BAB I PENDAHULUAN. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ini. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan pendidikan. Akan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional merupakan pelaksanaan pendidikan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Firman Allah SWT. Dalam Surat Al-Mujaadilah [58:11]:

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan akhirat. Selain itu, menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap orang dan

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan di Indonesia telah dijabarkan dalam Undang-Undang. Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal

BAB I PENDAHULUAN. derajat dan kedudukan suatu negara tersebut menjadi lebih tinggi. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup secara tepat dimasa akan datang atau dapat juga didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. Di antara berbagai program kegiatan pembangunan nasional, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan. mengembangkan potensi dan kemampuan anak didik sesuai dengan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Maju mundur suatu bangsa sebagian besar ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia

BAB I PENDAHULUAN. individu, pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam arti luas adalah segala pengalaman yang dilalui manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. diantara ajaran tersebut adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok manusia dapat berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita)

BAB I PENDAHULUAN. termasuk hal yang sangat diperhatikan di Indonesia disamping bidang yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk. khusus memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. akan pentingnya pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengimbangi perkembangan tersebut dituntut adanya manusia-manusia

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan. dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara 1

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan dalam masyarakat. Aspek perubahan meliputi: sosial, politik, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam ajaran agama Islam, umat Islam diperintahkan untuk semangat

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan kepada anak-anaknya dengan memberikan bimbingan, perintah,

BAB I PENDAHULUAN. dan mendidik hingga pada akhirnya terjadi keseimbangan antara fisik dan mental.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat besar untuk menciptakan masa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di tingkat Madrasah Ibtidaiyah merupakan lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. dan Negara. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dasar untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berupaya

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan Negara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Pengesahan Judul. ini didasari oleh pandangan al-qur an dalam surah Al-Mujadalah, ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah sedang mengadakan berbagai usaha untuk membangun manusia

BAB I PENDAHULUAN. kearah peningkatan yang lebih positif. Agar usaha-usaha tersebut dapat terwujud

BAB I PENDAHULUAN. maju. Dalam Al-qur an surah ar-ra du ayat 11 Allah SWT berfirman:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, dan lewat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang fundamental dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. Atau dalam istilah lain yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur luar sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. lingkungan masyarakat atau dalam istilah lain yaitu jalur pendidikan sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan, kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

ي ا أ ي ه ا ال ذ ين آم ن وا إ ذ ا ق يل ل ك م ت ف سح وا في ال م ج ال س ف اف س ح وا ي ف س ح ا ل ك م و إ ذ ا ق ي ل ان ش ز وا ف ان ش ز وا ي ر ف ع ا

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia terlahir dengan mempunyai faktor bawaan naluri dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada zaman modern sekarang ini, tuntutan untuk mendapatkan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. jati diri dan membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur, sejahtera lahir dan batin, material, dan. yang beriman dan berilmu pengetahuan yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan lulusan-lulusan yang dapat bersaing di zaman modern yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini yang dapat. membantu manusia untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian, moral,

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peranan penting sebagai wahana untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. penting. Oleh karena itulah dilakukan penyelenggaraan pendidikan, sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang mempunyai perbedaan berbagai macam adat istiadat, bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. sehingga disadari bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang sangat fundamental

BAB I PENDAHULUAN. akan mendorong individu untuk melakukan hal-hal yang lebih baik. Minat

BAB I PENDAHULUAN. anak, dikeluargalah anak mendapat bimbingan dan pembinaan dari segala macam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan. berkualitas dan mempunyai kelebihan dari makhluk lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal yang paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia. Pemerintah selalu berupaya untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini sejalan dengan tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. * Seluruh Teks dan terjemah Al-Qur`ān dalam skripsi ini dikutip dari Microsoft Word Menu Add-Ins

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan dan keserasian antara aspek-aspek material dan spiritual. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berfikir secara kritis dan mandiri serta menyeluruh dalam

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Selain berperan penting dalam kehidupan manusia secara individu,

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan nasional tersirat dalam undang-undang sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Pendidikan memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pondasi utama yang dapat menjadikan

BAB I PENDAHULUAN. agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai cita-cita pendidikan. Pendidikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan masalah yang sangat dominan bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pendidikan Islam baik MI, MTs, MA, maupun PTAI sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan diri tiap individu. Upaya untuk memperbaiki mutu pendidikan. kepribadian, maupun tanggung jawab sebagai warga Negara.

BAB I PENDAHULUAN. sering diterjemahkan dengan tarbiyah yang berarti pendidikan. 1 Istilah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia diciptakan dengan sebaik-baik bentuk dan dibekali dengan berbagai potensi untuk dapat digunakan dalam prosesnya menuju tujuan penciptaan. Akal, hati dan indra merupakan perangkat terhebat yang dibawa manusia ketika ia dilahirkan. Akan tetapi, dengan kelemahannya, manusia tidak dapat secara langsung menggunakan perangkat yang dibawa ketika lahir tanpa adanya bantuan dari orang disekitarnya. Hal ini menjadikan keharusan adanya upaya dan rasa tanggung jawab dari orang sekitar untuk secara sadar membantu manusia baru mengembangkan dirinya menuju kedewasaan. Dalam perkembangannya upaya seperti ini disebut dengan istilah pendidikan. Selanjutnya, proses pendidikan ini mendapat tempat yang agung dalam pandangan Islam. Manusia yang menempuh pendidikan telah dijanjikan derajat yang tinggi dihadapan Allah. Sebagaimana firman-nya dalam surat Al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi: 1

2 ي ا أ ي ه ا ال ذ ين آم ن وا إ ذ ا ق يل ل ك م ت ف س ح وا في ال م ج ال س ف اف س ح وا ي ف س ح الل ه ل ك م و إ ذ ا ق يل ان ش ز وا ف ان ش ز وا ي ر ف ع الل ه ال ذ ين آم ن وا م ن ك م و ال ذ ين أ وت وا ال ع ل م د ر ج ات و الل ه بم ا ت ع م ل ون خ ب ير. Dari ayat tersebut dapat dilihat tingginya kedudukan orang yang beriman dan berilmu. Ilmu didapatkan melalui proses pendidikan. Dengan demikian, pendidikan merupakan suatu keharusan bagi setiap manusia. Berkaitan dengan keharusan pendidikan bagi setiap manusia, pemerintah Republik Indonesia telah memberikan perhatian yang besar yaitu dengan disusunnya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan: Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertangung jawab. 1 Secara ringkas dapat dilihat bahwa tujuan pendidikan yang diinginkan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 adalah terbentuknya manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa (IMTAQ) serta berilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Untuk mewujudkan hal ini, secara umum ada tiga lembaga 1 Indonesia, Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, (Jakarta: Depag RI, 2007), h. 8

3 pendidikan yang terlibat, yaitu lembaga pendidikan informal (pendidikan dalam keluarga), lembaga pendidikan formal (pendidikan di sekolah) dan lembaga pendidikan nonformal (pendidikan di masyarakat). Kegiatan pendidikan di lembaga pendidikan formal dilakukan melalui proses yang disebut dengan belajar-mengajar. Belajar diartikan sebagai aktivitas pengembangan diri melalui pengalaman, bertumpu pada kemampuan diri belajar di bawah bimbingan pengajar. 2 Selain itu, belajar diartikan pula sebagai serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. 3 Sedangkan mengajar merupakan aktivitas memberikan arahan dan kemudahan bagi pelajar dalam mencari cara menemukan sesuatu (bukan memberi sesuatu) berdasarkan kemampuan yang dimiliki oleh pelajar. 4 Selanjutnya, sehubungan dengan tujuan terbentuknya manusia yang beriman dan bertaqwa (IMTAQ), maka lahirlah mata pelajaran pendidikan agama sebagai salah satu mata pelajaran yang diwajibkan pada setiap jenjang pendidikan formal. Fikih merupakan salah satu mata pelajaran yang termasuk dalam rumpun Pendidikan Agama Islam (PAI). Mempelajari Fikih berarti mempelajari tatanan peraturan yang ditetapkan untuk manusia dalam urusan beribadah kepada Allah dan ibadah-ibadah 2 Umar Tirtarahardja dan La Sula, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h.51. 3 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), h.13. 4 Umar Tirtarahardja dan La Sula, loc. cit.

4 muamalah yang terkait dengan sesama makhluk. Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa Fikih merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting untuk membentuk generasi yang tidak hanya berilmu pengetahuan tetapi juga mempunyai tatanan hidup yang teratur dan berlandaskan pada nilai keimanan dan ketaqwaan. Terkait dengan hal di atas, pencapaian hasil yang maksimal dalam proses belajar-mengajar merupakan sesuatu yang sangat diharapkan oleh semua pihak. Tetapi dalam pelaksanaan, ada banyak hal yang akan mempengaruhi. Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono menyebutkan secara umum ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kematangan fisik maupun psikis. Sedangkan faktor eksternal meliputi faktor sosial, faktor budaya, faktor lingkungan fisik dan faktor lingkungan spiritual atau keamanan. 5 Dilihat dari faktor internal, salah satu masalah yang dihadapi siswa dalam belajar adalah kurangnya sikap kemandirian belajar. Ditemukan fakta bahwa siswa terkesan selalu menunggu arahan dari orang lain. Mereka tidak memiliki inisiatif untuk belajar sendiri jika tidak ada arahan. Kebanyakan dari mereka juga belum menyadari tanggung jawab terhadap belajar. Padahal, kesadaran dan kemampuan bertanggung jawab dalam belajar merupakan hal yang penting dalam rangka pencapaian prestasi belajar yang maksimal. h.130-131. 5 Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991),

5 Kemandirian belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang berlangsungnya didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri dari pembelajar. 6 Pembelajaran akan lebih efektif jika siswa melakukan kegiatan belajar atas kesadaran dan kemauannya sendiri, bukan dalam keadaan terpaksa atau tertekan. Siswa yang belajar dengan kesadaran dan kemauannya sendiri dan penuh rasa tanggung jawab, tentu akan berusaha untuk mendapatkan hasil yang terbaik bagi dirinya. Dia akan mencari berbagai cara dan menggunakan berbagai sumber daya yang ada untuk membantunya mencapai tujuan belajar. Tetapi, dalam hal ini, kemampuan siswa untuk mandiri tidak dapat tumbuh begitu saja, diperlukan proses dan bimbingan dari pendidik untuk membawa siswa pada kemandirian. Oleh karena itu, lembaga-lembaga pendidikan sewajarnya menyediakan fasilitas yang lengkap dan memberikan bimbingan yang terarah pada terwujudnya kemandirian. Menurut Hermann Holstein, kemampuan siswa belajar mandiri dalam pelajaran di sekolah dapat diwujudkan dengan menciptakan situasi-situasi belajar yang didalamnya menjadikan siswa melakukan kegiatan belajar secara mandiri. 7 Madrasah Aliyah Negeri 2 Kandangan merupakan madrasah yang bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri & mengikuti pendidikan lebih lanjut. Seiring dengan tujuan ini, madrasah ini berupaya melengkapi siswa dengan berbagai fasilitas 6 Umar Tirtarahardja dan La Sula, op. cit., h.50. 7 Hermann Holstein, Schuler Lernen Selbstanding: Situationen Lernen im Schulunterricht, diterjemahkan oleh Soeparmo dengan judul, Murid Belajar Mandiri: Situasi Belajar Mandiri dalam Pelajaran Sekolah, (Bandung: Remadja Karya, 1987), h.x.

6 belajar yang lengkap di bawah bimbingan pendidik yang berkompeten. Selain itu, dalam rangka pembentukan generasi yang mandiri, madrasah ini mengupayakan setiap pembelajaran diarahkan pada terciptanya pembelajaran-pembelajaran yang didalamnya menjadikan siswa melakukan kegiatan belajar secara mandiri. Berdasarkan hasil observasi awal, perwujudan pembelajaran yang memperhatikan terciptanya kemandirian siswa dalam belajar pada mata pelajaran Fikih sudah mulai dicoba dilakukan dengan menggunakan metode penugasan mandiri dan diskusi makalah kelompok dalam rangka mencapai hasil belajar yang diinginkan. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Hubungan Kemandirian Belajar dengan Prestasi Belajar Fikih Siswa Kelas XI Madrasah Aliyah Negeri 2 Kandangan. B. Definisi Operasional Untuk menghindari adanya penafsiran yang salah terhadap judul di atas, maka penulis perlu menegaskan beberapa istilah sebagai berikut. 1. Kemandirian adalah hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain. 8 Kemandirian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kemandirian belajar yang meliputi: (1) kemandirian dalam perencanaan belajar dengan indikator berinisiatif merencanakan proses belajar dan menetapkan standar dan tujuan belajar untuk diri sendiri; (2) kemandirian dalam pelaksanaan 8 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h.710.

7 belajar dengan indikator bertanggung jawab terhadap tugas-tugas belajar, mengendalikan diri dan berinisiatif menetapkan strategi belajar yang tepat untuk diri sendiri; (3) kemandirian dalam mencermati hasil belajar dengan indikator mampu mencermati ketercapaian tujuan belajar dan berinisiatif mengambil tindakan tepat untuk perbaikan dan peningkatan hasil belajar. 2. Belajar adalah aktivitas fisik dan psikis siswa dalam rangka mendapat suatu perubahan yang merupakan hasil dari interaksinya dengan lingkungan yang mencakup aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan. 3. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan. 9 Prestasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pretasi belajar yang dilihat dari nilai rapor siswa. 4. Fikih yang dimaksud dalam penelitian ini adalah salah satu rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang membahas tentang ilmu-ilmu syariah amaliah baik dalam lingkup ibadah mahdhah maupun ghairu mahdhah yang terdapat di Madrasah Aliyah Negeri 2 Kandangan Dengan demikian, yang dimaksud dalam judul di atas adalah penelitian mengenai tingkat kemampuan siswa berinisiatif mengatur, mengarahkan, mengendalikan diri sendiri dan bertanggung jawab terhadap tugas belajar Fikih tanpa bergantung kepada orang lain dan hubungannya dengan prestasi belajar Fikih siswa kelas XI Madrasah Aliyah Negeri 2 Kandangan. 9 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, op. cit., h.895.

8 C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana kemandirian belajar Fikih siswa kelas XI MAN 2 Kandangan? 2. Bagaimana prestasi belajar Fikih siswa kelas XI MAN 2 Kandangan? 3. Apakah ada hubungan yang signifikan antara kemandirian belajar dengan prestasi belajar Fikih siswa kelas XI MAN 2 Kandangan? D. Alasan Memilih Judul Adapun yang menjadi alasan penulis mengangkat judul ini adalah: 1. Mengingat kemandirian belajar merupakan salah satu faktor yang cukup mempengaruhi ketercapaian prestasi belajar yang maksimal. 2. Kemandirian merupakan salah satu sikap yang dituntut keberadaannya sebagai hasil dari proses pendidikan sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 3. Mengingat penulis saat ini sedang menempuh kuliah di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam pada konsentrasi Fikih sehingga penulis memfokuskan penelitian ini pada mata pelajaran Fikih. 4. Waktu yang ada disekolah untuk mata pelajaran Fikih sangat terbatas sehingga diperlukan kemandirian belajar dari siswa untuk dapat mencapai hasil yang maksimal.

9 E. Tujuan Penelitian Bertitik tolak dari rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui tingkat kemandirian belajar Fikih siswa kelas XI MAN 2 Kandangan. 2. Mengetahui prestasi belajar Fikih siswa kelas XI MAN 2 Kandangan. 3. Mengetahui hubungan kemandirian belajar dengan prestasi belajar Fikih siswa kelas XI MAN 2 Kandangan. F. Tinjauan Pustaka Penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian Syukeri Gazali (2013) dengan skripsi yang berjudul Belajar Mandiri dalam Mengembangkan Efektivitas dan Kreatifitas Siswa pada Rumpun Mata Pelajaran PAI di MTsN 2 Gambut. Dalam penelitiannya dihasilkan bahwa belajar mandiri cukup efektif dalam mengembangkan efektivitas dan kreatifitas siswa pada rumpun mata pelajaran PAI. Persamaan penelitian ini dengan penelitian Syukeri Gazali (2013) yaitu meneliti tentang belajar dan kemandirian. Perbedaannya adalah penelitian Syukeri Gazali (2013) menekankan pada proses pembelajaran yang berbasis mandiri, adapun penelitian yang penulis lakukan ditujukan pada sikap mandiri pada pribadi siswa dalam belajar dan penulis menghubungkannya dengan prestasi belajar siswa.

10 G. Anggapan Dasar Kemandirian belajar merupakan hal yang penting dalam keberhasilan proses pembelajaran. Siswa yang memiliki tingkat kemandirian belajar tinggi akan mencapai prestasi belajar yang tinggi. Sebaliknya siswa yang memiliki tingkat kemandirian belajar rendah akan mencapai prestasi belajar yang rendah. H. Hipotesis Sehubungan dengan permasalahan penelitian ini yaitu ada tidaknya hubungan kemandirian belajar terhadap prestasi belajar Fikih siswa kelas XI MAN 2 Kandangan, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Hipotesis Alternatif (Ha) : Ada hubungan yang signifikan antara kemandirian belajar Fikih dan prestasi belajar Fikih siswa kelas XI MAN 2 Kandangan. Hipotesis yang diajukan selanjutnya akan diuji kebenarannya dengan bantuan statistik dengan data-data yang terkumpul. I. Signifikansi Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk: 1. Sebagai bahan informasi dan sumbangan pemikiran bagi penulis, guru, siswa dan lembaga pendidikan dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, terutama yang berkenaan dengan kemandirian belajar dan hubungannya dengan prestasi belajar siswa.

11 2. Bahan informasi bagi penulis lain yang ingin mengadakan penelitian lebih lanjut tentang masalah yang serupa. 3. Penambah khazanah ilmu pengetahuan bagi perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan dan perpustakaan IAIN Antasari Banjarmasin. J. Sistematika Penulisan Untuk mempermudah memahami isi pembahasan, maka penulis memuat sistematika penulisan sebagai berikut. Bab I Pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, definisi operasional, rumusan masalah, alasan memilih judul, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, anggapan dasar, hipotesis, signifikansi penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Teoritis, yang diharapkan dapat menunjang bobot penilaian. Pada bab ini disajikan mengenai belajar, kemandirian belajar, komponen-komponen kemandirian belajar, prestasi belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, hubungan kemandirian belajar dengan prestasi belajar siswa dan konsep mata pelajaran Fikih. Bab III Metode Penelitian, yang berisikan tentang jenis dan pendekatan penelitian, desain penelitian, populasi dan sampel, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, kerangka dasar penelitian, desain pengukuran, teknik pengolahan dan analisis data, serta prosedur penelitian. Bab IV Laporan Hasil Penelitian yang terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian, penyajian data, analisis data dan pembahasan.

Bab V Penutup yang terdiri dari simpulan dan saran-saran. 12