BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Selvy Normasari dkk (2013) mengenai Pengaruh

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan perpindahan

BAB II LANDASAN TEORI. tempat, organisasi dan gagasan (Kotler, 2001:347). Dari definisi diatas. 1. Intangibility (tidak dapat dilihat, dirasakan).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesannya terhadap kinerja suatu produk dan harapan-harapannya. Sedangkan

BAB II LANDASAN TEORI. penjualan adalah aspek pemasaran (Kotler, 2009:10) mengemukakan pengertian

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui. Kotler, 2000) dalam bukunya (Tjiptono, 2007:2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KERANGKA TEORITIS. Webster s 1928 Dictionary, dalam Lupiyoadi (2013), menyatakan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perpustakaan Perguruan Tinggi adalah perpustakaan yang terdapat pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Suatu hal yang banyak menarik perhatian manusia dewasa ini adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bisma, Vol 1, No. 6, Oktober 2016 SERVICE PERFORMANCE PADA HOTEL GRAND MAHKOTA PONTIANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TENTANG KEPUASAN PELANGGAN, KUALITAS PELAYANAN, PENGARUH DIMENSI KUALITAS PELAYANAN TERHADAP

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap perusahaan bertujuan agar perusahaannya mendapat keuntungan yang

BAB II URAIAN TEORITIS. Kepuasan Para Pengguna Jasa Kereta Api pada PT. Kereta Api (Persero) Medan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Faizah, Nadia Rizqiyatul. & Suryoko, Sri. & Saryadi. Dengan judul Pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. kepuasan pelanggan dan loyalitas menjadi tujuan utama para perusahaan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Pelanggan. membandingkan kinerja (hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Bisma, Vol 1, No. 8, Desember 2016 KEPUASAN KONSUMEN PADA DIVISI SERVICE PT ANZON AUTO PLAZA DI PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan

BAB II LANDASAN TEORI. Jasa pada umumnya memiliki karakteristik yang berbeda jika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pasar menjadi semakin luas dan peluang ada dimana-mana, namun sebaliknya

II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian pelayanan menurut Kotler dan Keller (2007:42) merupakan setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pelayanan Kesehatan

II. TINJAUAN PUSTAKA Pemasaran

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Produksinya bisa terkait dan bisa juga tidak terikat pada suatu produk fisik.

BAB I PENDAHULUAN. Artinya keberhasilan sebuah bisnis kuliner dalam. tepat serta hubungan baik yang dijalani dengan konsumen.

BABA II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. yang sangat berarti pada kualitas pelayanan sehingga mempengaruhi pada tingkat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keunggulan atau keistimewaan suatu produk atau layanan secara menyeluruh

yang akan datang (Anderson et al.,1994). Menurut Hoffman dan Bateson (1997) kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh kualitas layanan dari suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ageng Tirtayasa Banten terhadap Pelayanan SPP Online Bank BTN Cabang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PRODUK DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP LOYALITAS NASABAH TABUNGAN BRITAMA PADA PT BANK RAKYAT INDONESIA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh pelanggan atau tidak. Lovelock (2008:5) mendefinisikan jasa (service) adalah

1. PENDAHULUAN. Persaingan ini muncul karena semakin banyaknya perusahaan yang menawarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Meningkatnya taraf hidup masyarakat, menyebabkan terjadinya peningkatan

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. karena konsumen terdiri dari beberapa segmen, gaya hidup dan kepribadian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Parasuraman dalam Lupiyoadi (2001:6), kondisi fisik

NASKAH PUBLIKASI PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN YANG MENGUNJUNGI SOLO GRAND MALL SURAKARTA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Situasi perekonomian dewasa ini berkembang dengan cepat dan pesat, terlebih

BAB I PENDAHULUAN. investor berniat berbisnis dan berinvestasi di Indonesia. Jumlah penduduk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya

BAB I PENDAHULUAN. pada E-CINEMA yang saat ini berpotensi cukup baik dalam perkembangan Cinema. Eresto, Ecinema, Elounge, 7 KTV dan Banquet Service.

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. bermunculan dan telah dimanfaatkan oleh para investor dari dalam negeri maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Philip Kotler dan Armstrong (2001 : 7), mendefinisikan. dengan orang lain. Stanton dalam Basu Swastha (2002 : 10),

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. pada sarana angkutan antar wilayah, kini tuntutan tersebut telah lebih berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. produk atau harapan-harapannya. Kotler (1997: 36). Meningkatnya derajat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia hiburan pada kehidupan sekarang sudah semakin maju, maka

BAB I PENDAHULUAN. Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu perusahaan agar dapat mencapai

BAB II LANDASAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. paling luas dibandingkan dengan jenis usaha lainnya. Selain memiliki keanekaragaman

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. suatu pihak pada pihak lain yang pada dasarnya bersifat intangible (tidak

BAB II LANDASAN TEORI. melalui jasa atau produk yang dikonsumsi (Nasution, 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. intangible (tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Parasuraman et al. (1988) menyatakan bahwa kualitas pelayanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemasaran adalah salah satu kegiatan pokok yang perlu dilakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan industri jasa di Indonesia memberikan kontribusi yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. tetapi karena budaya maka kebutuhan tersebut ikut berbeda. Dalam

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan Selvy Normasari dkk (2013) mengenai Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan, Citra Perusahaan Dan Loyalitas Pelanggan bertujuan untuk mengetahui pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan, pengaruh kualitas pelayanan terhadap citra perusahaan, pengaruh kualitas pelayanan terhadap loyalitas pelanggan, pengaruh kepuasan pelanggan terhadap citra perusahaan, pengaruh kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan dan pengaruh citra perusahaan terhadap loyalitas pelanggan. Imroatul dan Octarina (2010) tentang penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Konsumen RS St. Elisabeth Semarang menyimpulkan bahwa variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi kepuasan konsumen RS St. Elisabeth Semarang adalah jaminan. Bagi rumah sakit untuk meningkatkan kepuasan konsumen yang harus dilakukan adalah dengan meningkatkan jaminan / assurance bagi konsumen rumah sakit, misalnya dengan adanya jaminan terhadap kualitas pelayanan, hal ini diharapkan dapat tetap menjadi kenyamanan bagi pasien rumah sakit. Rina Dwiwinarsih (2009) melakukan penelitian tentang Analisis Tingkat Kepuasan Konsumen Terhadap Pelayanan Bakmi Aisy Di Depok menjelaskan bahwa kualitas pelayanan dengan mengacu 5 dimensi kualitas pelayanan yang menentukan mutu jasa Bakmi Arsy di Depok yaitu dimensi reliabilty yaitu berupa harga yang 7

diberikan, pelayanannya serta cara pembayaran yang dilakukan. Dimensi responsivenss yaitu kecepatan pelayanan dalam mengantarkan makanan serta proses promosi yag dilakukan dalam menarik konsumen untuk datang dan menikmati Bakmi Aisy ini. Dimensi assurance yaitu keramahan yang diberikan terhadap konsumen. Dimensi emphaty yaitu cita rasa makanan yang ditawarkan oleh Bakmi Arsy, dan terakhir dimensi tangible yaitu berupa kebersihan tempat, lokasi usaha yang cukup strategis serta area parkir. Semua dimensi tersebut maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut dimana konsumen merasa cukup puas bahkan puas dengan pelayan yang diberikan oleh Bakmi Arsy ini dapat dilihat dengan jumlah persentasenya sebesar 79,4% atau sebanyak 40 responden. 2.2 Kajian Pustaka 2.2.1 Definisi Kualitas Pelayanan Zaman yang semakin canggih dan ditunjang oleh teknologi yang serba canggih membuat peta persaingan yang begitu ketat antar perusahaan demi memperoleh dan mempertahankan pelanggannya. Kualitas pelayanan menjadi vital bagi perusahaan karena dapat memperoleh kepercayaan dari pelanggan. Gaya hidup dan pola konsumsi pelanggan yang berubah-ubah membuat perusahaan harus pandai-pandai memberikan pelayanan yang berkualitas kepada pelanggannya. Menurut Wyckof dalam Tjiptono (2005: 260) berpendapat bahwa kualitas jasa merupakan tingkat keunggulan (exellence) yang diharapkan dalam pengendalian atas keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan dengan kata lain, terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa yakni, jasa yang diharapkan (expected service) dan jasa yang dipersepsikan (perceived service). 8

Menurut Kotler (2002:83) definisi pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Produksinya dapat dikaitkan atau tidak dikaitkan pada satu produk fisik. Pelayanan merupakan perilaku produsen dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen demi tercapainya kepuasan pada pelanggan itu sendiri. Kotler juga mengatakan bahwa perilaku tersebut dapat terjadi pada saat, sebelum dan sesudah terjadinya transaksi. Pada umumnya pelayanan yang bertaraf tinggi akan menghasilkan kepuasan yang tinggi serta pembelian ulang yang lebih sering. Kata kualitas mengandung banyak definisi dan makna, orang yang berbeda akan mengartikannya secara berlainan tetapi dari beberapa definisi yang dapat kita jumpai memiliki beberapa kesamaan walaupun hanya cara penyampaiannya saja. Biasanya terdapat pada elemen sebagai berikut: 1. Kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihkan harapan pelanggan. 2. Kualitas mencakup produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan 3. Kualitas merupakan kondisi yang selalu berubah. Mengacu pada pengertian kualitas pelayanan tersebut maka dapat disimpulkan konsep kualitas pelayanan merupakan suatu daya tanggap dan realitas dari jasa yang diberikan perusahaan. Kualitas pelayanan mengacu pada penilaian-penilaian pelanggan tentang inti pelayanan, yaitu si pemberi pelayanan itu sendiri atas keseluruhan organisasi pelayanan, sebagian besar masyarakat sekarang mulai menampakkan tuntutan terhadap pelayanan prima, mereka bukan lagi sekedar membutuhkan produk yang bermutu tetapi mereka lebih senang menikmati 9

kenyamanan pelayanan (Roesanto,2000) dalam Nanang Tasunar (006:44), jadi untuk kualitas pelayanan perlu memperhatikan beberapa dimensi kualitas pelayanan. 2.2.1.1 Dimensi Kualitas Pelayanan Dimensi Kualitas Pelayanan (SERVQUAL) oleh Parasuraman (1998) dibagi menjadi lima. Lima dimensi SERVQUAL diantaranya adalah (Lupiyoadi, 2001:148): a. Berwujud (tangible) yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik perusahaan dan keadaan lingkungan sekitarnya adalah bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa yang meliputi fasilitas fisik (gedung, gudang, dan lain sebagainya), perlengkapan dan peralatan yang dipergunakan (teknologi), serta penampilan pegawainya. b. Kehandalan (reliability) yaitu kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi. c. Ketanggapan (responsiveness) yaitu kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas. d. Jaminan dan kepastian (assurance) yaitu pengetahuan, kesopan santunan, dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan, terdiri dari beberapa komponen antara lain komunikasi, kredibilitas, keamanan, kompetensi, dan sopan santun. 10

e. Empati (emphaty) yaitu memberikan perhatian yang tulus dan brsifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen, dimana suatu perusahaan diharapkan memiliki pengertian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu untuk pengoperasian yang nyaman bagi pelanggan. Sunarto (2003:244) mengidentifikasikan tujuh dimensi dasar dari kualitas yaitu: a. Kinerja yaitu tingkat absolut kinerja barang atau jasa pada atribut kunci yangdiidentifikasi para pelanggan. b. Interaksi pegawai yaitu seperti keramahan, sikap hormat, dan empati ditunjukkan oleh masyarakatyang memberikan jasa atau barang. c. Kehandalan yaitu konsistensi kinerja barang, jasa dan toko. d. Daya tahan yaitu rentan kehidupan produk dan kekuatan umum. e. Ketepatan waktu dan kenyamanan yaitu seberapa cepat produk diserahkan atau diperbaiki, seberapa cepat produk infomasi atau jasa diberikan. f. Estetika yaitu lebih pada penampilan fisik barang atau toko dan daya tarik penyajian jasa. g. Kesadaran akan merek yaitu dampak positif atau negatif tambahan atas kualitas yang tampak, yang mengenal merek atau nama toko atas evaluasi pelanggan. h. Dimensi kualitas pelayanan yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa dimensi kualitas pelayanan dapat menimbulkan kepuasan pelanggan. Dimensi kualitas pelayanan tersebut antara lain : berwujud atau 11

tangibles, kehandalan atau reliability, ketanggapan atau responsiveness, janminan dan kepastian atau assurance serta empati atau emphaty. 2.2.2 Pemasaran Jasa Lam, Hair dan McDaniel (2001:482) mendefinisikan jasa sebagai hasil dari usaha penggunaan manusia dan mesin terhadap sejumlah orang atau objek. Jasa meliputi suatu perbuatan, suatu kinerja, atau suatu upaya yang tidak bisa diproses secara fisik sedangkan menurut Rangkuti (2002:26) menyatakan bahwa: jasa atau pelayanan merupakan pemberian suatu kinerja atau tindakan tak kasat mata dari satu pihak kepada pihak lain. Umumnya jasa atau pelayanan diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan dimana interaksi antara pemberi jasa dan penerima jasa mempengaruhi hasil jasa tersebut, dapat disimpulkan jasa merupakan kegiatan yang dapat diidentifikasikan, yang bersifat tak teraba, yang direncanakan untuk pemenuhan kepuasan konsumen dan membutuhkan interaksi sosial antara produsen dan konsumen. Beberapa karakteristik yang membedakan pemasaran barang dengan pemasaran jasa (Tjiptono 2005:18), adalah sebagai berikut : a. Intangibility (tidak berwujud). jasa berbeda dengan barang lain, bila barang merupakan suatu objek, alat atau benda, maka jasa adalah suatu perbuatan, tindakan, pengalaman, proses, kinerja atau usaha yang menyebabkan jasa tidak dapat dilihat, dirasa, dicuim, didengar atau diraba sebelum dibeli atau dikonsumsi. b. Inseperability (tidak terpisahkan). Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual lalu dikonsumsi sedangkan jasa umumnya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi pada waktu dan tempat yang sama. 12

c. Varability/Heterogenity/Inconsistency (Keanekaragaman). Jasa bersifat variabel karena merupakan non-standardized output, artinya banyak variabel yang dibentuk, kualitas dan jenis tergantung siapa, kapan dan dimana jasa tersebut diproduksi. d. Perishability (Tidak Tahan Lama). Jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Kursi pesawat yang kosong, kamar hotel yang tidak dihuni atau kapasitas jalur telepon yang tidak dimanfaatkan akan berlalu atau hilang begitu saja ketika tidak dapat disimpan. e. Lack of Ownership (kurangnya kepemilikan), tidak terjadi perpindahan jasa atas suatu jasa untuk jangka waktu yang terbatas. 2.2.3 Kepuasan Pelanggan Pelanggan selalu menjadi pusat perhatian bagi suatu perusahaan, pada dasarnya semua perusahaan ingin menciptakan rasa puas pada pelanggan. Semakin tinggi nilai kepuasan pelanggan, maka otomatis akan mendatangkan keuntungan yang semakin besar, karena pelanggan adalah aktor utama dalam pembelian suatu produk. Tingkat kepuasan pelanggan tinggi maka pelanggan tersebut akan melakukan pembelian ulang terhadap produk tersebut tetapi jika tingkat kepuasan yang dirasakan pelanggan rendah maka kemungkinan besar pelanggan tersebut akan pindah ke produk lain. Kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan pelanggan setelah membandingkan antara apa yang dia terima dan harapannya (Umar, 2005). Seorang pelanggan, jika merasa puas dengan nilai yang diberikan oleh produk atau jasa, sangat besar kemungkinannya menjadi pelanggan dalam waktu yang lama. Menurut Zeithaml dan Bitner (2003) definisi kepuasan adalah respon atau tanggapan 13

konsumen mengenai pemenuhan kebutuhan. Kepuasan merupakan penilaian mengenai ciri atau keistimewaan produk atau jasa, atau produk itu sendiri, yang menyediakan tingkat kesenangan pelanggan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan konsumsi pelanggan. Penentuan kepuasan pelanggan ada lima faktor yang harus diperhatikan oleh perusahaan (Lupyoadi, 2001) antara lain Kualitas produk, yaitu pelanggan akan merasa puas bila hasil mereka menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas. a. Kualitas pelayanan atau jasa, yaitu pelanggan akan merasa puas bila mereka mendapatkan pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan. b. Emosi, yaitu pelanggan akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa orang lain akan kagum terhadap dia bila menggunakan produk dengan merek tertentu yang cenderung mempunyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Kepuasan yang diperoleh bukan karena kualitas dari produk tetapi sosial atau self esteem yang membuat pelanggan merasa puas terhadap merek tertentu. c. Harga, yaitu produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan harga yang relatif murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada pelanggan. d. Biaya, yaitu pelanggan yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu membuang waktu untuk mendapatkan suatu produk atau jasa cenderung puas terhadap produk atau jasa tersebut. Menurut Kotler yang dikutip dari Buku Total Quality Management ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam melakukan pengukuran kepuasan pelanggan, diantaranya (Tjiptono, 2003): 14

a. Sistem keluhan dan saran Organisasi yang berpusat pelanggan (Customer Centered) memberikan kesempatan yang luas kepada para pelanggannya untuk menyampaikan saran dan keluhan. Informasi-informasi ini dapat memberikan ide-ide cemerlang bagi perusahaan dan memungkinkannya untuk bereaksi secara tanggap dan cepat untuk mengatasi masalah-masalah yang timbul. b. Ghost shopping Salah satu cara untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan adalah dengan mempekerjakan beberapa orang untuk berperan atau bersikap sebagai pembeli potensial, kemudian melaporkan temuan-temuannya mengenai kekuatan dan kelemahan produk perusahaan dan pesaing berdasarkan pengalaman mereka dalam pembelian produk-produk tersebut. Selain itu para ghot shopper juga dapat mengamati cara penanganan setiap keluhan. c. Lost customer analysis Perusahaan sepantasnya menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli atau yang telah pindah pemasok agar dapat memahami mengapa hal itu terjadi, bukan hanya exit interview saja yang perlu, tetapi pemantauan customer loss rate juga penting. Peningkatan customer loss rate menunjukkan kegagalan perusahaan dalam memuaskan pelanggannya. d. Survei kepuasan pelanggan Umumnya penelitian mengenai kepuasan pelanggan dilakukan dengan penelitian survai, baik melalui pos, telepon, maupun wawancara langsung. Perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik secara langsung dari 15

pelanggan dan juga memberikan tanda (signal) positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap para pelanggannya. Tujuan Perusahaan Kebutuhan dan Keinginan Produk Harapan Nilai Produk Bagi Pelanggan Pelanggan Tingkat Kepuasan Gambar 2.1 Konsep Kepuasan Pelanggan (Sumber : Data Sekunder,1997) Gambar 2.1 tentang konsep kepuasan pelanggan dapat disimpulkan bahwa definisi kepuasan pelanggan yaitu perasaan senang atau tidak senang seorang pelanggan setelah mengevaluasi kinerja suatu barang atau jasa dengan harapan-harapan yang disertakan pada waktu membeli atau menggunakan barang atau jasa. 16

2.3 Kerangka Pemikiran Rumah Makan Ayam Goreng Kartini Kebutuhan akan Pengetahuan Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan Pelanggan Berwujud ( Tangible), Kehandalan (Reliability), Ketanggapan (Responsiveness), Jaminan dan Kepastian (Assurance), Empati (Emphaty) Kepuasan Pelanggan Gambar 2.2 Kerangka Berpikir (Sumber: Data Primer, diolah 2017) Rumah Makan Ayam Goreng Kartini merupakan salah satu kuliner andalan di Bojonegoro. Rumah Makan Ayam Goreng Kartini memiliki nilai tambah dibandingkan dengan usaha kuliner ayam goreng lainnya seperti hidangan menu makan memiliki tekstur empuk, sambal terasinya khas, ditunjang oleh pelayanan yang ramah dan mendukung serta letak lokasi sangat strategis. Rumah Makan Ayam Goreng Kartini mencoba untuk menemukan konsep atau ide yang berfungsi supaya bisa bersaing dengan rumah makan lainnya. Kebutuhan akan pengetahuan kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan merupakan hal penting yang harus diketahui oleh pemilik rumah makan ayam goreng sehingga di masa akan datang mampu bersaing dan mampu mengelola usaha kuliner yang mengutamakan kepuasan pelanggan. 17

Kualitas pelayanan diperoleh dari penilaian pelanggan terhadap faktor berwujud (tangible), kehandalan (reliability), ketanggapan (responsiveness), jaminan dan kepastian (assurance), empati (emphaty). Aspek berwujud (tangible) meliputi fasilitas utama dan pendukung rumah makan yang memadai, nyaman, aman dan bersih. Aspek kehandalan (reliability) meliputi kehandalan karyawan dalam melayani pelanggan selanjutnya aspek ketanggapan (responsiveness) meliputi kecepatan dan kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan. Aspek jaminan dan kepastian (assurance) meliputi pertanggung jawaban karyawan untuk memberikan rasa aman dan kepastian pelayanan terhadap pelanggan. Aspek terakhir yaitu empati (empathy) meliputi sikap karyawan dalam memenuhi dan mengenali kebutuhan pelanggan. Faktor yang berpengaruh terhadap kualitas pelayanan akan memberikan informasi kepada pengelola untuk memaksimalkan atribut layanan yang berdampak langsung pada kepuasan pelanggan. Informasi tersebut nantinya dapat menunjang perkembangan Rumah Makan Ayam Goreng Kartini di Bojonegoro. 2.4 Hipotesis 1.1 Diduga terdapat pengaruh faktor berwujud atau tangible, kehandalan atau reliability, ketanggapan atau responsiveness, jaminan dan kepastian atau assurance, empati atau empathy terhadap tingkat kepuasan pelanggan di Rumah Makan Ayam Kartini di Bojonegoro. 18