24 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA A. Pengertian Harta Secara Etimologi Harta dalam bahasa arab dikenal dengan al-mal. Secara etimologi, al-mal berasal dari mala yang berarti condong atau berpaling dari tengah ke salah satu sisi, dan al-mal diartikan sebagai segala sesuatu yang menyenangkan manusia dan mereka pelihara, baik dalam bentuk materi maupun dalam manfaat. 1 Sedangkan pengertian harta dalam buku Rozalinda adalah: Artinya: Segala sesuatu yang disimpan dan dikumpulkan manusia dengan perbuatan baik berupa zat maupun manfaat sesuatu. 2 Dalam buku Syafe i Rahcmat pengertian harta (al-mal) hampir sama dengan pengertian yang disebutkan di atas, namun disini ada tambahannya yaitu: Artinya: Sesuatu yang dibutuhkan dan diperoleh manusia, baik berupa benda yang tampak seperti emas, perak, binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun yang tidak tampak, yakni manfaat seperti kendaraan, pakaian dan tempat tinggal. 3 Sedangkan pengertian harta (al-mal) dalam kitab Lisanul Arab adalah: 1 Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2000), hal. 73 2 Rozalinda, Fiqh Muamalah dan Aplikasinya Pada Perbankan Syari ah, (Padang: Hayfa Press, 2005), Cet 1, hal. 31 3 Rachmat Syafe i, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia, tt), hal. 21 24
25 Artinya: Harta adalah sesuatu yang sudah dimiliki dari sekian banyak harta. 4 Dan pengertian harta dalam kitab Mu jam al-farabi adalah: Artinya: Harta adalah seseorang yang memiliki banyak harta. 5 B. Pengertian Harta Secara Terminologi Pengertian harta (al-mal) menurut para fuqaha adalah: Artinya: Sesuatu yang cenderung tabiat manusia kepadanya dan mungkin di simpan untuk waktu yang diperlukan Dan ada juga yang memberikan pengertian harta (al-mal) dengan: Artinya: Sesuatu yang cenderung tabiat kepadanya dan berlaku memberi dan menahan padanya Dari pengertian fuqaha di atas dapat diambil kesimpulan: 1. Harta (al-mal) adalah nama bagi yang selain manusia, yang ditetapkan untuk kemaslahatan manusia dapat dipelihara pada suatu tempat. Ini dikemukakan dalam kitab al-bahrur Raiq. 2. Benda yang dijadikan harta itu dapat dijadikan oleh harta oleh semua manusia atau oleh sebahagian manusia. Ini dikemukakan dalam kitab Raddul Muhtar. 4 Ibn Manzur, Lisan al-arab, (Beirut: Dar Sader, 1863), Jilid 11, hal. 635 5 Jamaah Min Kibar al-lughawiyin al-arab, al-mu jam al-farabi al-asasi, (t.tp: al-durus, t.th), hal. 1160
26 3. Harta itu wajib mempunyai wujud, oleh karena itu manfaat-manfaat tidak masuk kedalam bagian harta, karena tidak mempunyai wujud 4. Harta yang dapat dijadikan harta dapat disimpan untuk waktu tertentu, atau untuk waktu yang lama dan dipergunakan untuk waktu yang dibutuhkan. 6 Pengertian harta (al-mal) menurut ulama Hanafiyah adalah: Artinya: Segala sesuatu yang memungkinkan pemeliharaan dan pemanfaatan menurut kebiasaan. Berdasarkan defenisi ini maka yang dikatakan dengan harta adalah yang memenuhi unsur-unsur diantaranya: 1. Dapat dipelihara dan disimpan, maka sesuatu yang tidak dapat disimpan, misalnya sesuatu yang bersifat abstrak seperti ilmu, kesehatan, kemuliaan, dan kesucian tidak dinamakan harta. 2. Dapat dimanfaatkan menurut kebiasaan, maka segala sesuatu yang tidak dapat dimanfaatkan menurut asalnya seperti bangkai, makanan basi tidak dinamakan harta. Namun defenisi ini dipandang sempit karena cakupan maknanya terbatas. 7 Sedangkan pengertian harta menurut Jumhur ulama adalah: Artinya: Segala sesuatu yang mempunyai nilai, dan dikenakan ganti rugi bagi orang yang merusak atau melenyapkannya. 6 Hasbi Ash Shiddieqy, Pengantar Fiqih Mu amalah, (Jakarta: Bulan Bintang), hal. 14-15 7 Rozalinda, op. cit, hal. 31-32
27 Defenisi ini dipandang sebagai defenisi yang luas maknanya dan defenisi inilah yang dimasukkan dalam undang-undang. Dari uraian di atas maka yang dimaksud dengan harta adalah segala sesuatu yang bernilai atau bermanfaat dimana manusia cenderung untuk mengumpulkannya, memeliharanya, dapat dimanfaatkan diwaktu dibutuhkan. Dengan demikian dari defenisi yang dikemukakan oleh Jumhur ulama di atas ada empat unsur yang bisa dikatakan harta: 1. Bernilai ( ), sesuatu yang bernilai dan mendatangkan nilai materi dapat dikatakan harta seperti manfaat sesuatu dan hak cipta. 2. Terpelihara ( ), sesuatu yang dapat dikumpulkan dan dipelihara serta dapat dihadirkan ketika dibutuhkan dinamakan harta seperti kayu, beras dan lain-lain. 3. Bermanfaat ( ), segala sesuatu yang bisa dimanfaatkan seperti rumah. 4. Manusia cenderung kepadanya, sesuatu yang tidak disukai oleh manusia menurut kebiasaan seperti hama tidak dinamakan harta. 8 Dalam kandungan kedua defenisi di atas terdapat perbedaan esensi harta yang dikemukakan Jumhur ulama dengan ulama Hanafiyah. Menurut Jumhur ulama, harta itu tidak saja bersifat materi, melainkan juga termasuk manfaat dari suatu benda. Akan tetapi ulama Hanafiyah berpendapat bahwa yang dimaksud dengan harta itu hanya bersifat materi. Sedangkan manfaat termasuk ke dalam pengertian milik. 9 8 Ibid, hal. 32-33 9 Nasroen Haroen, op. cit, hal. 74
28 Sedangkan pengertian harta (al-mal) menurut Mustafa Ahmad az- Zarqa adalah: Artinya: Harta adalah segala sesuatu yang mempunyai nilai materi di kalangan masyarakat 10 Selanjutnya pengertian harta dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia adalah segala sesuatu yang dimiliki seseorang atau suatu perusahaan, yang diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomis kepada pemiliknya, serta dapat dinilai dalam satuan uang. Harta biasanya digolongkan menurut jangka waktu perputarannya dan menurut bentuknya. Menurut jangka waktu perputarannya harta dapat digolongkan atas: 1. Harta lancar, yaitu harta yang jangka waktu perputarannya kurang dari satu tahun. Jangka waktu perputaran adalah jangka waktu yang dibutuhkan agar dalam operasi normal perusahaan harta dapat berubah menjadi uang tunai. Uang lanai merupakan salah satu contoh harta lancar. 2. Harta tidak lancar, yaitu harta yang jangka waktu perputarannya lebih dari satu tahun. Contoh: tanah, gedung, mesin alat-alat dan kendaraan. Sedangkan menurut bentuknya, harta dapat digolongkan atas: 1. Harta berwujud, yaitu harta yang secara fisik dapat dilihat dan diraba, seperti uang tunai, tanah, mesin, gedung dan sebagainya. 2. Harta tidak berwujud adalah harta yang secara fisik tidak dapat dilihat atau diraba, akan tetapi memberikan manfaat ekonomis bagi perusahaan, seperti hak paten, lisensi dan sebagainya. 10 Ibid, hal. 75
29 Sedangkan pengertian harta menurut Hamka adalah perkakas untuk melepas angan-angan dan pencapai cita-cita. 11 Sedangkan dalam Kamus Hukum disebutkan dua pengertian tentang harta yaitu: 1. Barang-barang baik bergerak maupun tetap atau uang dan sejenisnya yang menjadi kekayaan, barang-barang milik orang. 2. Kekayaan baik berwujud maupun tidak berwujud yang bernilai dan yang menurut hukum dimiliki perusahaan. 12 C. Pendayagunaan Harta Pendayagunaan berasal dari kata guna yang berarti manfaat. Adapun dalam kamus lengkap bahasa Indonesia bahwa yang dimaksud dengan Pendayagunaan adalah suatu pekerjaan yang memberi pengaruh dan mendatangkan manfaat. 13 Maka pendayagunaan adalah cara atau usaha dalam mendatangkan hasil dan manfaat yang lebih besar dan lebih baik. Sedangkan pendayagunaan harta yang dimaksud adalah suatu usaha untuk mendatangkan hasil atau manfaat yang lebih besar dan lebih baik dengan mamanfaatkan harta dan potensi yang dimiliki. Pendayagunaan ditujukan untuk memanfaatkan segala potensi dan harta yang melekat pada sumber daya yang dimiliki secara optimal. Dalam al-quran ada beberapa petunjuk pendayagunaan harta atau rezeki, namun tidak semua kata al-mal menunjukkan tentang perintah 11 Hamka, Tasauf Moderen, (Jakarta: Pustaka Panjimas), hal. 202 12 Sudarsono, Kamus Hukum Edisi Baru, (Jakarta: PT. Rineka Cipta,1983), hal. 160 13 Drs. Tri Rama K, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Karya Agung, tt), hal.162
30 pendayagunaan harta, terkadang al-quran menggunakan bahasa tersirat yang menunjukkan makna harta dan perintah pendayagunaannya. Hal ini penulis temukan berdasarkan buku tafsir al-quran tematik yang di keluarkan oleh Kementrian Agama Repubik Indonesia, yang berjudul pembangunan ekonomi umat, dalam bab harta dalam al-quran. Pada konteks pendayagunaan harta ini, penulis mencoba untuk meneliti apa saja petunjuk al-quran terkait dengan tuntunan pendayagunaan harta. Ternyata petunjuk al-quran tentang pendayagunaan harta berisi perintah dan larangan. Di antara bentuk-bentuk perintah tuntunan al-quran tentang pendayagunaan harta itu adalah perintah untuk berinfak kepada kerabat, anak yatim dan orang-orang miskin (QS. Al-Baqarah/2 ayat 177), lebih dari itu, al-quran tidak hanya sekedar menganjurkan tetapi mewajibkan pemanfaatan harta yang bersifat sosial yaitu melalui zakat (QS. al-taubah/9 ayat: 60), selain itu juga berisi larangan, diantaranya adalah larangan mencela dan menghina harta yang diberikan (QS. al-baqarah/2 ayat 262), larangan memakai secara berlebihan (QS. al-a raf/7 ayat 31), larangan melampaui batas (QS.al-Maidah/5 ayat 87), larangan mengikuti langkah-langkah setan (QS. al-anam/6 ayat 142).