Hadirkan! Kebijakan Perlindungan Korban Kekerasan Seksual Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil Untuk SDGs Infid 14-15 November 2017
Kondisi kekerasan seksual di Indonesia Kasus kekerasan terhadap perempuan sepanjang 1998 2010 berjumlah hampir seperempat dari seluruh total kasus kekerasan. Dari total 400.939 kasus kekerasan yang dilaporkan, sebanyak 93.960 kasus adalah kasus kekerasan seksual. Setiap hari sedikitnya 35 perempuan (termasuk anak perempuan) mengalami kekerasan seksual (Catatan Tahunan Komnas Perempuan 2012). Berdasarkan rata-rata kasus yang dicatat dalam Catatan Tahunan Komnas Perempuan hingga tahun 2012, dapat disimpulkan bahwa setiap 2 jam ada 3 perempuan Indonesia yang menjadi korban kekerasan seksual. Kasus kekerasan seksual meningkat setiap tahun. Tahun 2010 tercatat 2.645 kasus ; tahun 2011 tercatat 4.335 kasus ; tahun 2012 tercatat 3.937 kasus ; tahun 2013 tercatat 5629 kasus dan tahun 2014 tercatat 4.458 kasus. *Data ini tercatat sebagai data kasus kekerasan seksual yang dilaporkan kepada Komnas Perempuan melalui Catatan Tahunan. Di luar data ini disadari bahwa kasus yang dilaporkan akan selalu lebih besar (fenomena puncak gunung es).
Konstitusi Kita Melindungi Korban Kekerasan Seksual - Dalam Pembukaan UUD NRI Tahun 1945: melindungi segenap bangsa Indonesia. Makna: perlindungan bagi seluruh warga negara, termasuk kelompok rentan: perempuan, anak, penyandang disabilitas. Beberapa dari hak konstitusional (hak warga negara dijamin negara dalam UUD NRI 1945): hak untuk bebas dari ancaman dan kekerasan berhubungan dengan hak atas perlindungan dan hak atas keadilan.
Perspektif Sosiologis urgensi --RUU Penghapusan Kekerasan Seksual Korban kekerasan seksual kebanyakan berjenis kelamin perempuan dan anak. Kekerasan seksual seolah-olah wajar dialami oleh perempuan. Akibatnya, viktimisasi berulang terhadap korban terjadi di banyak wilayah di Indonesia. Kekerasan seksual sebagai kejahatan terhadap kesusilaan semata, didukung melalui muatan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Wacana moralitas juga menjadi salah satu hambatan terbesar dalam upaya korban memperoleh haknya atas kebenaran, keadilan, pemulihan, pemenuhan rasa keadilan, dan jaminan ketidakberulangan.
Konteks Yuridis urgensi --RUU Penghapusan Kekerasan Seksual Aspek Substansi Berbagai jenis kekerasan seksual belum dikenali oleh hukum Indonesia. Tidak tersedianya perlindungan yang baik terhadap korban dan saksi Aspek Struktur Lembaga penegak hukum mulai membuat unit dan prosedur khusus untuk menangani kasus kekerasan terhadap perempuan. Namun, unit dan prosedur ini belum tersedia di semua tingkat penyelenggaraan hukum dan belum didukung dengan fasilitas maupun perspektif penanganan korban yang memadai. Aspek Budaya Hukum Masih terdapat aparatur penegak hukum yang mengadopsi cara pandang masyarakat tentang moralitas dan kekerasan seksual.
Sistem Peradilan Pidana Terpadu Penanganan Kasus Kekerasan Terhadap Perempuan (SPPT-PKKTP) Sistim terpadu yang menunjukkan proses keterkaitan antar-instansi/pihak yang berwenang menangani kasus kekerasan seksual dan akses pelayanan yang mudah dan terjangkau korban dalam setiap proses peradilan kasus kekerasan seksual
Tujuan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual 1. Mencegah segala bentuk kekerasan seksual; 2. Menangani, melindungi dan memulihkan korban; 3. Menindak pelaku; dan 4. Menjamin terlaksananya kewajiban negara dan peran dan tanggung jawab keluarga, masyarakat dan korporasi dalam mewujudkan lingkungan bebas kekerasan seksual.
Lingkup RUU Penghapusan Kekerasan Seksual 1. Penghapusan kekerasan seksual meliputi pencegahan, penanganan, perlindungan, dan pemulihan korban serta penindakan pelaku. 2. Penghapusan kekerasan seksual sebagaimana dimaksud dalam poin 1 menjadi kewajiban negara. 3. Kewajiban negara dalam penghapusan kekerasan seksual diselenggarakan dengan melibatkan keluarga, masyarakat dan korporasi.
Definisi Kekerasan Seksual Kekerasan Seksual adalah setiap perbuatan merendahkan, menghina, menyerang, dan/atau perbuatan lainnya terhadap tubuh yang terkait dengan nafsu perkelaminan, hasrat seksual seseorang, dan/atau fungsi reproduksi, secara paksa, bertentangan dengan kehendak seseorang, dan/atau perbuatan lain yang menyebabkan seseorang itu tidak mampu memberikan persetujuan dalam keadaan bebas, karena ketimpangan relasi kuasa dan/atau relasi gender, yang berakibat atau dapat berakibat penderitaan atau kesengsaraan secara fisik, psikis, seksual, kerugian secara ekonomi, sosial, budaya, dan/atau politik.
Tindak Pidana Kekerasan Seksual yang diatur dalam RUU 1. Pelecehan seksual; 2. Eksploitasi seksual; 3. Pemaksaan kontrasepsi; 4. Pemaksaan aborsi; 5. Perkosaan; 6. Pemaksaan perkawinan; 7. Pemaksaan pelacuran; 8. Perbudakan seksual; dan 9. Penyiksaan seksual.
Hak Korban dalam RUU: Korban Sebagai Subjek Hak korban adalah hak atas penanganan, perlindungan, dan pemulihan yang didapatkan, digunakan dan dinikmati oleh korban, dengan tujuan mengubah kondisi korban yang lebih baik, bermartabat dan sejahtera, yang berpusat pada kebutuhan dan kepentingan korban yang multidimensi, berkelanjutan dan partisipatif.
Hak Korban Pemenuhan hak korban meliputi hak atas penanganan, perlindungan dan pemulihan bertujuan mencegah ketidak berulangan kekerasan seksual dan dampak yang berkelanjutan terhadap korban. Negara wajib memenuhi hak-hak korban dan pelaksanaannya dilakukan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan korban.
Hak Korban atas Penanganan a.hak atas informasi terhadap seluruh proses dan hasil penanganan, perlindungan, dan pemulihan; b.hak mendapatkan dokumen penanganan; c.hak atas pendampingan dan bantuan hukum; d.hak atas penguatan psikologis; e.hak atas pelayanan kesehatan meliputi pemeriksaan, tindakan dan perawatan medis; dan f. Hak atas layanan dan fasilitas sesuai dengan kebutuhan khusus korban.
Hak Korban atas Perlindungan a. Penyediaan informasi mengenai hak dan fasilitas perlindungan; b. Penyediaan akses terhadap informasi penyelenggaraan perlindungan yang ia peroleh; c. Perlindungan dari ancaman atau kekerasan pelaku dan pihak lain dan berulangnya kekerasan, termasuk Perintah Perlindungan Sementara; d. Perlindungan atas kerahasiaan identitas; e. Perlindungan dari sikap dan perilaku aparat penegak hukum yang merendahkan dan/atau menguatkan stigma terhadap korban; f. Perlindungan dari kehilangan pekerjaan, mutasi pekerjaan, pendidikan, atau akses politik; dan g. Perlindungan korban dan/atau pelapor dari tuntutan pidana atau gugatan perdata atas peristiwa kekerasan seksual yang ia laporkan.
Hak Korban atas Pemulihan Meliputi pemulihan: Fisik Psikologis Ekonomi Sosial, budaya restitusi
Terobosan (PEMBAHARUAN HUKUM) Pengaturan tentang PENCEGAHAN terjadinya Kekerasan Seksual JENIS-JENIS Kekerasan Seksual HAK KORBAN sebagai fokus termasuk upaya PEMULIHAN HUKUM ACARA PIDANA Kekerasan seksual PEMBUKTIAN, PEMANTAUAN dan PEMIDANAAN. TERPENTING DILAKUKAN adalah bagaimana UUPKS INI MAMPU MEMBENTUK SISTEM BARU yang LEBIH MELINDUNGI PEREMPUAN DARI SISI PENEGAKAN HUKUM dan MENDORONG PERAN NEGARA AGAR LEBIH BERTANGGUNG JAWAB TERHADAP PEMULIHAN KORBAN dan PENCEGAHAN KEKERASAN SEKSUAL di masa mendatang.
Pencegahan Kekerasan Seksual 1. Lembaga Negara, Pemerintah, Pemerintah Daerah adalah pihak-pihak yang wajib menyelenggarakan pencegahan kekerasan seksual. 2. Pencegahan kekerasan seksual meliputi namun tidak terbatas pada bidang-bidang berikut ini: a. pendidikan; b. infrastruktur, pelayanan publik dan tata ruang; c. pemerintahan dan tata kelola kelembagaan; d. ekonomi; dan e. sosial dan budaya
Partisipasi Masyarakat dalam RUU Penghapusan Kekerasan Seksual Partisipasi masyarakat meliputi upaya-upaya yang bertujuan: a. mencegah terjadinya kekerasan seksual; b. memberikan informasi dan/atau melaporkan adanya kekerasan seksual kepada institusi penegak hukum atau pihak yang berwajib; c. melakukan sosialisasi tentang penghapusan kekerasan seksual; d. membantu melakukan pemantauan terhadap terpidana kekerasan seksual yang telah menyelesaikan pidananya; e. memantau kinerja aparat penegak hukum dalam penanganan perkara kekerasan seksual; f. memantau pemerintah dan pemerintah daerah terhadap kebijakan yang terkait dengan upaya penghapusan kekerasan seksual; g. membangun dan/atau mengoptimalkan pemulihan korban berbasis komunitas; h. memberikan pertolongan darurat terhadap korban; i. memberikan perlindungan terhadap korban; dan j. membantu proses pemulihan korban.
Posisi RUU Di Panja Komisi VIII DPR RI Gerakan Masyarakat Sipil perlu bersinergi mengadvokasi agar RUU PKS ini disahkan sebagai UU dengan mengadopsi hak-hak korban, penjeraan bagi pelaku dan hadirnya SPPT PKKTP di Indonesia. Lobi ke berbagai elemen strategis negara, organisasi masyarakat sipil/ormas agama, media dll.
SDGs punya Mandat Penghapusan Kekerasan Seksual Untuk mencapai tujua 5 SDGs, diantaranya adalah penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan/Kekerasan Seksual. Kebijakan Perlindungan bagi Korban Kekerasan Seksual sebagai indikator tercapainya tujuan 5 SDGs Kesetaraan Gender. Kesetaraan Gender akan terjadi jika budaya masyarakat, struktur hukum dan substansi hukum memberi perlindungan pada kelompok rentan kekerasan dan diskriminasi diantaranya adalah pada perempuan, anak dan kelompok minoritas seksual.
Sekian.. Terima Kasih =)