BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah otonomi daerah. pengambilan keputusan daerah secara lebih leluasa untuk mengelola

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1. Pendahuluan A. LATAR BELAKANG. Reformasi pada pemerintahan Indonesia mengakibatkan perubahan

Evaluasi Penerapan Pp No 71/2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual: Studi Kasus di Pemda Nganjuk

BAB I PENDAHULUAN. informasi bagi para pemakainya. Keberadaan ini membuat penulis

BAB I PENDAHULUAN. tata kelola yang baik diperlukan penguatan sistem dan kelembagaan dengan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan otonomi daerah yang dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 32

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia


BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Tanggung Jawab dan Pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintah daerah sepenuhnya dilaksanakan oleh daerah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

BAB I PENDAHULUAN. lahirnya paket undang-undang di bidang keuangan negara, yaitu undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun. transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas tentang latar belakang dari dilakukan penelitian ini,

BAB I PENDAHULUAN. satu dasar penting dalam pengambilan keputusan. Steccolini (2002;24) mengungkapkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Susilawati & Dwi Seftihani (2014) mengungkapkan bahwa perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. anggaran Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang Nomor 17. berbunyi sebagai berikut : Ketentuan mengenai pengakuan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Politik, akan tetapi dibidang keuangan negara juga terjadi, akan tetapi reformasi

BAB I PENDAHULUAN. yang sering disebut good governance. Pemerintahan yang baik ini. merupakan suatu bentuk keberhasilan dalam menjalankan tugas untuk

BAB I PENDAHULUAN. bentuk negara. Awalnya, para pendiri Negara ini percaya bentuk terbaik untuk masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata. kelola tersebut perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai wujud pertanggungjawaban daerah atas otonomi pengelolaan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. yang menyajikan laporan keuangan diharuskan memberi pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan untuk dewan komisaris, manajemen, dan personel lain dalam

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dengan seringnya pergantian penguasa di negara ini telah memicu

BABl PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan atas informasi keuangan yang informatif

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan lebih luas kepada pemerintah daerah. dana, menentukan arah, tujuan dan target penggunaan anggaran.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Frilia Dera Waliah, 2015 ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang (UU) No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah

LAPORAN KEUANGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2014 (AUDITED)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara.tata kelola pemerintahan yang baik (Good

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkannya, salah satunya dalam bidang keuangan pemerintahan. Dimana

dalam pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Sejak diberlakukannya otonomi desantralisasi mendorong perlunya perbaikan dalam pengelolaan dan

BAB I PENDAHULUAN. awalnya hanya didasarkan pada Undang-Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 23.

BAB I PENDAHULUAN. laporan pertanggungjawaban berupa Laporan Keuangan. Akuntansi sektor publik

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana tertuang dalam pasal 32 ayat (1) yang berbunyi: UU No. 17 Tahun 2003 juga mengamanatkan setiap instansi pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. pesat dengan adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintah

BAB I INTRODUKSI. Bab I dalam penelitian ini berisi tentang latar belakang, konteks riset, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk

> *\ PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN ^UL^pT)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

PEMPROV SULTRA KEMBALI RAIH PENILAIAN KEUANGAN WTP

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan single-entry. Sistem double-entry baru diterapkan pada 2005 seiring

BAB 1 PENDAHULUAN. kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah telah ditetapkan di Indonesia sebagaimana yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu wujud keberhasilan pemerintah adalah dengan mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik (Good

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.1

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 11-A TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. suatu era transparansi dan akuntabilitas. Hal itu ditandai dengan. pemberlakuan undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. transparansi pada laporan keuangan pemerintah daerah. Munculnya Undangundang

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN

ANALISIS HASIL AUDIT LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU. Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi. Tujuan dari penelitian ini

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini dituntut seluruh elemen masyarakat termasuk perusahaan baik

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB II. Tinjauan Teori dan Studi Pustaka. penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap kualitas Laporan

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi merupakan suatu aktivitas yang memiliki tujuan (purposive

BAB I PENDAHULUAN. governance) ditandai dengan diterbitkannya Undang undang Nomor 28 Tahun

Persiapan Penerapan Akuntansi Berbasis Akrual di Indonesia. Abstrak

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Setelah penulis menggali dan mengganalisis data temuan BPK RI Perwakilan

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki kualitas kinerja, transparansi dan akuntabilitas pemerintahan di

BAB I PENDAHULUAN. keuangan negara. Hal ini diindikasikan dengan telah diterbitkannya Undangundang

BAB I PENDAHULUAN 1.2. MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan Pemerintah. Peraturan Pemerintah Nomor 71

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara substansial, Undang-Undang Dasar 1945 pasal 18 menyatakan bahwa terdapat tiga lingkup pemerintahan dalam sistem pemerintahan Republik Indonesia, yaitu pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Pemerintah yang lebih luas cakupannya memberi arahan pada pemerintahan yang cakupannya lebih sempit. Undang-undang No 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang No. 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sebagai pengganti undangundang No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah dan undang-undang Nomor 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah telah menjadi tonggak perubahan sistem pemerintahan dari sentralistik menjadi desentralistik terbatas atau lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah. Otonomi Daerah adalah usaha pemberdayaan daerah dalam pengambilan keputusan daerah secara lebih leluasa untuk mengelola sumber daya yang dimiliki sesuai dengan kepentingan, prioritas dan potensi daerah sendiri. Dengan pemberian Otonomi Daerah Kabupeten dan Kota, pengelolaan keuangan sepenuhnya berada di tangan Pemerintah 1

2 Daerah. Oleh karena itu, diperlukan sistem pengelolaan keuangan daerah yang baik dalam rangka mengelola dana desentralisasi secara transparan, ekonomis, efisien, efektif dan akuntabel sebagaimana diamanatkan dalam tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance). Maka diselenggarakanlah Laporan Keuangan sebagai bentuk akuntabilitas terhadap semua transaksi yang terjadi dalam satu periode akuntansi. (Bastian dan Soepriyanto, 2003). Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam Pasal 32 mengamanatkan bahwa bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). SAP disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintah (KSAP) yang independen dan kemudian ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah yang terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan Pengawas Keuangan (BPK). SAP memiliki perbedaan penerapan basis akuntansi dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang disusun IAI. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Keuangan Negara tersebut, Pemerintah telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan yang merupakan SAP pertama yang dimiliki Indonesia sejak kemerdekaannya. Standar Akuntansi Pemerintahan dalam PP No. 24 Tahun 2005 tersebut

3 menggunakan basis kas untuk pengakuan transaksi pendapatan, belanja dan pembiayaan dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas dana. Penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 masih bersifat sementara sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang menyatakan bahwa selama pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan pengukuran berbasis kas. Pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual menurut Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dilaksanakan paling lambat 5 (lima) tahun. Oleh karena itu, Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 perlu diganti, sebab basis kas terkadang kurang sesuai dengan transaksi selain yang menggunakan kas, hal ini mengakibatkan tidak adanya pencatatan pada jurnal keuangan ketika terdapat transaksi yang sama sekali tidak mempengaruhi kas. Artinya, penyelenggaraan keuangan tidak cukup dengan basis kas, sehingga pemerintah membuat ketentuan penyelenggaraan akuntansi berbasis akrual dengan menyusun standar akuntansi dalam peraturan pemerintah pada PP No.71 Tahun 2010 yang menyatakan penyusunan standar keuangan pemerintah berbasis akrual menjadi pedoman penyajian informasi keuangan. Sesuai Lampiran II PP No. 71 Tahun 2010, penerapan SAP berbasis akrual dapat dilaksanakan secara bertahap. Pemerintah dapat

4 menerapkan SAP basis kas menuju akrual (PP No. 24 Tahun 2005) paling lama 4 (empat) tahun setelah tahun anggaran 2010 yakni pada tahun 2014. Selanjutnya, setiap entitas pelaporan baik pada pemerintah pusat maupun pemerintah daerah wajib melaksanakan SAP Berbasis Akrual. Laporan Keuangan yang dihasilkan dari penerapan SAP Berbasis Akrual dimaksudkan dapat memberi manfaat lebih baik bagi para pemangku kepentingan, baik para pengguna maupun pemeriksa Laporan Keuangan pemerintah dan sebagai pemecahan masalah standar akuntansi sebelumnya. Kerena basis akrual mengakui dan mencatat transaksi serta peristiwa lainnya pada saat kejadian keuangan terjadi atau pada perolehan. (Halim, 2007 dan Bastian, 2001). Dengan demikian, tahun 2014 dapat dikatakan sebagai tahun akhir penerapan akuntansi kas menuju akrual sekaligus tahun uji coba proses penerapan akuntansi basis akrual pada tiap pemerintah daerah, maka diharapkan seluruh entitas pelaporan telah menerapkan basis akuntansi akrual pada pelaporan keuangannya. Dalam masa-masa transisi, evaluasi penerapan PP No. 71 Tahun 2010 ini dirasa penting, sebab bagi KSAP, tahun 2014 merupakan tahun penyelesaian berbagai Buletin Teknis Akrual Paripurna sebagai landasan implementasi PP 71/2010 Akrual Paripurna awal 2015. Pada akhir tahun 2014, diramalkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) berbasis akuntansi menuju akrual bertambah dan opini WTP akan menurun untuk Laporan Keuangan yang berakhir pada periode 2015 karena hampir seluruh entitas pemerintahan dalam NKRI

5 berada dalam tahun pertama (percobaan) menggunakan basis akuntansi akrual paripurna. 1 Opini WTP merupakan salah satu opini dari empat opini auditor negara (Badan Pemeriksa Keuangan) terhadap audit Laporan Keuangan Pemerintah yang berarti auditor meyakini berdasarkan bukti-bukti audit yang dikumpulkan perusahaan/pemerintahan dianggap telah menyajikan Laporan Keuangan yang sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan tidak terdapat salah saji meterial yang mempengaruhi Laporan Keuangan secara keseluruhan. (Sugiarto dan Bagjana, 2013). Mantan Wakil Presiden Republik Indonesia Boediono dalam Rapat Kerja Nasional Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Pemerintah pada Jum at 12 September 2014 menyatakan bahwa, tidak ada jaminan Kementrian/Lembaga atau Pemerintah Daerah yang telah memperoleh opini WTP telah benar-benar terbebas dari praktek-praktek KKN. 2 Jika WTP tidak menjamin kualitas Laporan Keuangan, ketaatan penerapan SAP dalam penyusunan Laporan Keuangan dapat menjadi solusinya. Dijelaskan dalam penelitian Permana (2011) bahwa, Standar Akuntansi Pemerintahan secara signifikan berpengaruh dalam meningkatkan kualitas Laporan Keuangan. 1 Hoesada, Jan. 2014. Ramalan 2014, http://www.ksap.org/sap/ramalan-2014. Accessed: 22/10/2014 7:03 AM 2 Berita Wapres. 2014. Opini WTP Bukan Tujuan Akhir : Pembukaan Rakernas Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah, http://www.wapresri.go.id/index/preview/berita/24468. 21/11/2014 2:32PM

6 Menurut PP No. 71/2010, entitas akuntansi adalah unit pemerintahan pengguna anggaran/pengguna barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan akuntansi dan menyusun Laporan Keuangan untuk digabungkan pada entitas Pelaporan. Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi atau entitas Pelaporan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa Laporan Keuangan. Kerangka Konseptual pada Lampiran I PP No.71/2010 menyatakan bahwa, entitas Pelaporan yakni: (a) Pemerintah Pusat, (b) Pemerintah Daerah, (c) Masing-masing kementerian negara atau lembaga di lingkungan pemerintah pusat dan (d) Satuan organisasi dilingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi lainnya, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keungan wajib menyajikan laporan keungan berupa Laporan Keuangan yang bertujuan umum. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah (PSAP) No 1 menjelaskan bahwa Laporan Keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas Pelaporan selama satu periode Pelaporan. Laporan Keuangan terutama digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional pemerintahan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas Pelaporan

7 dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundangundangan. Pemerintah Daerah Kabupaten Nganjuk merupakan entitas Pelaporan yang telah menerapkan PP No 71 Tahun 2010 pada penyususnan Laporan Keuangannya dan memperoleh predikat Wajar Tanpa Pengecualian pada Laporan Keuangan Tahun Anggaran 2013 dan 2012. Namun, perolehan predikat WTP untuk Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kab. Nganjuk tampak janggal menengok beberapa kasus korupsi yang terkuak pada tahun 2013 menyeret nama pejabatpejabat pada SKPD-SKPD di Kab. Nganjuk, contohnya kasus korupsi pengadaan barang farmasi habis pakai yang dananya bersumber dari APBD 2012 senilai Rp.12,8 Milyar oleh Direktur RSUD Nganjuk dan Kepala Sub Bagian Perbendaharaan RSUD Nganjuk. 3 Padahal, Laporan Keuangan merupakan gambaran kinerja dan akuntabilitas penggunaan dan pengelolaan sumber daya ekonomis. Jika kinerja entitas Pelaporan tidak benar, otomatis Pelaporan Keuangan yang dihasilkan seharusnya juga tidak wajar. Maka perlu dilakukan evaluasi atas penerapan SAP dalam Laporan Keuangan dimana SAP merupakan kerangka konseptual Pelaporan Keuangan pemerintah untuk mengevaluasi kualitas Laporan Keuangan Kab. Nganjuk dan menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. 3 Sukadi. 2013. Direktur dan Bendahara RSUD Nganjuk Tersangka, http://anjukzone.com/index.php/hukum/1325-direktur-dan-bendahara-rsud-nganjuktersangka-dugaan-kasus-korupsi-proyek-pengadaan-barang-farmasi-habis-pakaidana-apbd-2012-rp-12-8-miliar. Accessed: 4/11/2014 11:25 AM

8 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut sehingga rumusan masalah pada penelitian ini adalah : Bagaimana perlakuan akuntansi pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Nganjuk sebagai entitas Pelaporan milik pemerintah dalam menerapkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010? C. Batasan Masalah Penelitian ini difokuskan pada Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Nganjuk yang disusun oleh Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Nganjuk. D. Tujuan dan Manfaat Tujuan dari penelian ini adalah : Untuk mengetahui kesesuaian Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kabupaten Nganjuk dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang berlaku (PP 71/2010) Manfaat a. Memberikan gambaran penyajian Laporan Keuangan entitas Pelaporan pada tingkat pemerintahan daerah dalam menerapkan SAP berbasis akrual

9 b. Sebagai rekomendasi bagi Pemerintah Daerah Kab. Nganjuk untuk dapat mempertimbangkan kesesuaian penyajian Laporan Keuangan berbasis akrual. c. Sebagai kajian atau pengembangan penelitian menganai evaluasi penerapan SAP dalam menyajikan Laporan Keuangan Pemerintahan Daerah sesuai PP No.71/2010.