BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Air Conditioning (AC) adalah suatu mesin pendingin sebagai sistem pengkondisi

Penerapan Evaporative Cooling Untuk Peningkatan Kinerja Mesin Pengkondisian Udara Tipe Terpisah (AC Split)

Penggunaan Thermal Energy Storage sebagai Penyejuk Udara Ruangan dan Pemanas Air pada Residential Air Conditioning Hibrida

PERFORMANSI SISTEM REFRIGERASI HIBRIDA PERANGKAT PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON SUBSITUSI R-22

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage

BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

Azridjal Aziz (1) Hanif (2) ABSTRAK

Recovery Energi pada Residential Air Conditioning Hibrida sebagai Pemanas Air dan Penyejuk Udara yang Ramah Lingkungan

ANALISIS KINERJA AIR CONDITIONING SEKALIGUS SEBAGAI WATER HEATER (ACWH)

Azridjal Aziz (1), Hanif (2) ABSTRACT

PERFORMANSI RESIDENTIAL AIR CONDITIONING HIBRIDA DENGAN STANDBY MODE MENGGUNAKAN REFRIGERAN HCR-22 UNTUK PENDINGIN DAN PEMANAS RUANGAN

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 6. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

LAPORAN PENELITIAN. Oleh : Azridjal Aziz, ST. MT. NIP Ir. Herisiswanto, MT. NIP

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Azridjal Aziz, ST. MT. NIP

PENGARUH BEBAN PENDINGIN TERHADAP TEMPERATUR SISTEM PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP DENGAN PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY

LAPORAN TAHUNAN. Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi. Tahun ke 1 dari rencana 2 tahun. Oleh :

PENGGUNAAN ENCAPSULATED ICE THERMAL ENERGY STORAGE

LAPORAN PENELITIAN. Oleh :

Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293, Indonesia 2 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV METODE PENELITIAN

PENGARUH PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY (TIPE HELICAL COIL, TROMBONE COIL DAN MULTI HELICAL COIL) TERHADAP TEMPERATUR RUANGAN DAN TEMPERATUR AIR PANAS

PENGGUNAAN ENCAPSULATED ICE THERMAL ENERGY STORAGE

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

PENGARUH PENGGUNAAN KATUP EKSPANSI JENIS KAPILER DAN TERMOSTATIK TERHADAP TEKANAN DAN TEMPERATUR PADA MESIN PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP HIBRIDA

KINERJA AIR CONDITONING HIBRIDA PADA LAJU ALIRAN AIR BERBEDA DENGAN KONDENSOR DUMMY TIPE HELICAL COIL (1/4", 6,7 m) SEBAGAI WATER HEATER

TEMPERATUR SISTEM RESIDENTIAL AIR CONDITIONING HIBRIDA PADA PROSES CHARGING DAN DISCHARGING DENGAN THERMAL ENERGY STORAGE

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

Komparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Rangkaian Alat Uji Dan Cara Kerja Sistem Refrigerasi Tanpa CES (Full Sistem) Heri Kiswanto / Page 39

POTENSI PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA KONDENSOR AC SENTRAL UNTUK PEMANAS AIR HEMAT ENERGI

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng

Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

LAPORAN PENELITIAN. Oleh : Azridjal Aziz, ST. MT. NIP Ir. Herisiswanto, MT. NIP Dibiayai oleh :

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu:

UNJUK KERJA MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP PADA BEBERAPA VARIASI SUPERHEATING DAN SUBCOOLING

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

Ahmad Farid* dan Moh. Edi.S. Iman Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pancasakti Tegal Jl. Halmahera km 1, Tegal *

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Blood Bank Cabinet

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER

APLIKASI MODUL EVAPORATIVE COOLING AKTIF PADA AC SPLIT 1 PK

BAB I PENDAHULUAN. Sistem refrigerasi telah memainkan peran penting dalam kehidupan

PEMANFAATAN PANAS DI PIPA TEKANAN TINGGI PADA MESIN PENDINGIN (AC)

BAB II LANDASAN TEORI

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN PEMBUAT ES BALOK KAPASITAS 2 TON PERHARI UNTUK MENGAWETKAN IKAN NELAYAN DI PANTAI MEULABOH ACEH

HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

ROTASI Volume 7 Nomor 3 Juli

PERFORMANSI MODULAR CHILLER KAPASITAS 120 TR

BAB IV HASIL DAN ANALISA

Pengaruh Laju Aliran Air terhadap Performansi Mesin Pengkondisian Udara Hibrida dengan Kondensor Dummy Tipe Multi Helical Coil sebagai Water Heater

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

SISTEM PENGKONDISIAN UDARA (AC)

Pemanfaatan Air Kondensat Untuk Meningkatkan Unjuk Kerja Dan Efisiensi AC Split

LAJU PENDINGINAN AIR DENGAN ICE ON COIL PADA MESIN PENDINGIN TYPE CHILLER UNTUK COLD STORAGE

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG MESIN AC SPLIT 2 PK. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Strata Satu ( S-1 ) Teknik Mesin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT 1 PK

BAB II LANDASAN TEORI

Pengaruh Debit Udara Kondenser terhadap Kinerja Mesin Tata Udara dengan Refrigeran R410a

ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP MENGGUNAKAN R22 DAN R134a DENGAN KAPASITAS KOMPRESOR 1 PK

MUSICOOL HYDROCARBON REFRIGERANT OVERVIEW

Transkripsi:

State of the art penelitian BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA Mesin refrigerasi Siklus Kompresi Uap Standar (SKU) pada adalah salah satu jenis mesin konversi energi, dimana sejumlah energi dibutuhkan untuk menghasilkan efek pendinginan. Efek pendinginan dapat diperoleh di evaporator karena refrigeran (fluida kerja) di evaporator yang berada pada temperatur dan tekanan yang rendah akan menyerap panas dalam ruangan yang bertemperatur lebih tinggi dari evaporator (indoor). Refrigeran ini selanjutnya akan berada dalam fasa uap seluruhnya (evaporasi) dan selanjutnya diisap (suction) masuk ke dalam kompresor dan kerja kompresi dari kompresor menyebabkan temperatur dan tekanannya naik lebih tinggi. Refrigeran ini kemudian masuk ke kondensor dan membuang panas tadi ke udara luar (outdoor) yang bertemperatur lebih rendah sehingga refrigeran seluruhnya akan berada dalam fasa cair (kondensasi). Refrigeran cair ini kemudian akan masuk ke katup ekspansi sehingga temperatur dan tekanannya kembali turun lebih rendah, dan selanjutnya kembali akan menyerap panas ruangan (indoor) yang temperaturnya lebih tinggi, sehingga refrigeran tesebut menjadi fasa uap seluruhnya. Proses ini akan terjadi berulang terus-menerus (siklus refrigerasi), proses pendinginan (penyerapan panas) di evaporator dan proses pembuangan panas (proses pemanasan) di kondensor, sehingga kenyamanan termal yang diinginkan tercapai. a Heat Recovery System (HRS) region (a - 2s) Evaporativ e Cooling region (3 - a) Gambar 1. Model Siklus Kompresi Uap (Moran et al., 2011) Siklus Kompresi Uap (SKU) standar, seperti tampak pada Gambar 1, memiliki empat komponen utama yaitu kompresor, kondensor, katup ekspansi dan evaporator. Dari Gambar 1. diatas tampak bahwa temperatur refrigeran yang keluar dari kompresor masih sangat 13

tinggi, refrigeran bertemperatur tinggi ini sangat ideal untuk dimanfaatkan sebagai Heat Recovery System (HRS) pada daerah a-2s dengan menempatkan kondensor dummy sebelum kondensor utama untuk kebutuhan air panas. Pada kondensor utama ditempatkan sebuah modul Evaporative Cooling (EC) pada daerah 3-a. Air dingin untuk kebutuhan EC diperoleh dari air kondensat yang diperoleh dari proses penyerapan kalor di evaporator (indoor), dari uap air dari udara ruangan yang mengalami pengembunan/kondensasi di evaporator (seperti segelas air es yang dinding gelas bagian luar basah oleh uap air yang mengembun di sekitar gelas yang termperaturnya lebih rendah dari temperatur ruangan). Proses EC sederhana dapat dilihat pada Gambar 2. Penambahan EC pada kondensor utama dapat meningkatkan kinerja RAC ( K. R. Aglawe, M. S. Matey and N. P. Gudadhe, 2013) Gambar 2. Proses Evaporative Cooling sederhana (diadaptasi dari Mu azu Musa, 2008) Menurut Chainarong Chaktranond and Peachrakha Doungsong (2010) apabila temperatur pada kondensor (outdoor) naik 1 ºC, Coefficient of Performance (COP) dari AC akan turun sekitar 3%. Pada saat temperatur kondenser berada di atas 45º C untuk waktu yang lama, maka AC akan mati secara otomatis akibat tekanan berlebih di kondenser, yang mengakibatkan overheating protector bekerja (on). Hal ini akan menyebabkan COP turun artinya konsumsi listrik untuk menggerakkan kompresor akan naik. Sehingga untuk mengatasi masalah ini maka udara yang akan mendinginkan kondensor perlu diturunkan temperaturnya dengan Evaporative Cooling (EC), sehingga temperatur dan tekanan kondensor turun dan COP akan menjadi lebih baik. E.Hajidavallo (2007), Vrachopoulos (2007), Hu dan Huang (2005) telah menggunakan EC dengan media pad maupun menggunakan water sprayer untuk mengkondisikan udara yang akan melewati kondensor untuk AC Window (tipe jendela) dan AC industri maupun AC Central. Penggunaaan EC 14

dapat menurunkan temperatur dan tekanan kondensor secara berarti sehingga akan meningkatkan efisiensi energi RAC. Usaha lain dalam peningkatan efisiensi pemakaian energi dilakukan dengan cara memanfaatkan kembali (recovery) energi yang selama ini dibiarkan terbuang pada suatu mesin konversi. Salah satu alasan paling umum digunakan dalam usaha memodifikasi mesin refrigerasi adalah menghasilkan mesin refrigerasi yang lebih hemat energi. (M. Rahman et al., 2007, Jie Ji. et al, 2003, Jie Ji., and Gang Pei et al., 2005). Berbagai usaha telah dilakukan untuk mengembangkan suatu sistem yang menggunakan prinsip refrigerasi dan pompa panas dalam satu mesin. Pada mesin terpadu ini efek pendinginan dan efek pemanasan dapat dihasilkan dan dimanfaatkan secara bersamaan, sehingga penghematan energi buang mesin menjadi lebih tinggi. Efek pemanasan merupakan jumlah kalor yang diserap sebagai efek pendinginan di ruangan yang dikondisikan ditambah dengan kerja yang diberikan ke kompresor agar mesin dapat berfungsi dengan baik. Mesin terpadu dengan fungsi ganda ini dikenal dengan mesin refrigerasi hibrida, karena mesin refrigerasi paling banyak beroperasi dengan siklus kompesi uap, maka mesin ini disebut mesin refrigerasi siklus kompresi uap hibrida. (Jongmin Choi et al, 2007, Aziz, Azridjal, 2004) Pemanfaatkan evaporator dan kondensor tersebut secara bersamaan, tentu akan terjadi perubahan atau gangguan pada siklus keseluruhan, sehingga perlu dilakukan pengujian pada instalasi yang sebenarnya untuk mendapatkan kondisi optimal kerja mesin. Permasalahan yang akan diteliti adalah pada penggunaan HRS di kondensor dummy sebagai pemanas air. HRS pada kondensor dummy akan dipasang setelah sisi keluar kompresor bertujuan menjaga kestabilan mesin refrigerasi sehingga mesin dapat berfungsi dengan baik untuk memenuhi hukum keseimbangan termodinamika (Jose M. Corbera n et al, 2008, Arif Hepbasli., and Yildiz Kalinci., 2009, Arora, CP, 2001). Refrigeran yang paling banyak digunakan adalah refrigeran halokarbon (halogenated refrigerant) salah satunya adalah jenis HCFC-22 (Hydrochlorofluorocarbon) atau R-22 (Agarwal, Radhey S, 1997). Namun dari hasil penelitian, refrigeran halokarbon R-22 menunjukkan sifat yang dapat merusak lapisan ozon dan berpotensi besar terhadap 15

peningkatan efek pemanasan global, sehingga penggunaan refrigeran tersebut dicanangkan untuk dihapuskan produksi dan pemakaiannya. (Pasek, A.D.,Tandian, N.P., Adriansyah W., 2004). Salah satu refrigeran alternatif pengganti refrigeran halokarbon R-22 adalah refrigeran hidrokarbon (hydrocarbon referigerant). Beberapa kelebihan yang dimiliki refrigeran hidrokarbon subsitusi R-22 yaitu dapat digunakan sebagai pengganti langsung (drop in substitute) tanpa penggantian komponen, ramah lingkungan (tidak merusak lapisan ozon), pemakaian refrigeran lebih sedikit, hemat energi, dan memenuhi standar internasional (Pasek, A.D.,Tandian, N.P., 2000). Studi pendahuluan yang telah dan akan dilaksanakan Penelitian pendahuluan telah dilakukan sebelumnya melalui berbagai hibah penelitian seperti disajikan pada peta jalan penelitian Gambar 2. Pada penelitian SPP/SPP UNRI, penelitian Dosen Muda dan penelitian HEDS/SDPF telah dilakukan perancangan dan pembuatan mesin refrigerasi Siklus Kompresi Uap Hibrida. Dari hasil rancangan tersebut telah diperoleh ukuran utama mesin refrigerasi hibrida yaitu: panjang pipa evaporator 20,69 m, diameter pipa 3/8 inci, luas permukaan total 0,6175 m 2, koefisien konveksi rata-rata 172,7496 W/(m 2. 0 C) dan panjang pipa kondensor 21,74 m, luas permukaan total 0,6489 m 2, koefisien konveksi rata-rata 236,469 W/(m 2. 0 C). Panjang pipa kapiler 1,65 m dengan diameter 1,7mm. Kompresor yang digunakan berdaya 1 HP. (Aziz, Azridjal, 2004,2005, 2008) Hasil pengujian dari penelitian sebelumnya, menyimpulkan bahwa penggunaan massa refrigeran hidrokarbon HCR22 pada mesin refrigerasi hibrida lebih hemat 57,78 % dibanding penggunaan refrigeran halokarbon R22, karena refrigeran HCR22 mempunyai kalor laten yang lebih tinggi dibanding refrigeran R22. Hal tersebut juga menghasilkan penghematan daya listrik kompresor sebesar 25,12%. (Aziz, Azridjal, 2010) Laju pendinginan dan laju pemanasan dengan refrigeran HCR22 dibandingkan terhadap refrigeran R22, lebih cepat 33,33%. Kinerja/performansi dengan refrigeran HCR22 terhadap refrigeran R22, rata-rata meningkat yaitu : COP naik sekitar 38,93 %, PF naik 22,25 %, dan TP naik 29,12 %. (Aziz, Azridjal, 2009) Pada penelitian Andalan untuk Pengembangan Mesin Pengkondisian Udara Siklus Kompresi Uap Hemat Energi menggunakan Ice on Coil Thermal Energy Storage dengan Refrigeran 16

Hidrokarbon HCR22, penggunaan chiller berbasis mesin pendingin kompresi uap menggunakan refrigeran hidrokarbon yang ramah lingkungan dan dikombinasikan dengan penggunaan Ice on coil Thermal Energy Storage di bangunan rumah yang menggunakan lebih dari 1 AC split dapat menghemat penggunaan energi listrik (Energy Efficient). Pada pengoperasian sistem kompresi uap (siklus primer) dengan pendinginan air didapatkan temperatur air 0 o C disertai terbentuknya es pada pipa evaporator setebal lebih kurang 1 cm. Siklus primer beroperasi menggunakan refrigeran hidrokarbon HCR22 dengan daya kompresor 0,62 kw selama 1 jam. Kemudian sistem kompresi uap dimatikan dan digunakan sistem thermal storage dengan ice on coil (sistem chiller/siklus sekunder) untuk mengkondisikan ruangan. Beda temperatur rata-rata antara koil pendingin dengan temperatur ruang pendingin berkisar 3-5 o C. Penggunaan tangki air dingin kapasitas 45 liter sebagai thermal energy storage dengan temperatur awal 0 o C pada kondisi ice on coil dapat mempertahankan ruang dingin pada temperatur 24 o C selama 120 menit. Pada sistem thermal storage fungsi kompresor digantikan oleh pompa dimana daya pompa lebih kecil sekitar 17% dibanding daya kompresor, sehingga terjadi penghematan energi yang cukup berarti. Apalagi penggunaan refrigeran hidrokarbon pada siklus primer juga dapat menghemat energi listrik sampai 20%. Massa refrigeran hidrokarbon HCR22 yang digunakan pada sistem adalah sebesar 440 gram pada COP 2,221 dengan daya kompresor 0,526 kw. Terjadi penghematan waktu pendinginan selama 20 menit antara proses Charging dan proses DisCharging, dengan penghematan daya listrik untuk operasional sistem 0,6 kw. Pada proses Charging, terjadi pemanfaatan panas buang kondensor untuk keperluan pemanasan (energy efficient) dan pada proses konvensional selama proses pendinginan berlangsung. Penambahan koil pemanas dummy menjaga kestabilan kerja sistem pada pemanfaatan panas buang untuk keperluan pemanasan. Penerapan sistem ice storage untuk keperluan pendinginan di rumah tangga memungkinkan untuk dilakukan, namun terjadi biaya awal investasi yang lebih besar dibanding sistem AC split. Pada penelitian hibah strategis nasional untuk pengembangan RAC dengan encapsulated ice thermal storage, massa refrigeran hidrokarbon HCR22 yang digunakan pada sistem adalah sebesar 440 gram pada COP 2,221 dengan daya kompresor 0,526 kw. Terjadi penghematan 17

waktu pendinginan selama 20 menit antara proses Charging dan proses DisCharging, dengan penghematan daya listrik untuk operasional sistem 0,6 kw. Pada proses Charging terjadi pemanfaatan panas buang kondensor untuk keperluan pemanasan (energy efficient) selama proses pendinginan berlangsung. Penambahan koil pemanas dummy menjaga kestabilan kerja sistem pada pemanfaatan panas buang untuk keperluan pemanasan. Penerapan sistem ice storage untuk keperluan pendinginan di rumah tangga memungkinkan untuk dilakukan, namun biaya awal investasi lebih besar dibanding sistem AC split. Pada penelitian hibah strategis nasional untuk pengembangan RAC dengan encapsulated ice thermal storage, massa refrigeran hidrokarbon HCR22 yang digunakan pada sistem adalah sebesar 440 gram pada COP 2,221 dengan daya kompresor 0,526 kw. Terjadi penghematan waktu pendinginan selama 20 menit antara proses Charging dan proses DisCharging, dengan penghematan daya listrik untuk operasional sistem 0,6 kw. Pada proses Charging terjadi pemanfaatan panas buang kondensor untuk keperluan pemanasan (energy efficient) selama proses pendinginan berlangsung. Penambahan koil pemanas dummy menjaga kestabilan kerja sistem pada pemanfaatan panas buang untuk keperluan pemanasan. Penerapan sistem ice storage untuk keperluan pendinginan di rumah tangga memungkinkan untuk dilakukan, namun terjadi biaya awal investasi yang lebih besar dibanding sistem AC split. Pada penelitian BOPTN 2013 (PUPT), dilakukan pengembangan RAC hibrida hemat energi menggunakan kondensor dummy sebagai water heater. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kondensor dummy pada RAC hibrida sebagai recovery energi untuk menghasilkan air panas dan sekaligus memberikan ruang yang nyaman, pengaruhnya tidak begitu berarti pada sistem RAC. Recovery energi dari penambahan kondensor dummy, pada RAC hibrida, setelah pengoperasian selama 120 menit terjadi kenaikkan temperatur air dari 30,29 o C menjadi 50,42 o C, sedangkan ada pengoperasian 120 menit kedua temperatur naik dari 50,42 o C menjadi 56,11 o C. Pada pengoperasian 120 menit ketiga setelah 60 menit pengoperasian, beda temperatur tangki sisi atau sisi bahwah cendrung tetap pada 7 o C. Temperatur ruangan dapat dijaga pada temperatur 22 o C baik pada kondisi 1, kondisi 2, kondisi 3, dan kondisi 4. Tidak terlihat perbedaan yang berarti pada temperatur dan tekanan sistem, dengan penambahan kondensor dummy. Tidak terdapat penghematan energi kompresor yang berarti akibat penambahan kondensor dummy. Besarnya manfaat recovery energi untuk pemanasan air, untuk kondisi aktual pada keadaan stedi adalah 1,2 kw atau 1,8 18

kali daya yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem pendingin, jika dihitung secara teoritis, besarnya adalah 0,65 kali daya yang dibutuhkan untuk menjalankan sistem pendingin. hasil yang telah dicapai adalah pemanfaatan panas dari refrigeran bertemperatur dan bertekanan tinggi yang keluar dari kompresor di kondensor dummy, sehingga temperatur dan tekanannya saat masuk ke kondensor utama lebih rendah, diharapkan nantinya akan terjadi penghematan energi listrik untuk menggerakkan kompresor. Hasil yang telah dicapai pada penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh berarti dengan penambahan kondensor dummy terhadap kinerja SKU, temperatur ruangan dijaga pada temperatur 22 o C. Kebaruan dalam penelitian dilakukan dengan penggunaan Evaporative Cooling (EC) di kondensor utama dan penambahan HRS pada kondensor dummy. Pada penggunaan EC sumber air pendingin berasal dari air kondensat dari evaporator. Dengan penggunaan EC temperatur udara yang akan mendinginkan kondensor lebih rendah dari temperatur lingkungan sekitar, sehingga proses pendinginan akan lebih baik (Sirelkhatim K. Abbouda dan Emad A. Almuhanna, 2012). Temperatur udara masuk yang lebih rendah ini akan menurunkan temperatur dan tekanan kondensor, sehingga akan mempengaruhi kinerja kompresor. Hasil penelitian yang dilakukan K. R. Aglawe, M. S. Matey dan N. P. Gudadhe (2013) dengan sumber air untuk EC dari tangki air, menunjukkan bahwa penggunaan EC di kondensor akan menurunkan temperatur dan tekanan sistem serta lebih hemat energi listrik. 19