BAB I PENDAHULUAN. Keterdapatan mikrofosil pada batuan sangat bergantung kepada lingkungan hidup organisme

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III TEORI DASAR. III.1. Biostratigrafi

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi penelitian a. Bahan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terletak di pertemuan tiga lempeng aktif (triple junction) yang saling

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. yang tersingkap di daerah Jawa Tengah, selain di Karangsambung dan Bayat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Geologi Daerah Sirnajaya dan Sekitarnya, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat 1

BAB IV ANALISIS BIOSTRATIGRAFI DAN STRATIGRAFI SEKUEN

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir merupakan mata kuliah wajib dalam kurikulum pendidikan

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Geologi Daerah Penelitian. III Hubungan Stratigrafi

Tugas Akhir Bab I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN I-1

Gambar 2.1 Pembentukan gametofit jantan (Sumber Fahn, 1991)

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB V DISKUSI. 5.1 Keaktifan Patahan Lembang


BAB IV Kajian Sedimentasi dan Lingkungan Pengendapan

BAB 1 PENDAHULUAN. Hasil penelitian ini digambarkan dalam bentuk:

I. PENDAHULUAN. palinomorf lainnya, baik yang masih hidup (actuopalinology) ataupun yang sudah

Diskusi dan Korelasi Biostratigrafi Kuantitatif

Tekstur Sedimen, Kelimpahan dan Keanekaragaman Foraminifera Bentik di Perairan Teluk Jakarta

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

Adanya cangkang-cangkang mikro moluska laut yang ditemukan pada sampel dari lokasi SD9 dan NG11, menunjukkan lingkungan dangkal dekat pantai.

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian a. Bahan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

Gambar 1. Lokasi kesampaian daerah penyelidikan di Daerah Obi.

BAB I PENDAHULUAN. Potensi sumber daya alam di Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gambar 1. Kolom Stratigrafi Cekungan Jawa Barat Utara (Arpandi dan Padmosukismo, 1975)

Gambar 1.1. Lokasi Penelitian di Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

BAB II GOLOGI REGIONAL DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Judul Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada aspek geologi serta proses sedimentasi yang terjadi pada daerah penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. telah banyak dilakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi yang dilakukan oleh

ANALISIS TAFONOMI MOLUSKA PADA FORMASI DAMAR DI KALI SIWUNGU TEMBALANG SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. dengan metode peninjauan U-Pb SHRIMP. Smyth dkk., (2005) menyatakan dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

III.1 Morfologi Daerah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BENTIK FORAMINIFERA SEBARAN PADA RECENT SEDIMEN

BAB I PENDAHULUAN. eksplorasi menjadi hal yang sangat penting tidak terkecuali PT. EMP Malacca Strait

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis tinggi. Supriatna et al., 1995 menyebutkan formasi formasi berumur

Bab I Pendahuluan 1.1 Subjek dan Objek Penelitian 1.2 Latar Belakang Permasalahan 1.3 Masalah Penelitian

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Batuan sedimen merupakan salah satu aspek penting dalam melihat sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Raden Ario Wicaksono/

PENDAHULUAN. di darat maupun di laut. Kandungan bahan organik di darat mencerminkan

BIOZONASI FORAMINIFERA PLANKTONIK DI LINTASAN SUNGAI CIPAMINGKIS, DAERAH JONGGOL, PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pertamina EP yang berada di Jawa Barat (Gambar 1.1). Lapangan tersebut

FASIES BATUGAMPING FORMASI KALIBENG BERDASARKAN KUMPULAN FOSIL FORAMINIFERA BESAR

BAB IV ANALISIS SEDIMENTASI

BAB I PENDAHULUAN. Subjek penelitian adalah studi biostratigrafi dan lingkungan pengendapan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV STUDI BATUPASIR NGRAYONG

10.1. Pendahuluan. by Djauhari Noor 242

Foto 3.5 Singkapan BR-8 pada Satuan Batupasir Kuarsa Foto diambil kearah N E. Eko Mujiono

PALEOEKOLOGI SATUAN BATULEMPUNG FORMASI JATILUHUR DAERAH CILEUNGSI, KECAMATAN CILEUNGSI, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

Foto 4.9 Singkapan batupasir sisipan batulempung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Geologi dan Studi Ubahan Hidrotermal Daerah Sumberboto dan Sekitarnya, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur 1

BAB I PENDAHULUAN. Geologi Daerah Sukajadi dan Sekitarnya, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat (Bab I Pendahuluan)

POTENSI ENDAPAN TIMAH SEKUNDER DI DAERAH KECAMATAN SIJUK, KABUPATEN BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV STUDI SEDIMENTASI PADA FORMASI TAPAK BAGIAN ATAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan 1.3 Batasan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada Sungai Kedawung. Secara geologi, menurut Pringgoprawiro (1982) formasi

I.1 Latar Belakang I.2 Maksud dan Tujuan

KERAGAMAN FORAMINIFERA BENTONIK KECIL RESEN PADA CORE-01 DI PERAIRAN JEPARA, PROVINSI JAWA TENGAH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Interpretasi Kualitatif Anomali Magnetik di Daerah Semburan Gas

Geologi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

ASAS- ASAS DAN KONSEP KONSEP TENTANG ORGANISASI PADA TARAF KOMUNITAS

Dinamika Sedimentasi Formasi Prupuh dan Paciran daerah Solokuro dan Paciran, Lamongan, Jawa Timur

BAB V PEMBAHASAN 5.1 ANALISIS LINGKUNGAN PENGENDAPAN BATUBARA Analisis Pengawetan Struktur Jaringan dan Derajat Gelifikasi

ZONASI PALEONTOLOGI CEKUNGAN KUTAI BAGIAN BAWAH, DAERAH BALIKPAPAN DAN SEKITARNYA, PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB V FASIES BATUGAMPING DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya energi yang cukup besar seperti minyak bumi, gas, batubara

BAB IV DISTRIBUSI FASIES BATUGAMPING

BAB I PENDAHULUAN. Geologi dan Studi Longsoran Desa Sirnajaya dan Sekitarnya, Kecamatan Gununghalu, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

BAB IV ANALISIS UMUR DAN LINGKUNGAN PENGENDAPAN BERDASARKAN MOLUSKA MIKRO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

AMBLESAN TANAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN REKLAMASI JAKARTA

8. Pengertian dalam Hubunngan Geologi

BAB I PENDAHULUAN. geologi secara detail di lapangan dan pengolahan data di studio dan laboratorium.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mikropaleontologi merupakan cabang ilmu paleontologi yang mempelajari fosil yang berukuran mikro sehingga memerlukan alat bantu mikroskrop dalam mempelajarinya. Keterdapatan mikrofosil pada batuan sangat bergantung kepada lingkungan hidup organisme tersebut. Adapun terdapat 2 jenis mirofosil yaitu mikrofosil dari kelompok fauna seperti Foraminifera, Dinoflagelata, Ostracoda dan mikrofosil dari kelompok flora, seperti polen dan spora yang dihasilkan dari tumbuhan. Berdasarkan hal tersebut penulis mencoba mengkaji data berupa analisis polen dan spora yang dapat digunakan untuk petunjuk dalam menganalisis lingkungan pengendapan. Polen dan spora dikaji khusus lagi pada cabang ilmu Palinologi. Palinologi menurut Hyde dan Williams (1944) adalah studi mengenai polen dan spora dengan penyebarannya dan aplikasinya. Palinologi merupakan salah satu teknik biostratigrafi dalam korelasi fasies untuk mempelajari perlapisan daerah non marine dan lingkungan transisi. Tiap lapisan batuan dapat terdapat polen dan spora dengan ragam dan jumlah banyak sehingga diambil spesies dominan untuk menandai zonasi tiap lapisan. Penerapan analisis polen dan spora merupakan salah satu metode efektif untuk mengetahui lingkungan pengendapan suatu daerah penelitian. Polen dan spora memiliki ukuran yang kecil serta keterdapatannya yang melimpah, ini dikarenakan sifatnya yang tahan terhadap kerusakan sehingga terawetkan dalam endapan 1

sedimen di berbagai keadaaan tetapi juga mempunyai keterbatasan yaitu sangat sensitif terhadap oksidasi, suhu, dan tekanan yang tinggi. Polen yang berasal suatu area dapat digunakan dalam rekonstruksi vegetasi lokal maupun regional dengan diketahui tipe polen maka dapat diketahui jenis tumbuhannya. Tumbuhan mempunyai kepekaan terhadap perubahan kondisi ekologi. Dengan demikian, polen dapat berperan sebagai indikator lingkungan pengendapan (Barbour et al., 1999). Keterdapatan dan distribusi butiran polen dan spora pada suatu sedimen dapat digunakan untuk merekonstruksi lingkungan darat dan transisi, hal ini tidak terlepas dari kondisi lingkungan yang mampu mengawetkan polen dan spora tersebut. Salah satu media pengawetannya adalah endapan yang terbentuk di daerah rawa atau danau.. 1.2 Identifikasi Masalah Endapan hasil data bor dangkal di daerah Cihideung, Lembang, Jawa Barat merupakan endapan dengan kekayaan polen dan spora melimpah, yang turut terendapkan pada saat sedimen tersebut diendapkan. Dengan demikian permasalahan yang timbul adalah: 1. Bagaimana karakteristik endapan penyusun daerah penelitian? 2. Bagaimana karakteristik polen dan spora di daerah penelitian? 3. Apakah kumpulan polen dan spora dapat menginterpretasikan perubahan lingkungan pada waktu tertentu? 2

1.3 Tujuan Penelitian Secara rinci tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui karakteristik tanah penyusun endapan hasil data bor interval kedalaman 80 cm 18 cm pada suatu endapan di daerah Cihideung, Lembang, Jawa Barat. 2. Mengetahui karakteristik polen dan spora interval kedalaman 80 cm 18 cm pada suatu endapan di daerah Cihideung, Lembang, Jawa Barat. 3. Mengetahui lingkungan pengendapan berdasarkan analisis polen dan spora pada interval kedalaman 80 cm 18 cm hasil data bor dangkal di daerah Cihideung, Lembang, Jawa Barat. 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah: 1. Diperoleh informasi tanah penyusun endapan hasil bor dangkal pada interval kedalaman 80 cm 18 cm di daerah Cihideung, Lembang, Jawa Barat. 2. Diperoleh data vegetasi berdasarkan analisis data polen dan spora yang terkandung pada interval kedalaman 80 cm 18 cm dalam endapan di daerah Cihideung, Lembang, Jawa Barat. 3. Diperoleh informasi perubahan lingkungan pengendapan yang terjadi pada interval kedalaman 80 cm 18 cm dalam endapan di daerah Cihideung, Lembang, Jawa Barat. 3

Dari kegunaan tersebut diharapkan dapat ditelusuri indikasi adanya perubahan lingkungan pengendapan pada interval kedalaman 80 cm 18 cm dalam endapan di daerah Cihideung, Lembang, Jawa Barat untuk membantu dalam penelitian selanjutnya. 1.5 Waktu dan Lokasi Penelitian Daerah penelitian terletak di daerah Cihideung, Lembang, Jawa Barat tepatnya pada koordinat 6 0 49 14.8 LS dan 107 0 35 58 BT. daerah penelitian lokasi pengambilan sampel Gambar 1.1 Lokasi daerah penelitan 4

Daerah tersebut merupakan daerah penelitian Pusat Survei Geologi (PSG) Bandung. Penulis sudah mendapatkan sampel berupa preparat yang analisisnya dilakukan pada Mei 2011 Juli 2011 di laboratorium palinologi Pusat Survei Geologi (PSG) Bandung. 5