PENGARUH PEMBERIAN METANIL YELLOW PERORAL DOSIS BERTINGKAT SELAMA 30 HARI TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GASTER MENCIT BALB/C

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. dan kunyit untuk warna kuning. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Histologi, Patologi

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN METHANIL YELLOW PERORAL DOSIS BERTINGKAT SELAMA 30 HARI TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR MENCIT BALB/C

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan selera makan manusia sebagai konsumen. 2. Secara garis besar, terdapat 3 macam pewarna makanan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Warna merupakan salah satu sifat yang penting dari makanan, di samping juga

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memilih bahan makanan maka kita perlu memperhatikan kebersihan dan mutunya

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah kecil, dengan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Histologi, Patologi Anatomi dan

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini meliputi bidang ilmu kedokteran forensik dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

UJI TOKSISITAS AKUT EKSTRAK MENIRAN ( Phyllanthus niruri Linn. ) TERHADAP GASTROINTESTINAL MENCIT BALB/C

JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

BAB III METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi, Ilmu Farmakologi. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN. 1.1 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian ini, ruang lingkup keilmuan yang digunakan adalah Ilmu

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRACT THE EFFECT OF CALCIUM AND VITAMIN D TOWARDS HISTOPATHOLOGICAL CHANGES OF WISTAR MALE RAT S KIDNEY WITH THE INDUCED OF HIGH LIPID DIET

PENGARUH FORMALIN PERORAL DOSIS BERTINGKAT SELAMA 12 MINGGU TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIS GASTER TIKUS WISTAR JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

PENGARUH PAPARAN FLUORIDA ORAL DALAM PASTA GIGI DENGAN DOSIS BERTINGKAT TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS LAMBUNG MENCIT BALB/C USIA 3-4 MINGGU

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi penerus bangsa. Kualitas anak-anak akan

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGARUH PAPARAN PER ORAL FLUORIDA DALAM PASTA GIGI DENGAN DOSIS BERTINGKAT TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS HEPAR MENCIT BALB/C USIA 3-4 MINGGU

ABSTRAK. GAMBARAN HISTOPATOLOGI LAMBUNG MENCIT GALUR Swiss Webster JANTAN PASCA PEMBERIAN MINYAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Semarang, Laboratorium Sentral Fakultas Kedokteran Universitas

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH LAMA PEMBERIAN METANOL 50% PER ORAL TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN SEL GASTER TIKUS WISTAR ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

BAB III METODE PENELITIAN. Waktu dan lokasi penelitian ini adalah sebagai berikut : dilakukan di Laboratorium Patologi Anatomi RSUP Dr.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

PENGARUH PEMBERIAN JUS MANGGA (Mangifera indica L.) TERHADAP KERUSAKAN SEL GINJAL MENCIT (Mus musculus) YANG DIPAPAR PARASETAMOL SKRIPSI

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN BORAKS DOSIS BERTINGKAT TERHADAP PERUBAHAN MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS GASTER TIKUS WISTAR SELAMA 4 MINGGU JURNAL MEDIKA MEDIA MUDA

PENGARUH PEMBERIAN METANIL YELLOW PERORAL DOSIS BERTINGKAT SELAMA 30 HARI TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GINJAL MENCIT BALB/C

PENGARUH PEMBERIAN RHODAMINE B PERORAL DOSIS BERTINGKAT SELAMA 12 MINGGU TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TUBULUS PROKSIMAL GINJAL TIKUS WISTAR

BAHAYA KERACUNAN METANIL YELLOW PADA PANGAN

PENGARUH PEMBERIAN METANOL 50% PER ORAL DENGAN DOSIS BERTINGKAT TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN GASTER TIKUS WISTAR ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV METODE PENELITIAN. Tempat : Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

UJI TOKSISITAS AKUT BIOPIGMEN KAROTENOID SIMBION BAKTERI DENGAN INVERTEBRATA LAUT (KAJIAN TERHADAP DUODENUM MENCIT BALB/C) ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

1. Bahaya Keracunan Metanil Yellow pada Pangan Available from URL. : diakses pada tanggal 27 Desember 2013

Kata kunci: perlemakan hati, rosela, bengkak keruh, steatosis, inflamasi lobular, degenerasi balon, fibrosis

Perbandingan Pemberian Brodifakum LD50 dan LD100 terhadap Perubahan Gambaran Patologi Anatomi Gaster Tikus Wistar

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Ilmu Patologi Anatomi dan

PENGARUH PEMBERIAN BORAKS DOSIS BERTINGKAT TERHADAP PERUBAHAN GAMBARAN MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS HEPAR SELAMA 28 HARI (Studi pada tikus wistar)

BAB III METODE PENELITIAN. Patologi Anatomi, Histologi, dan Farmakologi. Laboratorium Patologi Anatomi RSUP dr. Kariadi Semarang.

PENGARUH EKSTRAK ETANOL RIMPANG KENCUR (Kaempferia YANG DIINDUKSI ASAM ASETAT ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan harga mutlak bagi setiap orang. Menurut Undangundang

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik, Ilmu

PENGARUH PEMBERIAN BORAKS DOSIS BERTINGKAT TERHADAP PERUBAHAN GAMBARAN MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS HEPAR SELAMA 28 HARI (Studi pada tikus wistar)

PENGARUH RHODAMINE B PERORAL DOSIS BERTINGKAT SELAMA 12 MINGGU TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI TESTIS TIKUS WISTAR JANTAN

PENGARUH PEMBERIAN BORAKS DOSIS BERTINGKAT TERHADAP PERUBAHAN MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS GASTER TIKUS WISTAR SELAMA 4 MINGGU

ABSTRAK. Pembimbing I : Dr. Meilinah Hidayat, dr., M.Kes Pembimbing II : Hartini Tiono, dr., M.Kes

Maria Caroline Wojtyla P., Pembimbing : 1. Endang Evacuasiany, Dra., MS., AFK., Apt 2. Hartini Tiono, dr.

PENGARUH PEMBERIAN METHANIL YELLOW PERORAL DOSIS BERTINGKAT SELAMA 30 HARI TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI HEPAR MENCIT BALB/C

INTISARI IDENTIFIKASI METHANYL YELLOW PADA MANISAN BUAH NANAS

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Histologi, Mikrobiologi, dan Farmakologi.

PENGARUH FORMALIN PERORAL DOSIS BERTINGKAT SELAMA 12 MINGGU TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIS DUODENUM TIKUS WISTAR JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

ABSTRAK EFEK PEMBERIAN ETANOL 40% PERORAL TERHADAP KETEBALAN LAPISAN SEL SPERMATOGENIK TUBULUS SEMINIFERUS TIKUS WISTAR JANTAN DEWASA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. beberapa jenis makan yang kita konsumsi, boraks sering digunakan dalam campuran

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain pada penelitian ini adalah eksperimen laboratorium dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi ilmu kesehatan Telinga Hidung Tenggorok (THT)

PENGARUH PEMBERIAN DEKSAMETASON DOSIS BERTINGKAT PER ORAL 30 HARI TERHADAP KERUSAKAN MUKOSA LAMBUNG TIKUS WISTAR ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

ABSTRAK. EFEK GASTROPROTEKTIF JUS BUAH JERUK LEMON (Citrus limon (L.) Burm.f.) PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI ASPIRIN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. : Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

PENGARUH MADU TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS DUODENUM PADA TIKUS WISTAR YANG DIBERI MONOSODIUM GLUTAMAT LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

ABSTRAK. Stefany C.K, Pembimbing I : Laella Kinghua Liana, dr., Sp.PA, M.Kes. Pembimbing II: Endang Evacuasiany, Dra., MS., AFK.

ABSTRAK. EFEK PROPOLIS INDONESIA MEREK X DALAM MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN GALUR Swiss-Webster

BAB IV METODE PELAKSANAAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan Pengembangan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Ilmu Gizi, Farmakologi, Histologi dan Patologi

PENGARUH EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa oleifera, Lam.) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI AORTA. TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) MODEL HIPERKOLESTEROLEMIA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya ilmu Biokimia dan Farmakologi.

PENGARUH RHODAMINE B PERORAL DOSIS BERTINGKAT SELAMA 12 MINGGU TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI PARU TIKUS WISTAR LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan percobaan post-test only control group design. Pengambilan hewan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pemeliharaan hewan coba dilakukan di Animal Care Universitas Negeri

ABSTRAK. EFEK SARI KUKUSAN KEMBANG KOL (Brassica oleracea var. botrytis DC) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGIS KOLON PADA MENCIT MODEL KOLITIS

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK. EFEK GASTROPROTEKTIF AIR PERASAN DAUN PISANG (Musa paradisiaca L.) PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI ASPIRIN

PENGARUH EKSTRAK DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) TERHADAP. KERUSAKAN STRUKTUR HISTOLOGIS HEPAR MENCIT (Mus musculus) YANG DIINDUKSI PARASETAMOL

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang farmakologi.

BAB 1 PENDAHULUAN. Zat pewarna makanan alami sejak dulu telah dikenal dalam. industri makanan untuk meningkatkan daya tarik produk makanan

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dalam penelitian ini adalah ilmu farmakologi,

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan meliputi pemeliharaan hewan coba di

BAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan eksperimental murni, dengan rancanganpost-test control

Transkripsi:

PENGARUH PEMBERIAN METANIL YELLOW PERORAL DOSIS BERTINGKAT SELAMA 30 HARI TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GASTER MENCIT BALB/C JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 pendidikan dokter OKTANIDA AMALIYA SHOFA 22010110110117 PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2014

PENGARUH PEMBERIAN METANIL YELLOW PERORAL DOSIS BERTINGKAT SELAMA 30 HARI TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI GASTER MENCIT BALB/C Oktanida Amaliya Shofa *, Akhmad Ismail ** ABSTRAK Latar belakang: Metanil yellow merupakan pewarna sintetik bersifat toksik yang biasanya digunakan pada pewarna tekstil, tetapi masih banyak ditemukan penyalahgunaannya sebagai pewarna makanan. Metanil yellow yang masuk ke dalam tubuh, akan diabsorbsi di lambung sehingga dapat menimbulkan lesi histopatologis pada lambung. Tujuan: Mengetahui perbedaan gambaran histopatologis gaster mencit balb/c pada pemberian Metanil yellow peroral dosis bertingkat selama 30 hari. Metode: Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian post test only control group design. Sampel mencit balb/c jantan, umur 3 bulan, berat badan 20 gram sebanyak 20 ekor dibagi menjadi 4 kelompok secara random, yaitu kelompok kontrol yang hanya diberi makanan dan minuman standar, kelompok P1 yang diberi 84 mg/hari metanil yellow, kelompok P2 yang diberi 42 mg/hari metanil yellow, dan kelompok P3 yang diberi 21 mg/hari metanil yellow. Metanil yellow diberikan secara peroral selama 30 hari. Pada hari ke 31, dilakukan terminasi pada mencit dengan cara dislokasi leher dan mengambil organ lambung dan dilakukan pembuatan preparat histologi menggunakan pengecatan HE. Setiap preparat dibaca pada 5 lapangan pandang dan dinilai skor integritas epitel mukosanya menggunakan mikroskop cahaya. Hasil:Rerata integritas epitel mukosa lambung paling besar adalah kelompok P1 yaitu 2,04 ± 0,089 sedangkan rerata epitel mukosa lambung paling kecil adalah kelompok P3 yaitu 1,48 ± 0,110. Pada uji Kruskall Wallis didapatkan perbedaan bermakna (p=0,001). Pada uji Mann Whitney didapatkan perbedaan bermakna pada K-P1 (p=0,006), K-P2 (0,007), K-P3 (0,031), P1-P2 (p=0,006), P1-P3 (p=0,006), dan P2-P3 (p=0,020). Simpulan: Terdapat perbedaan gambaran histopatologis gaster mencit balb/c pada pemberian metanil yellow peroral dosis bertingkat selama 30 hari. Kata kunci: Metanil yellow Oral, Dosis Bertingkat, Mikroskopis Lambung * Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro ** Staf Pengajar Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

THE EFFECT OF ORAL ADMINISTRATION IN GRADED DOSAGES OF METHANIL YELLOW FOR 30 DAYS ON HISTOPATHOLOGICAL STRUCTURE OF BALB/C MICE S STOMACH Oktanida Amaliya Shofa *, Akhmad Ismail ** ABSTRACT Background: Methanil yellow is a toxic synthetic dyes are commonly used in textile dyes. But there was still many misuses as a food coloring. Methanil yellow that goes into the body, will be absorbed in the stomach which can cause histopathological lesions in the stomach Aim: Determine differences in gastric histopathology balb/c mice which were exposed to methanil yellow with graded dosage for 30 days. Methods:This experimental research study used a post test only control group design. Samples were male balb/c mice, age 3 months, weight 20 grams as many as 20 mices were divided into four groups randomly. The control group were given only standard food and beverages, group P1 was given oral methanil yellow 84 mg/day, group P2 was given oral methanil yellow 42 mg/day, and group P3 was given oral methanil yellow 21 mg/day. Methanil yellow administered orally for 30 days. On day 31, mice were terminated by means of dislocation of the neck. As the following the stomach were sliced stained with HE stain. The stomach of balb/c mice were examined under a microscope in five fields then compared the control group and P1, P2, and P3. Result:The highest mean of epithelial integrity was observed in P1 (2,04 ± 0,089), wherever the lowest was observed in P3 (1,48 ± 0,110). Kruskall Wallis test showed significant difference (p=0,001). Mann Whitney test showed significant difference in the K-P1 (p=0,006), K-P2 (0,007), K-P3 (0,031), P1-P2 (p=0,006), P1-P3 (p=0,006), dan P2-P3 (p=0,020). Conclusion: There were differences in gastric histopathology balb/c mice which were exposed to methanil yellow with graded dosages for 30 days. Keywords: Oral methanil yellow, Graded dosages, Microscopis Stomach *Undergraduate student of Faculty of Medicine Diponegoro University **Department of Physiology Faculty of Medicine Diponegoro University

PENDAHULUAN Pangan merupakan kebutuhan pokok utama manusia yang harus dipehuni dalam kehidupan sehari-hari. Penambahan zat pewarna dalam makanan atau minuman dapat mempengaruhi selera makan dan daya tarik manusia sebagai konsumen. 1 Zat pewarna pada makanan yang digunakan pada mulanya adalah zat warna alami dari tumbuhan dan hewan. Tetapi dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih, penggunaan zat pewarna alami banyak digantikan dengan zat pewarna sintetik yang harganya lebih terjangkau dan dapat memberikan warna yang lebih stabil dibandingkan dengan zat pewarna alami. 2 Pemerintah Indonesia melalui Peraturan Menteri Kesehatan No.239/Menkes/Per/V/85 menetapkan 30 lebih zat pewarna berbahaya. Metanil yellow termasuk salah satu zat pewarna yang dinyatakan sebagai zat pewarna berbahaya dan dilarang digunakan pada produk pangan. 3 Metanil yellow adalah bahan pewarna sintetik berbentuk serbuk, bewarna kuning kecoklatan, bersifat larut dalam air dan alkohol, agak larut dalam benzene dan eter, serta sedikit larut dalam aseton. Pewarna ini umumnya digunakan sebagai pewarna pada tekstil, kertas, tinta, plastik, kulit, dan cat. Namun di Indonesia banyak disalahgunakan untuk mewarnai berbagai jenis pangan seperti kerupuk, mie, tahu, dan pangan jajanan yang bewarna kuning. 1 Pada penelitian yang dilakukan oleh YLKI terhadap pangan jajanan di daerah Jakarta dan Semarang, menunjukkan bahwa pisang molen dan manisan kedondong yang dijual di wilayah Jakarta setelah diuji ternyata positif mengandung Metanil yellow, dan di dalam limun merah yang diuji terdapat Amaranth. Sedangkan di Semarang, minuman yang mengandung Rhodamin B ternyata mencapai 54,55% dari 22 contoh yang diuji, dan 31,82% dari 44 contoh pangan yang diuji juga positif menggunakan pewarna terlarang seperti Rhodamin B, metanil yellow, atau Orange RN.1. 4 Paparan kronik metanil yellow pada manusia bersifat iritan sehingga dapat menyebabkan iritasi saluran cerna. Selain itu, metanil yellow dapat menyebabkan mual, muntah, sakit perut, diare, demam, lemah, dan hipotensi. 1 Pada penelitian yang dilakukan oleh Rituparna Sarkar dan Apurba Ratan Ghosh, paparan kronik metanil yellow selama 30 hari pada tikus albino dengan dosis 3 gr/kgbb didapatkan lesi histopatologis berupa

kerusakan lipatan mukosa gaster dan terjadi nekrosis pada epitel kolumner serta kelenjar di dalam gaster. 5 Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan gambaran histopatologis gaster mencit balb/c pada pemberian metanil yellow peroral dosis bertingkat selama 30 hari. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian true eksperimental dengan rancangan the post test only control group design dan dilakukan di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang, Bagian Histologi, dan Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Penelitian ini menggunakan sampel mencit balb/c jantan yang diperoleh dari Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Sampel penelitian ini adalah mencit balb/c yang memenuhi kriteria umur 2-3 bulan dan berat badan 20-25 gram. Subjek dengan kecacatan anatomis tidak diikutsertakan dalam penelitian. Berdasarkan pedoman WHO mengenai penggunaan hewan coba untuk penelitian eksperimental, jumlah sampel tiap kelompok perlakuan minimal 5 ekor. Oleh karena terdapat 4 kelompok maka diperlukan minimal 20 ekor mencit balb/c. Sebelum diberi perlakuan, mencit terlebih dahulu diadaptasi selama 7 hari. Penelitian ini memiliki 4 kelompok, yaitu 1 kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan. Kelompok kontrol hanya diberi pakan standar dan minum ad libitum, sedangkan kelompok perlakuan diberi metanil yellow peroral dengan dosis bertingkat. Kelompok perlakuan 1 diberi metanil yellow dengan dosis 84mg/hari selama 30 hari, kelompok perlakuan 2 diberi metanil yellow dengan dosis 42mg/hari selama 30 hari, dan kelompok perlakuan 3 diberi metanil yellow dengan 21mg/hari selama 30 hari. Hari ke 31, dilakukan terminasi mencit dengan cara dislokasi leher kemudian dilakukan pembedahan untuk mengambil organ gaster mencit dan dilakukan pengecatan jaringan dengan metode baku histologi pemeriksaan jaringan. Setelah itum dilakukan pemeriksaan struktur histologi gaster mencit

balb/c secara mikroskopis berdasarkan modifikasi Barthel manja skor tingkat kerusakan yang diamati sebagai berikut: Tabel 1. Skor Barthel Manja Skor Integritas Epitel Mukosa 0 Tidak ada perubahan patologis 1 Deskuamasi epitel 2 Erosi permukaan epitel (1-10 sel epitel/lesi) 3 Ulserasi epitel ( >10 sel epitel/lesi) Analisis data yang diperoleh diolah dengan program computer SPSS dan dilihat distribusi datanya normal atau tidak dengan uji Shapiro-Wilk. Bila distribusi datanya normal, varians datanya sama, diuji beda dengan menggunakan statistik parametric One Way Anova, jika p< 0,05 dilanjutkan dengan uji Post Hoc. Bila distrubusi datanya tidak normal, atau varians data tidak sama maka ditransformasi. Jika setelah ditransformasi tetap didapatkan distribusi data yang tidak normal atau tidak sama, maka dilakukan uji beda menggunakan statistik non-parametric Kruskal-Wallis, jika didapat p < 0,05 dilanjutkan dengan uji Post Hoc (Mann Whitney test) dengan ketentuan jika p<0,05; maka ada perbedaan yang bermakna, dan jika p>0,05; maka tidak ada perbedaan yang bermakna Jika didapatkan hasil yang berbeda dan bermakna, maka ada perbedaan bermakna gambaran histopatologik gaster mencit balb/c pada pemberian metanil yellow dosis bertingkat selama 30 hari. Sebaliknya jika didaptkan hasil yang tidak bermakna, maka tidak ada perbedaan yang bermakna gambaran histopatologis gater mencit balb/c pada pemberian metanil yellow peroral dosis bertingkat 30 hari.

HASIL Deskuamasi Epitel Erosi Permukaan Epitel Ulserasi Epitel Tabel 2. Analisis deskriptif epitel permukaan gaster mencit balb/c Kelompok Mean Standar Deviasi Median Minimum Maksimum Kontrol 1,280 0,1095 1,200 1,2 1,4 Perlakuan 1 2,040 0,0894 2,000 2,0 2,2 Perlakuan 2 1,720 0,1095 1,800 1,6 1,8 Perlakuan 3 1,480 0,1095 1,400 1,4 1,6 Tabel 2 menunjukkan bahwa rerata perubahan gambaran histopatologi gaster mencit balb/c tertinggi terdapat pada kelompok perlakuan 1, yaitu kelompok perlakuan dengan paparan metanil yellow dosis tertinggi 84 mg dan terendah terdapat pada kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan paparan metanil yellow, dimana terdapat peningkatan rerata epitel permukaan gaster

mencit balb/c yang mengalami perubahan dari kelompok kontrol sampai dengan perlakuan dengan dosis tertinggi (kelompok perlakuan 1). Tabel 3. Uji normalitas Saphiro-Wilk dan homogenitas data Normalitas Homogenitas Kelompok P p Kontrol 0,006 Perlakuan 1 0,000 0,347 Perlakuan 2 0,006 Perlakuan 3 0,006 Tabel 3 menunjukkan hasil uji normalitas Saphiro-wilk dan didapatkan nilai p<0,05 dari semua kelompok, baik kelompok kontrol, kelompok perlakuan 1, Kelompok perlakuan 2, dan kelompok perlakuan 3, sehingga dapat disimpulkan bahwa distribusi data tidak normal dan homogen. Data kemudian diuji dengan uji non parametric Kruskal Wallis karena syarat uji parametrik tidak terpenuhi, setelah itu analisis dilanjutkan dengan uji Mann Whitney. Tabel 4. Uji Kruskal Wallis Kelompok Mean ± SD Median (min maks) p Kontrol 1,28 ± 0,110 1,2 (1,2 1,4) Perlakuan 1 2,04 ± 0,089 2 (2 2,2) Perlakuan 2 1,72 ± 0,110 1,8 (1,6 1,8) 0,001* Perlakuan 3 1,48 ± 0,110 1,4 (1,4 1,6) Keterangan : *Signifikan p < 0,05 Tabel Uji Kruskal Wallis didapatkan nilai p < 0,05 (p=0,001) sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan bermakna antar kelompok.

Tabel 5. Uji Mann Whitney Variabel P1 P2 P3 Kontrol 0,006* 0,007* 0,031* Perlakuan 1 0,006* 0,006* Perlakuan 2 0,020* Keterangan : * Signifikan p < 0,05 Tabel uji Mann Whitney menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna atau signifikan pada gambaran histopatologi gaster antara kelompok kontrol dengan perlakuan 1 (p=0,006), kelompok kontrol dengan perlakuan 2 (p=0,007), dan kelompok kontrol dengan perlakuan 3 (p=0,031). Perbedaan bermakna atau signifikan juga terdapat pada kelompok perlakuan lain, yaitu perlakuan 1 dengan perlakuan 2 (p=0,006), perlakuan 1 dengan perlakuan 3 (p=0,006), dan perlakuan 2 dengan perlakuan 3 (p=0,020). PEMBAHASAN Penelitian yang dilakukan oleh penulis dengan memberikan metanil yellow peroral dengan dosis bertingkat selama 30 hari untuk melihat perubahan mikroskopis gaster mencit balb/c telah didapatkan hasil gambaran mikroskopis yang dilakukan uji beda antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan menunjukkan perbedaan yang bermakna yaitu antara kelompok kontrol yang tidak diberi perlakuan metanil yellow peroral dengan kelompok perlakuan 1 yang diberi metanil yellow 84mg (p=0,006), antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan 2 yang diberi metanil yellow 42mg (p=0,007), dan antara kelompok konrol dengan kelompok perlakuan 3 yang diberi metanil yellow 21mg (p=0,031). Terdapat pula perbedaan yang bermakna antar kelompok perlakuan, yaitu kelompok P1 dengan P2 (p=0,006), kelompok P1 dengan P3 (p=0,006), dan kelompok P2 dengan P3 0,020. Dalam penelitian ini terjadi perubahan histopatologi gaster yang nyata sesuai dengan hipotesis yang telah disampaikan penulis. Perubahan yang ditemukan pada epitel permukaan gaster berupa deskuamasi epitel, erosi epitel, dan ulserasi epitel. Deskuamasi epitel adalah

kerusakan ringan pada epitel mukosa gaster. Erosi epitel adalah lepasnya epitel permukaan mukosa gaster dengan gap 1-10 epitel/lesi, sedangkan ulserasi epitel adalah kerusakan epitel yang ditandai dengan lepasnya epitel permukaan mukosa gaster dengan gap > 10 epitel/lesi. 6 Hasil tersebut menunjukkan bahwa metanil yellow peroral dosis bertingkat selama 30 hari dapat mempengaruhi gambaran mikroskopis mukosa gaster dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi metanil yellow. Hal ini terjadi karena metanil yellow yang terbuat dari dua bahan bersifat toksik yaitu asam metanilat dan difenilamin yang dapat mempengaruhi prostaglandin pada lambung yang berperan dalam mempertahankan aliran darah mukosa dan integritas barier mukosa lambung sebagai komponen penting dari resistensi mukosa terhadap jejas asam peptik memungkinkan terjadinya difusi balik ion-ion hidrogen dari lumen ke dalam jaringan gaster. Hal ini dapat menyebabkan jejas sel, pelepasan histamin dari sel mast, rangsangan sekresi asam yang lebih lanjut, kerusakan pembuluh darah kecil, perdarahan mukosa, dan erosi atau ulserasi. 7 Hasil analisis uji beda pada penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rituparna Sarkar dan Apurba Ratan Ghosh yang memberikan paparan metanil yellow pada tikus albino selama 30 hari dengan dosis 3,0gram/kgBB dan didapatkan gambaran histopatolgi terlihat perubahan patologi berupa kerusakan lipatan mukosa gaster dan terjadi nekrosis pada epitel kolumner serta kelenjar di dalam gaster. 5 Namun, perbedaan dari penelitian ini dan penilitian oleh Rituparna Sarkar dan Apurba Ratan Ghosh adalah pada penelitian ini digunakan mencit balb/c yang dibagi menjadi 4 kelompok, terdiri dari kelompok kontrol dan 3 kelompok perlakuan yang diberikan metanil yellow secara peroral dengan dosis bertingkat selama 30 hari. Kemudian akan dibandingkan gambaran histopatologi gaster antar kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Kelemahan pada penlitian ini dapat mempengaruhi hasil penelitian, dimana terdapat keterbatasan antara lain adalah Kemungkinan kesalahan dalam teknik pengambilan dan pengolahan jaringan sehingga dapat merusak gaster, pengiriman organ gaster yang tidak sesuai prosedur, jumlah preparat yang dihitung sedikit sehingga kurang mewakili kerusakan gambaran mikroskopis gaster secara

keseluruhan dan menyebabkan kesalahan dalam mengintepretasikan data, dan daya tahan tubuh dan kerentanan mencit yang berbeda-beda. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan gambaran histopatologis gaster mencit balb/c antara kelompok yang diberi metanil yellow peroral dosis 84mg/hari selama 30 hari dengan kelompok kontrol, antara kelompok yang diberi metanil yellow peroral dosis 42mg/hari selama 30 hari dengan kelompok kontrol, dan antara kelompok yang diberi metanil yellow peroral dosis 21mg/hari selama 30 hari dengan kelompok kontrol. Serta didapatkan pula simpulan bahwa terdapat perbedaan gambaran histopatologis antar kelompok perlakuan, yaitu antara kelompok yang diberi metanil yellow peroral dengan dosis 84mg/hari selama 30 hari dengan kelompok yang diberi metanil yellow dosis 42mg/hari selama 30 hari, dan antara kelompok yang diberi metanil yellow peroral dengan dosis 84mg/hari selama 30 hari dengan kelompok yang diberi metanil yellow peroral dengan dosis 21mg/hari selama 30 hari, serta antara kelompok yang diberi metanil yellow peroral dengan dosis 42mg/hari selama 30 hari dengan kelompok yang diberi metanil yellow peroral dengan dosis 21mg/hari selama 30 hari. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memperhatikan dosis, waktu yang lebih lama, jumlah sampel, serta prosedur pengambilan jaringan dan pembuatan jaringan gaster untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Selain itu, perlu dilakukan studi epidemiologi mengenai keracunan metanil yellow di masyarakat. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr Akhmad Ismail,M.Si.Med, dr.fanti Saktini,M.Si.Med, dr Desy Armalina,M.Si.Med, dr Devia Eka Listiana,M.Si.Med, Sp.PA, Laboratorium Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang, Bagian Histologi dan Bagian Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro yang telah membantu terselenggaranya penelitian ini dan memberikan masukan dalam penulisan artikel ini.

DAFTAR PUSTAKA 1. Bahaya Keracunan Metanil Yellow pada Pangan. 2011. Available from URL : http://ik.pom.go.id/v2013/artikel diakses pada tanggal 27 Desember 2013 2. Rahim, Rahman. Zat Pewarna pada Makanan. Akademi Keperawatan; 2013. Availabel from URL : http://www.slideshare.net Diakses pada tanggal 27 Desember 2013 3. Utami ND. Analisis Zat Warna Merah, Kuning, dan Jingga Sintetik Golongan Azo Pada Beberapa Makanan Bewarna Merah, Kuning dan Jingga. Depok: Departemen Farmasi FMIPA UI.2005. 4. Cahyadi, wisnu. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta:Bumi Aksara;2008 5. Sarkar, R and A.R. Ghosh, Metanil yellow An Azo Dye Induced Histopathological and Ultrastructural Changes In Albino Rat (Rattus Norvegicus). The Bioscan 7(1):424-432,2012 www.thebioscan.in 6. Barthel M, Hapfelmeier S, Quintanilla-Martinez L, Kremer M, Rohde M, Hogardt M, et al. Pretreatment of mice with streptomycin provides a Salmonella enterica serovar typhimurium colitis model that allows analysis of both pathogen and host. Available from URL: http://iai.asm.org/cgi/content/full/71/5/2839. diakses pada tanggal 27 Februari 2014 7. Harrison. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam; editor Bahasa Indonesia: Asdie HA. Ed 24. Jakarta: EGC;2000