembang. Hal tersebut tampak terjadi dari antusiasme siswa dalam mengikuti mata pelajaran yang kemudian berimbas pada hasil tes yang kurang memuaskan. SMKN 2 Indramayu merupakan sekolah menengah kejuruan pertanian dengan salah satu kompetensi keahlian yaitu Agribisnis Pengolahan Hasil Pertanian (APHP). Kompetensi keahlian APHP ini bertujuan untuk membekali peserta didik dengan keterampilan, pengetahuan dan sikap agar kompeten dalam menerima, melaksanakan, serta menerapkan agribisnis pengolahan hasil pertanian ini sehingga dapat bekerja dengan baik dan mandiri baik di dunia usaha maupun dunia industri sebagai tenaga kerja yang ahli. Selain itu siswa dididik untuk memiliki sikap profesional, mampu berkompetisi, dan mampu menciptakan lapangan kerja.

2 Proses pembelajaran di SMK Negeri 2 Indramayu dalam hal konsentrasi Agroindustri Pengolahan Hasil Pertanian (APHP) masih menerapkan metode pembelajaran yang umumnya digunakan pada mata pelajaran produktif yaitu metode pembelajaran konvensional. Metode tersebut menempatkan guru sebegai pusat keberlangsungan proses kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, sehingga peran guru masih sangat dominan. Hal demikian menyebabkan siswa kurang terlibat aktif ketika proses pembelajaran berlangsung yang kemudian berdampak pada minimnya pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Kurangnya motivasi dan dukungan dari lingkungan belajar siswa dapat menyebabkan terbatasnya pemikiran siswa dan penguasaan kompetensi yang seharusnya dimiliki siswa masih belum tercapai. Hal ini dapat terlihat dari hasil ulangan harian pada mata pelajaran produktif, masih banyak siswa yang nilainya berada dibawah KKM yang ditentukan sekolah yaitu 80. Sehingga kedudukan lembaga sekolah serta guru dinilai penting dalam berkontribusi untuk kemajuan peserta didiknya. Adapun penyebab rendahnya hasil ulangan tersebut terjadi akibat adanya faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa dan faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa tersebut seperti proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru, kurikulum, sarana dan prasarana sekolah serta lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan faktor lainnya. Kurang tepatnya menggunakan metode/model pembelajaran juga berakibat menimbulkan kebosanan, monoton atau bahkan siswa kesulitan dalam memahami konsep yang diajarkan. Membantu siswa dalam memahami konsep materi yang diajarkan memerlukan adanya suatu model pembelajaran yang dapat memberikan kontribusi positif terhadap proses belajar siswa. Model pembelajaran tersebut harus mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Pada umumnya suatu proses pembelajaran akan berjalan lebih efektif bila dilaksanakan melalui model-model pembelajaran yang lebih atraktif yaitu yang berpusat pada siswa (student centered). Model pembelajaran yang digunakan hendaknya

3 memberikan kepada siswa sejumlah fakta, konsep, hipotesis, dan siswa dapat dipusatkan pada pengembangan kreatifitas kemampuan berfikirnya. Dewasa ini, model pembelajaran yang menuntut adanya perubahan lingkungan belajar semakin banyak bermunculan. Hal demikian terjadi dengan maksud agar peserta didik diharapkan tidak hanya mampu berinteraksi dan bekerja sama di sebuah kelompok kecil, namun juga dapat belajar dan bekerja secara independen. Adapun salah satu model pembelajaran yang mendukung semua hal tersebut dan dapat diterapkan adalah model pembelajaran inquiry. Inquiry merupakan salah satu metode pembelajaran yang direkomendasikan saat ini karena metode pembelajaran ini sesuai dengan kurikulum 2013. Salah satu fokus dari kurikulum 2013 adalah perubahan paradigma dari yang sebelumnya terfokus pada guru/guru ceramah menjadi terfokus pada siswa melalui pertanyaan sehingga merangsang siswa bertanya dan juga guru mengarahkan pertanyaan siswa. Metode inquiry saat ini dipandang sangat tepat untuk diterapkan di kurikulum 2013 karena menekankan pada keberanian bertanya siswa dan sekaligus dapat menilai sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa. Model pembelajaran inquiry ini juga merupakan cara pembelajaran yang mengajarkan dan mengarahkan kepada peserta didik untuk dapat bersikap layaknya ilmuwan dalam hal proses ilmiah dan untuk menjadikan siswa kritis, analisis argumentatif dalam mencari jawaban-jawaban berbagai permasalahan yang ada melalui pengalaman-pengalaman dan sumber lainnya. Oleh karena itu, model pembelajaran ini cocok diterapkan pada mata pelajaran produktif ini yaitu Keamanan Pangan yang menuntut siswa untuk berpikir lebih ilmiah untuk memecahkan suatu permasalahan menyangkut teknik keamanan dalam mengolah bahan pangan. Berdasarkan pada yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Inquiry untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMK.

4 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Model pembelajaran yang diterapkan guru umumnya hanya ceramah, tanya jawab, jarang sekali menggunakan model pembelajaran yang memusatkan pada siswa (student center). 2. Proses pembelajaran mata pelajaran produktif hanya menekankan pada pencapaian tuntutan penyampaian materi sehingga menyebabkan kurangnya pemahaman siswa. 3. Hasil ujian siswa kelas X TPHP-1 pada mata pelajaran produktif belum memenuhi angka KKM yang ditetapkan sekolah. 4. Penerapan model pembelajaran inquiry yang jarang diterapkan, dan penerapan model pembelajaran inquiry ini diharapkan dapat melatih siswa belajar untuk menganalisa suatu permasalahan. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang merupakan bagian pokok dalam pelaksanaan penelitian ini, sehingga dengan adanya rumusan masalah diharapkan tujuan penelitian yang hendak dicapai dapat terealisasikan. Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimanakah hasil belajar siswa pada pelaksanaan pembelajaran menggunakan model pembelajaran inquiry pada mata pelajaran keamanan pangan di kelas X TPHP-1 SMK Negeri 2 Indramayu? 2. Bagaimanakah keaktifan siswa dalam pelaksanaan menggunakan model pembelajaran inquiry pada mata pelajaran keamanan pangan di kelas X TPHP- 1 SMK Negeri 2 Indramayu?

5 1.4 Batasan Masalah Batasan-batasan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1. Model pembelajaran inquiry akan diterapkan pada mata pelajaran Keamanan Pangan di kelas X TPHP-1, semester genap, Tahun Ajaran 2014-2015 SMK Negeri 2 Indramayu. 2. Model pembelajaran inquiry akan diterapkan pada Kompetensi Dasar Menerapkan cara produksi pangan yang baik (GMP) 3. Hasil belajar siswa pada penelitian ini yaitu nilai pre-test dan post-test siswa dari tiga siklus pembelajaran. 1.5 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini yaitu: 1. Diperolehnya peningkatan hasil belajar siswa kelas X TPHP-1 pada pembelajaran keamanan pangan setelah diterapkan model pembelajaran inquiry. 2. Diperolehnya peningkatan aktivitas belajar siswa kelas X TPHP-1 Pada pembelajaran keamanan pangan setelah diterapkan model pembelajaran inquiry. 1.6 Manfaat Penelitian Peneliti mengharapkan bahwa penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Meningkatkan pemahaman siswa melalui hasil belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran inquiry. 2. Memberikan masukan alternatif bagi guru mata pelajaran produktif untuk meningkatkan pemahaman siswa melalui penerapan model pembelajaran inquiry. 3. Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami dan mempelajari mata pelajaran produktif melalui penerapan model pembelajaran inquiry.

6 4. Memberikan informasi bagi peneliti tentang pengaruh penerapan model pembelajaran inquiry dalam peningkatan pemahaman siswa akan materi yang diajarkan. 1.7 Definisi Operasional Definisi operasional merupakan suatu upaya yang bertujuan untuk menghindari kesalahan pemahaman dalam menafsirkan istilah yang berkaitan dengan judul atau kajian penelitian. Oleh karena itu, definisi operasional yang perlu dijelaskan, yaitu: 1. Model pembelajaran inquiry dalam penelitian ini merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran Keamanan Pangan pada siswa kelas X TPHP-1 SMKN 2 Indramayu, yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari masalah yang dipertanyakan. Fase-fase dalam model pembelajaran ini mencakup penyajian masalah kepada siswa, perumusan masalah, identifikasi masalah, dan kemudian siswa menemukan cara untuk memecahkan suatu masalah. Model pembelajaran inquiry ini menempatkan peserta didik pada situasi yang melibatkan mereka dalam kegiatan intelektual. 2. Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap maupun ketrampilan. Hasil belajar dalam penelitian ini merupakan gambaran tentang tingkat penguasaan siswa kelas X TPHP-1 SMKN 2 Indramayu terhadap tujuan belajar pada topik bahasan/materi yang diajarkan. Hasil belajar pada penelitian ini terdiri dari aspek kognitif dan afektif. Hasil belajar pada aspek kognitif diukur menggunakan pretes dan post-tes. Hasil belajar pada aspek afektif diukur menggunakan lembar observasi ketika kegiatan pembelajaran berlangsung.

7 1.8 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi diuraikan menjadi lima bagian yaitu: BAB 1 PENDAHULUAN. Pendahuluan menjelaskan tentang pokokpokok pemikiran yang melatarbelakangi penulisan skripsi yang mencakup latar belakang penelitian, identifikasi masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan sistematika penulisan. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan pustaka menguraikan tentang kajian teori yang berhubungan dengan belajar dan pembelajaran, faktor yang mempengaruhi belajar, hasil belajar, keaktifan belajar siswa, model pembelajaran, pembelajaran inquiry, tahapan-tahapan model pembelajaran inquiry, kelebihan dan kekurangan model pembelajaran inquiry, dan tujuan pembelajaran inquiry. BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian berisi tentang metode penelitian, setting penelitian, rencana tindakan, instrumen penelitian, pengujian instrumen dan teknik pengolahan data. BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Berisi tentang hasil pelaksanaan penelitian tindakan kelas dari siklus I hingga siklus III dan pembahasan analisis hasil tindakan penelitian. BAB 5 PENUTUP. Berisi tentang simpulan dan saran.