III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember Februari 2015.

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler Fakultas

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah eksperimen dengan metode desain paralel.

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler Fakultas

METODOLOGI PENELITIAN. Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di laboratorium Biologi dan Fisika FMIPA Universitas

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

III. METODE PENELITIAN. test-only control group design. Menggunakan 20 ekor tikus putih yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang menggunakan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan metode

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA. Universitas Lampung untuk pemeliharaan, pemberian perlakuan, dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode posttest only

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian,

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah acak lengkap dengan lima kelompok,

III. METODE PENELITIAN. jantung dilaksanakan di Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan Rancangan

III. METODE PENELITIAN. menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test-only

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode acak

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah eksperimen karena pada penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Acak Lengkap dengan pendekatan Post Test Only Control Group Design.

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan pada subjek penelitian kemudian mempelajari efek perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan. menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan 5

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang

BAB III METODE PENELITIAN. terkontrol dengan pola post test-only control group design. Menggunakan 25

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Oktober Perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Obstetri Ginekologi, Patologi Anatomi,

BAB III METODE PENELITIAN. Acak Lengkap (RAL) dan dengan pendekatan Post Test Only Control Group

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental murni dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang menggunakan

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan metode

III. METODE PENELITIAN. denan menggunakan hewan uji berupa tikus putih betina galur Sprague

BAB III METODE PENELITIAN. Menggunakan 25 ekor tikus putih galur Sprague dawley jantan berumur 8-12

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan metode rancangan

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan dan empat ulangan.hewan

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode posttest

BAB III METODE PENELITIAN. dan 1 kontrol terhadap ikan nila (O. niloticus). bulan, berukuran 4-7 cm, dan berat gram.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan metode acak

III. METODE PENELITIAN. Ilmu Pengetahuan Alam dan Laboratorium Biomolekuler Fakultas Kedokteran,

BAB III METODE PENELITIAN. digunakan dalam penelitian ini yaitu tikus putih (Rattus norvegicus) Penelitian ini

BAB IV METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini menggunakan Post Test Only Control Group Design yang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan hewan coba berupa tikus putih betina galur Sprague dawley.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan Rancangan Acak Terkontrol (RAT). Pemeliharaan dan pemberian ekstrak cabe jawa dan zinc (Zn) pada tikus

MATERI DAN METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. terkontrol dengan pola post test only control group design. Menggunakan 25

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menguji antioksidan dari rimpang jahe merah (Zingiber officinale Rosc.)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Sains dan Teknologi, Universitas Airlangga, Surabaya sebagai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang

METODE PENELITIAN. Lengkap (RAL) dengan 4 (empat) kelompok yang terdiri dari 1 kelompok kontrol

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak daun sirsak (Annona

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dengan rancangan eksperimental dengan (Post Test Only

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2015 di Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik. Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah eksperimen satu faktor dengan pola acak

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan. Perlakuan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorok (THT)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian ekstrak daun pegagan (Centella asiatica

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan eksperimental dengan randomized pre post test control

BAB III METODOLOGI. untuk Microsoft Windows.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh pemberian ekstrak etanol daun widuri (Calotropis

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Juli 2015 di Laboratorium Zoologi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik yang

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan metode rancangan acak terkontrol dengan pola post test only

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.)

BAB IV METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Penelitian Kandang Hewan Coba Laboratorium Histopatologi

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

BAB III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012).

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

III. METODE PENELITIAN. only control group. Dilakukan dengan cara membandingkan hasil

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris in vivo pada tikus putih wistar (Ratus Norvegicus)jantan dengan. rancangan post test only control group design.

Transkripsi:

37 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2014 - Februari 2015. Pembuatan larutan taurin, ekstrak daun sirsak dan pengamatan mikroskop cahaya dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler FMIPAUniversitas Lampung. Pemeliharaan mencit, menginduksi benzo(α)piren, pemberian taurin dan ekstrak daun sirsak dilakukan di Laboratorium MIPA Terpadu Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Pembedahan dan proses mikroteknik dilakukan di Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner (BPPV) Regional III Bandar Lampung. B. Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : mikroskop, beaker glass, gelas ukur, tabung reaksi dan raknya, erlenmeyer, corong, pipet volum, pipet tetes, gunting, pisau, timbangan analitik, alat bedah, kandang tikus,, gelas objek, spatula, blood counter tabulator, bak pemeliharaan mencit (Mus musculus) galur ddy, rak preparat, alat bedah, kaca penutup, tempat minum, jarum suntik, neraca analitik, sentrifugator, corong pisah, pipet plat tetes,

38 kertas saring, blender, corong kecil, rotary evaporator, neraca analitik, mikroskop cahaya, counter, penggaris, alat tulis dan kamera. Bahan-bahan yang digunakan adalah : pakan pelet, air minum, mencit jantan (Mus musculus) galur ddy berumur 5-7 minggu dengan berat badan ±20 gram, benzo(a)piren, aquades, daun sirsak (Annona muricata),etanol, aquadest 200 ml, corn oil, taurin, eosin, giemsa dan benzo(α)piren. C. Rancangan Percobaan Penelitian yang dilakukan bersifat eksperimental. Oleh karena itu, rancangan eksperimen yang digunakan adalah rancangan acak lengkap yang terdiri atas 5 kelompok perlakuan, dengan masing-masing perlakuan terdiri dari 5 ekor sebagai ulangan. Kelompok I, diberi 0,2 ml corn oil selama 15 hari ; Kelompok II, diinduksi dengan benzo(α)piren tanpa pemberian bahan uji selama 10 hari ; Kelompok III, diberi taurin dengan 7,8 mg/bb/hari, pagi dan sore = 15,6 mg/bb/hari dimulai sejak 15 hari sebelum induksi benzo(α)piren ; Kelompok IV, setelah diinduksi benzo(α)piren, daun sirsak dosis 277,8 mg/bb BB mencit ; Kelompok V, setelah diinduksi benzo(α)piren, dilanjutkan pemberian senyawa taurin dengan dosis 7,8 mg/bb/hari, pagi dan sore sebanyak 15,6 mg/bb/hari. D. Parameter Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah gambaran histopatologi hepar mencit putih (Mus musculus) dan bobot hepar mencit yang terinduksi benzo(α)piren.

39 E. Alur Penelitian Mencit putih umur 5-7 minggu, bobot badan ± 20 g Adaptasi pakan standar (ad libitum) sampai akhir penelitian Induksi dengan benzo(α)piren dengan dosis 0,3 mg/bb setiap hari selama 10 hari secara subkutan kemudian dilanjutkan dengan pemberian zat uji selama 15 hari Penentuan dosis dan pemberian taurin serta ekstrak daun sirsak dengan dosis 277,8 mg/bb/hari/mencit. Pemberian zat uji taurin dengan dosis 7,8 mg/bb/hari (setiap hari pagi dan sore menjadi 15,6 mg/bb/hari) Pengambilan sampel, pembuatan histopatologi hepar, dan pemeriksaan preparat di laboratorium F.Pelaksanaan 1. Hewan Uji Hewan uji yang digunakan adalah mencit (Mus musculus) jantan galur ddy sebanyak 25 ekor, yang berumur 5-7 minggu, bobot badan ± 20 g. Hewan tersebut diperoleh dari bagian Non Ruminansia dan Satwa Harapan, Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor, Jawa Barat. 2. Aklimasi Hewan Uji Penelitian diawali dengan aklimasi mencit jantan (Mus musculus) galur ddy selama 15 hari di Laboratorium MIPA Terpadu Universitas Lampung.

40 dikelompokkan dalam 5 kelompok. Selama aklimasi, mencit percobaan dipelihara dalam kandang secara individu pada kondisi lingkungan yang homogen. 3. Makanan dan Minuman Mencit (Mus musculus) Makanan mencit berupa pakan pelet yaitu comfeed BR II yang ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Bahan dan Komposisi Pakan Mencit BAHAN DASAR PAKAN MENCIT Jagung Bekatul Bungkil kedelai Tepung Daging Garam Vitamin Mineral ANALISIS PROKSIMAT PAKAN MENCIT PRESENTASE SETIAP 100 GRAM KADAR AIR MAX 12,0% PROTEIN KASAR MIN 19,0%-21,0% LEMAK KASAR MIN 5,05% SERAT KASAR MAX 5,0% ABU MX 7,0% CALSIUM MIN 0,9% PHOSPOR MIN 0,6%-0,9% COCCIDIOSTAT - ANTIBIOTIKA - Minuman mencit berupa air mineral yang diberikan melalui botol gelas minuman. Makanan dan minuman mencit diberikan secara ad libitum (sampai kenyang atau secukupnya).

41 4. Induksi Karsinogenik Terhadap Hewan Uji Dengan Benzo(a)piren Induksi karsinogenik dilakukan dengan cara menyuntikkan larutan benzo(α)piren pada jaringan subkutan mencit di bagian tengkuk. Benzo(α) piren 0,3 mg dilarutkan dalam 0,2 ml corn oil. Injeksi dilakukan setiap hari selama 10 hari. Semua kelompok diinduksi dengan benzo(α)piren selama 10 hari secara subkutan kemudian dilanjutkan dengan pemberian zat uji selama 15 hari (Sugitha dan Djalil, 1989). Kemudian ditunggu sampai adanya kanker, yaitu munculnya benjolan (nodul) di bagian tengkuk. Benzo(α)piren diberikan selama 10 hari karena sel kanker akan tumbuh setelah terinduksi antara 9-13 hari. Pada periode ini terlihat dan terasa perubahan pada tengkuk dan kaki mencit (Gustanti, 1999). Untuk kontrol mencit (Mus musculus) tidak diinjeksi benzo(α)piren. 5. Penentuan Dosis dan Pemberian Senyawa Taurin serta Ekstrak Daun Sirsak. Penentuan dosis sediaan senyawa taurin dibuat berdasarkan literatur dari Shao (2008), yaitu 3 g/70 kg berat badan pada manusia. Dosis taurin pada mencit dihitung dengan menggunakan tabel konversi manusia ke mencit ukuran 20 g menurut Nugraha (2011). Nilai konversi dari manusia ke mencit adalah 0,0026. Sehingga diperoleh dosis senyawa taurin untuk mencit, yaitu 3000 mg X 0,0026 = 7,8 mg/bb/hari. Penentuan dosis ekstrak daun sirsak dalam penelitian ini mengacu dosis yang diberikan pada tikus, yaitu 106,84615 g/bb/hr (Dewi, 2007). Dosis

42 ekstrak daun sirsak pada mencit dihitung dengan menggunakan tabel konversi manusia ke mencit adalah 0,0026, sehingga diperoleh dosis seduhan daun sirsak untuk mencit, yaitu 106,84615 x 0,0026 = 0,27779 g/bb/hari sehingga diperoleh 277,8 mg/bb/hari (Ngatidjan, 1991). Menyiapkan daun sirsak Dilakukan penyortiran dengan mengambil daun terbaik Daun sirsak yang telah disortir kemudian dicuci dengan air mengalir Daun sirsak yang sudah dicuci kemudian dikeringkan pada open dengan dengan suhu 30 C-50 C. Dalam pengeringan ini hendaknya dihindarkan dari panas matahari langsung. Daun sirsak yang telah kering kemudian dihancurkan hingga sedikit halus Daun sirsak yang telah halus dimaserasi selama 24 jam dengan pelarut etanol 96%. Ekstrak yang dihasilkan disaring dengan corong buncher Ekstrak yang diperoleh dipekatkan dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu 90 derajat Celcius sampai diperoleh ekstrak kental. Gambar 7. Bagan alur pembuatan ekstrak daun sirsak (Annona muricata) 6. Uji Anti Kanker Taurin Terhadap Hewan Uji Uji in vivo untuk antikanker dilakukan dengan memberikan taurin pada mencit yang telah diinduksi benzo(α)piren. Pemberian zat uji taurin

43 diberikan setiap hari (pagi dan sore) secara oral selama 15 hari. Perlakuan tersebut meliputi: Tabel 2. Dosis pada tiap kelompok perlakuan Kelompok Keterangan Jumlah Mencit I (kontrol normal) Diberi 2ml corn oil selama 15 hari. 5 II (kontrol negatif) Diinduksi dengan benzo(α)piren tanpa 5 pemberian bahan uji selama 10 hari. III (preventif) Diberi taurin dengan 7,8 mg/bb/hari (pagi&sore = 15,6 mg/bb/hari) dimulai 5 sejak 15 hari sebelum induksi benzo(α)piren. IV Setelah diinduksi benzo(α)piren, 5 dilanjutkan pemberian taurin dengan dosis 7,8 mg/bb/hari (pagi&sore = 15,6 mg/bb/hari). V Setelah diinduksi benzo(α)piren, 5 dilanjutkan pemberian ekstrak daun sirsak dengan dosis 277,8 mg/bb mencit. Pengamatan terhadap adanya nodul (kanker) dilakukan secara mikroskopik dengan membuat preparat dari organ yang diambil dan dilakukan pengamatan secara histopatologi untuk melihat adanya pembentukan kanker pada organ tersebut. 7. Preparasi Pembuatan Sediaan Histologis Hepar Pada akhir perlakuan mencit dikorbankan dan diambil hepar untuk dibuat sediaan mikroskopis dengan metode paraffin dan pewarnaan Hematoxylin Eosin (HE). Hematoxylin Eosin bersifat pewarna basa, yaitu memulas jaringan basofilik sedangkan eosin memulas jaringan yang bersifat asidofilik. Kombinasi ini merupakan pewarnaan yang paling sering digunakan. Sampel hepar difiksasi dengan formalin 10% dan dikirim ke laboratorium patologi anatomi untuk pembuatan sediaan mikroskopis jaringan hepar.

44 Metode teknik histopatologi menurut Ali (2007) dibagi menjadi 10 teknik, yaitu : 1.Fixation a) Memfiksasi specimen berupa potongan organ hati yang telah dipilih segera dengan larutan pengawet formalin 10%. b) Mencuci dengan air mengalir. 2. Trimming a) Mengecilkan organ ±3mm b) Memasukkan potongan organ hati tersebut kedalam embedding cassette. 3. Dehidrasi a) Menuntaskan air dengan meletakkan embedding cassette pada kertas tisu b) Berturut-turut melakukan perendaman organ hati dalam alkohol bertingkat 80% dan 90% masing-masing selama 2 jam. Selanjutnya dilakukan perendaman alkohol 95%, absolute I, II, III selama 1 jam. 4. Clearing Untuk membersihkan sisa alkohol, dilakukan clearing dengan xylol I, II, III masing-masing selama 1 jam. 5. Impregnasi Impregnasi degan menggunakan paraffin I, II, III masing-masing selama 2 jam.

45 6. Embedding a) Membersihkan sisa paraffin yang ada pada pan dengan memanaskan beberapa saat diatas api dan di usap dengan kapas. b) Menyiapkan paraffin cair dengan mmasukkan paraffin ke dalam cangkir logam dan memasukkan ke dalam oven dengan suhu diatas 58 derajat Celcius. c) Menuangkan paraffin cair ke dalam pan d) Memindahkan satu-persatu dari embedding cassette ke dasar pan dengan mengatur jarak satu dengan yang lainnya. e) Memasukkan pan kedalam air. f) Melepaskan paraffin yang berisi potongan hati dari pan dengan memasukkan ke dalam suhu empat derajat Celcius beberapa saat. g) Memotong paraffin sesuai dengan letak jaringan yang ada dengan menggunakan scalpel hangat. h) Meletakkan pada balok kayu, ratakan pinggirnya dan buat ujungnya sedikit meruncing. i) Memblok paraffin siap dipotong dengan mikrotom. 7. Cutting a) Melakukan pemotongan pada ruang dingin b) Sebelum memotong, mendinginkan blok terlebih dahulu c) Melakukan pemotongan kasar, dilanjutkan dengan pemotongan halus dengan ketebalan 4-5 mikron. d) Memilih lembar pemotongan yang paling baik, mengapungkan pda air dan menghilangkan kerutannya dengan cara menekan salah satu

46 sisi lembaran jaringan tersebut dengan ujung jarum dan sisi yang lain ditarik menggunakan kuas runcing. e) Memindahkan lembaran jaringan kedalam waterbath selama beberapa detik sampai mengembang sempurna. f) Dengan gerakan menyendok mengambil lembaran jaringan tersebut dengan slide bersih dan menempatkan pada sepertiga atas atau bawah, mencegah jangan sampai ada gelembung udara dibawah jaringan. g) Menempatkan slide yang berisi jaringan pada inkubatir (suhu 37 derajat celcius) selama 24 jam sampai jaringan melekat sempurna. 8. Staining (pewarnaan) dengan harris Hematoxylin Eosin. Setelah jaringan melekat sempurna pada slide, memilih slide yang terbaik selanjutnya secara berurutan memasukkan ke dalam zat kimia dibawah ini dengan waktu sebagai berikut: a) Untuk pewarnaan, zat kimia yang pertama digunakan xylol I, II, III masing-masing selama 5 menit. b) Zat kimia yang yang digunakan alcohol absolute I, II, III masingmasing selama 5 menit. c) Zat kimia yang ketiga yaitu aquades selama 1 menit. d) Potongan organ dimasukkan dalm zat warna Harris Hematoxylin Eosin selama 20 menit. e) Memasukkan potongan organ hati dalam aquades selama 1 menit dengan sedikit mengoyang-goyangkan organ. f) Mencelupkan organ dalam asam alcohol 2-3 celupan.

47 g) Dibersihkan dalam aquades bertingkat masing-masing1 an 15 menit. h) Memasukkan potonga organ dalan eosin selama 2 menit. i) Secara berurutan memasukkan potngan organ dalam alcohol 96% selama 2 menit, alcohol 96%, alcohol III dan IV masing-masing selama 3 menit. j) Terakhir memasukkan kedalam xylol IV dan V masing-masing selama 5 menit. 9. Mounting Setelah pewarnaan selsai menempatan slide diatas kertas tisu pada tempat datar, menetesi dengan bahan mounting yaitu kanada balsam dan ditutup dengan cover glass, cegah jangan sampai terbentuk gelembung udara. 10. Membaca slide dengan mikroskop Slide diperiksa di bawah mikrokop sinar dengan pembesaran 400x. Metode yang digunakan dalam melihat preparat adalah prosedur double blinded (Ali, 2007). Pada akhir perlakuan mencit dikorbankan, dilanjutkan dengan isolasi hepar untuk fiksasi ke dalam formalin 10% selama 4-8 jam. Langkah pertama pembuatan sediaan histologis hepar, yaitu dehidrasi menggunakan etanol, dilanjutkan embedding dan pemotongan menggunakan mikrotom dengan ketebalan 4 µm. Hasil pemotongan kemudian diwarnai menggunakan hematoksilin-eosin dan diamati dengan mikroskop cahaya (Dimitrios, 2006).

48 G) Penilaian Histopatologi Skoring derajat histopatologi hepar yang digunakan berdasarkan penelitian Uji Toksisitas Akut dan Subakut yang dilakukan Maretnowati et al (2005), yang telah dipublikasikan dalam Majalah Farmasi Airlangga, sebagai berikut: Tabel 3. Skor Penilaian Derajat Kerusakan Histopatologi Sel Hepar Tingkat perubahan Skor Normal 0 Ringan (mild) 1 Sedang (moderate) 2 Berat (severe) 3 Derajat kerusakan hati terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu derajat kerusakan 1 (kerusakan ringan) yang memiliki kriteria kerusakan sel hepar mencapai 1-25%, derajat kerusakan 2 (kerusakan sedang) yang memiliki kriteria kerusakan mencapai 26-50% dan derajat kerusakan 3 (kerusakan berat) yang memiliki kriteria kerusakan sel hepar mencapai >50%. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan hasil pengamatan mikroskopik organ hepar dari setiap kelompok perlakuan dengan kontrol.

49 H. Prosedur Pengamatan Bobot Hepar Mencit Prosedur pengamatan berat basah organ hepar dilakukan dengan menimbang organ hepar yang masih segar menggunakan timbangan digital dengan 2x ulangan dan dibandingkan dengan perlakuan kontrol (Dewi, 2012). I. Analisis Data Data dianalisis dengan metode statistik menggunakan uji anova satu arah (one way anova) pada taraf 5% (p<0,05), selanjutnya dilanjutkan dengan uji Fisher. Data yang diperoleh dari pengamatan secara mikroskopis diuji dengan uji statistik menggunakan uji statistik Kruskal-Wallis, untuk mengetahui adanya perbedaan dalam seluruh kelompok populasi. Data diolah dengan menggunakan Komputer Program Minitab 14 (Hanafiah, 2011).