KARAKTERISTIKIBU BERSALIN DENGAN EPISIOTOMI DIRUMAH BERSALIN MARGA WALUYA SURAKARTA PERIODE 1 JANUARI DESEMBER

dokumen-dokumen yang mirip
Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN :

PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan kesehatan. Indonesia merupakan angka tertinggi dibandingkan Negara Negara

HUBUNGAN PERSALINAN LAMA DENGAN KEJADIAN ATONIA UTERI DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA 2009

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN LAMANYA PELEPASAN PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RUMAH BERSALIN AL-AMIN DONOYUDAN KALIJAMBE SRAGEN

Elisa Dosen Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang ABSTRAK

SISTEM RUJUKAN BIDAN DENGAN KASUS PRE EKLAMSIA DAN EKLAMSIA DI RSU DR. SAIFUL ANWAR MALANG

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN RUPTURE PERINEUM PADA IBU BERSALIN SPONTAN

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RSIA KUMALA SIWI PECANGAAN JEPARA. Oleh :

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER DI RSUD ROKAN HULU TAHUN 2010

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI PADA IBU BERSALIN

Analisis Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Ruptur Perineum Pada Persalinan Normal Di Rsud Dr. Sam Ratulangi Tondano Kabupaten Minahasa

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI LAHIR DENGAN DERAJAT LASERASI JALAN LAHIR PADA IBU PRIMIPARA DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK

HUBUNGAN SENAM HAMIL TERHADAP LAMANYA PROSES PERSALINAN PADA IBU BERSALIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYAT KLATEN

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Robekan Jalan Lahir Pada Ibu Bersalin

HUBUNGAN GRAVIDITAS DAN RIWAYAT ABORTUS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN DI RSUD

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : RATNA NURAINI

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DAN PARITAS DENGAN RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN SPONTAN DI RSIA BUNDA ARIF PURWOKERTO TAHUN 2010

HUBUNGAN KEJADIAN PRE EKLAMSIA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT ISLAM KLATEN

HUBUNGAN UMUR, PARITAS, DAN BERAT BAYI LAHIR DENGAN KEJADIAN LASERASI PERINEUM DI BIDAN PRAKTEK SWASTA Hj. SRI WAHYUNI, S.SiT SEMARANG TAHUN 2012

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KOMPLIKASI PASSENGER PADA IBU BERSALIN DI RSUD SUNAN KALIJAGA DEMAK. Yayuk Norazizah, Ristitiati, Ummu Latifah

Yeni Yuniarti 2, Suesti 3 INTISARI

Hubungan Paritas Dengan Derajat Ruptur Perineum Pada Ibu Bersalin Normal Di Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TANDA BAHAYA PADA KEHAMILAN DI PUSKESMAS SIDOHARJO KABUPATEN SRAGEN

PARITAS DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN TAHUN Sri Handayani, Umi Rozigoh

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organizatin (WHO) dinegara berkembang, kematian maternal berkisar antara per kelahiran hidup,

PROFIL UMUR DAN PEKERJAAN IBU BERSALIN SECTIO CAESAREA YANG MEMPUNYAI RIWAYAT SECTIO CAESAREA

Cirebon, Jawa Barat, Indonesia, ABSTRAK

Hubungan antara Umur dan Paritas Ibu dengan Kejadian Retensio Plasenta Eufrasia Zau, Endang BS Akbid Griya Husada Surabaya

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DAN ANEMIA DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH SURABAYA PERIODE Lestrina *, Eny **

BAB V PEMBAHASAN. terbanyak mempunyai kelompok umur tahun yaitu sebanyak 37

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN KOMPLIKASI PERSALINAN DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : HUBUNGAN RIWAYAT PERSALINAN PADA IBU MULTIPARA DENGAN

DAFTAR PUSTAKA. APN, Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini.Jakarta: JNPK-KR.

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI LAHIR DAN PARITAS IBU DENGAN ROBEKAN PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR PADA PERSALINAN FISIOLOGIS DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM

PENELITIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN TERHADAP HASIL LUARAN JANIN. Idawati*, Mugiati*

BAB I PENDAHULUAN. hamil saat proses melahirkan adalah episiotomi. Episiotomi yaitu tindakan bedah

Ria Yulianti Triwahyuningsih Akademi Kebidanan Muhammadiyah Cirebon, Jawa Barat, Indonesia

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

BAB I PENDAHULUAN. riwayatkan dalam hadist. Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana agar penduduk Indonesia hidup dalam lingkungan yang sehat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab tingginya angka kematian ibu terutama disebabkan karena faktor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Kata Kunci: Posisi Dorsal Recumbent, Posisi litotomi, Keadaan Perineum

BAB I PENDAHULUAN. I dan II jarang terjadi perdarahan postpartum. morbiditas lainnya meliputi macam-macam infeksi dan penyakit yang

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 12, No. 2 Juni 2016 HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN LAMA PERSALINAN KALA II PADA PRIMIGRAVIDA DI PUSKESMAS

Gambaran kejadian Hipertensi Gravidarum Berdasarkan Karakteristik di Bidan Ny. Y Kelurahan Sambongpari Kecamatan Mangkubumi Kota Tasikmalaya

HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu perhatian dari World Health

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian Woman Research Institute, angka kematian ibu melahirkan

HUBUNGAN ANTARA KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI DENGAN PARTUS PREMATUR DI RUANG (VK) BERSALIN BAPELKES RSD SWADANA JOMBANG. Sri Sudarsih*) ABSTRAK

PENGARUH DERAJAT LASERASI PERINEUM TERHADAP SKALA NYERI PERINEUM PADA IBU POST PARTUM

KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MELAHIRKAN BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSU RA KARTINI JEPARA. Gunawan, Anik Sholikah, Aunur Rofiq INTISARI

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan reproduksi wanita menjadi perhatian yang perlu

HUBUNGAN ANTARA PENDAMPINGAN PERSALINAN OLEH KELUARGA DENGAN LAMANYA PERSALINAN KALA II DI BPS HJ. YUSFA F. ZUHDI GEMPOL PADING PUCUK

HUBUNGAN UMUR DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN ABORTUS INKOMPLIT DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAHARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 2012

HUBUNGAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA PERSALINAN NORMAL

GAMBARAN RESPONDEN DENGAN ROBEKAN PERINEUM DI RB PANJAWI SUKOHARJO

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN PARTUS LAMA DI RUANG KEBIDANAN RSUD IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian Woman Research Institute, angka kematian ibu melahirkan

JURNAL SKRIPSI. Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan Universitas UBudiyah Indonesia

Primigravida. Relationship With Birth Weight Normal On Labor Perineal Rupture Primigravida

USIA DENGAN KEJADIAN ABORTUS PADA IBU HAMIL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM SPONTAN DI BPM NY. NATALIA KECAMATAN GENUK KOTA SEMARANG

HUBUNGAN INDUKSI PERSALINAN DENGAN ASFIKSIA BAYI BARU LAHIR DI RSU PKU MUHAMMADIYAH DELANGGU KLATEN TAHUN Sri Wahyuni 1), Titin Riyanti 2)

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN BAYI LAHIR. Nofi Yuliyati & Novita Nurhidayati Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 5, No. 3, Oktober 2009

NYERI PERINEUM BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU POST PARTUM

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM SPONTAN DI RSUD KEBUMEN TAHUN 2013

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN STANDART PELAYANAN KEHAMILAN TERHADAP KUNJUNGAN IBU HAMIL DI PUSKESMAS GEMOLONG SRAGEN TAHUN 2011

HUBUNGAN SENAM NIFAS DENGAN PROSES INVOLUSIO UTERI DI DESA CANDIREJO

BAB 1. terutama yaitu perdarahan 28%. Sebab lain yaitu eklamsi 24%, infeksi 11%, pelayanan obstetri belum menyeluruh masyarakat dengan layanan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir

Siti Mursidah & Nurul Eko Widiyastuti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK

Analisa Faktor Ibu Bersalin Dengan Kejadian Seksio Sesarea (Di RSUD Kota Salatiga Tahun 2011) Margareta Rinjani Dosen Tetap Akbid Adila Bandar Lampung

KETUBAN PECAH DINI DI RSUD CIDERES KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2011

HUBUNGAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TAHUN 2007 dan 2008 NASKAH PUBLIKASI

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY C P 2002 DENGAN POST HPP KARENA RETENSIO PLASENTA DI RSUD dr.soegiri LAMONGAN TAHUN 2015

Sri Wahyuni, Endang Wahyuningsih ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat sensitif terhadap sentuhan dan cenderung mengalami robekan. BAK dan aktivitas seksual ibu pasca melahirkan.

HUBUNGAN SENAM HAMIL DENGAN TERJADINYA ROBEKAN PERINEUM SPONTAN DI BPM WIWIK AZIZAH SAID DESA DURIWETAN KECAMATAN MADURAN KABUPATEN LAMONGAN

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN FORMAL DENGAN KEPATUHAN IBU DALAM PEMERIKSAAN ANTENATAL CARE (ANC) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS AMPEL I BOYOLALI

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia

HUBUNGAN POSISI MENERAN DENGAN RUPTUR PERINEUM DI RB KARTINI PUTRA MEDIKA KLATEN

HUBUNGAN PARITAS DAN RIWAYAT SC DENGAN KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA IBU BERSALIN DI RSUD ABDOEL MOELOEK PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2016

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dalam pelayanan kesehatan. Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran

1. Pendahuluan. STIKES Widyagama Husada Malang

Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, Volume 6, No. 3 Oktober 2010

ISSN No Media Bina Ilmiah 29

146 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

HUBUNGAN UMUR IBU DAN LAMA PERSALINAN DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM PADA IBU PRIMIPARA DI BPS NY

ANALISIS PERBEDAAN POSISI MENERAN TERLENTANG DAN KOMBINASI TERHADAP LAMA KALA II DAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM PADA IBU BERSALIN

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PERSALINAN PREMATUR (STUDI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GEYER DAN PUSKESMAS TOROH TAHUN 2011)

BAB I PENDAHULUAN. memperlihatkan bahwa kelahiran caesar darurat menyebabkan risiko kematian

BAB I PENDAHULUAN. meliputi sebagai berikut : bayi terlalu besar, kelainan letak janin, ancaman

FAKTOR MATERNAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN BBLR

HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN SENAM HAMIL DENGAN KEMAJUAN PERSALINAN KALA 1 FASE AKTIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KAB. JOMBANG TAHUN 2013

Transkripsi:

KARAKTERISTIKIBU BERSALIN DENGAN EPISIOTOMI DIRUMAH BERSALIN MARGA WALUYA SURAKARTA PERIODE 1 JANUARI 2008-31 DESEMBER 2009 Oleh Siti Yulaikah dan Vina Jestar Novika ABSTRAK RAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN EPISIOTOMI DI RUMAH BERSALIN MARGA WALUYA SURAKARTA PERIODE 1 JANUARI 2008-31 DESEMBER 2009. Episiotomi adalah insisi perineum dan vagina unuk mencegah perobekan traumaik saat melahirkan. Tidak ada bukti yang dapat dipercaya bahwa penggunaan episiotomi yang rutin mempunyai efek yang bermanfaat, tetapi ada bukti yang jelas bahwa hal ini membahayakan, sehingga untuk melakukan episiotomi harus mengacu pada penilaian klinik yang tepat dan teknik yang paling sesuai kondisi. Tujuan penelitian ini adalah unuk mengetahui karakteristik ibu bersalin dengan episiotomi di RB Marga Waluya Surakarta berdasarkan umur dan paritas ibu. Penelitian ini menggunakan metode diskriptif dengan pendekatan retrospektif. Subyek penelitian ini adalah semua ibu besalin dengan episiotomi di RB Maga Walya Surakarta periode 1 Januari 2008-31 Desember 2009 sebanyak 34 orang (5,87%). Metode pengumpulan daa secara sekunder dengan mencatat dari rekam medik RB Waluya Surakarta. HasiU penelitian ini didapatkan ibu bersalin sebanyak 579 orang dengan episiotomi sebanyak 34 orang (5,87%). Karakterisik ibu bersalin dengan episiotomi, diketahui frekuensi tertinggi berdasarkan umur yaitu pada umur 20-35 tahun sebanyak 29 orang sedangkan frekuensi tertinggi berdasarkan paitas yaitu primipara sebanyak 22 orang. Saran bagi tenaga kesehatan, sebaiknya dalam melakukan tindakan episiotomi harus berdasarkan atas indikasi. Kata kunci : Ibu Bersalin, Episiotomi PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia masih sangat tinggi, 307 per 100.000 kelahiran hidup dengan angka tersebut Indonesia menduduki peringkat pertama AKI, di wilayah Asia Tenggara. Pada hal, target tahun 2000 adalah 225 per 100.000 kelahiran hidup (Menkes, 2009: 2).

Sebab utama kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, infeksi, eklamsi, partus lama dan komplikasi abortus. Kematian ibu akibat infeksi merupakan indikator kurang baiknya upaya pencegahan dan manajemen infeksi. Pola morbiditas maternal menggambarkan pentingnya pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terampil, karena sebagian besar komplikasi terjadi pada saat sekitar persalinan (Depkes RI, 2001 : 1-2). Perdarahan bisa terjadi pada proses persalinan dan post partum. Perdarahan post partum primer adalah semua perdarahan dalam 24 jam setelah persalinan dengan penyebab : antonia uteri, inversio uteri, trauma jalan lahir (termasuk robekan spontan maupun yang disebabkan tindakan seperti persalinan dengan alat, termasuk bedah sesar, episiotomi, dsb) (Depkes RI, 1999: 33). Episiotomi adalah insisi perineum dan vagina untuk mencegah perobekan traumatik saat melahirkan (Dorland, 2005: 752). Prinsip tindakan episiotomi adalah pencegahan kerusakan yang lebih hebat pada jaringan lunak akibat daya regang yang melebihi kapasitas adaptasi atau elastisitas jaringan tersebut (Saifuddin, 2008: 455). Alasan yang baik untuk melakukan episiotomi selama persalinan normal hingga kini dapat berupa : tanda-tanda gawat janin, kemajuan persalinan yang tidak cukup, ancaman robekan derajat tiga (Terrnasuk derajat tiga dipersalinan sebelumnya) (Subekli, 2007: 3). Dianjurkan untuk melakukan episiotomi pada primigravida atau pada wanita dengan perineum yang kaku (Wiknjosastro, 2002: 195). Episiotomi dapat menyebabkan perdarahan, sehingga jangan dilakukan terlalu dini (Saifuddin, 2002: P-17). Peran tenaga kesehatan dalam menurunkan morbiditas maternal dan perinatal dari kehamilan dan persalinan sampai dengan bayi baru lahir mempunyai posisi strategis. Dari keadaan ini bagaimana karakteristik ibu bersalin dengan episiotomi 7 Apabila dapat diketahui karakteristik ibu bersalin dengan episiotomi maka akan dapat digunakan sebagai gambaran tenaga kesehatan dalam memberi asuhan terhadap seorang ibu walaupun calon ibu khususnya. masyarakat sebagai pengguna RB Marga Waluya Surakarta dan

juga bagi petugas kesehatan yang berkecimpung dalam bidang kebidanan. Hai tersebut di atas memotivasi penulis untuk melakukan penelitian dengan judul Karakteristik Ibu Bersalin Dengan Episiotomi di RB Marga Waluya Surakarta Periode 1 Januari 2008-31 Desember 2009. 2. Rumusan Masalah Dengan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana karakteristik ibu bersalin dengan episiotomi di RB Marga Waluya Surakarta Periods 1 Januari 2008-31 Desember 2009? 3. Tujuan Penelitian 3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui karakteristik ibu bersalin dengan episiotomi di RB Marga Waluya Surakarta Periode 1 Januari 2008-31 Desember 2009. 3.2 Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui jumlah ibu bersalin di RB Marga Waluya Surakarta Periode l Januari 2008-31 Desember 2009. b. Untuk mengetahui jumlah ibu bersalin dengan tindakan episiotomi di RB Marga Waluya Surakarta Periode 1 Januari 2008-31 Desember 2009. c. Untuk mengetahui karakteristik ibu bersalin dengan episiotomi di RB Marga Waluya Surakarta Periode 1 Januari 2008-31 Desember 2009, berdasarkan umur ibu. d. Untuk mengetahui karakteristik ibu bersalin dengan episiotomi di RB Marga Waluya Surakarta Periode 1 Januari 2008-31 Desember 2009 berdasarkan paritas ibu, berdasarkan paritas ibu.

METODE PENELITIAN 1. Desain Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif (Notoatmodjo, 2005: 138). Dan menggunakan pendekatan secara retrospektif yaitu penelitian yang berusaha melihat ke belakang (backward looking), artinya pengumpulan data dimulai dari efek atau akibat yang telah terjadi, kemudian dari efek tersebut ditelusuri penyebabnya atau variabel-variabel yang mempengaruhi akibat tersebut (Notoatmodjo, 2005: 27). 2. VariabeI Penelitian Variabel adalah suatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu, misal umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit dan sebagainya (Notoatmodjo, 2002: 70). Pada penelitian ini variabel yang diambil adalah karakteristik ibu bersalin dengan episiotomi. 3. Definisi Operasional Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel diamati/diteliti, perlu sekali variabel-variabel tersebut diberi batasan atau definisi operasional. Definisi operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen (alat ukur) (Notoatmodjo, 2005: 46).

Tabel 1 Definisi Operasional Karakteristik Ibu Bersalin dengan Episiotomi Variabel Karakteristik ibu bersalin dengan episiotomi : Definisi Operasional Ciri ibu bersalin dengan episiotomi Kategori Episiotomi tanpa episiotomi Skala Nominal - Umur Usia Ibu saat bersalin yang ditentukan dalam tahun - Paritas Jumlah kelahiran yang pernah dialami ibu (berapa kali ibu melahirkan) < 20 tahun 20-35 tahun > 35 tahun Primipara (l) Multipara (2-4) Grandemultipara (>5) Ordinal Ordinal 4. Populasi dan Sampel 4.1 Populasi Menurut Machfoedz (2009) populasi penelitian adalah keseluruhan subyek penelitian. Sedangkan menurut Sugiyono (2002) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Sebagai populasi penelitian ini adalah semua ibu bersalin di RB Marga Waluya Surakarta periode 1 Januari 2008-31 Desember 2009 sebanyak 34 orang. 4.2 Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi yang dinilai/karakteristiknya kita ukur dan nantinya kita pakai untuk menduga karakteristik dari populasi (Sabri, 2008: 4). Pada penelitian ini tidak menggunakan sampel. Akan tetapi subyek penelitian yaitu diambil dari semua populasi, yaitu ibu-ibu bersalin dengan episiotomi di RB Marga Waluya Surakarta periode 1 Januari 2008-31 Desember 2009 sebanyak 34 responden.

5. Alat dan Metode Pengumpulan Data 5.1 Alat Pengumpulan Data Yang dimaksud dengan alat penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data (Notoatmodjo, 2005: 48). Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis seperti bolpoin, pensil, penggaris, buku, kalkulator dan komputer. 5.2 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah menjelaskan cara atau metode yang digunakan untuk pengumpulan data. Metode pengumpulan dapat berupa pengambilan data sekunder dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005: 47-48) Dalam penelitian ini pengumpulan data sekunder yaitu data yang didapat tidak secara langsung dari obyek penelitian. Peneliti rr.endapatkan data yang sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain (Riwidikdo, 2009: 12). Dalam penelitian ini data diperoleh dengan mencatat data dari rekam medik di RB Marga Waluya Surakarta periode 1 Januari 2008-31 Desember 2009. 6. Metode Pengolahan dan Analisa Data 6.1 Metode Pengolahan Data Metode pengolahan data pada penelitian ini adalah dengan teknik statistik untuk pengolahan data kuantitatif yaitu data yang berhubungan dengan angka-angka yang diperoleh dengan mengubah data kualitatif ke dalam data kuantitatif (Notoatmodjo, 2005: 185). Data yang diperoleh dan dikumpulkan kemudian diolah dengan tahapan sebagai berikut : a. Mengedit (Editing) Editing dimaksudkan untuk meneliti tiap daftar pertanyaan yang diisi agar menjadi lengkap, editing dilaksanakan pada saat pengambilan data, agar jika terjadi kesalahan atau kekeliruan dapat diperbaiki atau dilengkapi.

b. Pengkodean (Coding) Coding adalah usaha mengklasifikasi jawaban-jawaban yang ada menurut jenisnya, dilakukan dengan memberikan tanda pada masing-masing jawaban dengan kode berupa angka, untuk selanjutnya dimasukkan dalam table kerja untuk mempermudah pembacaan. c. Tabulasi Tabulasi adalah kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam tabel- tabel sesuai dengan kriteria. d. Mengubah data kualitatif menjadi presentase dilakukan dengan membagi frekuensi (f) dengan jumlah seluruh observasi dikalikan 100, dalam rumus matematika sebagai berikut : P f N x 100 Keterangan : P : Prosentase F : Frekuensi N : jumlah seluruh observasi (Budiarto, 2002: 37) 6.2 Analisis Data Pada penelitian ini menggunakan analisa univariate yaitu analisa yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2005: 188). Dalam penelitian ini analisa univariate dilakukan terhadap karakteristik ibu bersalin dengan episiotomi.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan melihat status pasien ibu bersalin di bagian catatan rekam medik RB Margo Waluyo Surakarta periode 1 Januari 2008-31 Desember 2009, didapatkan hasil sebagai berikut : Tabel 2 Distribusi frekuensi ibu bersalin di RB Marga Waluya Surakarta Periode 1 Januari 2008 31 Desember 2009 No. Persalinan Frekuensi Persentase 1 Episiotomi 34 5,87 2 Tanpa episiotomi 545 94,13 Sumber : Rekam Medik RB Marga Waluya Surakarta Berdasarkan tabel 2 di atas didapatkan jumlah ibu bersalin sebanyak 579 persalinan, 34 kasus (5,87%) ibu bersalin dengan episiotomi dan 545 kasus (94,13%) ibu bersalin tanpa episiotomi. Tabel 3 Distribusi frekuensi ibu bersalin dengan episiotomi Berdasarkan umur ibu di RB Marga Waluya Surakarta Periode 1 Januari 2008-31 Desember 2009 No. Umur Frekuensi Persentase 1 < 20 0 0 2 20-35 29 85.29 3 >35 5 14.71 Jumlah 34 100 Sumber : Rekam Medik RB Marga Waluya Surakarta Berdasarkan tabel 3 di atas didapatkan ibu bersalin dengan episiotomi frekuensi tertinggi pada umur 20-35 tahun yaitu sebanyak 29 orang (85,29 %) dan frekuensi terendah pada umur lebih dari 35 tahun sebanyak 5 orang (14,71%), tidak ditemukan kasus ibu bersalin dengan episiotomi pada umur kurang dari 20 tahun.

Tabel 4 Distribusi frekuensi ibu bersalin dengan episiotomi berdasarkan Paritas ibu di RB Marga Waluya Surakarta Periode 1 Januari 2008-31 Desember 2009 No. Paritas Frekuensi Persentase 1 Primipara 22 64.71 2 Multipara 9 26.47 3 Grandemultipara 3 8.82 Jumlah 34 100 Sumber : Rekam Medik RB Marga Waluya Surakarta Berdasarkan tabel 4 di atas didapatkan ibu bersalin dengan episiotcmi berdasarkan paritas, frekuensi tertinggi pada primipara yaitu sebanyak 22 orang. (64,71 %) dan frekuensi terendah pada grandemultipara sebanyak 3 orang (8,82%). 2. Pembahasan Angka kejadian ibu bersalin dengan episiotomi di RB Marga Waluya Surakarta periode 1 Januari 2008-31 Desember 2009 sebanyak 34 kasus (5,87 %) dari 579 persalinan. Pada tabel 3 menunjukkan bahwa dari 34 kasus ibu bersalin dengan episiotomi frekuensi tertinggi pada kelompok umur 21-35 tahun yaitu 29 kasus (85,29%) dan terendah pada kelompok umur kurang dari 35 tahun sebanyak 5 kasus (14,71), tidak didapatkan kasus ibu bersalin dengan episiotomi pada umur kurang dari 20 tahun. Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Propinsi Jawa Tengah (2002), saat yang terbaik untuk melangsungkan perkawinan bagi wanita adalah setelah usia 20 tahun. Berdasarkan hasil penelitian, usia wanita yang paling baik untuk melahirkan adalah usia 20-30 tahun. Sedangkan melahirkan pada usia muda (usia di bawah 20 tahun), dapat menimbulkan akibat buruk bagi kesehatan ibu dan anak yang dilahirkan, karena kesehatan bayi sangat dipengaruhi usia ibu pada waktu melahirkan. Banyak penelitian telah membuktikan, bahwa ibu yang melahirkan di bawah usia 20 tahun, mendatangkan resiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu

yang melahirkan pada umur 20-30 tahun. Menurut Rochjati (2003), ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih, dimana pada usia tersebut terjadi perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. Bahaya yang dapat terjadi pada kelompok ini antara lain persalinan tidak lancar/macet dan perdarahan setelah bayi lahir. Hal ini ditegaskan dengan pendapat Oxorn (2003) yang menyebutkan bahwa salah satu indikasi dilakukannya episiotomi yaitu adanya halangan kemajuan persalinan akibat perineum kaku. Perineum yang tebal atau mempunyai jaringan parut akan memperlambat kala dua (Farrer, 1999: 159). Belum dapat dijelaskan mengapa ibu bersalin dengan episiotomi banyak terjadi pada kelompok umur 20-35 tahun. Hal ini dimungkinkan bahwa wanita sekitar umur 20-35 tahun mempunyai anggapan pada umur tersebut merupakan waktu yang tepat untuk hamil dan mereka berfikir pada wanita hamil umur 20-35 tahun mempunyai resiko kehamilan yang sedikit. Pada tabel 4 menunjukkan bahwa dari 34 kasus ibu bersalin dengan episiotomi, frekuensi tertinggi dialami pada wanita dengan paritas pertama (primipara) yaitu sebanyak 22 kasus (64,71%), multipara 9 kasus (26,47%), dan yang terendah pada grandemultipara yaitu sebanyak 3 kasus (8,82%). Sarwono (2000) mengemukakan bahwa pada primipara perineum elastis, sedang pada multipara tidak utuh, longgar dan lembek. Indikasi episiotomi ditinjau dari ibu yaitu apabila terjadi peregangan perineum pada persalinan akan diikuti dengan terjadinya peregangan perineum yang lebih besar lagi pada kasus tertentu, misalnya primipara, persalinan sungsang, persalinan dengan cunam, ekstrasi vakum, dan anak besar. Menurut Manuaba (1998), indikasi episiotomi hampir pada semua primigravida, multigravida dengan perineum kaku, pada persalinan prematur atau letak sungsang, dan pada persalinan dengan tindakan pervaginam. Sedangkan menurut Mansjoer (2000) mengemukakan bahwa episiotomi biasanya dikerjakan pada hampir semua primipara atau perempuan dengan perineum kaku.

Subekti (2003) berpendapat bahwa robekan perineal sering kali terjadi, khususnya pada wanita primipara. Di Amerika Serikat, episiotomi dilakukan pada 50-90 % wanita yang melahirkan anak pertamanya, sehingga membuat episiotomi sebagai prosedur pembedahan rutin di negara tersebut. Tidak ada bukti yang dapat dipercaya bahwa penggunaan episiotomi yang rutin mempunyai efek yang bermanfaat, tetapi ada bukti yang jelas bahwa hal ini membahayakan. Menurut Sarwono (2008), tidak dianjurkan untuk melakukan episiotomi secara rutin karena mengacu pada pengalaman dan bukti-bukti ilmiah yang dikemukakan oleh beberapa pakar dan klinisi, ternyata tidak terdapat bukti bermakna tentang manfaat episiotomi rutin. Dari hasil penelitian terdapat kesesuaian antara teori yang menjelaskan bahwa episiotomi sering terjadi pada primipara, tetapi belum dapat dijelaskan mengapa terdapat kasus ibu bersalin dengan episiotomi pada multipara dan grandemultipara. Hasil penelitian didapatkan ibu bersalin dengan episiotomi pada multipara sebanyak 11 orang (26,47 %) dan pada grandemultipara sebanyak 3 orang (8,82 %). Hal itu dimungkinkan bahwa tindakan episiotomi dilakukan pada multipara dan grandemultipara berdasarkan atas indikasi episiotomi selain dari segi paritas misalnya adanya persalinan dengan tindakan pervaginam, persalinan pada ibu dengan perineum kaku untuk mengelakkan robekan yang tidak teratur, bisa juga dari faktor fetal seperti bayi prematur, bayi-bayi besar, bayi dengan posisi abnormal, dan lain-lain, dimana kasuskasus tesebut sering dijumpai pada ibu bersalin. Penulis tidak bisa menjelaskan secara terperinci mengenai faktor-faktor apa saja yang menyebabkan ibu bersalin dengan episiotomi pada multipara dan grandemultipara sehubungan dengan keterbatasan peneliti dalam mengambil data sekunder. Dalam penelitian ini mempunyai keterbatasan yang bersumber dalam subyek penelitian yang menggunakan data sekunder berasal dari rekam medik KB Marga Waluya Surakarta sehingga Penulis tidak bisa menjelaskan secara terperinci mengenai faktor-faktor apa saja yang menyebabkan ibu bersalin

dengan episiotomi selain dari umur dan paritas sehubungan dengan keterbatasan peneliti dalam mengambil data sekunder. Keterbatasan kemampuan peneliti dalam melakukan pengumpulan data berpengaruh terhadap hasil informasi yang tepat dan benar dari subyek maupun data yang terdapat di lokasi penelitian. Peneliti hanya mengetahui karakteristik ibu bersalin dengan episiotomi dari segi umur dan paritas. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka penulis dapat memperoleh kesimpulan bahwa : a. Jumlah ibu bersalin di RB Marga Waluya Surakarta periode 1 Januari 2008-31 Desember 2009 sebanyak 579 persalinan. b. Jumlah ibu bersalin dengan episiotomi di RB Marga Waluya Surakarta periode 1 Januari 2008-31 Desember 2009 sebanyak 34 orang (5,87%) dari 579 persalinan. c. Karakteristik ibu bersalin dengan episiotomi berdasarkan umur ibu tertinggi pada umur 20-35 tahun sebanyak 29 orang (85,91%) d. Karakteristik ibu bersalin dengan episiotomi berdasarkan paritas, frekuensi tertinggi pada primipara sebanyak 22 orang (64,71%). 2. Saran Berdasarkan kesimpulan di atas maka sebagai upaya atau mempertahankan kualitas pelayanan yang diberikan, ada beberapa saran sebagai berikut. 2.1 Untuk Masyarakat a. Bagi ibu hamil supaya mengikuti senam hamil yang bermanfaat dalam proses persalinan terutama untuk menghindari komplikasi jalan lahir.

b. Bagi ibu bersalin supaya proses persalinannya ditolong oleh tenaga kesehatan di sarana kesehatan. 2.2 Untuk Pelayanan Kesehatan a. Rumah bersalin diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam memberikan pelayanan optimal terhadap kasus ibu bersalin dengan episiotomi agar keselamatan ibu dan janin terjamin. b. Bagi tenaga kesehatan, dalam melakukan tindakan episiotomi harus berdasarkan atas indikasi episiotomi tersebut untuk mencegah terjadinya komplikasi pada intrapartum. 2.3 Bagi Penelitian Selanjutnya Sebagai bahan pertimbangan penelitian dan pengembangan kasus episiotomi selanjutnya yang dimungkinkan dengan penambahan variabel atau cakupan supaya diperluas meliputi waktu, lokasi, populasi atau sampel, dan desain penelitian. DAFTARPUSTAKA Affandi, B. 2009. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR/POGI. BKKBN Propinsi Jawa Tengah. 2000. Buku Pedoman Keseharian Reproduksi Remaja (KRR). Semarang: IBRD Loan. Budiarto, 2002. Biostatistika Untuk Kedokteran Dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. Depkes RI. 1999. Perdarahan Post Partum. Jakarta: Depkes RI.. 2001. Rencana Strategi Nasional Making Pregnancy Sater (MDS) di Indonesia. 2001-2010. Jakarta: Depkes RI. Dorland. 2005. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC. Farrer, H. 1999. Perawatan Maternitas. Jakarta: EGC. Machfoedz, I. 2009. Statistika Induktif. Yogyakarta: Fitramaya. Mansjoer, A, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, edisi ketiga, jilid 1. Jakarta: Media Aesculapius.

Manuaba, IBG. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC. Menkes. 2009. http://wwvv.itjen.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle &sid=2707&ite mid=2. 4 April 2009 Jam 13.10. Mochtar, R. 1998. Sinopsis Obstetri, jilid 1. Jakarta: EGC. Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Oxorn, II.2003. Ilmu Kebidanan Patologi dan Fisiologi Persalinan. Jakarta: Yayasan Essentia Medica. Riwidikdo. 2009. Statistika Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press. Rochjati, P. 2003. Skrining Antenatal pada Ibu Hamil. Surabaya: Airlangga University Press. Sabri, L. 2008. Statistika Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Saifuddin, AB, dkk. 2008. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: YBP., dkk.2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: JNPKKR-POGI.YBP. Subekti, NB.2003. Perawatan dalam Kelahiran Normal. Jakarta: EGC. Sugiyono. 2008. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Wiknjosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta: YBP.