Pada mulsa eceng gondok dan alang-alang setelah pelapukan (6 MST), bobot gulma naik dua kali lipat, sedangkan pada mulsa teki dan jerami terjadi

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

PEMANFAATAN MULSA GULMA UNTUK PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN KEDELAI DI LAHAN KERING NAHRIN SYARIFI A

I. PENDAHULUAN. melalui makanan pokok (Nazarudin, 2009). Selada (lactuca sativa L.) merupakan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak

I. PENDAHULUAN. dunia. Jagung menjadi salah satu bahan pangan dunia yang terpenting karena

I. PENDAHULUAN. yang dipakai untuk membudidayakan tanaman. Gangguan ini umumnya berkaitan

TINJAUAN PUSTAKA. Tebu adalah tanaman jenis rumput-rumputan yang ditanam untuk bahan baku gula.

I. PENDAHULUAN. mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di Pulau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan dan sumber protein

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengamatan penunjang ditujukan untuk menganalisis faktor-faktor eksternal

IV. BASIL DAN PEMBAHASAN Kerapatan Nisbi Sebelum dan Sesudah Pemberian Perlakuan (%)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr) merupakan salah satu komoditas pangan utama

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman kacang hijau menurut Hartono dan Purwono (2005)

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccarata L.) atau yang lebih dikenal dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

I. PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Umur tanaman kacang tanah Hypoma 2 yaitu 90 hari, tipe Spanish (dua

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Haji Mena, Kecamatan Natar, Kabupaten

TINJAUAN PUSTAKA. Gulma adalah semua tumbuhan selain tanaman budidaya yang tumbuh di

PENGARUH JENIS DAN TINGKAT KERAPATAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max [L]. Merr)

I. PENDAHULUAN. lebih tahan terhadap hama dan penyakit (Sumarno dan Karsono 1996 dalam

I. PENDAHULUAN. Tanaman kelapa sawit mempunyai nilai ekonomi yang sangat penting bagi

I. PENDAHULUAN. tanaman kedelai secara signifikan. Perbaikan sistem budidaya kedelai di Indonesia,

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Hajimena Kecamatan Natar mulai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGENALAN HERBISIDA (Laporan Praktikum Ilmu Dan Teknik Pengendalian Gulma) Oleh Yudi Des Yulian

Pengertian Gulma dan Penggolongan Gulma

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

Pendahuluan menyediakan dan mendiseminasikan rekomendasi teknologi spesifik lokasi

I. PENDAHULUAN. Karet merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan manusia seharihari,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengumpulan data dilakukan melalui tahap pengamatan dan pengukuran. dengan variabel yang diamati yaitu tinggi, jumlah daun dan berat kering gulma

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Waktu tumbuh gulma. dan kondisi lahan terpenuhi. Waktu tumbuh gulma dipengaruhi oleh faktor curah

PENGARUH MULSA ORGANIK PADA GULMA DAN TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.) VAR. GEMA

EFFECT TIME OF WEEDING IN INTERCROPPING SYSTEM PEANUTS (Arachis hypogaea L.) WITH CASSAVA (Manihot esculenta Crantz.)

PERGESERAN KOMPOSISI GULMA PADA TANAMAN PAPAYA (Carica papaya) YANG DIBERI PUPUK ORGANIK DAN ANORGANIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. daun-daun kecil. Kacang tanah kaya dengan lemak, protein, zat besi, vitamin E

BAB I PENDAHULUAN. sebagai komoditas ekspor dan bahan baku industri pangan. Prioritas pengembangan

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

UJI PENGARUH EKSTRAK TEKI (Cyperus rotundus L.) TERHADAP PERTUMBUHAN GULMA PADA BUDIDAYA TANAMAN KEDELAI.

Studi Potensi Bioherbisida Ekstrak Daun Ketapang (Terminalia catappa) Terhadap Gulma Rumput Teki (Cyperus rotundus)

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. RIWAYAT HIDUP... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR... vi. DAFTAR ISI...

TINJAUAN PUSTAKA Gulma

TINJAUAN PUSTAKA. Botani dan Ekologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) diklasifikasikan ke dalam kelas

Pengaruh Waktu Penyiangan terhadap Pertumbuhan dan Hasil Dua Kultivar Kedelai (Glycine max (L.) Merr.)

Lampiran 1. Jenis vegetasi gulma wilayah 1 No. Nama Latin Nama Lokal. K (individu/plot)

Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) berdasarkan Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam yang Berbeda ABSTRAK

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini merupakan penelitian lanjutan yang sebelumnya dilakukan oleh

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

Mengenal Gulma di Pertanaman Tebu

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

THE EFFECT OF APPLICATION TIME OF SPINY AMARANTH EXTRACTS AND PURPLE NUTSEDGE ON THE GROWTH AND YIELD OF TOMATO Kharis Triyono ABSTRACT

BAHAN METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Pertumbuhan akar

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

HASIL JAGUNG MANIS (Zea mays L. saccaharata) MISDA HABI NIM

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) adalah tanaman pangan yang penting di dunia, selain padi

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun

III. BAHAN DAN METODE

APLIKASI HERBISIDA DALAM PERSIAPAN LAHAN DAN FREKUENSI PENGENDALIAN GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG (Zea mays L.)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah plastik Laboratorium Lapang Terpadu Natar

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

Lampiran 1. Sidik Ragam Persentase Penutupan Gulma Total

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN WAKTU PENYIANGAN PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max L.) VAR. GROBOGAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Gulma. spesies gulma dari waktu ke waktu. Pada minggu ke-3 terdapat 16 spesies gulma,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI ( GLYCINE MAX (L) MERR) AKIBAT PENGARUH DARI PEMBERIAN BAHAN ORGANIK DAN METODE PENGENDALIAN GULMA.

Pertumbuhan Gulma dan Hasil Kedelai Hitam (Glycine max (L.) Merrill) Mallika terhadap Pengolahan Tanah dan Jarak Tanam di Lahan Pasir Pantai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013

TINJAUAN PUSTAKA Ekologi Gulma

BAB I PENDAHULUAN. diolah menjadi makanan seperti kue, camilan, dan minyak goreng. kacang tanah dari Negara lain (BPS, 2012).

PEMANFAATAN BIOMASA TEKI (Cyperus rotundus L.) UNTUK PENGENDALIAN GULMA BERDAUN LEBAR PADA PERTANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.

PERTUMBUHAN GULMA DAN HASIL TANAMAN WIJEN (Sesamum indicum L.) PADA BERBAGAI FREKUENSI DAN WAKTU PENYIANGAN GULMA PENDAHULUAN

PENGENALAN DAN PENGELOLAAN GULMA PADA KEDELAI RINGKASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

ABSTRAK SARLIN TAHRIJI. NIM.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI ( Coffea Sp ) Oleh ALI IMRON NIM :

PENGARUH KOMPETISI GULMA TERHADAP PERTUMBUHAN, HASIL DAN DAYA SIMPAN BENIH KEDELAI HITAM

Transkripsi:

PEMBAHASAN Sebagian besar perubahan jenis gulma pada setiap perlakuan terjadi pada gulma golongan daun lebar, sedangkan golongan rumput relatif tetap pada 3 MST dan 6 MST. Hal ini diduga dipengaruhi oleh umur dormansi biji golongan rumput yang sangat pendek dibandingkan gulma daun lebar (Sastroutomo, 1990). Oleh karena itu, golongan rumput dapat tumbuh dengan cepat di lahan dibandingkan gulma golongan daun lebar. Hal ini juga dibuktikan dengan bobot serta Nisbah Jumlah Dominasi (NJD) gulma yang baru tumbuh pada 6 MST masih kecil di pertanaman (Tabel 1). Golongan daun lebar menunjukkan keragaman spesies lebih banyak diikuti golongan rumput dan golongan teki (Tabel 1). Berdasarkan bobot kering gulma total, dapat dilihat bahwa perlakuan mulsa dapat menekan pertumbuhan gulma hingga 30 % dibandingkan dengan kontrol. Bobot kering gulma terendah pada pengamatan pertama (3 MST) diperoleh pada perlakuan mulsa plastik hitam perak, diikuti oleh perlakuan mulsa alang-alang (61.67 g) dan eceng gondok (85.03 g). Data ini memberikan indikasi bahwa mulsa alang-alang dan eceng gondok lebih efektif menekan gulma dibandingkan dengan mulsa teki atau jerami. Meskipun demikian, pada pengamatan kedua (6 MST) terjadi hal yang sebaliknya. Mulsa teki dan jerami lebih efektif menekan gulma dibandingkan dengan mulsa alang-alang atau eceng gondok (Tabel 1). Hal ini dapat dilihat dari bobot kering total gulma pada perlakuan mulsa teki (71.41 g) dan jerami (95.04 g) yang lebih rendah dibandingkan dengan alang-alang (121.83 g) dan eceng gondok (113.25 g). Hal ini diduga karena pada 3 MST mulsa alang-alang dan eceng gondok memiliki tingkat kerapatan penutupan lahan yang lebih tinggi dari mulsa teki dan mulsa jerami. Oleh karena itu, cahaya yang masuk pada lahan dengan mulsa alang-alang dan mulsa eceng gondok lebih sedikit dibandingkan lahan dengan mulsa teki dan jerami. Sedangkan saat 6 MST mulsa teki dan jerami telah mengalami pelapukan/dekomposisi, sehingga diduga kandungan alelopati pada teki dan jerami dapat membantu dalam menekan pertumbuhan gulma. Menurut Sastroutomo (1990) setelah tumbuhan atau bagian-bagian organnya mati, senyawa-senyawa kimia tanaman yang mudah terlarut dapat tercuci dengan cepat.

21 Pada mulsa eceng gondok dan alang-alang setelah pelapukan (6 MST), bobot gulma naik dua kali lipat, sedangkan pada mulsa teki dan jerami terjadi penurunan (Tabel 1). Pada perlakuan mulsa teki semula (3 MST) terdapat 9 jenis gulma daun lebar, kemudian pada pengamatan berikutnya (6 MST) menurun menjadi 6 jenis. Hal ini karena tertekannya gulma Galinsoga parviflora, Mikania mikranta, Ageratum haustonianum, Portulaca sp., Mimosa pigra dan Boreria alata serta munculnya gulma baru seperti Euphorbia hirta, Commelina difusa dan Ageratum conizoides (Lampiran 3). Berkurangnya jenis gulma daun lebar pada perlakuan mulsa konsisten diikuti oleh perubahan nilai dominasi dan bobot kering gulma daun lebar. Nilai jumlah dominasi (NJD) untuk gulma daun lebar menurun dari 28.86 menjadi 22.92 dan bobot kering gulma daun lebar juga menurun dari 22.13 g menjadi 16.18 g (Tabel 1). Kecenderungan menurunnya jumlah jenis gulma daun lebar juga terjadi pada mulsa jerami, tetapi tidak terjadi penurunan nilai jumlah dominasi dan bobot keringnya seperti pada perlakuan mulsa teki. Pada perlakuan ini bahkan terjadi peningkatan nilai dominasi dan bobot kering dari gulma daun lebar. Sebaliknya, mulsa jerami lebih menekan gulma golongan rumput. Terjadi penurunan jenis gulma rumput dari 8 jenis (3 MST) menjadi 6 jenis (6 MST). Hal ini dikarenakan tertekannya gulma Ischaemum sp., Echinochloa colonum, Paspalum conjugatum dan munculnya gulma baru Cynodon dactylon (Lampiran 3). Meskipun berkurangnya jenis gulma rumput tidak sebanyak gulma daun lebar, namun perubahan ini menyebabkan penurunan NJD gulma dari 59.04 (3 MST) menjadi 50.35 (6 MST) dan bobot kering gulma rumput dari 73.91 g (3 MST) menjadi 42.09 g (6 MST). Kedua hal tersebut memperlihatkan dengan jelas bahwa mulsa gulma teki dapat menekan pertumbuhan gulma daun lebar dan jerami terhadap gulma rumput setelah melalui proses dekomposisi. Alelokimia terdapat pada semua bagian tanaman yang dikeluarkan dengan berbagai mekanisme, termasuk dari residu tanaman yang terdekomposisi (batang atau akar), eksudasi akar dan penguapan (Radosevich et al., 2007). Dugaan bahwa mulsa teki dapat menekan gulma daun lebar semakin diperkuat karena ternyata produksi kedelai (Bobot kering polong/petak panen) terendah juga diperoleh pada mulsa teki (Tabel 4).

22 Selain terhadap gulma daun lebar, mulsa teki juga diduga mempunyai pengaruh alelopati terhadap kedelai yang ditunjukkan dengan rendahnya produksi kedelai pada mulsa teki. Hal ini memperkuat dugaan bahwa mulsa teki berpotensi alelopati secara spesifik terhadap tumbuhan berdaun lebar. Hasil penelitian Inawati (2000) memperlihatkan bahwa gulma Cyperus rotundus lebih menekan produksi kedelai (jumlah polong isi dan bobot 100 biji) dibanding Ageratum conyzoides dan Borreria alata. Penelitian Wibowo (2002) menambahkan bahwa senyawa alelopati dari perlakuan ekstrak bahan kering gulma Cyperus rotundus dapat menurunkan jumlah polong isi kedelai hingga 35.98 % pada konsentrasi 15 g/l dan 20 g/l. Semua perlakuan menunjukkan bahwa pemberian mulsa mampu meningkatkan komponen produksi serta produksi kedelai. Meskipun beberapa variabel menunjukkan nilai yang tidak berpengaruh nyata menurut statistik seperti bobot tajuk, bobot dan jumlah bintil akar, jumlah polong hampa dan polong isi, namun nilainya tetap lebih tinggi dibandingkan kontrol. Perlakuan mulsa plastik hitam perak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman kedelai kecuali pada bintil akar yang justru paling rendah. Meskipun demikian, hal tersebut tidak berpengaruh terhadap hasil panen dan bobot 100 biji. Mulsa plastik hitam perak memiliki bobot panen dan bobot 100 biji tertinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa antara jumlah dan bobot kering bintil akar tidak selalu berkorelasi positif dengan hasil panen kedelai. Penelitian Suryantini (2002) menyatakan bahwa peningkatan hasil biji pada kedelai tidak dipengaruhi oleh inokulasi rizhobium maupun pemupukan N. Tingginya hasil panen dan bobot 100 biji pada mulsa plastik hitam perak diduga lebih dipengaruhi oleh tertekannya pertumbuhan gulma. Mulsa plastik hitam perak dapat menekan jumlah serta bobot gulma di pertanaman sehingga tidak terjadi persaingan dalam perebutan hara antar gulma dan tanaman. Menurut Fahrurrozi dan Stewart (1994) mulsa plastik yang berwarna gelap sangat efektif dalam mengendalikan gulma. Hal ini terjadi karena benih-benih gulma di bawah mulsa plastik hitam tidak memiliki akses terhadap cahaya matahari untuk berkecambah, bila ada yang berkecambah dan tumbuh akan mengalami etiolasi dan

23 tumbuh lemah. Pertumbuhan yang lemah ini akan diperparah dengan suhu yang relatif panas dan kelembaban tanah yang tinggi. Panas yang basah memiliki efek mematikan yang lebih tinggi dibanding panas kering. Mulsa alang-alang relatif dapat mempertahankan pertumbuhan vegetatif kedelai dibandingkan mulsa jerami, eceng gondok dan teki. Mulsa alang-alang juga menunjukkan polong isi terbanyak dan bobot panen yang lebih tinggi. Namun sayangnya bobot 100 biji kedelai pada mulsa alang-alang justru lebih rendah daripada pada ketiga mulsa tersebut. Hal ini diduga disebabkan oleh gulma pada perlakuan mulsa alang-alang lebih tinggi dibandingkan mulsa lainnya. Alang-alang mampu menekan pertumbuhan gulma dan mempertahankan pertumbuhan pada fase vegetatif kedelai (3 MST), tapi tidak pada saat kedelai mulai memasuki fase generatif (6 MST), sehingga pertumbuhan vegetatif kedelai relatif baik, tapi kualitas biji kedelai rendah. Keberadaan gulma dapat menurunkan produksi tanaman. Menurut Sastroutomo (1990) penurunan hasil akibat kompetisi gulma pada pertanaman kedelai dapat mencapai 10 50 %. Penelitian ini memperkuat pernyataan tersebut, dimana dalam penelitian ini gulma bahkan dapat menurunkan produksi hingga 90.30 % (Tabel 4). Gambar 4 memperlihatkan bahwa semakin tinggi bobot gulma, maka semakin rendah hasil produksi kedelai dengan persamaan y = 443.05 29.413x yang berarti bahwa kenaikan 1 gram bobot gulma, maka bobot panen pada kedelai akan menurun sebesar 29.413 gram. Nilai R² = 0.63 pada persamaan ini menunjukkan bahwa 63 % penurunan produksi kedelai dikarenakan oleh bobot kering gulma. Dengan perkataan lain ada faktor lain sebesar 37 % yang mempengaruhi penurunan produksi tersebut. Hal ini semakin memperkuat dugaan terdapat pengaruh faktor alelopati mulsa gulma yang digunakan dalam percobaan ini. Alelopati merupakan pengaruh negatif satu jenis tumbuhan tingkat tinggi terhadap perkecambahan, pertumbuhan dan pembuahan jenis-jenis tumbuhan lainnya (Sastroutomo, 1990). Mulsa teki dapat menekan pertumbuhan gulma golongan daun lebar, sedangkan mulsa jerami menekan gulma golongan rumput setelah terjadi dekomposisi. Hal ini mengindikasikan adanya senyawa alelopati pada kedua mulsa tersebut. Mulsa teki menurunkan bobot kering serta Nisbah

24 Jumlah Dominasi (NJD) gulma daun lebar, sedangkan mulsa jerami terhadap gulma rumput dari 3 MST ke 6 MST. Pada mulsa teki, mulsa tidak hanya menekan pertumbuhan gulma daun lebar, tetapi juga menekan pertumbuhan tanaman kedelai. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa alelopati pada teki tidak hanya menekan gulma golongan daun lebar, akan tetapi juga terhadap tanaman daun lebar. Oleh karena itu, rendahnya bobot kering gulma pada mulsa teki tidak membuat pertumbuhan serta produksi kedelai lebih baik dari mulsa lain, akan tetapi paling rendah dibandingkan mulsa lain. Fenomena ini dapat diterangkan dengan memperhatikan hubungan antara data pada Tabel 1 dan Tabel 4. Bobot gulma 6 MST pada perlakuan mulsa teki (71.14 g) jauh lebih rendah dibandingkan mulsa alang-alang (121.83 g) dan eceng gondok (113.25 g), akan tetapi produksi mulsa teki (158.90 g) lebih rendah dibandingkan dengan produksi kedelai pada mulsa alang-alang (278.60 g) dan eceng gondok (386.40 g). Fenomena alelopati akhir-akhir ini banyak mendapat perhatian, saat ini kajian mengenai alelopati sangat berkembang dan menjadi minat keilmuan tersendiri. Salah satu prospeknya adalah mempergunakannya sebagai bioherbisida dan biopestisida. Menurut Junaedi et al. (2006) alelopati dapat digunakan sebagai alternatif dalam pengendalian gulma secara biologis. Radosevich et al. (2007) juga mengungkapkan bahwa alelopati dapat digunakan dalam mengendalikan gulma secara biologis. Penggunaan herbisida dari teki dan jerami dapat digunakan sebagai alternatif dalam pengendalian gulma untuk pertanian yang lebih ramah lingkungan.