IMPLEMENTASI DIVERSI TERHADAP ANAK PELAKU PEMBUNUHAN BERENCANA (STUDI KASUS PUTUSAN PENGADILAN NEGERI GRESIK, TANGGAL 12 NOVEMBER 2014, NOMOR: 03/PID. SUS. AN/2014/PN.GSK. ) Oleh Suhartanto ABSTRAK Anak perlu mendapat perlindungan dari dampak negatif arus globalisasi di bidang komunikasi dan informasi. Salah satu upaya pencegahan dan penanggulangan kenakalan anak saat ini adalah melalui penyelenggaraan sistem peradilan anak, perumusan masalah dalam penulisan ini bagaimanadiversi diatur dalam sistem peradilan anak, sesuai dengan Undang-undang RI Nomor, 11 Tahun 2012, dan Putusan Pengadilan NegeriGresik, Tanggal 12 November 2014, Nomor: 03/Pid.Sus. An /2014/PN.Gsk.Obyek permasalahan dalam penulisan ini adalah bagaimana implementasi diversi dalam praktek peradilan pidana anak dapat diformulasikan dalam kebijakan pembaruan sistem peradilan pidana anak di Indonesia.Pendekatan masalah secara normatif.bahan hukum primer,yaitu peraturan perundang-undangan dan putusan pengadilan.bahan hukum sekunder,yaitu studi pustaka dan studi dokumen. Kemudian dikaji untuk menjawab permasalahan tentang implementasi diversi peradilan pidana anak.sehingga dapat disimpulkan permasalahan pertama,undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak salah satu metodenya adalah diversi. Dan kesimpulan kedua, diversi dalam kasus ini tidak dapat diterapkan dikarenakan unsur diversi tidak terpenuhi.penulis menyarankan peran serta orang tua dan keluarga dalam pengawasan sangat penting, dan dibentuk undang-undang khusus tentang Hukum Acara Pidana Anak, dan lembaga pengadilan sendiri Kata kunci : Peradilan anak, Diversi, Undang-undang RI Nomor, 11 Tahun 2012, Putusan Pengadilan Negeri Gresik Nomor: 03/Pid. Sus, An/2014/PN.Gsk a. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kenakalan anak setiap tahun selalu meningkat, oleh karena itu, berbagai upaya pencegahan dan penanggulangan kenakalaan anak perlu segera dilakukan. Salah satu upaya cara pencegahan dan pennggulangan kenakalan saat ini melalui penyelenggaraan sistem peradilan pidana anak. Kemudian lahirlah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, Dalam undangundang yang baru ini terdapat banyak perubahan, yang paling mencolok adalah diterapkannya proses diversi dalam penyelesaian perkara anak. Dalam pembentukan peraturan perundangundangan yang mengatur tentang peradilan pidana anak, hak-hak anak merupakan dasar pembentukan peraturan perundang-undangan tersebut. Ini berarti bahwa peradilan pidana anak yang adil memberikan perlindungan terhadap hak-hak anak, baik sebagai tersangka, terdakwa, maupun sebagai terpidana/narapidana, sebab perlindungan terhadap hak-hak anak ini merupakan tonggak utama dalam peradilan pidana anak dalam negara hukum. Diharapkan dengan lahirnya Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2011 tentang sistem peradilan pidana anak yang baru ini, akan memberikan landasan hukum yang berkeadilan bagi semua pihak, terutama anak yang berhadapan dengan hukum, yang dalam perkembangannya masih membutuhkan perhatian, kasih sayang, serta bimbingan dari orang di sekitarnya untuk menjadi pribadi yang cerdas, mandiri, berakhlak mulia, bertanggung jawab, serta berguna bagi keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. 1.2. Perumusan Masalah. Berdasar uraian singkat latar belakang tersebut, maka perumusan masalah dalam penulisan ini sebagai berikut. 99
1. Bagaimana diversi diatur dalam sistem peradilan anak, sesuai dengan Undang-undang RI Nomor, 11 Tahun 2012. 2. Apakah diversi dapat diimplementasikan terhadap anak pelaku pembunuhan Berencana ( Putusan Pengadilan NegeriGresik, Tanggal 12 November 2014, Nomor: 03/Pid.Sus. An /2014/PN.Gsk.) 1.3. Tujuan Penelitian. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan sebagaimana yang disebutkan dalam rumusan permasalahan. Untuk memberikan analisis tentang diversi untuk di implementasikan dalam pembaruan sistem peradilan pidana anak di Indonesia.Untuk memberikan analisis tentang diversi dalam kebijakan sistem peradilan pidana anak di Indonesia dan dalam proses pengadilan anak di Indonesia saat ini. 1.4. Manfaat Penelitian. Manfaat dalam panelitian ini bagi kepentingan akademik diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang pengembangan ilmu hukum dalam sistem peradilan pidana anak di Indonesia. Bagi pengambil kebijakan,diharapkan dapat menjadi masukan bagi pembentuk undang-undang dan penegak hukum. Dan bagi masyarakat umum,dapat dijadikan informasi tentang diversi dalam sistem peradilan anak di Indonesia. b. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Diversi Dalam Sistem Peradian Anak Menurut Undang-Undang RI Nomor, 11 Tahun 2014 Istilah diversi pertama kali dimunculkan dalam seminar nasional peradilan anak oleh Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Bandung tanggal 5 oktober 1996. Hal-hal yang disepakati, antara lain Diversi, yaitu kemungkinan hakim menghentikan atau mengalihkan / tidak meneruskan pemeriksaan perkara dan pemeriksaan terhadap anak selama proses pemeriksaan di muka sidang. 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak salah satu metodenya adalah diversi. Dalam Undang Undang No.11 Tahun 2012, diversi dirumuskan dalam Bab II, dimana semua ketentuan mengenai syarat, pelaksanaan,dan apa saja yang harus di perhatikan dalam diversi, semua tercantum lengkap. Dalam pasal 6 Undang Undang No. 11 Tahun 2012, tujuan Diversi adalah sebagai berikut: a. mencapai perdamaian antara korban dan anak; b. menyelesaikan perkara anak diluar proses peradilan; c. menghindarkan anak dari perampasan kemerdekaan; d. mendorong masyarakat untuk berpartisipasi ; dan e. menanamkan rasa tanggung jawab kepada anak. Terkait pada permasalahan diversi, bahwa kewajiban mengupayakan diversi dari mulai penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan perkara anak di pengadilan negeri, dilaksanakan dalam hal tindak pidana yang dilakukan : (a) diancam dengan pidana penjara dibawah 7(tujuh) tahun; dan (b) bukan merupakan pengulangan tindak pidana. 2 Proses diversi sendiri wajib memperhatikan: 3 a. Kepentingan korban; b. Kesejahteraan dan tanggung jawab anak; c. Penghindaran stigma negative; d. Penghindaran pembalasan; e. Keharmonisan masyarakat; dan f. Kepatutan, kesusilaan, dan ketertiban umum. Kesepakatan diversi dapat dikecualikan (a) tindak pidana berupa pelanggaran, ( b) tindak pidana ringan, (c) tindak pidana tanpa korban, dan (d) nilai kerugian korban tidak lebih dari nilai upah minimum provinsi setempat. Ada 2 (dua) kategori perilaku anak yang membuat ia harus berhadapan dengan hukum, yaitu : 4 1) Status Offence adalah perilaku kenakalan anak yang apabila dilakukan oleh orang dewasa tidak dianggap sebagai kejahatan, seperti tidak menurut, membolos sekolah atau kabur dari rumah; 2) Juvenile Deliquency adalah perilaku kenakalan anak yang apabila di lakukan oleh orang dewasa dianggap kejahatan atau pelanggaran hukum. 2 M. Nasir Jamil. Anak Bukan Untuk Dihukum. Sinar Grafika. Jakarta Timur. 2013. h. 138. 3 Ibid. h. 140. 1 Angger Sigit Pramukti. Sistem Peradilan Pidana Anak.Pustaka Yustisia. Yogyakarta. 2015.h. 68. 4 M. Nasir Jamil. Anak Bukan Untuk Dihukum. Sinar Grafika. Jakarta Timur. 2013. h. 33. 100
Pasal 8 ayat (3) mengenai hal hal yang harus diselesaikan dan menjadi acuan, yaitu: a. Kepentingan korban. b. Kesejahteraan dan tanggung jawab anak. c. Penghindaran stigma negatif. d. Penghindaran pembalasan. e. Keharmonisan masyarakat. f. Keputusan, kesusilaan, dan ketertiban umum. Diversi sendiri tidak di maksudkan untuk dilaksanakan terhadap pelaku tindak pidana yang serius, misalnya pembunuhan, pemerkosaan, pengedar narkoba, dan terorisme, yang disncam pidana diatas 7 (tujuh) tahun. Rekomendasi Pembimbing Kemasyarakatan dapat berbentuk: 5 a. Pengembalian kerugian dalam hal ada korban b. Rehabilitasi medis dan psikososial c. Penyerahaan kembali kepada orang tua/wali d. Keikutsertaan dalam pendidikan atau pelatihan di lembaga pendidikan atau pelatihan di lembaga pendidikan atau LPKS paling lama 3 (tiga) atau e. Pelayanan masyarakat paling lama 3 (tiga) bulan. 2.2.Putusan Pengadilan Negeri Gresik, Tanggal 12 November 2014, Nomor: 03/Pid.Sus.An/2014/Pn.Gsk Yang dimaksud dengan putusan Hakim atau putusan pengadilan adalah pernyataan hakim yang diucapkan dalam sidang pengadilan yang terbuka, yang dapat berupa pemidanaan atau bebas atau lepas dari segala tuntutan hukum dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang. Dalam mengambil putusan, hakim harus benarbenar memperhatikan kedewasaan emosional, mental, dan intelektual anak. 6 Dalam Putusan Pengadilan Negeri Gresik Jaksa penuntut umum, menuntut agar majelis menjatuhkan putusan sebagai berikut: a. Menyatakan anak Dian Sasmita alias Andy alian Udin terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana kekejaman,kekerasan atau ancaman kekerasan atau penganiayaan terhadap anak yang mengakibatkan kematian,dalam gabungan dari beberapa perbuatan,yang masing masing harus 5 Angger Sigit Pramukti. Sistem Peradilan Pidana Anak.Pustaka Yustisia. Yogyakarta. 2015.h. 71. 6 Maidin Gultom.Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak di Indonesia.Refika Aditama. Bandung. 2008. h. 120. dipandang sebagai suatu perbuatan tersendirisendiri dan yang masing masing menjadi kejahatan dan tindak pidana memaksa anak melakukan persekutuan dengannya sebagaimana diatur dalam pasal 80 ayat (3) Undang Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak jo Pasal 65 ayat (1) dan (2) KUHPidana dan pasal 81 ayat (1) Undang undang RI Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak. b. Menjatuhkan pidana terhadap anak Dian Sasmita alias Andy alias Udin, dengan pidana penjara selama 10 (sepuluh ) tahun dikurangi selama anak berada dalam tahanan dengan perintah anak tetap ditahan dan pelatihan kerja selama 1 (satu) tahun. Menimbang, bahwa atas tuntutan Penuntut Umum tersebut diatas, tim penasehat hukum anak Dian Sasmita mengajukan nota pembelaan yang berisi permohonan agar anak Dian Sasmita alias Andi alias Udin dibebaskan atau setidak-tidaknya dilepaskan dari segala tuntutan (onslaag van alle rechtsvervolging) atau memutuskan mengembalikan anak yang masih di bawah umur tersebut kepada orang tuanya. Menimbang,bahwa nota pembelaan penasehat hukum tersebut diatas diajukan dengan alasan bahwa paradigma dari adanya UU SPPA adalah adanya pengaturan mengenai keadilan restoratif dan diversi untuk menghindari dan menjauhkan anak dari proses peradilan sehingga terhindar pula stigmatisasi terhadap anak yang berhadapan dengan hukum, dan diharapkan anak dapat kembali ke dalam lingkungan sosial secara wajar.selain itu menurut dalil penasehat hukum, dalam perkara ini tidak ada saksi yang melihat secara langsung perbuatan anak Dian Sasmita meskipun hal itu diakui sendiri oleh anak tersebut. Bahwa unsur-unsur Pasal 80 ayat (2) UU No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Jo Pasal 65 ayat (1) dan (2) KUHP adalah: 1. Setiap orang 2. Melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan, atau penganiayaan 3. Terhadap anak 4. Menyebabkan mati 5. Gabungan beberapa perbuatan yang masingmasing berdiri sendiri Bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap diri anak yang berkonflik dengan hukum, maka perlu dipertimbangkan terlebih dahulu keadaan yang memberatkan dan yang meringankan dari anak tersebut yaitu : Keadaan yang memberatkan: 101
- Kedua korban yang meninggal dunia akibat perbuatan anak Dian Sasmita, masih berusia sangat muda, merupakan anak yang berprestasi di sekolahnya dan merupakan tumpuan harapan bagi kedua orang tuanya. - Cara anak Dian Sasmita melakukan perbuatannya telah menimbulkan trauma yang sangat berat bagi keluarga kedua korban, bagi lingkungan sekitar, bagi guru dan teman-teman sekolahnya, serta bagi masyarakat pada umumnya. - Anak Dian Sasmita tega menyetubuhi korban Fifi yang sudah dalam keadaan sakratul maut (sekarat). - Anak Dian Sasmita tega kembali memukulkan kubut (linggis kecil) ke arah korban Diah, padahal saat itu diketahuinya korban Diah sudah tidak bernapas. - Tidak ada permintaan maaf baik dari anak maupun keluarganya terhadap keluarga kedua korban. Keadaan yang meringankan: - Pelaku Dian Sasmita alias Andy alias Udin masih berusia muda, sehingga diharapkan dengan pidana yang dijatuhkan dapat menjadi pelajaran berharga bagi hidupnya, agar ia tidak melakukan perbuatan melanggar hukum apapun lagi dikemudian hari. - Pelaku menyatakan penyesalannya yang teramat dalam dan berjanji tidak akan mengulanginya. - Pelaku dipersidangan mengakui terus terang perbuatannya, dapat bercerita secara mendetail, dan sangat kooperatif sehingga memperlancar jalannya persidangan ini. Dari pertimbangan analisis kasus diatas maka pengadilan memutuskan: 1. Menyatakan Anak Dian Sasmita alias Andy alias Udin dengan identitas diatas, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana melakukan kekejaman, kekerasan atau penganiayaan yang menyebabkan mati dan tindak pidana dengan sengaja melakukan kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya. 2. Menjatuhkan pidana kepada anak tersebut oleh karena itu dengan pidana penjara selama 10 (sepuluh) tahun dan pidana pelatihan kerja selama 1 tahun di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kabupaten Blitar. 3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani anak tersebut di atas dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan. 4. Menetapkan Anak Dian Sasmita alias Andy alias Udin tetap ditahan. c. METODE PENELITIAN 3.1.Tipe Penelitian. Obyek permasalahan dalam penulisan ini adalah bagaimana implementasi diversi dalam praktek peradilan pidana anak dapati diformulasikan dalam kebijakan pembaruan sistem peradilan pidana anak di Indonesia. 3.2.Pendekatan Masalah. Pendekatan masalah dalam penulisan ini adalah pendekatan secara normatif. Penulis meneliti tentang peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan diversi dalam sistem peradilan pidana anak,serta meneliti bagaimana diversi dilaksanakan dalam prakteksistem peradilan anak. 3.3.Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum. Dari bahan hukum yang meliputi bahan hukum primer dan sekunder,kemudian dikaji untuk menemukan sumber bahan-bahan yang berkaitan dengan kaedah hukum dan dipandang dapat menambah kejelasan permasalahan dan arah pembahasan yang relevan dalam penelitian, disusun secara sistematis sesuai dengan urutan permasalahan,selanjutnya dilakukan analisis untuk menjawab permasalahan tentang implementasi diversi peradilan pidana anak. d. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Diversi Dalam Sistem Peradian Anak Menurut Undang-Undang RI Nomor, 11 Tahun 2014 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak salah satu metodenya adalah diversi. Diversi adalah suatu pengalihan penyelesaian kasus-kasus anak yang diduga melakukan tindak pidana tertentu dari proses pidana formal ke penyelesaian damai antara tersangka/terdakwa/pelaku tindak pidana dengan korban yang difasilitasi oleh keluarga dan/atau masyarakat, pembimbing kemasyarakatan anak, polisi, jaksa atau hakim. 102
4.2.Putusan Pengadilan Negeri Gresik, Tanggal 12 November 2014, Nomor: 03/Pid.Sus.An/2014/Pn.Gsk Dalam Putusan Pengadilan Negeri Gresik Jaksa penuntut umum, menuntut agar majelis menjatuhkan putusan sebagai berikut: 1. Menyatakan Anak Dian Sasmita alias Andy alias Udin dengan identitas diatas, terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana melakukan kekejaman, kekerasan atau penganiayaan yang menyebabkan mati dan tindak pidana dengan sengaja melakukan kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya. 2. Menjatuhkan pidana kepada anak tersebut oleh karena itu dengan pidana penjara selama 10 (sepuluh) tahun dan pidana pelatihan kerja selama 1 tahun di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kabupaten Blitar. 3. Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani anak tersebut di atas dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan. 4. Menetapkan Anak Dian Sasmita alias Andy alias Udin tetap ditahan. 5.2.Diversi dalam putusan Pengadilan Negeri Gresik, tanggal 12 november 2014, nomor:03/pid, sus, an/2014/pn, Gsk. Dalam putusan Pengadilan Negeri Gresik, Tanggal 22 November 2014. Nomor: 03/Pid, Sus. An/2014/PN.Gsk. Majelis menjatuhkan pidana kepada anak tersebut oleh karena itu dengan pidana penjara selama 10 (sepuluh) tahun dan pidana pelatihan kerja selama 1 tahun di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Kabupaten Blitar dikarenakanterbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana melakukan kekejaman, kekerasan atau penganiayaan yang menyebabkan mati dan tindak pidana dengan sengaja melakukan kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya.dengan demikian diversi dalam kasus ini tidak dapat diterapkan dikarenakan unsur diversi tidak terpenuhi 5.3. Saran Untuk itu penulis menyarankan peran serta orang tua dan keluarga dalam pengawasan sangat penting, dan dibentuk undang-undang khusus tentang Hukum Acara Pidana Anak, dan lembaga pengadilan sendiri e. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Diversi Dalam Sistem Peradilan Pidana Anak, Menurut Undang-Undang RI Nomor, 11 Tahun 2012. Dengan diundangkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang sistem peradilan pidana anak pada tanggal 30 juli 2012, maka Indonesia memiliki suatu peraturan yang memberikan perlindungan hukum terhadap anak yang berhadapan dengan hukum yaitu diversi. Diversi adalah suatu pengalihan penyelesaian kasus-kasus anak yang diduga melakukan tindak pidana tertentu dari proses pidana formal ke penyelesaian damai antara tersangka / terdakwa / pelaku tindak pidana dengan korban. Diversi bertujuan: a. mencapai perdamaian antara korban dan anak; b. menyelesaikan perkara anak diluar proses peradilan; c. menghindarkan anak dari perampasan kemerdekaan; d. mendorong masyarakat untuk berpartisipasi ; e. menanamkan rasa tanggung jawab kepada anak. DAFTAR PUSTAKA. Buku Angger Sigit Pramukti. 2015. Sistem Peradilan Pidana Anak. Yogyakarta : Penerbit Pustaka Yustisia. Bunadi Hidayat. 2010. Pemidanaan Anak di Bawah Umur.Bandung : Penerbit Alumni. Lilik Mulyadi. 2005. Pengadilan Anak di Indonesia Teori, Praktek dan Permasalahannya.Bandung: Penerbit Mandar Maju. M. Nasir Jamil. 2013. Anak Bukan Untuk Dihukum. Jakarta Timur : Penerbit Sinar Grafika. Maidin Gultom. 2008. Perlindungan Hukum Terhadap Anak dalam Sistem Peradilan Anak di Indonesia. Bandung: Penerbit PT Refika Aditama. Marlina. 2009. Peradilan Pidana Anak di Indonesia Pengembangan Konsep Diversi. Bandung :Penerbit PT Refika Aditama. Setya Wahyudi. 2011. Implementasi Ide Diversi Dalam Pembaruan Sistem Peradilan 103
Pidana Anak di Indonesia. Yogyakarta : Penerbit Genta Publishing. Wagiati Sutedjo. 2013. Hukum Pidana Anak [Edisi Revisi]. Bandung :Penerbit PT Refika Aditama. Perundang-undangan. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem peradilan Pidana Anak. Undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. 104