Hadirkan! Kebijakan Perlindungan Korban Kekerasan Seksual. Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil Untuk SDGs Infid November 2017

dokumen-dokumen yang mirip
Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Perlindungan Anak

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN SEKSUAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RUU Penghapusan Kekerasan Seksual Sebagai UU yang Mengatur Tindak Pidana Khusus

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi

Institute for Criminal Justice Reform

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

LAPORAN SINGKAT KOMISI VIII DPR RI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

RUU Penghapusan Kekerasan Seksual Sebagai UU yang Mengatur Tindak Pidana Khusus

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan

MENDEKATKAN AKSES PEREMPUAN MISKIN KORBAN KEKERASAN TERHADAP LAYANAN. Komnas Perempuan & Forum Pengada Layanan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN KABUPATEN JEMBER

Bentuk Kekerasan Seksual

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

"Perlindungan Saksi Dalam Perspektif Perempuan: Beberapa Catatan Kritis Terhadap RUU Perlindungan Saksi usul inistiatif DPR"

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

WALIKOTA DENPASAR PERATURAN DAERAH KOTA DENPASAR NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

PENTING! RANCANGAN UNDANG-UNDANG NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN SEKSUAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2013 PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

QANUN KOTA LANGSA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

KEBIJAKAN PERLINDUNGAN KHUSUS BAGI ANAK DEPUTI BIDANG PERLINDUNGAN ANAK, KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TENGAH TAHUN 2009 NOMOR 3

JAWA TIMUR MEMUTUSKAN : PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Wajib Lapor Tindak KDRT 1

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

MENCEGAH DISKRIMINASI DALAM PERATURAN DAERAH

JAKARTA 14 FEBRUARI 2018

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2015

BAB III DESKRIPSI PASAL 44 AYAT 4 UU NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG KETENTUAN PIDANA KEKERASAN SUAMI KEPADA ISTERI DALAM RUMAH TANGGA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK,

BUPATI SINTANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Menuju Sistem Peradilan Pidana yang Menjauhkan Korban dari Viktimisasi Melalui RUU Penghapusan Kekerasan Seksual

Lampiran Usulan Masukan Terhadap Rancangan Undang-Undang Bantuan Hukum

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Kekerasan Seksual. Sebuah Pengenalan. Bentuk

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2014

MAKALAH. Kebutuhan Pendampingan Hukum Penyandang Disabilitas

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASER NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN TERHADAP TINDAK KEKERASAN

2008, No e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d perlu membentuk Undang-Undang tenta

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK TERHADAP TINDAK KEKERASAN

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 122 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DI KABUPATEN SIDOARJO PASCA BERLAKUNYA UNDANG UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2004

Menanti Tuntutan Pengesahan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual Oleh : Arrista Trimaya * Naskah diterima: 07 Desember 2015; disetujui: 22 Desember 2015

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KORBAN PERDAGANGAN ORANG

Pendampingan Terhadap Perempuan & Anak Korban Kekerasan Tahun 2016

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI POLEWALI MANDAR

Pengalaman dan Perjuangan Perempuan Minoritas Agama Menghadapi Kekerasan dan Diskriminasi Atas Nama Agama

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

2017, No Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235), sebagaimana telah beberapa kali diubah, tera

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KASUS KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK

MAKALAH. Pengadilan HAM dan Hak Korban Pelanggaran Berat HAM. Oleh: Eko Riyadi, S.H., M.H.

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. pada era reformasi adalah diangkatnya masalah kekerasan dalam rumah tangga

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 10

Miskonsepsi terhadap RUU Penghapusan Kekerasan Seksual, Perspektif Gender, dan Feminisme*

-2- dialami pihak korban dalam bentuk pemberian ganti rugi dari pelaku atau Orang Tua pelaku, apabila pelaku merupakan Anak sebagai akibat tindak pida

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

Perkawinan Anak dan Kekerasan terhadap Perempuan di Indonesia

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

Mewujudkan Payung Hukum Penghapusan Diskriminasi Gender di Indonesia Prinsip-Prinsip Usulan Terhadap RUU Kesetaraan dan Keadilan Gender

BUPATI PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG

j K ika amu korban Perkosaan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

Transkripsi:

Hadirkan! Kebijakan Perlindungan Korban Kekerasan Seksual Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil Untuk SDGs Infid 14-15 November 2017

Kondisi kekerasan seksual di Indonesia Kasus kekerasan terhadap perempuan sepanjang 1998 2010 berjumlah hampir seperempat dari seluruh total kasus kekerasan. Dari total 400.939 kasus kekerasan yang dilaporkan, sebanyak 93.960 kasus adalah kasus kekerasan seksual. Setiap hari sedikitnya 35 perempuan (termasuk anak perempuan) mengalami kekerasan seksual (Catatan Tahunan Komnas Perempuan 2012). Berdasarkan rata-rata kasus yang dicatat dalam Catatan Tahunan Komnas Perempuan hingga tahun 2012, dapat disimpulkan bahwa setiap 2 jam ada 3 perempuan Indonesia yang menjadi korban kekerasan seksual. Kasus kekerasan seksual meningkat setiap tahun. Tahun 2010 tercatat 2.645 kasus ; tahun 2011 tercatat 4.335 kasus ; tahun 2012 tercatat 3.937 kasus ; tahun 2013 tercatat 5629 kasus dan tahun 2014 tercatat 4.458 kasus. *Data ini tercatat sebagai data kasus kekerasan seksual yang dilaporkan kepada Komnas Perempuan melalui Catatan Tahunan. Di luar data ini disadari bahwa kasus yang dilaporkan akan selalu lebih besar (fenomena puncak gunung es).

Konstitusi Kita Melindungi Korban Kekerasan Seksual - Dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945: melindungi segenap bangsa Indonesia. Makna: perlindungan bagi seluruh warga negara, termasuk kelompok rentan: perempuan, anak, penyandang disabilitas. Beberapa dari hak konstitusional (hak warga negara dijamin negara dalam UUD NRI 1945): hak untuk bebas dari ancaman dan kekerasan berhubungan dengan hak atas perlindungan dan hak atas keadilan.

Perspektif Sosiologis urgensi --RUU Penghapusan Kekerasan Seksual Korban kekerasan seksual kebanyakan berjenis kelamin perempuan dan anak. Kekerasan seksual seolah-olah wajar dialami oleh perempuan. Akibatnya, viktimisasi berulang terhadap korban terjadi di banyak wilayah di Indonesia. Kekerasan seksual sebagai kejahatan terhadap kesusilaan semata, didukung melalui muatan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Wacana moralitas juga menjadi salah satu hambatan terbesar dalam upaya korban memperoleh haknya atas kebenaran, keadilan, pemulihan, pemenuhan rasa keadilan, dan jaminan ketidakberulangan.

Konteks Yuridis urgensi --RUU Penghapusan Kekerasan Seksual Aspek Substansi Berbagai jenis kekerasan seksual belum dikenali oleh hukum Indonesia. Tidak tersedianya perlindungan yang baik terhadap korban dan saksi Aspek Struktur Lembaga penegak hukum mulai membuat unit dan prosedur khusus untuk menangani kasus kekerasan terhadap perempuan. Namun, unit dan prosedur ini belum tersedia di semua tingkat penyelenggaraan hukum dan belum didukung dengan fasilitas maupun perspektif penanganan korban yang memadai. Aspek Budaya Hukum Masih terdapat aparatur penegak hukum yang mengadopsi cara pandang masyarakat tentang moralitas dan kekerasan seksual.

Sistem Peradilan Pidana Terpadu Penanganan Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan (SPPT-PKKTP) Sistim terpadu yang menunjukkan proses keterkaitan antar-instansi/pihak yang berwenang menangani kasus kekerasan seksual dan akses pelayanan yang mudah dan terjangkau korban dalam setiap proses peradilan kasus kekerasan seksual

Tujuan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual 1. Mencegah segala bentuk kekerasan seksual; 2. Menangani, melindungi dan memulihkan korban; 3. Menindak pelaku; dan 4. Menjamin terlaksananya kewajiban negara dan peran dan tanggung jawab keluarga, masyarakat dan korporasi dalam mewujudkan lingkungan bebas kekerasan seksual.

Lingkup RUU Penghapusan Kekerasan Seksual 1. Penghapusan kekerasan seksual meliputi pencegahan, penanganan, perlindungan, dan pemulihan korban serta penindakan pelaku. 2. Penghapusan kekerasan seksual sebagaimana dimaksud dalam poin 1 menjadi kewajiban negara. 3. Kewajiban negara dalam penghapusan kekerasan seksual diselenggarakan dengan melibatkan keluarga, masyarakat dan korporasi.

Definisi Kekerasan Seksual Kekerasan Seksual adalah setiap perbuatan merendahkan, menghina, menyerang, dan/atau perbuatan lainnya terhadap tubuh yang terkait dengan nafsu perkelaminan, hasrat seksual seseorang, dan/atau fungsi reproduksi, secara paksa, bertentangan dengan kehendak seseorang, dan/atau perbuatan lain yang menyebabkan seseorang itu tidak mampu memberikan persetujuan dalam keadaan bebas, karena ketimpangan relasi kuasa dan/atau relasi gender, yang berakibat atau dapat berakibat penderitaan atau kesengsaraan secara fisik, psikis, seksual, kerugian secara ekonomi, sosial, budaya, dan/atau politik.

Tindak Pidana Kekerasan Seksual yang diatur dalam RUU 1. Pelecehan seksual; 2. Eksploitasi seksual; 3. Pemaksaan kontrasepsi; 4. Pemaksaan aborsi; 5. Perkosaan; 6. Pemaksaan perkawinan; 7. Pemaksaan pelacuran; 8. Perbudakan seksual; dan 9. Penyiksaan seksual.

Hak Korban dalam RUU: Korban Sebagai Subjek Hak korban adalah hak atas penanganan, perlindungan, dan pemulihan yang didapatkan, digunakan dan dinikmati oleh korban, dengan tujuan mengubah kondisi korban yang lebih baik, bermartabat dan sejahtera, yang berpusat pada kebutuhan dan kepentingan korban yang multidimensi, berkelanjutan dan partisipatif.

Hak Korban Pemenuhan hak korban meliputi hak atas penanganan, perlindungan dan pemulihan bertujuan mencegah ketidak berulangan kekerasan seksual dan dampak yang berkelanjutan terhadap korban. Negara wajib memenuhi hak-hak korban dan pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan korban.

Hak Korban atas Penanganan a.hak atas informasi terhadap seluruh proses dan hasil penanganan, perlindungan, dan pemulihan; b.hak mendapatkan dokumen penanganan; c.hak atas pendampingan dan bantuan hukum; d.hak atas penguatan psikologis; e.hak atas pelayanan kesehatan meliputi pemeriksaan, tindakan dan perawatan medis; dan f. Hak atas layanan dan fasilitas sesuai dengan kebutuhan khusus korban.

Hak Korban atas Perlindungan a. Penyediaan informasi mengenai hak dan fasilitas perlindungan; b. Penyediaan akses terhadap informasi penyelenggaraan perlindungan yang ia peroleh; c. Perlindungan dari ancaman atau kekerasan pelaku dan pihak lain dan berulangnya kekerasan, termasuk Perintah Perlindungan Sementara; d. Perlindungan atas kerahasiaan identitas; e. Perlindungan dari sikap dan perilaku aparat penegak hukum yang merendahkan dan/atau menguatkan stigma terhadap korban; f. Perlindungan dari kehilangan pekerjaan, mutasi pekerjaan, pendidikan, atau akses politik; dan g. Perlindungan korban dan/atau pelapor dari tuntutan pidana atau gugatan perdata atas peristiwa kekerasan seksual yang ia laporkan.

Hak Korban atas Pemulihan Meliputi pemulihan: Fisik Psikologis Ekonomi Sosial, budaya restitusi

Terobosan (PEMBAHARUAN HUKUM) Pengaturan tentang PENCEGAHAN terjadinya Kekerasan Seksual JENIS-JENIS Kekerasan Seksual HAK KORBAN sebagai fokus termasuk upaya PEMULIHAN HUKUM ACARA PIDANA Kekerasan seksual PEMBUKTIAN, PEMANTAUAN dan PEMIDANAAN. TERPENTING DILAKUKAN adalah bagaimana UUPKS INI MAMPU MEMBENTUK SISTEM BARU yang LEBIH MELINDUNGI PEREMPUAN DARI SISI PENEGAKAN HUKUM dan MENDORONG PERAN NEGARA AGAR LEBIH BERTANGGUNG JAWAB TERHADAP PEMULIHAN KORBAN dan PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL di masa mendatang.

Pencegahan Kekerasan Seksual 1. Lembaga Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah adalah pihak-pihak yang wajib menyelenggarakan pencegahan kekerasan seksual. 2. Pencegahan kekerasan seksual meliputi namun tidak terbatas pada bidang-bidang berikut ini: a. pendidikan; b. infrastruktur, pelayanan publik dan tata ruang; c. pemerintahan dan tata kelola kelembagaan; d. ekonomi; dan e. sosial dan budaya

Partisipasi Masyarakat dalam RUU Penghapusan Kekerasan Seksual Partisipasi masyarakat meliputi upaya-upaya yang bertujuan: a. mencegah terjadinya kekerasan seksual; b. memberikan informasi dan/atau melaporkan adanya kekerasan seksual kepada institusi penegak hukum atau pihak yang berwajib; c. melakukan sosialisasi tentang penghapusan kekerasan seksual; d. membantu melakukan pemantauan terhadap terpidana kekerasan seksual yang telah menyelesaikan pidananya; e. memantau kinerja aparat penegak hukum dalam penanganan perkara kekerasan seksual; f. memantau pemerintah dan pemerintah daerah terhadap kebijakan yang terkait dengan upaya penghapusan kekerasan seksual; g. membangun dan/atau mengoptimalkan pemulihan korban berbasis komunitas; h. memberikan pertolongan darurat terhadap korban; i. memberikan perlindungan terhadap korban; dan j. membantu proses pemulihan korban.

Posisi RUU Di Panja Komisi VIII DPR RI Gerakan Masyarakat Sipil perlu bersinergi mengadvokasi agar RUU PKS ini disahkan sebagai UU dengan mengadopsi hak-hak korban, penjeraan bagi pelaku dan hadirnya SPPT PKKTP di Indonesia. Lobi ke berbagai elemen strategis negara, organisasi masyarakat sipil/ormas agama, media dll.

SDGs punya Mandat Penghapusan Kekerasan Seksual Untuk mencapai tujua 5 SDGs, diantaranya adalah penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan/Kekerasan Seksual. Kebijakan Perlindungan bagi Korban Kekerasan Seksual sebagai indikator tercapainya tujuan 5 SDGs Kesetaraan Gender. Kesetaraan Gender akan terjadi jika budaya masyarakat, struktur hukum dan substansi hukum memberi perlindungan pada kelompok rentan kekerasan dan diskriminasi diantaranya adalah pada perempuan, anak dan kelompok minoritas seksual.

Sekian.. Terima Kasih =)