BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laba menurut beberapa ahli:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Djarwanto (2004:5) laporan keuangan merupakan hasil dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada para pemegang saham atau equity investor. Dividen merupakan bagian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan keuangan yang dapat berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelumnya yang mengambil topik mengenai Pengaruh Rasio Keuangan. Terhadap Perubahan Laba Perusahaan antara lain penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa penelitian terdahulu yang mrendukung penelitian ini : 1. Danny Oktanto dan Muhammad Nuryatno (2014)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. refrensi penulisan pada penelitian sekarang. Berikut ini adalah uraian penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan Keuangan merupakan media komunikasi yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berlomba-lomba untuk dapat menghasilkan keuntungan atau laba yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Pesinyalan ( Signalling Theory ) Teori pesinyalan menunjukkan adanya asimetri informasi antara

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan uraian-uraian teori, hasil penelitian, dan analisis baik secara

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. perusahaan serta proyeksi keuangan, dan harus mengevaluasi akuntansi. untuk meramalkan laba, deviden, dan harga saham.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dikeluarkan oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar

BAB 1I TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa angka-angka dari transaksi yang terjadi selama satu periode. Informasi

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menjadi perusahaan yang mampu bersaing dengan perusahaan yang lain.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kondisi ekonomi negara tersebut saat ini: apakah ekonominya sedang booming

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini globalisasi telah menjangkau kehidupan. Dampak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tujuan akhir dari investor perorangan maupun badan usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai pedoman agar dapat digunakan didalam penelitian ini. Sebagai berikut

BAB I PENDAHULUAN. laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas.


BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. investasi di Indonesia serta ketidak stabilan mata uang dollar terhadap rupiah.

BAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya, tanpa melihat return perusahaan maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini, persaingan dalam dunia usaha menjadi semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Modal dan Industri Keuangan Non Bank di Indonesia mengalami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sementara itu, pengertian laporan keuangan menurut Munawir (2010:5)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Horne dan Wachowicz (1997:135), rasio likuiditas membandingkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksimalkan laba. Laba secara operasional merupakan perbedaan antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan untuk mempertahankan hidup perusahaan semakin beraneka ragam.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja keuangan dapat diartikan sebagai kondisi perusahaan. Untuk

BAB II TINAJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DI BEI. Tugas dan. Diajukan Untuk. Memenuhi. Oleh:

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh pengguna informasi. Akuntansi menghasilkan informasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Return on Assets, Return on Equity, Total Asset Turnover, Net Profit Margin dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113)

BAB I PENDAHULUAN. memiliki banyak kebutuhan, terutama yang berkaitan dengan dana. Dana

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. keuangan, diperlukan kemampuan untuk membaca, menganalisa, dan menafsirkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Jogianto (2003:109), return merupakan hasil yang diperoleh dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA RERANGKA KONSEPTUAL DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. baik maka ada dua penilaian yang paling dominan yang dapat dijadikan acuan

BAB II LANDASAN TEORI. banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta meningkatkan mutu

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laba Setiap perusahaan berusaha untuk memperoleh laba yang maksimal. Laba yang diperoleh perusahaan akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Berikut pengertian laba menurut beberapa ahli: L.M. Samryn (2012:429), menyatakan bahwa pengertian laba adalah sebagai berikut: Laba merupakan sumber dana internal yang dapat diperoleh dari aktivitas normal perusahaan yang tidak membutuhkan biaya ekstra untuk penyimpanan dan pengguanannya. Sedangkan menurut Wild dan Subramanyam (2014:25), menyatakan bahwa pengertian laba adalah sebagai berikut: Laba (earnings) atau laba bersih (net income) mengindikasikan profitabilitas perusahaan. Laba mencerminkan pengembalian kepada pemegang ekuitas untuk periode bersangkutan, sementara pos-pos dalam laporan merinci bagaimana laba didapat. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laba adalah kelebihan pendapatan di atas biaya sebagai imbalan menghasilkan barang dan jasa selama satu periode akuntansi. 11

12 2.2 Pertumbuhan Laba Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2012:12), Penghasilan bersih (laba) sering digunakan sebagai ukuran kinerja atau dasar bagi ukuran yang lain seperti imbal hasil investasi (Return On Investment) atau laba per saham (Earning Per Share). Kinerja perusahaan merupakan hasil dari serangkaian proses dengan mengorbankan berbagai sumber daya. Adapun salah satu parameter penilaian kinerja perusahaan tersebut adalah Pertumbuhan laba digunakan untuk menilai kinerja suatu perusahaan. Menurut Nurhadi (2011:141), menyatakan pengertian pertumbuhan laba adalah sebagai berikut : Pertumbuhan laba menunjukkan persentase kenaikan laba yang dapat dihasilkan perusahaan dalam bentuk laba bersih. Dewi Utari, Ari dan Darsono (2014:67), menyatakan bahwa pertumbuhan laba perusahaan yang baik mencerminkan bahwa kondisi kinerja perusahaan juga baik, jika kondisi ekonomi baik pada umumnya pertumbuhan perusahaan baik. Oleh karena laba merupakan ukuran kinerja dari suatu perusahaan, maka semakin tinggi laba yang dicapai perusahaan, mengindikasikan semakin baikkinerja perusahaan dengan demikian para investor tertarik untuk menanamkan modalnya (Dewi Utari, Aridan Darsono 2014:67).

13 Pertumbuhan laba dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: 1. Besarnya perusahaan. 2. Umur perusahaan. 3. Tingkat Leverage. 4. Tingkat penjualan. 5. Perubahan laba masa lalu. Menurut I Nyoman Kusuma (2012:249), pertumbuhan laba dipengaruhi oleh perubahan komponen-komponen dalam laporan keuangan misalnya perubahan penjualan, perubahan harga pokok penjualan, perubahan beban operasi, perubahan beban bunga dan perubahan pajak penghasilan. Namun begitu pertumbuhan laba juga dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor luar seperti adanya peningkatan harga akibat inflasi, nilai tukar rupiah, kondisi ekonomi, kondisi politik suatu negara dan adanya kebebasan manajerial yang memungkinkan manajer memilih metode akuntansi dan membuat estimasi yang dapat meningkatkan laba (I Nyoman Kusuma, 2012:249). Pertumbuhan laba dihitung dengan cara mengurangkan laba bersih tahun ini dengan laba bersih tahun lalu kemudian dibagi dengan laba bersih tahun lalu. Laba yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah laba EAT (Earning After Tax) yaitu laba bersih setelah pajak.

14 Y = pertunbuhan laba pada periode t Yt = laba perusahaan pada periode t Yt-1 = laba perusahaan pada periode t-1 Menurut Dewi Utari, Ari dan Darsono (2014:67-68), dari berbagai jenis pertumbuhan yang penting adalah pertumbuhan laba bersih setelah pajak (Earning After Tax/EAT). Karena pertumbuhan EAT ini menentukan pertumbuhan pendapatan per saham (Earning per Share/ EPS) dan dividen per saham (DPS). Pertumbuhan ini merupakan harapan bagi para pemegang saham dan pemilik perusahaan. 2.3 Analisis Rasio Keuangan Analisa rasio keuangan terhadap perusahaan digunakan untuk mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan perusahaan terutama bagi pihak manajemen. Hasil analisa dapat digunaan untuk melihat kelemahan perusahaan selama periode waktu berjalan. Kelemahan yang terdapat di perusahaan dapat segera diperbaiki, sedangkan hasil yang baik harus dipertahankan pada waktu mendatang. Menurut Munawir (2010:106), analisis rasio keuangan adalah Future oriented atau berorientasi dengan masa depan, artinya bahwa dengan analisa rasio keuangan dapat digunakan sebagai alat untuk

15 meramalkan keadaan keuangan serta hasil usaha di masa yang akan datang. Menurut Riyanto (2010:329), dalam mengadakan analisis rasio keuangan pada dasarnya dapat melakukannya dengan dua macam cara pembandingan, yaitu: 1) Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu-waktu yang lalu (rasio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama. Dengan cara pembanding ini akan dapat diketahui perubahan-perubahan dari rasio tersebut dari tahun ke tahun. Kalau diketahui perubahan dari angka rasio tersebut maka dapatlah diambil kesimpulan mengenai tendensi atau kecenderungan keadaan keuangan serta hasil operasi perusahaan yang bersangkutan. 2) Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasiorasio semacam dari perusahaan lain yang sejenis atau industri (rasio industri/rasio standar) untuk waktu yang sama. Dengan cara ini akan dapat diketahui apakah perusahaan yang bersangkutan dalam aspek keuangan tertentu berada di atas rata-rata industri, berada pada rata-rata atau terletak dibawah rata-rata industri. 2.4 Jeni-Jenis Analisis Rasio Keuangan Menurut Riyanto (2010:331), umumnya rasio dapat dikelompokkan dalam 4 (empat) tipe dasar, yaitu rasio likuiditas, rasio

16 leverage (solvabilitas), rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. Sedangkan menurut Harahap (2013:301), rasio keuangan yang sering digunakan adalah rasio likuiditas, rasio solvabilitas, rasio rentabilitas/profitabilitas, rasio leverage, rasio aktivitas, rasio pertumbuhan (growth), rasio penilaian pasar (market base ratio) dan rasio produktivitas. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan aspek rasio leverage (solvabilitas), rasio aktivitas dan rasio profitabilitas. 2.4.1 Rasio Leverage (Solvabilitas) Menurut Kasmir (2012:151), rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa rasio leverage (solvabilitas) adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang apabila perusahaan dalam keadaan dilikuidasi (dibubarkan), serta mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. 2.4.2 Rasio Aktivitas Munawir (2010:240), Rasio aktivitas yaitu rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas

17 sehari-hari atau kemampuan perusahaan dalam penjualan, penagihan piutang maupun pemanfaatan aktiva yang dimiliki. Sedangkan menurut Kasmir (2012:172), Rasio aktivitas (activity ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilkinya. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa rasio aktivitas merupakan kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas menggunakan aktiva yang dimiliki. 2.4.3 Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen disini dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Rasio ini disebut juga rasio rentabilitas.menurut Munawir (2010:240), Ratio rentabilitas yaitu ratio-ratio yang dapat digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan unuk memperoleh keuntungan. Sedangkan menurut Kasmir (2012:196), Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan.

18 2.5 Kinerja Keuangan Menurut Munawir (2010:30), kinerja keuangan merupakan satu diantara dasar penilaian mengenai kondisi keuangan perusahaan yang dilakukan berdasarkan analisa terhadap rasio keuangan perusahaan. Sedangkan menurut Fahmi (2011:2), kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa kinerja perusahaan merupakan analisis yang dilakukan menggunakan perhitungan rasio keuangan untuk mengukur kondisi keuangan suatu perusahaan. Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para investor dan juga untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan. 2.6 Laporan Keuangan Menurut Munawir (2010:5), Laporan Keuangan pada umumnya terdiri dari neraca dan perhitungan laba rugi serta perubahan ekuitas. Sedangkan menurut Gitman (2012:44), Laporan keuangan adalah Laporan tahunan dalam sebuah perusahaan dan harus diberikan kepada pemegang saham, isinya merangkum dan mendokumentasikan kegiatan keuangan selama satu tahun terakhir.

19 Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah laporan hasil akhir dari proses akuntansi yang menggambarkan kondisi keuangan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Sifat-sifat laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara fakta yang telah dicatat (recorded fact), prinsip dan kebiasaan di dalam akuntansi (accounting convention and postulate), dan pendapat pribadi (personal judgment). Laporan keuangan inilah yang menjadi sumber informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Disamping sebagai informasi, laporan keuangan juga sebagai pertanggungjawaban (accountability) sekaligus mengambarkan indikator kesuksesan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya. 2.7 Penelitian 2.7.1 Return On Asset (ROA) Return On Asset (ROA) menurut Kasmir (2012:201), adalah rasio yang menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Selain itu, ROA memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan. Return On Assets (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan

20 memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. ROA merupakan rasio antara laba sesudah pajak terhadap total assets. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja perusahaan semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) semakin besar. ROA juga merupakan perkalian antara faktor net income margin dengan perputaran aktiva. Menurut Sutrisno (2012:222), Returm On Assets sering disebut sebagai rentabilitas ekonomis merupakan ukuran kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan semua aktiva yang dimiliki oleh perusaahaan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: 2.7.2 Debt to Asset Ratio (DAR) Debt to Asset Ratio merupakan rasio hutang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total hutang dengan total aktiva. Rasio ini menunjukkan seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar hutang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva (Kasmir, 2014). Sedangkan menurut Sutrisno (2012:217), menyatakan Debt to Assets Ratio adalah: Rasio hutang dengan total aktiva yang bisa disebut rasio hutang (debt ratio), mengukur

21 prosentase besarnya dana yang berasal dari hutang. Yang dimaksud dengan hutang adalah semua hutang yang dimiliki oleh perusahaan baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang. Kreditor lebih menyukai debt ratio yang lebih rendah sebab tingkat keamanan dana menjadi semakin baik. Pengaturan rasio yang baik akan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan guna menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi. Namun semua kebijakan tergantung dari tujuan perusahaan. Rasio ini merupakan perbandingan antara utang lancar dan utang jangka panjang dan jumlah seluruh aktiva diketahui. Rasio ini menunjukkan beberapa bagian dari keseluruhan aktiva yang dibelanjai oleh utang. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut: 2.7.3 Total Asset Turnover (TATO) Menurut Kasmir (2012:185), Total Asset Turnover merupakan rasio yang digunakan untuk perputaran semua aktiva yang dimiliki perusahaan dan mengukur berapa jumlah penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva. Sedangkan menurut Werner R. Murhadi (2013:60), Total Asset Turnover Menunjukan efektivitas perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk menciptakan pendapatan. Berdasarkan pendapat

22 beberapa ahli dapat disimpulkan TATO adalah rasio yang menunjukkan perputaran total aktiva dan mengukur penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah total aktiva. Rasio yang tinggi biasanya menunjukkan manajemen yang baik, sebaliknya rasio yang rendah harus membuat manajemen mengevaluasi strategi pemasarannya, dan pengeluaran modalnya (investasi). Semakin besar rasio ini maka semakain baik, berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba dan menunjukkan semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Dengan kata lain jumlah aset yang sama dapat memperbesar volume penjulan apabila total assets turnover ditingkatkan atau diperbesar. Menurut Kasmir (2012:186), rumus untuk mencari TATO sebagai berikut: 2.7.4 Net Profit Margin (NPM) Net profit margin merupakan rasio yang menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkatan penjualan tertentu. Menurut Munawir (2010:89), Net Profit Margin mengukur tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan penjualannya. Dalam penelitian ini rasio profitabilitas

23 diproksikan dengan net profit margin, karena rasio ini merupakan rasio yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan laba berdasarkan penelitian sebelumnya. Laba bersih setelah pajak dihitung dari laba sebelum pajak penghasilan dikurangi dengan pajak penghasilan. Penjualan bersih merupakan hasil penjualan yang diterima oleh perusahaan dari hasil penjualan barang-barang dagangan atau hasil produksi sendiri. 2.8 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Peneliti/ Judul Penelitian Model Analisis Hasil penelitian 1. Diana Elyasabet Kurnia Dewi dan Imam Mukhlis (2012) Pengaruh CAR, ROA, NPM dan LDR Terhadap Pertumbuhan Laba Bank (Studi Kasus PT Bank Mandiri Tbk) Dependen : Pertumbuhan Laba Independen: CAR ROA NPM LDR Regresi Linier Berganda ROA dan NPM berpengaruh CAR dan LDR berpengaruh tidak

24 2. Ade Gunawan dan Sri Wahyuni (2013): Pengaruh Keuangan terhadap Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Perdagangan di Indonesia Dependen : Pertumbuhan Laba Independen: TATO CR FATO IT DAR DER Regresi Linier Berganda TATO, FATO, dan IT berpengaruh CR, DAR, dan DER berpengaruh tidak TATO, CR, FATO, IT, DAR, dan DER secara simultan berpengaruh terhadap 3. Heikal, Khaddafi, dan Ummah (2014): Influence Analysis of Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Debt To Equity Ratio (DER), and Current Ratio(CR), Against Corporate Profit Growth In Automotive In Indonesia Stock Exchange. 4. Ima Andriyani (2016): Pengaruh rasio keuangan terhadap pertumbuhan laba pada Perusahaan Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Dependen : Pertumbuhan Laba Independen : ROA ROE NPM DER CR Dependen : Pertumbuhan Laba Independen: CR DAR TATO ROA Regresi Linier Berganda Regresi Linier Berganda ROA, ROE dan NPM berpengaruh DER dan CR berpengaruh tidak TATO, FATO, dan IT berpengaruh CR, DAR, dan DER berpengaruh tidak CR, DAR, TATO, dan ROA secara simultan berpengaruh terhadap 5. Septian Adi Wibisono (2016): Pengaruh kinerja keuangan terhadap pertumbuhan laba Dependen : Pertumbuhan Laba Regresi Linier Berganda CR, DER, DAR, TATO, IT, NPM, dan GPM berpengaruh

25 pada Perusahaan Otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Independen: CR QR DER DAR TATO IT NPM GPM QR berpengaruh tidak CR, QR, DER, DAR, TATO, IT, NPM, dan GPM, secara simultan berpengaruh terhadap 2.9 Kerangka Penelitian Sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, maka kerangka pemikiran teoritis yang menunjukkan pengaruh variabel-variabel ROA, DAR, TATO dan NPM terhadap pertumbuhan laba yang digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1 Kerangka Penelitian H1 Return on Assets (ROA) H2 Debt to Asset Ratio (DAR) Total Assets Turn Over (TATO) H3 H4 H5 Pertumbuhan Laba (Y) Net Profit Margin (NPM)

26 2.10 Hipotesa Penelitian Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran teoritis yang ada, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut: H1 : ROA, DAR, TATO dan NPM berpengaruh pertumbuhan laba pada perusahaan kosmetik secara simultan. H2 : ROA berpengaruh pertumbuhan laba pada perusahaan kosmetik secara parsial. H3 : DAR berpengaruh pertumbuhan laba pada perusahaan kosmetik secara parsial. H4 : TATO berpengaruh pertumbuhan laba pada perusahaan kosmetik secara parsial. H5 : NPM berpengaruh pertumbuhan laba pada perusahaan kosmetik secara parsial.