BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus (DM) menjadi penyakit berbahaya yang banyak diderita penduduk di seluruh dunia. DM juga disebut dengan penyakit kencing manis dapat menyerang penduduk yang berusia muda ataupun tua. DM dapat menimbulkan komplikasi berbahaya seperti neuropati, nefropati dan retinopati yang dapat berakibat buruk bagi kesehatan dan kematian (Kemenkes RI, 2014). DM telah menyerang 387 juta penduduk di seluruh dunia atau 8,3 % dari seluruh penduduk dunia dan sebagian besar belum terdiagnosis (WHO, 2016). Penderita DM di Indonesia tahun 2013 berjumlah 12 juta penderita yang berusia >15 tahun dan 8 juta penduduk diantaranya tidak terdiagnosis (Kemenkes, 2014). Indonesia menempati peringkat ke-7 negara dengan kasus DM terbanyak di dunia (IDF, 2014). Penderita DM di Indonesia mayoritas merupakan penderita DM tipe 2 (90-95 %). Karakteristik DM tipe 2 adalah 80 % penderita adalah orang tua, didiagnosis saat usia sudah dewasa dan menderita obesitas (IDAI, 2015). Tahap awal perkembangan DM tipe 2 adalah terjadi resistensi insulin dan tidak ada masalah pada produksi insulin. Perkembangan DM tipe 2 yang berlanjut tanpa ditangani dengan baik dapat menyebabkan kerusakan pada sel beta pankreas. Kerusakan terjadi secara progresif dan menyebabkan keadaan defisiensi insulin secara relatif pada penderita DM tipe 2 (Fitriyani, 2012). 1
2 WHO (World Health Organization) menyebutkan bahwa 1 dari 10 penderita DM tipe 2 juga menderita obesitas. Obesitas merupakan suatu kelainan yang ditandai dengan penumpukan lemak secara berlebihan di tubuh. Obesitas disebabkan oleh ketidakseimbangan energi yang masuk dan keluar. Obesitas dapat diketahui dari hasil pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan cara membagi berat badan (kg) dengan tinggi badann (m 2 ). Obesitas berdasarkan IMT menurut standar WHO (2000) terbagi menjadi 2 yaitu obesitas I dan obesitas II. Obesitas berhubungan dengan peningkatan kadar glukosa darah pada penderita DM tipe 2 karena obesitas adalah penyebab dari terjadinya resistensi insulin. Jumlah asam lemak yang tinggi pada penderita DM tipe 2 yang obesitas menghambat proses insulin signalling sehingga sel-sel di jaringan tidak dapat menggunakan glukosa secara optimal. Glukosa yang tidak digunakan oleh sel kemudian menumpuk di dalam darah dan menimbulkan keadaan hiperglikemia pada penderita DM tipe 2 (Oktavia, 2014). Peningkatan kadar glukosa pada penderita DM tipe 2 akan diikuti oleh peningkatan kadar α-amilase. Penelitian yang dilakukan oleh William Steinberg pada tahun 2014 menunjukkan bahwa peningkatan kadar glukosa darah menyebabkan kadar α-amilase juga meningkat dari 25 % sampel penelitian karena peradangan pankreas (pankreatitis akut) pada penderita DM tipe 2. Penderita DM tipe 2 memiliki risiko mengalami immunodefisiensi sehingga mempunyai risiko lebih tinggi untuk mengalami peradangan pankreas. Peradangan pankreas juga dapat disebabkan oleh obesitas. Menurut Clement K (2007) menyebutkan bahwa pasien obesitas memiliki peningkatan
3 akumulasi lemak di dalam dan di sekitar pankreas dimana sering terjadi peradangan dan nekrosis. Obesitas menyebabkan jaringan pankreas mengalami hipoksia karena obesitas membatasi pergerakan rongga dada dan diafragma yang dapat menyebabkan kapasitas inspirasi berkurang. Hipoksia karena obesitas menyebabkan jaringan pankreas kekurangan oksigen sehingga terjadi nekrosis di jaringan pankreas (Nurcahyadi, 2010). Peradangan pankreas menyebabkan terjadinya peningkatan kadar α-amilase di dalam tubuh. Peningkatan kadar α-amilase yang mencapai 3-5 kali lipat dari nilai rujukan akan ditemui pada kasus kerusakan pankreas atau peradangan pankreas (Wirawan, 2015). Pankreas dalam keadaan normal akan memproduksi hormon dan enzim dalam jumlah yang cukup (Yuandani, 2011). Penelitian mengenai hubungan kadar α-amilase dan kadar glukosa darah pada penderita DM tipe 2 pernah dilakukan tetapi bagaimana hubungan kadar glukosa darah dengan kadar α-amilase pada penderita DM tipe 2 yang obesitas belum pernah dilakukan. Hal ini yang membuat peneliti ingin melakukan penelitian tentang hubungan kadar glukosa darah dengan kadar α-amilase pada penderita DM tipe 2 yang obesitas. 1.2 Rumusan masalah Peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui apakah ada hubungan kadar kadar glukosa darah dengan kadar α-amilase pada penderita DM tipe 2 yang obesitas?
4 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan umum Mengetahui hubungan kadar glukosa darah dengan kadar α-amilase pada penderita DM tipe 2 yang obesitas. 1.3.2 Tujuan khusus a. Mengukur kadar glukosa darah puasa penderita DM tipe 2 yang obesitas. b. Mengukur kadar α-amilase pada penderita DM tipe 2 yang obesitas. c. Menganalisis hubungan kadar glukosa darah puasa dengan α-amilase pada penderita DM tipe 2 yang obesitas. 1.4 Manfaat Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.4.1 Bagi peneliti Dapat menambah pengetahuan dan pemahaman tentang DM tipe 2 dan hubungan kadar glukosa darah puasa dengan α-amilase pada penderita DM tipe 2 yang obesitas. 1.4.2 Bagi umum / masyarakat Adanya informasi yang penting tentang manfaat pemeriksaan amilase khususnya pada penderita DM tipe 2 dan informasi tentang risiko obesitas pada penderita DM tipe 2. 1.4.3 Bagi klinisi Sebagai bahan informasi yang dapat memberikan pengetahuan baru tentang pemeriksaan amilase dan manfaatnya pada penderita DM tipe 2.
5 1.4.4 Bagi peneliti lain Penelitian ini bisa dikembangkan dan sebagai bahan referensi untuk peneliti lain yang berminat dalam melakukan penelitian yang sama. 1.4.5 Bagi Akademik Adanya informasi yang didapat dari penelitian ini bisa digunakan sebagai sumber pengetahuan dan panduan bagi pengajar khususnya tentang manfaat pemeriksaan amilase untuk penderita DM tipe 2 dan hubungan obesitas dengan peningkatan kadar amilase pada penderita DM tipe 2. 1.5 Keaslian penelitian Tabel 1. Keaslian penelitian No Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian 1 Steinberg, M. William et all, 2014 2 Shin, Keun Young et all, 2011 Lipase and Amylase Activity in Subjects with Type 2 Diabetes Influence of Obesity on the Severity and Clinical Outcome of Acute Pancreatitis Dalam penelitian besar pada pasien diabetes tipe 2 ini, hampir 25% memiliki peningkatan kadar lipase atau amilase tanpa gejala pankreatitis akut. Klinisi harus mengevaluasi gejala di perut pasien diabetes tipe 2. Kelebihan berat badan dan obesitas ditemukan beresiko lebih tinggi terkait dengan kejadian pankreatitis. Penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk membangun nilai prognostik yang tepat pada obesitas di populasi dengan IMT yang rendah. Penelitian tentang hubungan kadar glukosa darah puasa dengan α-amilase pada penderita DM tipe 2 yang obesitas belum banyak dilakukan di Indonesia. Penelitian yang akan dilakukan berbeda dengan penelitian yang sudah dilakukan oleh Keun Young Shin, Mufeed Jalil Ewadth dan William M Steinberg. Variabel,
6 metode, sampel dan metode analisis penelitian yang akan dilakukan ini berbeda dengan penelitian yang sudah dilakukan seelumnya. Beberapa penelitian sebelumnya menghubungkan obesitas, lipase dan amilase dengan DM tipe 2 seperti yang dapat dilihat pada tabel di atas.