PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO. PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NO~OR b TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA \ I I

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NO\"'OR 7 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK HOTEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO,

LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU. Nomor 12 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA MEDAN PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN

BUPATI MUSI RAWAS, TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN TAHUN 2011 NOMOR 09 SERI A NOMOR 08 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN NOMOR 09 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BURU,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR NOMOR 2 TAHUN 2011

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PAJAK AIR TANAH

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 5 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR dan BUPATI LUWU TIMUR MEMUTUSKAN :

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2010 NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG,

BUPATI KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN

WALIKOTA PADANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG,

PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 13 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU,

BUPATI WAROPEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAROPEN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WAROPEN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN,

PERATURAN DAERAH KOTA MEDAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MEDAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR : 10 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANOKWARI NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MANOKWARI,

P E R A T U R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK REKLAME DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO,

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH BUMBU,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 05 TAHUN 2012 TLD NO : 05

6. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara

LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU. Nomor 11 Tahun 2010 PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

WALIKOTA LHOKSEUMAWE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG

BUPATI MUSI RAWAS, TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HALMAHERA TIMUR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH BESAR,

WALIKOTA BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN

BUPATI NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

PEMERINTAH KABUPATEN TELUK BINTUNI

PEMERINTAH KABUPATEN TANGGAMUS

PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 02 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 19 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 19 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK RESTORAN

PEMERINTAH KABUPATEN BLORA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR : 07 TAHUN 2012 TLD NO : 07

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN,

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR : 03 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR PERMUKAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

- 1 - QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK AIR TANAH

PEMERINTAH KABUPATEN MAMUJU

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PARKIR

PEMERINTAH KOTA BATU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG,

PEMERINTAH KOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LABUHANBATU Nomor 04 Tahun 2011 Seri A Nomor 04

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 12 Tahun 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS

BUPATI SIGI PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PAJAK PARKIR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK REKLAME

BUPATI GOWA PAJAK PARKIR PERATURAN DAERAH KABUPATEN GOWA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GOWA,

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PAJAK AIR TANAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BUTON RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUTON,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGGAI NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGGAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2011 NOMOR 16

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 18 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK PARKIR

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK RESTORAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA GORONTALO,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 16 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK SARANG BURUNG WALET

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 05 TAHUN 2011 T E N T A N G PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BURU,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PARKIR

PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

WALIKOTA GORONTALO PERATURAN DAERAH KOTA GORONTALO NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PAJAK PENERANGAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 8 TAHUN 2012 TENTANG PAJAK AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA AMBON,

Transkripsi:

.~;,1 PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NO~OR b TAHUN 2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH ' DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA \ I I BUPATI SIDOARJO, Menimbang: a. bahwa Pajak Ai Tanah meupakan salah satu Pajak Daeah sebagai sumbe pendapatan asli daeah yang penting guna mendanai penyelenggaaan pemeintahan dan pembangunan Daeah untuk memantapkan Otonomi Daeah yang luas, nyata, dan betanggung jawab; b. bahwa dengan diundangkannya Undang-Undang Nomo 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daeah dan Retibusi Daet:ah, pemeintah Kabupaten/ Kota bewenang untuk menetapkan Pajak Ai Tanah dalam peatuan daeah; c. bahwa bedasakan petimbangan sebagaimapa dimaksud pada huuf a dan huuf b, pelu menetapkan Peatuan Daeah Kabupaten Sidoajo tentang Pajak AiTanah; Mengingat 1. Undang-Undang Nomo 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daeah- Daeah Kabupaten!Kotamadya dalam Lingkungan Popinsi Jawa Timu sebagainiana telah diubah dengan Undang-Undang Nomo 2 Tahun 1965 (Lembaan Negaa Tahun 1965 Nomo 19 Tambahan Lembaan Negaa Nomo 2730); 2. Undang-Undang Nomo 8 Tahun 1981 tentang Hukum'Acaa Pidana(Lembaan,}; Negaa Republik Indonesia Tahun 1981 Nomo 76, Tambahan Lembaan Negaa /~ Republik Indonesia Nomo 3209); 3. Undang-Undang Nomo 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Caa Pepajakan (Lembaan Negaa Republik Indonesia Tahun 1983 Nomo 49, Tambahan Lembaan Negaa Nomo 3262) sebagaimana telah diubah bebeapa kali teakhi dengan Undang-undang Nomo 16 Tahun 2009 tentang Penetapan Peatuan Pemeintah Pengganti Undang-Undang Nomo 5 Tahun 2008 tentang Peubahan keempat atas Undang-Undang Nomo 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Caa Pepajakan menjadi Undang-undang (Lembaan Negaa Republik Indonesia Tahun 2009 Nomo 62, Tambahan Lembaat Negaa Nomo 4999); 4. Undang-Undang Nomo 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Suat Paksa (Lembaan Negaa Republik Indonesia Tahun 1997 Nomo 42, Tambahan Lembaan Negaa Nomo 3686) sebagaimana telah diubah bebeapa kali teakhi dengan Undang-undang Nomo 19 Tahun 2000 tentang Peubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomo 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak Dengan Suat Paksa (Lembaan Negaa Republik Indonesia Tahun 2000 Nomo 129, Tambahan Lembaan Negaa Republik Indonesia Nomo 3987); 5. Undang-Undang Nomo 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak (Lembaan Neg3\:a Republik Indonesia Tahun 2002 Nomo 27, Tambahan Lembaan Negaa Republik Indonesia Nomo 4189);

o ~ 2 6. Undang-Undang Nomo 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peatuan Peundang-undangan (Lembaan Negaa Republik Indonesia Tahun 2004 Nomo 53, Tambahan Lembaan Negaa Republik Indonesia Nomo 4389); 7. Undang-Undang Nomo 7 Tahun 2004, tentang Sumbe Daya Ai (Lembaan Negaa Republik Indonesia Tahun 2004 Nomo 32, Tambahan Lembaan Negaa Republik Indonesia Nomo 4377); 8. tjndang-undang Nomo 32 Tahun 2004 tentang Pemeintahan Daeah (Lembaan Negaa Republik Indonesia Tahun 2004 Nomo 125, Tambahan Lembaan Negaa Republik Indonesia Nomo 4437) sebagaimana telah diubah bebeapa kali teakhi dengan Undang-Undang Nomo 12 Tahun 2008 tentang Peubahan Kedua Atas Undan~Undang Nomo 32 Tahun 2004 tentang Pemeintahan Daeah (Lembaan Negaa Republik Indonesia Tahun 2008 Nomo 59, Tambahan Lembaan Negaa Republik Indonesia Nomo 4844); 9. Undang-Undang' Nomo 33 Tahun 2004 tentang Peimbangan Keuangan Antaa Pemeintah Pusa~ dan Pemeintahan Daeah (Lembaan Negaa Republik Indonesia Tahun 2004 Nomo 126, Tambahan Lembaan Negaa Republik Indonesia Nomo 4438); 10. Undang-Undang Nomo 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daeah dan Retibusi Daeah (Lembaan Negaa Republik Indonesia Tahun 2009 Nomo 130, Tambahan Lembaan Negaa Republik Indonesia Nomo 5049); 11. Peatuan Pemeintah Nomo 135 Tahun 2000 tentang Tata Caa Penyitaan Dalam Rangka Penagihan Pajak Dengan Suat Paksa (Lembaan Negaa Republik Indonesia Tahun 2000 Nomo 135, Tambahan Lembaan Negaa Republik Indonesia Nomo 4049); 12. Peatuan Pemeintah Nomo 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daeah (Lembaan Negaa Republik Indonesia Tahun 2005 Nomo 140, Tambahan Lembaan Negaa Republik Indonesia Nomo 4575); 13. Peatuan Pemeintah Nomo 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Uusan Pemeintahan antaa Pemeintah, Pemeintahan Daeah Povinsi, dan Pemeintahan Daeah Kabupaten/Kota (Lembaan Negaa Republik Indonesia Tahun 2007 Nomo 82, Tambahan Lembaan Negaa Republik Indonesia Nomo 4737); 14. Peatuan Pemeintah Nomo 69 Tahun 2010 tentang Tata Caa Pembeian dan Pemanfaatan Insentif Pemungutan Pajak Daeah dan Retibusi Daeah (Lembaan Negaa Republik Indonesia Tahun 2010 Nomo 119, Tambahan Lembaan Negaa Republik Indonesia Nom o 5161 ); 15. Peatuan Mentei Dalam Negei Nomo 15 Tahun 2005 tentang Jenis dan Bentuk Poduk Hukum Daeah; 16. Peatuan Mentei Dalam Negei Nomo 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daeah sebagaimana telah diubah dengan Peatuan Mentei Dalam Negei Nomo 59 Tahun 2007; 17. Peatuan Daeah Kabupaten Sidoajo Nomo 21 Tahun 2008 tentang Oganisasi Peangkat Daeah (Lembaan Daeah Kabupaten Sidoajo Nomo Tahun 2008 Nomo 1 Sei D); Dengan Pesetujuan Besama DEWANPERWAKILANRAKYATDAERAHKABUPATENSIDOARJO dan BUPATI SIDOARJO MEMUTUSKAN: \

3 Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PAJAK AIR TANAH BABI KETENTUAN UMUM Pasall 0 0 Dalam Peatuan Daeah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daeah adalah Kabupaten Sidoajo. 2. Pemeintah Daeah adalah Pemeintah Kabupaten Sidoajo. 3. Bupati adalah Bupati Sidoajo. 4. Dinas adalah Dinas Pendapatan, P~ngelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Sidoajo. 5. Kepala Dinas adalah Kepala Diias Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kabupaten Sidoajo. 6. Pajak Daeah, yang selanju~ya disebut pajak, adalah kontibusi wajib kepada daeah yang teutang oleh oang pibadi a4u badan yang besifat memaksa bedasakan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secaa langsung dan digunakan untuk kepeluan daeah bagi sebesa-besanya kemakmuan ~akyat. 7. Badan adalah sekumpulan oang dan/atau modal yang meupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi peseoan tebatas, peseoan komandite, peseoan lainnya, badan usaha milik negaa (BUMN), atau badan usaha milik daeah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun, fima, kongsi, kopeasi, dana pensiun, pesekutuan, pekumpulan, yayasan, oganisasi massa, oganisasi sosial politik, atau oganisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya temasuk kontak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. 8. Pajak Ai Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan ai tanah. 9. Ai Tanah adalah ai yang tedapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah pemukaan tanah. 10. Masa Pajak adalah jangka waktu 1 (satu) bulan kalende yang menjadi dasa bagi Wajib Pajak untuk menghitung, menyeto, dan melapokan pajak yang teutang. 11. Tahun Pajak adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) tahun kalende, kecuali hila Wajib Pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan tahun kalende. 12. Pajak yang teutang adalah pajak yang hams dibaya pada suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan peatuan peundangundangan pepajakan daeah. 13. Pemungutan adalah suatu angkaian kegiatan mulai dai penghimpunan data objek dan subjek pajak, penentuan besanya pajak yang teutang sampai kegiatan penagihan pajak kepada Wajib Pajak seta pengawasan penyetoannya. 14. Suat Setoan Pajak Daeah, yang selanjutnya disingkat SSPD, adalah bukti pembayaan atau penyetoan pajak yang telah dilakukan dengan menggunakan fomuli atau telah dilakukan dengan caa lain ke kas daeah melalui tempat pembayaan yang ditunjuk oleh Bupati. 15. Suat Ketetapan Pajak Daeah, yang selanjutnya disingkat SKPD, adalah suat ketetapan pajak yang menentukan besanya jumlah pokok pajak yang teutang. 16. Suat Ketetapan Pajak Daeah Lebih Baya, yang selanjutnya disingkat SKPDLB, adalah suat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaan pajak kaena jumlah kedit pajak lebih besa dai pada pajak yang teutang atau sehaiusnya tidak teutang. 17. Suat Tagihan Pajak Daeah, yang selanjutnya disingkat STPD, adalah suat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administatifbeupa bunga dan/atau denda. 18. Suat Keputusan Pembetulan adalah suat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliuan dalam peneapan ketentuan tetentu dalam peatuan peundang-undangan pepajakan daeah yang tedapat dalam Suat Pembeitahuan Pajak Teutang, Suat Ketetapan Pajak Daeah, Suat Ketetapan Pajak Daeah Kuang Baya, Suat Ketetapan Pajak Daeah Kuang Baya Tambahan, Suat Ketetapan Pajak Daeah Nihil, Suat Ketetapan Pajak Daeah Lebih Baya, Suat Tagihan Pajak Daeah, Suat Keputusan Pembetulan, atau Suat Keputusan Kebeatan. 19. Suat Keputusan Kebeatan adalah suat keputusan atas kebeatan tehadap Suat Pembeitahuan Pajak Teutang, Suat Ketetapan Pajak Daeah, Suat Ketetapan Pajak Daeah ~

4 Kuang Baya, Suat Ketetapan Pajak Daeah Kuang Baya Tambahan, Suat Ketetapan Pajak Daeah Nihil, ~i:at Ketetapan Pajak Daeah Lebih Baya, atau tehadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak. 20. Putusan Banding adalah putusan badan peadilan pajak atas banding tehadap Suat Keputusan Kebeatan yang diajukan oleh Wajib Pajak. 21. Pemeiksaan adalah seangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keteangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secaa objektif dan pofesional bedasakan suatu standa pemeiksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban pepajakan daeah dan/atau untuk tujuan lain dalam angka melaksanakan ketentuan peatuan peundang-undangan pepajakan daeah. 22. Penyidikan tindak pidana di bidang pepajakan daeah adalah seangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencai seta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat teang tindak pidana ~ bidang pepajakan daeah yang tejadi seta menemukan tesangkanya.. 23. Nomo Pokok Wajib Pajak Daeah yang selanjutnya disingkat NPWPD adalah nomo yang dibeikan kepada Wajib Paja.\c sebagai saana dalam administasi pepajakan yang dipegunakan sebagai tanda pengenal dii a~u identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan Hak dan Kewajiban pepaj akannya. BABII NAMA, OBYEK, SUBYEK DAN WAJIB PAJAK Pasal2 Dengan nama Pajak Ai Tanah dipungut pajak untuk pengambilan dan/atau pemanfaatan Ai Tanah. Pasal3 (1) Objek Pajak Ai Tanah adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan Ai Tanah. (2) Dikecualikan dai objek Pajak Ai Tanah adalah: a. pengambilan dan/atau pemanfaatan Ai Tanah untuk kepeluan dasa umah tangga, pengaian petanian dan peikanan akyat seta peibadatan; dan b. pengambilan/ pemanfaatan ai tanah oleh Pemeintah Pusat, Pemeintah Povinsi dan Pemeintah Daeah seta lembaga sosial keagam_aan sepeti tempat ibadah dan panti asuhan. Pasal4 Subjek Pajak Ai Tanah adalah oang pibadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Ai Tanah. Pasal5 Wajib Pajak Ai Tanah adalah oang pibadi atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan Ai Tanah. BABIII DASAR PENGENAAN, TARIF DAN CARA PENGHITUNGAN PAJAK Pasal6 (1) Dasa pengenaan Pajak Ai Tanah adalah Nilai Peolehan Ai Tanah. (2) Nilai Peolehan Ai Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dalam upiah yang dihitung dengan mempetimbangkan sebagian atau seluuh fakto-fakto beikut: a. jenis sumbe ai; b. lokasi sumbe ai; >

-._,.(." 5 c. tujuan peng~bilflll dan/atau pemanfaatan ai; d. volume ai 9'!ng diambil dan/atau dimanfaatkan; e. kualitas ai; dan/atau.f. tingkat keusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pengambilan dan/atau pemanfaatan ai. (3) Penggunaan fakto-fakto sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disesuaikan dengan kondisi masing-masing lokasi di wilayah Kabupaten Sidoajo. (4) Besanya Nilai Peolehan ~Ai Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peatuan Bupati. Pasal7 TaifPajak Ai Tanah ditetapkan sebesa 20% (dua puluh pesen). \ Pasal8 Besaan pokok Pajak Ai Tanah yang teutang dihitung dengan caa mengalikan taif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dengan, dasa pengenaan pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (4). : Pasal9 0 (1) Volume pengambilan dan/atau pemanfaatan Ai Tanah, diuku dengan mete ai dan/atau alat uku lainnya. (2) Mete ai dan/atau alat uku lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dipasang pada setiap tempat pengambilan dan pemanfaatan ai tanah. (3) Mete ai dan/atau alat uku lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat disediakan oleh Pemeintah dan/atau Wajib Pajak. ( 4) Pencatatan volume pengambilan Ai Tanah dilakukan setiap bulan oleh Dinas.,.. BABIV WILAY AH PEMUNGUT AN DAN MASA PAJAK PasallO Pajak yang teutang dipungut pada wilayah daeah. Pasalll (1) (2) Masa Pajak ditetapkan 1 (satu) bulan kalende. Pajak Ai Tanah yang teutang dalam masa pajak tejadi pada saat pengambilan ai tanah atau sejak ditebitkan SKPD. BABV PEMUNGUTAN PAJAK Bagian Kesatu Tata Caa Pemungutan Pasal12 (1) Bupati mempunyai kewenangan pemungutan Pajak Ai Tanah yang meliputi pendataan, penetapan, pembayaan, penagihan, pembukuan dan pelapoan seta pengawasan dan penyetoan seta penagihan dengan suat paksa. (2) Pelaksanaan pemimgutan Pajak sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan oleh Kepala Dinas.

,;,~- 6 ~ Pasal13 (1) Pemunggutan pajak dilaang diboongkan. (2). Wajib Pajak yang memenuhi kewajiban pepajakan bedasakan penetapan Bupati dibaya dengan menggunakan SKPD. / Pasal14 (1) Tata caa penebitan SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) diatu dengan peatuan Bupati. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata caa pengisian dan penyampaian SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) diatu dengan Peatuan Bupati..~ \ Bagian Kedua Suat Tagihan Pajak Pasall5 0 I I SKPD yang tidak atau kuang dibaya setelah jatuh tempo pembayaan dikenakan sanksi administatifbeupa bunga sebesa 2% (dua pesen) sebulan dan ditagih melalui STPD. Bagian Ketiga Tata Caa Pembayaan dan Penagihan Pasal16 (1) Bupati menentukan tanggaljatuh tempo pembayaan dan penyetoan pajak yang teutang paling lama 30 (tiga puluh) hai keja setelah saat teutangnya paj~. (2) SKPD,STPD, Suat Keputusan Pembetulan, Suat Keputusan Kebeatan, dan Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah pajak yang haus dibaya betambah meupakan dasa penagihan pajak dan haus dilunasi dalamjangka waktu paling lama 1 (satu) bulan sejak ditebitkan. (3) Bupati atas pemohonan Wajib pajak setelah memenuhi pesyaatan yang ditentukan dapat membeikan pesetujuan kepada Wajib Pajak untuk mengangsu atau menunda pembayaan pajak, dengan dikenakan bunga sebesa 2% ( dua pesen) sebulan. (4) Ketentuai lebih lanjut mengenai tata caa pembayaan, penyetoan, tempat pembayaan, angsuan, dan penundaan pembayaan pajak diatu dengan Peatuan '_Bupati. Pasall7 (1) Pajak yang teutang bedasakan SKPD, STPD, Suat Keputusan Pembetulan, Suat Keputusan Kebeatan, dan Putusan Banding yang tidak atau kuang dibaya oleh Wajib Pajak pada waktunya dapat ditagih dengan Suat Paksa. (2) Penagihan pajak dengan Suat Paksa dilaksanakan bedasakan petauan peundang-undangan. Bagian Keempat Kebeatan dan Banding Pasal18 (1) Wajib Pajak dapat mengajukan kebeatan hanya kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk atas suatu: a. SKPD; b. SKPDLB; dan

- -.._,.. <... 7 c. pemotong~tau pemungutan oleh pihak ketiga bedasakan ketentuan Peatuan peundangundangan pel}jajakan daeah. (2) Kebeatan diajukan secaa tetulis dalam bahasa Indonesia dengan disetai alasan-alasan yang jelas. (3) Kebeatan haus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal suat, tanggal pemotongan atau pemungutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kecuali jika Wajib Pajak dapat menunjukkan "bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi kaena keadaan di lua kekuasaannya. (4) Kebeatan dapat diajukan apabila Wajib Pajak telah membaya paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak. (5) Kebeatan yang tidak memenuhi pesyaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) tidak dianggap sebagai Suat Kebeatan sehingga tidak dipetimbangkan. (6) Tanda peneimaan suat kebeat~ yang dibeikan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk atau tanda pengiiman suat kebeatan melalui suat pos tecatat sebagai tanda bukti peneimaan suat kebeatan. ~ Pasal19 (1) Bupati dalam jangka waktu pa\ing lama 12 (dua belas) bulan, sejak tanggal Suat Kebeatan diteima, haus membei keputusan atas kebeatan yang diajukan. (2) Keputusan Bupati atas kebeatan dapat beupa meneima seluuhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besamya pajak yang teutang. (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah lewat dan -Bupati tidak membei suatu keputusan, kebeatan yang diajukan tesebut dianggap dikabulkan. Pasal20,- (1) Wajib Pajak dapat mengajukan pemohonan banding hanya kepada Pengadilan Pajak tehadap keputusan mengenai kebeatannya yang ditetapkan oleh Bupati. (2) Pemohonan banding sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secaa tetulis dalam bahasa Indonesia, dengan alasan yang jelas dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak keputusan diteima, dilampii salinan dai suat keputusan kebeatan tesebut. (3) Pengajuan pemohonan banding menangguhkan kewajiban membaya pajak sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penebitan Putusan Banding. Pasal21 (1) Jika pengajuan kebeatan atau pemohonan banding dikabulkan sebagian atau seluuhnya, kelebihan pembayaan pajak dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesa 2% ( dua pesen) sebulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan. (2) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan ditebitkannya SKPDLB. (3) Dalam hal kebeatan Wajib Pajak ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi administatif beupa denda sebesa 50% (lima puluh pesen) dai jumlah pajak bedasakan keputusan kebeatan dikuangi dengan pajak yang telah dibaya sebelum mengajukan kebeatan. (4) Dalam hal Wajib Pajak mengajukan pemohonan banding, sanksi administatif beupa denda sebesa 50% (lima puluh pesen) sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak dikenakan. (5) Dalam hal pemohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian, Wajib Pajak dikenai sanksi administatifbeupa denda sebesa 100% (seatus pesen) dai jumlah pajak bedasakan Putusan Banding dikuangi dengan pembayaan pajak yang telah dibaya sebelum mengajukan kebeatan.

'-.. 8 "", Bagian Kelima ~"Tembetulan, Pembatalan, Penguangan Ketetapan, dan Penghapusan atau Penguangan Sanksi administatif Pasal22 0 (1) Atas pemohonan Wajib..Pajak atau kaena jabatannya, Bupati dapat membetulkan SKPD, STPD, atau SKPDLB yang dalam penebitannya tedapat kesalahan tulis dan!atau kesalahan hitung dan!atau kekeliuan peneapan ketentuan tetentu dalam peatuan peundang-undangan pepajakan daeah. (2) Bupati dapat: a. menguangkan atau menghapuskan sanksi administatif beupa bunga, denda, dan kenaikan pajak yang teutang menuut :peatuan peundang-undangan pepajakan daeah, dalam hal sanksi tesebut dikenakan kaena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan kaena kesalahannya; b. menguangkan atau membatalkan SKPD, STPD atau SKPDLB yang tidak bena; c. menguangkan atau membatalkan STPD; d. membatalkan hasil peme9ksaan atau ketetapan pajak yang dilaksanakan atau ditebitkan tidak sesuai dengan tata cu:a yang ditentukan; dan e. menguangkan ketetapan pajak teutang bedasakan petimbangan kemampuan membaya Wajib Pajak atau kondisi tetentu objek pajak. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata caa penguangan atau penghapusan sanksi administatif dan penguangan atau pembatalan ketetapan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatu dengan Peatuan Bupati. BABVI PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN Pasal23 (1) Atas kelebihan pembayaan Pajak, Wajib Pajak dapat mengajukan pemohonan pengembalian kepada Bupati. (2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas) bulan, sejak diteimanya pemohonan pengembalian kelebihan pembayaan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1), haus membeikan keputusan. (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati tidak membeikan suatu keputusan, pemohonan pengembalian pembayaan Pajak dianggap dikabulkan dan SKPDLB haus ditebitkan dalam jangka waktu palin~ lama 1 (satu) bulan. (4) Apabila Wajib Pajak mempunyai utang Pajak, kelebihan pembayaan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung dipehitungkan untuk melunasi telebih dahulu utang Pajak tese but. (5) Pengembalian kelebihan pembayaan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalamjangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak ditebitkannya SKPDLB. (6) Jika pengembalian kelebihan pembayaan Pajak dilakukan setelah lewat 2 (dua) bulan, Bupati membeikan imbalan bunga sebesa 2% ( dua pesen) sebulan atas ketelambatan pembayaan kelebihan pembayaan Pajak. (7) Tata caa pengembalian kelebihan pembayaan Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatu dengan Peatuan Bupati. BABVII KEDALUW ARSA PENAGIHAN Pasal24 (1) Hak untuk melakukan penagihan Pajak menjadi kedaluwasa setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun tehitung sejak saat teutangnya Pajak, kecuali apabila Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang pepajakan daeah.

,._,, ~.(. " 9 (2) Kedaluwasa penagil\an Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tetangguh apabila: a. ditebitkan S'uat Teguan dan/atau Suat Paksa; atau b. ada pengakuan utang pajak dai Wajib Pajak, baik langsung maupun tidak langsung. (3) Dalam hal ditebitkan Suat Teguan dan Suat Paksa sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huuf a, kedaluwasa penagihan dihitung sejak tanggal penyampaian Suat Paksa tesebut. (4) Pengakuan utang Pajak secaa langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huuf b adalah Wajib Pajak dengan kesadaannya menyatakan masih mempunyai utang Pajak dan belum melunasinya kepada Pemeintah Daeah. (5) Pengakuan utang secaa tidak langsung sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huuf b dapat diketahui dai pengajuan pemohonan angsuan atau penundaan pembayaan dan pemohonan kebeatan oleh Wajib Pajak. Pasal25 (1) Piutang Pajak yang tidak mungkin ditagih lagi kaena hak untuk melakukan penagihan sudah kedaluwasa dapat dihapuskaq. (2) Bupati menetapkan Kepu~an Penghapusan Piutang Pajak yang sudah kedaluwasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1 ). (3) Tata caa penghapusan piutang Pajak yang sudah kedaluwasa diatu dengan Peatuan Bupati. I I BABVIII PEMERIKSAAN Pasal26 (1) Bupati bewenang melakukan pemeiksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban pepajakan daeah dalam angka melaksanakan peatuan peundang-undangan pepajakan daeah. (2) Wajib Pajak yang dipeiksa wajib: a. mempelihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasanya dan dokumen lain yang behubungan dengan objek Pajak yang teutang; b. membeikan kesempatan untuk memasuki tempat atau uangan yang dianggap pelu dan membeikan bantuan guna kelancaan pemeiksaan; dan/atau c. membeikan keteangan yang dipelukan.. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata caa pemeiksaan Pajak diatu dengan Peatuan Bupati. BABIX INSENTIF PEMUNGUT AN Pasal27 (1) binas yang melaksanakan pemungutan pajak dibeikan insentif atas dasa pencapaian kineja tetentu. (2) Pembeian insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan melalui Anggaan Pendapatan dan Belanja Daeah. (3) Tata caa penetapan, pembeian dan pemanfaatan insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatu dengan Peatuan Bupati dengan bepedoman pada peatuan peundang-undangan yang belaku. BABX NOMOR POKOK WAJIB PAJAK DAERAH (NPWPD) Pasal28 (1) Setiap Wajib Pajak yang telah dan akan melakukan pendaftaan, wajib memiliki NPWPD atau identitas lain yang dipesamakan. ----:------ - ---

,, 10 (2) NPWPD sebagaiman,a dima.ksud pada ayat (1) meupakan saana dalam administasi pepajakan yang digunakai:t sebagai identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban Pepajakan Daeah. (3)-Bentuk, tata caa dan pembelakuan NPWPD diatu dengan Peatuan Bupati. BABXI KETENTUAN KHUSUS Pasal29 0 (1) Setiap pejabat dilaang membeitahukan kepada pihak lain segala sesuatu yang diketahui atau dibeitahukan kepadanya oleh ~ajib Pajak dalam angka jabatan atau pekejaannya untuk menjalankan ketentuan peatuan peundang-undangan pepajakan daeah. (2) Laangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belaku juga tehadap tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati untuk membantu dalam pelaksanaan ketentuan peatuan peundang-undangan pepajakan daeah. \ (3) Dikecualikan dai ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) adalah: a. Pejabat dan tenaga ahli yang betindak sebagai saksi atau saksi ahli dalam sidang pengadilan; b. Pejabat dan/atau tenaga ahli yang ditetapkan oleh Bupati untuk membeikan keteangan kepada pejabat lembaga negaa atau instansi Pemeintah yang bewenang melakukan pemeiksaan dalam bidang keuangan daeah. (4) Untuk kepentingan Daeah, Bupati bewenang membei izin tetulis kepada pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2), aga membeikan keteangan, mempelihatkan bukti tetulis dai atau tentang Wajib Pajak kepada pihak yang ditunjuk. (5) Untuk kepentingan pemeiksaan di pengadilan dalam pekaa pidana atau pedata, atas pemintaan hakim sesuai dengan Hukum Acaa Pidana dan Hukum Acaa Pedata, Bupati dapat membei izin tetulis kepada pejabat sebagailf1ana dima.ksud pada ayat (1 ), dan tenaga ahli sebagaimana dimaksud pada ayat (2), untuk membeikan dan mempelihatkan bukti tetulis dan keteangan Wajib Pajak yang ada padanya. (6) Pemintaan hakim sebagaimana dimaksud pada ayat (5) haus menyebutkan nama tesangka atau nama tegugat, keteangan yang diminta, seta kaitan antaa pekaa pidana atau pedata yang besangkutan dengan keteangan yang diminta. BABXII PENYIDIKAN Pasal30 (1) Pejabat Pegawai Negei Sipil tetentu di lingkungan Pemeintah Daeah dibei wewenang khusus sebagai Penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang pepajakan Daeah, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Hukum Acaa Pidana. (2) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pejabat pegawai negei sipil tetentu di lingkungan Pemeintah Daeah yang diangkat oleh pejabat yang bewenang sesuai dengan ketentuan peatuan peundang-undangan. (3) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. meneima, mencai, mengumpulkan, dan meneliti keteangan atau lapoan bekenaan dengan tindak pidana di bidang pepajakan Daeah aga keteangan atau lapoan tesebut menjadi lebih lengkap danjelas; b. meneliti, mencai, dan mengumpulkan keteangan mengenai oang pibadi atau Badan tentang kebenaan pebuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana pepajakan Daeah; c. meminta keteangan dan bahan bukti dai oang pibadi atau Badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang pepajakan Daeah; d. memeiksa buku, catatan, dan dokumen lain bekenaan dengan tindak pidana di bidang pepajakan Daeah; - --- ---.

11 \ f. meminta bandian tenaga ahli dalam angka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang pepajakan Daeah; g.. menyuuh behenti dan/atau melaang seseoang meninggalkan uangan atau tempat pada saat pemeiksaan sedang belangsung dan memeiksa identitas oang, benda, dan/atau dokumen yang dibawa; h. memotet seseoang yan~ bekaitan dengan tindak pidana pepajakan Daeah; 1. memanggil oang untuk didenga keteangannya dan dipeiksa sebagai tesangka atau saksi; J. menghentikan penyidikan; dan/atau k. melakukan tindakan lain yang pelu untuk kelancaan penyidikan tindak pidana di bidang pepajakan Daeah sesuai dengan ketentuan peatuan peundang-undangan. (4) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) membeitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikanny~kepada Penuntut Umum melalui Penyidik pejabat Polisi Negaa Republik Indonesia, sesuai de,ngan ketentuan yang diatu dalam Undang-Undang Hukum Acaa Pidana. c \. : BABXIII lfetentuan PIDANA Pasal31 (1) Wajib pajak yang kaena kealpaannya tidak menyampaikan data objek dan subjek pajak atau mengisi dengan tidak bena atau tidak lengkap atau melampikan keteangan yang tidak bena sehingga meugikan keuangan Daeah dapat dipidana dengan pidana kuungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak 2 (dua) kalijumlah pajak teutang yang tidak atau kuang dibaya. (2) Wajib pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan data dan objek pajak atau mengisi dengan tidak bena atau tidak lengkap atau melalipikan keteangan yang tidak bena sehingga meugikan keuangan Daeah dapat dipidana paling lama 2 (dua) tahun atau denda paling banyak 4 (empat) kalijumlah pajak yang teutang yang tidak atau kuang dibaya. Pasal32 Tindak pidana di bidang pepajakan Daeah tidak ditunt4t setelah melampaui jangka waktu 5 (lima) tahun sejak saat teutangnya pajak. Pasal33 (1) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati yang kaena kealpaannya tidak memenuhi kewajiban meahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana kutungan paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak Rp4.000.000,00 ( empat juta upiah). (2) Pejabat atau tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau seseoang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana kuungan paling lama 2 (dua) tahun dan pidana denda paling banyak RplO.OOO.OOO,OO (sepuluh juta upiah). (3) Penuntutan tehadap tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) hanya dilakukan atas pengaduan oang yang keahasiaannya dilangga. (4) Tuntutan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) sesuai dengan sifatnya adalah menyangkut kepentingan pibadi seseoang atau Badan selaku Wajib Pajak kaena itu dijadikan tindak pidana pengaduan. Pasal34 Denda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 dan Pasal 33 meupakan peneimaan negaa. - -----

-. l,ll;- :.... : 12 ~ I BABXIV KETENTUANPENUTUP Pasal35 (1) Penetapan Peatuan Bupati sebagai pelaksanaan dai Peatuan Daeah ini ditetapkan paling lainoat 3 (tiga) bulan sejak belakunya Peatuan Daeah ini. (2) Hal:-hal lain yang dipelukan sebagai peatuan pelaksana selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan kemudian. ' Pasal36 Peatuan Daeah ini mulai belaku pada tanggal diundangkan. Aga setiap oang mengetahuinya, \ memeintahkan pengundangan Peatuan Daeah ini dengan penempatannya dalam Lembaan Daeah Kabupaten Sidoajo. () '.\_ Ditetapkan di Sidoajo pada tanggal '31 'D:l~tn~ 2010,I

(... ~ 13 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 6 TAHUN2010 TENTANG PAJAK AIR TANAH I. UMUM c Dalam angka penyelenggaaan pemeintahan dalam otonomi daeah, Kabupaten Sidoajo mempunyai hak dan kewajiban men'gatu dan menguus sendii uusan pemeintahannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaaan pemeintahan dan pelayanan kepada masyaakat. Untuk menyelenggaakan pemeintahan tesebut, Pemeintah Daeah behak mengenakan pungutan kepada inasyaakat sebagaimana ketentuan dalam Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak baeah dan Retibusi Daeah. Mengingat pepajakan daeah meupakan salah satu bentuk pembebanan kepada akyat, maka pajak dan pungutan lain yang memaksa ditetapkan dalam Pealuan Daeah sebagaimana peintah dai ketentuan undangundang tesebut diatas. Hasil peneimaan Pajak Daeah diakui bel un memadai dan memiliki peanan yang elatif kecil tehadap Anggaan Pendapatan dan Belanja Daeah (APBD) Kabupaten Sidoajo. Sebagian besa pengeluaan APBD dibiayai dana alokasi dai pusat melalu bebagai mekanisme. Dalam banyak hal, dana alokasi dai pusat tidak sepenuhnya dapat dihaapkan menutup seluuh kebutuhan pengeluaan Daeah. Oleh kaena itu, pembentukan Peatuan Daeah tentang Pajak Ai Tanah ini dihaapkan dapat beimplikasi pada peningkatan APBD Kabupaten Sidoajo yang pada giliannya dapat dipegunakan untuk pembangunan daeah. Pajak Ai Tanah meupakan salah satujenis pajak daeah yang telah ditetapkan dalam Undang Undang Nomo 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daeah dan Retibusi Daeah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomo 34 Tahun 2000. Bedasakan ketentuan dalam kedua undang-undang tesebut, Pajak Ai Bawah Tanah meupakan kewenangan Pemeintah Popinsi. Dengan belakunya Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daeah dan Retibusi Daeah, Pajak Ai Tanah ditetapkan sebagai kewenangan Kabupaten/ Kota. Sejalan dengan hal tesebut, maka tehadap pengambilan dan/ atau pemanfaatan Ai Tanah di Kabupaten Sidoajo, pelu diatu dalam Peatuan Daeah. Selain alasan yuidis tesebut, pembentukan Peatuan Daeah tentang Pajak Ai Tanah ini dihaapkan dapat mengoptimalkan peneimaan pajak melalui seangkaian pengatuan podesu/ mekanisme dalam pemungutan pajak. II. PASAL DEMI PASAL Pasal1 Pasal2 Pasal3 Huufa Huufb Pasal4 Pasal5 Cukup jelast

..., ; 14 Pasal6 ~ Culmpjelas Huufa Huufb Huufc Huufd Huufe Huuff.~ Ayat (4) Pasal 7 Pasal8 Pasal9 Culmpjelas Ayat (4) Pasal10 Pasal11 ( " Pasal12 Pasal13 Ketentuan ini mengatu tata caa pengenaan pajak yaitu ditetapkan oleh BupatL Pajak dibaya oleh Wajib Pajak setelah telebih dahulu ditetapkan oleh Bupati melalui SKPD atau dokumen lain yang dipesamakan. Pasal14 Cukup jelas. C' -- --~ - -----

~~ : ',. Pasal15... I 15 c _,:s:,>- ~-,~.~~ Pasal16 Ayat (4) Pasal17 Pasal18 Huufa Huufb Huufc,.. Ayat (4) Ayat (5) Ayat (6) Pasal19 Cukup j elas. Pasal20 Pasal21 f. Cukupje as -~ '

16 Ayat (4) ~ Ayat (5) ' 0 Pasa122 Huufa Huufb Huufc Huufd Huufe Yang dimaksud de'pgan "kondisi tetentu objek pajak", antaa lain kondisi yang diakibatkan oleh bencana, kondisi ekonomi secaa nasional yang dibuktikan setelah adanya audit keuangan oleh audito ekstemal atau pemeiksaaan oleh Dinas, yang menyebabkan kesulitan pemenuhan kewajiban pepajakan daeah. Pasal23 Ayat (4) Ayat (5) Ayat (6) Ayat (7) Pasal24 Huufa Huufb Ayat (4) Ayat (5) Pasal25 f' - -,-.-:z-;-.

17 Pasal26 Huufa Huufb Huufc '... Cukup jelas \ ' c Pasal27 Mengingat pembeian insentif dituangkan dalam Peatuan Daeah tentang APBD, maka keputusan pembeian besanya insentif dilakukan melalui pembahasan besama Pemeintah Daeah dengan Dewan Pewakilan Rakyat Daeah. Pasal28 Pasal29 Huufa Huufb Ayat (4) Yang dimaksud kepentingan daeah misalnya dalam angka penyidikan, penuntutan, atau dalam angka mengadakan keja sama dengan instansi pemeintah lain, keteangan ata:u bukti tetulis dai atau tentang Wajib Pajak dapat dibeikan atau dipelihatkan kepada pihak tetentu yang ditunjuk oleh Bupati. Dalam suat izin yang ditebitkan oleh Bupati haus dicantumkan nama Wajib Pajak, nama pihak yang ditunjuk, dan nama pejabat, ahli, atau tenaga ahli yang diizinkan untuk membeikan keteangan atau mempelihatkan bukti tetulis dai atau tentang Wajib Pajak. Pembeian izin tesebut dilakukan secaa sangat tebatas dalam hal-hal yang dipandang pelu oleh Bupati. t :;;;. ~... ~.... ~::

...,/ ' 18 Ayat (5) Ayat (6) Pasal30 Huufa Huufb Huufc.~ Huufd Huufe Huuff Huufg Huufh Huufi Huufj Huufk Ayat (4) (" Pasal31 Pasal32 ',.. Pasal33 Pengenaan pidana kuungan dan pidana denda kepada pejabat tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati dimaksudkan untuk menjamin bahwa keahasiaan mengenai pepajakan daeah tidak akan dibeitahukan kepada pihak lain, juga aga Wajib Pajak dalam membeikan data dan keteangan kepada pejabat mengenai pepajakan daeah tidak agu-agu. Ayat (4) Cukup jelas.

19 Pasal34 Pasal35 ~. Pasal36 ' TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUP ATEN SIDOARJO NOM OR 15 0,