BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Jogjakarta, 2013, hlm Daryanto, Inovasi Pembelajaran Efektif, Cv Yrama Widya, Bandung, 2013, hlm. 168.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 9 kecamatan, 11 kelurahan, dan 132 desa. Masyarakat Kudus tergolong

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. merealisir hal tersebut Menteri Agama dan Menteri P dan K. mengeluarkan keputusan bersama untuk melaksanakan pendidikan agama

BAB I PENDAHULUAN. Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hal. 1-2.

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda dari kekuasaan dan kebesaran Allah SWT. Yang berlandaskan

BAB VII REFLEKSI TEORITIS A. ANALISIS TEORI PRESPEKTIF TEORI PEMBERDAYAAN. menggunakan teori pemberdayaan. Dalam konsep pemberdayaan, manusia adalah

BAB I PENDAHULUAN. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2011, Hlm. 13.

BAB I PENDAHULUAN. negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sementara seseorang seperti kelelhahan atau disebabkan obatobatan,

BAB I PENDAHULUAN. Sebaik-baik pakaian adalah pakaian takwa. (Q.S. Al- A raf/7: 26). 2

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Karyawan, Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 3 (2014), hal. 1.

pembelajaran yang bersifat monoton, yakni selalu itu-itu saja atau tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan saat ini telah menjadi perhatian yang sangat besar

BAB I PENDAHULUAN. mengerjakan sesuatu yang diinginkan. Menurut T.Hani Handoko pelatihan. (training) dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta, 1997, hlm Engkoswara & Aan komariah, Administrasi Pendidikan, Alfabeta: Bandung, 2012, hlm. 92.

BAB 1 PENDAHULUAN. namun tergantung dari profesi dan kesenangan masing-masing individu

BAB I PENDAHULUAN. berupa laut. Dengan perairan laut seluas total 5,8 juta Km2, Indonesia menyimpan

BAB I PENDAHULUAN. dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Ghazali, Menuju Masyarakat Industri yang Madani, Asean Aceh Fertilizer, Jakarta, 1998, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Wawancara Kamituwo desa Golan Tepus. Pada tanggal 9 Maret 2016

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sudarwan Danim, Pengantar Kependidikan Landasan, Teori, dan 234 Metafora

BAB I PENDAHULUAN. hlm Husaini Usman, Manajemen; Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, bumi aksara, Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. Buchari Alma dan Donni Juni Priansa, Manajemen Bisnis Syariah, Alfabeta, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Muhammad, Manajemen Dana Bank Syariah, UPP-AMP YKM, Yogyakarta, 2002, hlm.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anwar Hafid dkk, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm. 56.

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, Hlm: 28 2

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta, 2013, hlm Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pendidikan sebagai suatu gejala budaya dalam masyarakat telah berlangsung baik

BAB I PENDAHULUAN. Abdullah Idi, Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat dan Pendidikan, Rajawali Pres, Jakarta, 2011, hlm. 266.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. sulit untuk dientaskan diantaranya adalah karena rendahnya kemampuan. adalah dengan didirikannya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. hlm Ismail SM. Et. All. Paradigma Pendidikan Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2001),

BAB I PENDAHULUAN. juga sebagai makhluk sosial. Dalam hidup bermasyarakat, manusia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anwar Hafid Dkk, Konsep Dasar Ilmu Pendidikan, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zuhairi, dkk, Metodologi Pendidikan Agama (solo: Ramadhani, 1993), hal. 9.

Pendidikan Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. tertentu termasuk pendidikan yang ada di Indonesia. Tujuan pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN. 1 Zakiyah Darajat, Ilmu Fiqih, PT Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995, hlm 2.

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang berdaya tahan kuat dan perilaku yang handal. Kualitas. oleh sumber daya alamnya saja, melainkan SDM-nya juga.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa saling

BAB I PENDAHULUAN. R. Soetarno, Psikologi Sosial, (Kanisius: Yogyakarta), 1993, hlm. 16.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan masyarakat tergantung kepada bagaimana akhlaqnya. Apabila. akhlaqnya buruk, rusaklah lahir dan batinnya.

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi sekolah erat hubungannya dengan masyarakat. dan didukung oleh lingkungan masyarakat. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengembangan ekstrakurikuler merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hasan Basri, Landasan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm Ibid., hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. menjamin kesejahteraan hidup material dan spiritual, dunia, dan ukhrawi. Agama Islam yaitu agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuan. 1

BAB I PENDAHULUAN. Helmi Karim, Op Cit, Hlm. 29

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pembeda dengan makhluk lainnya. Oleh karena itulah manusia

BAB I PENDAHULUAN. prasyarat bagi kelangsungan hidup (survive) masyarakat dan peradaban.2

BAB I PENDAHULUAN. bahwa peserta didik telah memiliki bakat, fitrah minat, motivasi dan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya teknik informatika akan mempermudah aktivitas manusia.

BAB I PENDAHULUAN. adalah bidang pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia, (diakses pada 15 November 2015). 3

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

BAB I PENDAHULUAN. mengarungi kehidupan untuk menuju perjalanan ke akhirat. bukan hanya produk akhir namun juga kualitas jiwa yang berproses.

BAB I PENDAHULUAN. Dakwah mempunyai sebuah pengertian sebagai suatu ajakan dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini sejalan dengan tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak mengenal ruang dan waktu, ia tidak dibatasi tebalnya

BAB I PENDAHULUAN. 2005, hlm Tulus Tambunan, Pembangunan Ekonomi dan Utang Luar Negeri, Rajawali Pres,

BAB I PENDAHULUAN. melalui proses pendidikan yang baik akan sangat berpengaruh dari generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. Sadono Sukirno, Pengantar Teori Makroekonomi, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm Ibid., hlm. 10.

BAB I PENDAHULUAN WIB.

BAB I PENDAHULUAN. Secara biologis manusia diklasifikasikan sebagai homosapiens yaitu sejenis

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah beragam, antara lain: kurikulum 2013 hanya akan memberi beban

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. Ibid., 4. Ibid., hlm. 23

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sendiri bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi. dalam rangka mencerdaskan kahidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. atau narapidana agar mereka dapat kembali hidup bermasyarakat dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dengan materi-materi kajian yang terdiri dari ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebagai kepala rumah tangga dan pencari nafkah membuat sebagian besar wanita ikut

PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla ul Anwar merupakan salah satu. Madrasah Swasta yang di selenggarakan oleh Perguruan Mathla ul Anwar Kota

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar yang terjadi. Salah satunya yang menandai. perubahan orientasi masyarakat muslim dari urusan ibadah yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi maupun bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etos kerja mendeskripsikan segi-segi kualitas akhlak yang baik pada manusia, bersumber dari kualitas diri, diwujudkan berdasarkan tata nilai sebagai implementasi dalam aktivitas kerja. Ajaran Islam sangat mendorong umatnya untuk bekerja keras, serta memuat spirit dan dorongan pada tumbuhnya budaya etos kerja yang tinggi. Kalau pada tataran praktis, umat Islam seolah-olah beretos kerja rendah, maka bukan sistem teologi yang harus dibenahi, melainkan harus diupayakan bagaimana cara dan metode untuk memberikan pengertian dan pemahaman yang benar mengenai watak dan karakter esensial dari ajaran Islam yang sesungguhnya. Etos kerja dalam Islam terkait erat tentang kerja - yang dijadikan sumber inspirasi dan motivasi oleh setiap muslim yang melakukan aktivitas kerja di berbagai bidang kehidupan. Cara mereka memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai Al-Qur an dan As-Sunnah tentang dorongan untuk bekerja itulah yang membentuk etos kerja Islam. Dalam suasana kehidupan yang sulit dimasa ini, umat Islam ditantang untuk dapat survive, dan membangun kembali tatanan kehidupannya (moral, ekonomi, sosial, politik, dan sebagainya) untuk membuktikan, bahwa rekomendasi Allah kepada umat Islam sebagai khaira ummah (umat terbaik) tidak salah alamat.1 Masalah etos kerja memang cukup rumit. Nampaknya tidak ada teori tunggal yang dapat menerangkan segala segi gejalanya, juga bagaimana menumbuhkan dari yang lemah ke arah yang lebih kuat atau lebih baik. Terkadang terlihat bahwa etos kerja dipengaruhi oleh sistem kepercayaan, 1 kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang baik (ma ruf) dan mencegah yang buruk (munkar) dan beriman kepada Allah. Q.S. Ali Imran (3) : 110. Kementerian Agama Republik Indonesia. Al-Qur an Al-Karim dan Terjemahnya, Terbitan Halim Publishing & Distributing, Surabaya, 2013, hlm. 64. 1

2 seperti agama, namun terkadang juga terlihat seperti tidak lebih dari hasil tingkat perkembangan ekonomi tertentu masyarakat saja. Salah satu teori yang relevan untuk dicermati mengenai etos kerja yang terkait dengan sistem kepercayaan (bahwa masyarakat tertentu dengan sistem kepercayaan tertentu memiliki etos kerja lebih baik atau lebih buruk dari masyarakat lain dengan sistem kepercayaan lain) adalah pengamatan seorang sosiolog, Max Weber, terhadap masyarakat Protestan aliran Calvinisme, yang kemudian dia angkat menjadi dasar apa yang terkenal dengan Etika Protestan. Didalam tesisnya ini, Max Weber menimbulkan sikap pro dan kontra dikalangan sosiolog. Sebagian sosiolog mengakui kebenaran tesisnya itu, tetapi tidak sedikit yang meragukan, bahkan yang menolaknya. Kurt Samuelson, ahli sejarah ekonomi Swedia adalah salah seorang yang menolak keseluruhan tesis Weber tersebut, dengan mengatakan bahwa tidak pernah dapat ditemukan dukungan tentang kesejajaran antara protestanisme dengan tingkah laku ekonomis.2 Pada dekade tahun 80-an, dikalangan cendekiawan Muslim Indonesia pun tumbuh minat yang cukup besar untuk membuktikan kebenaran tesis Weber diatas. Bahkan pada waktu itu pernah muncul suatu gagasan untuk membangun suatu sistem teologi yang dapat mendorong keberhasilan proses pembangunan di Indonesia.pada saat itu suatu gagasan yang disebut dengan Teologi Pembangunan, bahkan di Kaliurang Yogyakarta, pernah diadakan seminar tentang Teologi Pembangunan ini.3 Gagasan tentang Teologi Pembangunan ini dilandasi oleh asumsiasumsi : (1) sistem teologi yang dianut oleh umat Islam Indonesia belum mampu mendorong dan membangkitkan etos kerja yang tinggi; (2) umat Islam Indonesia mudah sekali menyerah ketika mengalami suatu kegagalan; (3) umat Islam Indonesia bersifat pasif, fatalis, dan deterministik; serta asumsi-asumsi lainnya.4 2 Mohammad Irham, Etos Kerja dalam Perspektif Islam, dalam Jurnal Substantia Fakultas Ushuluddin, (terbitan IAIN Ar-Raniry, Vol.14, No. 1, April 2012), hlm 13-14 3 Ibid, hlm. 14. 4 Ibid, hlm. 14.

3 Namun demikian, karena masalah teologi sangat sensitif, akhirnya gagasan-gagasan yang pernah dicetuskan itu berakhir dengan tanpa memperoleh rumusan yang jelas dan sistematis. Kalau kita mau mencermati dan mengkaji makna-makna yang terkandung dalam Al-Qur an dan AsSunnah, maka kita akan menemukan banyak sekali bukti, bahwa sesungguhnya ajaran Islam sangat mendorong umatnya untuk bekerja keras, dan bahwa ajaran Islam memuat spirit dan dorongan pada tumbuhnya budaya etos kerja yang tinggi. Kemudian dalam Islam pun memuat bahwa nilai dari etos kerja tidak dibeda-bedakan melalui perbedaan jenis kelamin ataupun status sosial. Islam menyamaratakan semua subyek yang melakukan amal perbuatan yang menjadi ukuran perbedaannya adalah derajat keimanan dan ketakwaannya disisi Allah SWT. Dalam penelitian ini peneliti akan mengerucutkan etos kerja secara perspektif Islam yang telah dilakukan oleh para buruh perempuan pabrik rokok di Kabupaten Kudus. Para perempuan yang bekerja sebagai buruh pabrik rokok pada umumnya memiliki tingkat pendidikan yang rendah, bekerja disektor pekerjaan yang tidak memerlukan pendidikan tinggi, keterampilan, dan keahlian khusus, serta berupah yang rendah. Walaupun seperti itu kenyataannya, namun para perempuan yang bermata pencaharian sebagai buruh pabrik di Kabupaten Kudus tetap memiliki etos kerja tinggi dan semangat kerja yang besar. Karena pada dasarnya mereka seperti itu pun karena kondisi ekonomi keluarga yang terbelenggu dengan kemiskinan dan latar belakang serta tingkat pendidikan yang rendah.5 Faktor-faktor tersebut yang membuat sebagian besar para perempuan di Kabupaten Kudus bekerja sebagai buruh pabrik rokok sebagai buruh mbatil, nggiling, dan nyontong. Ketiga pekerjaan tersebut tidak membutuhkan pendidikan yang tinggi dan keahlian serta keterampilan khusus. Dengan bekerjanya perempuan atau istri diluar rumah berarti perempuan atau istri 5 Dian Maulina Wijayanti, Belenggu Kemiskinan Buruh Perempuan Pabrik Rokok, dalam Jurnal Komunitas UNES (terbitan Universitas Negeri Semarang Vol.02 No.2 2010), hlm. 86-90.

4 mempunyai peran ganda yaitu bekerja di sektor domestik sebagai pengurus tersebut akhirnya juga menjadikan mereka harus menyandang beban ganda yang lebih berat dibanding suami mereka. Melihat dari peran ganda dan beban kerja yang dialami oleh para perempuan di Kabupaten Kudus yang bekerja sebagai karyawan pabrik rokok, sepintas mungkin terlalu berat, namun apa yang terlihat tidak seperti apa yang dibayangkan dan dipikirkan secara praktis. Peneliti yang sudah tinggal 3 tahun lebih di Kabupaten Kudus ini selalu mengamati dan menganalisis secara partisipatori kehidupan perempuan buruh pabrik rokok bahwa semangat kerja dan etos kerja yang dimiliki oleh para buruh perempuan pabrik rokok ini sangat tinggi. Peneliti dapat menyimpulkan ini karena hampir setiap hari selalu menjalin komunikasi dengan para buruh perempuan pabrik rokok, yang kebetulan lingkungan tempat tinggal (kost) peneliti berdekatan dengan lingkungan tempat tinggal para buruh perempuan pabrik rokok. Dari beberapa buruh perempuan yang sering berinteraksi dengan peneliti adalah buruh pabrik rokok PT Djarum dan PT Nojorono. Kapasitas seringnya kami berinteraksi, peneliti dapat mengetahui betapa sangat tangguhnya para perempuan di Kabupaten Kudus yang berprofesi sebagai buruh pabrik rokok. Mereka yang notabe-nya berprofesi sebagai ibu rumah tangga di tambah lagi profesinya sebagai buruh pabrik rokok sangat terampil dalam mengatur dua perannya sekaligus. Mereka dapat me-manage dengan baik konflik rumah tangga dengan konflik kerja sehingga dapat berjalan dengan seimbang. Dari analisis dan penelitian awal, peneliti sangat berminat untuk mempelajari dan meneliti lebih dalam etos kerja yang dimiliki oleh para perempuan di Kabupaten Kudus yang berprofesi sebagai buruh pabrik rokok. Dalam penelitian ini peneliti ingin mengkomparasikan antara etos kerja secara umum dan etos kerja menurut perspektif Islam, kemudian bagaimana Islam memandang perempuan yang mempunyai etos kerja tinggi, yang

5 dimana perempuan itu sendiri mempunyai peran ganda dalam kehidupan sehari-harinya. Dan dari peran ganda yang disandang oleh para buruh perempuan pabrik rokok di Kabupaten Kudus, peneliti berminat untuk melakukan penelitian skripsi yang berjudul ETOS KERJA PEREMPUAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM (Studi Analisis pada Buruh Perempuan Pabrik Rokok di Kabupaten Kudus). B. Fokus Penelitian Dalam penelitian kualitatif, bahwa gejala dari suatu obyek itu sifatnya holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), sehingga peneliti kualitatif tidak akan menetapkan penelitiannya hanya berdasarkan variabel penelitian, tetapi keseluruhan situasi social yang diteliti, meliputi aspek tempat (place), pelaku (actor), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Dengan demikian, batasan masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan fokus, yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum.6 Berdasarkan judul yang peneliti ambil yaitu ETOS KERJA PEREMPUAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM (Studi Analisis pada Buruh Perempuan Pabrik Rokok di Kabupaten Kudus), maka penelitian ini akan berfokus pada etos kerja para perempuan buruh pabrik rokok di Kabupaten Kudus yang bekerja di bagian mbatil, nyontong dan nggiling. Penelitian ini selain membahas tentang bagaiamana etos kerja para buruh perempuan pabrik rokok, juga akan dibahas faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi etos kerja para buruh perempuan pabrik rokok di Kabupaten Kudus. 6 Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung, 2014, hlm. 376.

6 C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang mengenai etos kerja perempuan dalam perspektif Islam yang akan peneliti teliti, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana etos kerja para buruh perempuan pabrik rokok di Kabupaten Kudus? 2. Bagaimana etos kerja para buruh perempuan pabrik rokok di Kabupaten Kudus dipandang dalam perspektif Islam? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi etos kerja para buruh perempuan rokok di Kabupaten Kudus? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dirumuskan diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis etos kerja para buruh perempuan pabrik rokok di Kabupaten Kudus. 2. Untuk menganalisis etos kerja para buruh perempuan pabrik rokok di Kabupaten Kudus dalam perspektif Islam. 3. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi etos kerja para buruh perempuan rokok di Kabupaten Kudus. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat, baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian dapat digunakan sebagai sarana untuk menambah wawasan keilmuan tentang etos kerja perempuan, dan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan wawasan dan ilmu pengetahuan di bidang ekonomi Islam khususnya dalam manajemen bisnis syariah dan etos kerja.

7 2. Manfaat Praktis a. Bagi Buruh Pabrik Rokok Penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran kepada para perempuan pekerja atau perempuan karir khususnya para buruh pabrik rokok di Kabupaten Kudus mengenai etos kerja dalam perspektif Islam. F. Sistematika Penulisan Sistematika dalam penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran dalam penyusunan skripsi ini secara menyeluruh. Dan sistematika penulisan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagian Muka Bagian muka memuat tentang halaman sampul, halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman moto, halaman persembahan, halaman kata pengantar, dan daftar isi. 2. Bagian Isi Dalam penulisan skripsi ini penulis membagi pembahasan ke dalam lima bab, yang perinciannya sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini memuat dan menjelaskan mengenai latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. BAB II : KAJIAN PUSTAKA Bab ini merupakan uraian landasan teori yang akan membahas tentang etos kerja dalam perspektif Islam, dan etos kerja perempuan dalam perspektif Islam, manajemen konflik serta kajian penelitian-penelitian sebelumnya dan kerangka berfikir.

8 BAB III : METODE PENELITIAN Dalam bab ini menerangkan dan menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, yang meliputi : lokasi penelitian, jenis dan pendekatan penelitian, sumber data, subjek data, teknik pengumpulan data, uji keabsahan data, dan metode analisis data. BAB IV : HASIL DAN ANALISIS Bab ini merupakan bab inti dimana didalamnya berisi tentang penjelasan mengenai deskripsi objek penelitian serta analisis data dan pembahasan yang akan dilakukan, sesuai dengan alat analisis yang digunakan. BAB V : PENUTUP Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi mengenai kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan dan saransaran yang berhubungan dengan penelitian serupa di masa yang akan datang serta kritik yang bersifat konstruktif, dan kata penutup. 3. Bagian Akhir Bagian akhir merupakan bagian yang terdiri dari daftar pustaka, lampiranlampiran, dan daftar riwayat hidup penulis.