BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan tingkat keberagaman yang tinggi. Baik keberagaman hayati

dokumen-dokumen yang mirip
TRIANI WIDYANTI, 2014 PELESTARIAN NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL DALAM MENJAGA KETAHANAN PANGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuvenalis Anggi Aditya, 2013

BAB I PENDAHULUAN. besar di dalam suatu ekosistem. Hutan mampu menghasilkan oksigen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan (palawija), merupakan makanan pokok bagi masyarakat. total pendapatan domestik bruto (id.wikipedia.org).

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Cisolok Kabupaten Sukabumi Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. positif, istirahat dan rekreasi yang cukup (Rusilanti, 2007).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140), yang disebut lingkungan hidup

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terkenal akan kekayaannya, baik itu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. (1968) disebut sebagai tragedi barang milik bersama. Menurutnya, barang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ruang aktivitas manusia dan budayanya tidak bisa lepas dari atmosfir, biosfir,

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut menjadi isu yang sangat penting untuk

30% Pertanian 0% TAHUN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan (sustainabel development) merupakan alternatif pembangunan yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

diarahkan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat

Perkembangan m-krpl Di Kabupaten Dompu Dan Dukungan Penyuluh Pertanian Lapangan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Simalungun, Pakpak, Mandailing, dan Angkola. Masyarakat tersebut pada

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. petani ikan dan sebagainya. Menurut Loekman (1993:3) Besarnya fungsi sektor pertanian bagi masyarakat Indonesia tentu saja harus

Menengok kesuksesan Rehabilitasi Hutan di Hutan Organik Megamendung Bogor Melalui Pola Agroforestry

PENYELENGGARAAN PENGELOLAAN PENGETAHUAN TRADISIONAL & EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL. Dra. Dewi Indrawati MA 1

I. PENDAHULUAN. dianggap sebagai sumber kehidupan dan lapangan kerja, maka pertanian

BAB I PENDAHULUAN tentang Kehutanan, hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gamping Kabupaten Sleman ini dilakukan terhadap 117 orang responden yang

TINJAUAN PUSTAKA. Hubungan Masyarakat Lokal dengan Kearifan Lokal. Kearifan lokal dapat dipahami sebagai usaha manusia dengan

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN

TINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam/bertani, sehingga

STUDI EKONOMI PEMANFAATAN LAHAN PEKARANGAN MELALUI PENERAPAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (M-KRPL) DI KOTA BENGKULU ABSTRAK PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. tersebut membuat orang lebih berpikir maju dan berwawasan tinggi. Pendidikan. majunya teknologi informasi dalam dunia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pencaharian sebagai petani. Hal ini ditunjang dari banyaknya lahan kosong yang

SCHOOL GARDEN AJARKAN ANAK CINTA MAKAN SAYUR

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik serta ciri khas masyarakatnya berdasarkan etnografisnya. Perbedaanperbedaan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Etika lingkungan dapat diartikan sebagai dasar moralitas yang memberikan pedoman bagi individu atau masyarakat dalam berperilaku atau memilih

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan, dan dari kebiasaan itu yang nantinya akan menjadi kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. mendukung statusnya sebagai negara agraris, dengan sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Berdasarkan

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor unggulan dalam perekonomian Indonesia, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan faktor-faktor alam yang satu dengan yang lainnya. Kabupaten Simalungun memiliki 4 daerah kecamatan yang wilayahnya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosialbudaya,

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

LOKAL GENIUS DALAM KAJIAN MANAJEMEN Oleh Drs. I Made Madiarsa, M.M.A. 6

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan

BAB IV KARAKTERISTIK RESPONDEN DAN SISTEM PERTANIAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia hingga saat ini masih tergolong negara yang sedang berkembang dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang

MENUJU POLA PENGUASAAN TANAH YANG MERATA DAN ADIL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Keputusan Menteri Negara Riset dan Teknologi Republik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2015 PENANAMAN NILAI-NILAI KESUND AAN MELALUI PROGRAM TUJUH POE ATIKAN ISTIMEWA D I LINGKUNGAN SEKOLAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era teknologi tinggi, penggunaan alat-alat pertanian dengan mesin-mesin

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurshopia Agustina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. pertanian ini dikenal dengan istilah shifting cultivation yang sudah lama dikenal

PENDAHULUAN. peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan sosial, pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia yang mempunyai ribuan pulau dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mahluk hidup memiliki hak hidup yang perlu menghargai dan memandang

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaannya diserahkan hukum adat (Pasal 1 UU No.41 tahun 1999). Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. negara Indonesia mendapat julukan sebagai Macan Asia dan keberhasilan

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan suatu sistem nilai yang berlaku dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara yang sangat mendukung untuk pengembangan agribisnis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam

POTENSI PERTANIAN PEKARANGAN*

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. plasma nutfah serta fungsi sosial budaya bagi masyarakat di sekitarnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

II. TinjauanPustaka A. Definisi Sasi

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. dengan hikmah yang amat besar, semuanya tidak ada yang sia-sia dalam ciptaan-

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (2007) Indonesia memiliki kawasan mangrove yang terluas

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Danau Tempe. seluruh wilayah perairan dan berlangsung sepanjang tahun.

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. memiliki aksesibilitas yang baik sehingga mudah dijangkau dan terhubung dengan

BAB I PENDAHULUAN. ilmu sosial yang sangat penting. Masyarakat atau komunitas desa yang syarat

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Sumber : Pusdatin dan BPS diolah, *) angka sementara.

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan lingkungan yang ada pada saat ini. Dalam kaitannya dengan

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

BAB I PENDAHULUAN. Sutisna, 2015 TENGKULAK DAN PETANI Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan tingkat keberagaman yang tinggi. Baik keberagaman hayati (biodiversity) maupun keberagaman tradisi (culture diversity). Dari keberagaman tersebut memunculkan pengetahuan local dalam interaksinya dengan lingkungan. Pengetahuan local ini antara satu daerah dengan daerah lainnya berbeda, tergantung pada tradisi dan keanekaragaman hayati yang ada didaerah tersebut. Pengetahuan lokal yang dimiliki masyarakat dalam hal lingkungan merupakan warisan tradisi hasil dari interaksi manusia dengan lingkungan. Pengetahuan lokal apabila digali dan dikembangkan bisa dijadikan acuan bagi manusia modern dalam mengelola alam secara berkelanjutan. Pengetahuan lokal yang dimiliki masyarakat bukan merupakan sesuatu yang ada dengan sendirinya, tetapi merupakan akumulasi dari pengalaman hidup dalam interaksinya dengan lingkungan dan pendukung kebudayaan yang lainnya. Dalam kedinamisan dan perubahan yang terjadi adakalanya pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat tidak cukup dapat beradaptasi. Perubahan pengetahuan dan tradisi juga bias terjadi karena adanya arus modernisasi dan globalisasi. Turnbull (2002) mengemukakan bahwa adanya perubahan radikal dimasyarakat akibat adanya pengaruh dari modernisasi dan globalisasi. Pengetahuan tentang alam dan fenomena alam tetap menjadi panduan bagi masyarakat untuk melakukan aktivitas. Bagi masyarakat local, mengetahui fenomena alam merupakan suatu keharusan untuk meraih hasil yang maksimal. Tanpa pengetahuan tentang lingkungan dan fenomena alam aktivitas mereka akan sia-sia tanpa makna. Pada dasarnya pemahaman terhadap lingkungan alam sekitarnya merupakan suatu upaya untuk mempertahankan hidup dan mengembangkan keturunannya Cara-cara pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam yang dilakukan oleh masyarakat memang perlu dikaji dengan harapan dapat memaksimalkan pengelolaan sumberdaya alam itu dan sekaligus menghindari kerusakan sumberdaya alam yang ada. Perlu diakui, masyarakat lokal dalam mengelola sumberdaya alam mempunyai kearifan sendiri dan yang diperlukan adalah mengawasi atau mengarahkan serta membina jangan sampai merusak. 1

2 Aturan-aturan atau norma-norma itu disebut kearifan lokal karena mengatur tentang keseimbangan alam atau ekosistem dan menjadi sistem pengetahuan bagi masyarakat pendukung kebudayaan tersebut. Adanya bentuk-bentuk kearifan lokal tersebut terbukti mampu menyangga kelestarian alam sebagai suatu bentuk ekosistem dan sekaligus menyangga layanan sosio-ekologis alam untuk kebutuhan seluruh makhluk hidup. Dengan pranata sosial yang bersahabat dengan alam, kearifan lokal tumbuh di tengah-tengah masyarakat memiliki peranan yang sangat memadai didalam melakukan rehabilitasi dan pemeliharan terhadap kelestarian lingkungan. Suhartini (2009) mengemukakan bahwa kearifan lokal merupakan suatu bentuk kearifan lingkungan yang ada dalam kehidupan bermasyarakat di suatu tempat atau daerah. Kearifan lokal merupakan tatanilai atau perilaku hidup masyarakat lokal dalam berinteraksi dengan lingkungan secara arif. Kearifan lokal adalah semua bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan di dalam komunitas ekologis. Adalah suatu realitas bahwa sebagian masyarakat masih memiliki kearifan tradisional (tradisional wisdom) dalam mengelola sumber daya alam, sistem lokal ini berbeda satu sama lain, sesuai dengan kondisi sosial budaya dan tipe ekosistem setempat. Mereka umumnya memiliki sistem pengetahuan dalam mengelola sumber daya lokal yang diwariskan dan ditumbuh kembangkan terus menerus secara turun temurun. Keanekaragaman pola-pola adaptasi terhadap lingkungan hidup yang ada dalam masyarakat Indonesia yang diwariskan secara turun temurun menjadi pedoman dalam memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungannya yang diketahui sebagai kearifan lokal suatu masyarakat, dan melalui kearifan lokal ini masyarakat mampu bertahan menghadapi berbagai krisis yang menimpanya. Maka dari itu kearifan lokal penting untuk dikaji dan dilestarikan dalam suatu masyarakat guna menjaga keseimbangan dengan lingkungannya dan sekaligus dapat melestarikan lingkungannya. Sebagaimana dipahami, dalam beradaptasi dengan lingkungan, masyarakat memperoleh dan mengembangkan suatu kearifan yang berwujud pengetahuan atau ide, norma adat, nilai budaya, aktivitas, dan peralatan sebagai hasil abstraksi

3 mengelola lingkungan. Seringkali pengetahuan mereka tentang lingkungan setempat dijadikan pedoman yang akurat dalam mengembangkan kehidupan di lingkungan pemukimannya. Keanekaragaman pola-pola adaptasi terhadap lingkungan hidup yang ada dalam masyarakat Indonesia yang diwariskan secara turun temurun menjadi pedoman dalam memanfaatkan sumberdaya alam. Kesadaran masyarakat untuk melestarikan lingkungan dapat ditumbuhkan secara efektif melalui pendekatan kebudayaan. Jika kesadaran tersebut dapat ditingkatkan, maka hal itu akan menjadi kekuatan yang sangat besar dalam pengelolaan lingkungan. Dalam pendekatan kebudayaan ini, penguatan modal sosial, seperti pranata sosial budaya, kearifan lokal, dan norma-norma yang terkait dengan pelestarian lingkungan hidup penting menjadi basis yang utama. Hasil penelitian Mulyati Rahayu, Mohammad Fathi Royyani dan Rugayah (2009) mengemukakan bahwa Pengetahuan local etnis Wawonii, walaupun telah mengalami banyak perubahan dan juga memiliki banyak keterbatasan, namun menyimpan kearifan antara lain berupa pengetahuan local tentang satuan lingkungan dan juga pemanfaatan tetumbuhan sebagai pemenuhan kebutuhan sehari-harinya. Masuknya budaya modern tidak menutup kemungkinan dapat mengikis pengetahuan lokal masyarakat dalam pola penggunaan lahan perladangan secara tradisional dan ramah lingkungan. Adimihardja (2008) mengemukakan bahwa sistem pengetahuan lokal harus dipahami mencakup berbagai bentuk kreativitas intelektual masyarakat tertentu yang merupakan respon berkelanjutan dan kontemporer secara individual dan sosial terhadap lingkungannya. Sistem pengetahuan dan teknologi lokal ini memberikan gambaran kepada kita mengenai kearifan tradisi masyarakat dalam mendayagunakan sumberdaya alam dan sosial secara bijaksana yang mengacu pada keseimbangan dan kelestarian lingkungan. Demikian halnya dalam pemanfaatan lahan perladangan untuk usaha pertanian di Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang terlihat banyak pengetahuan lokal yang berkembang sebagai kearifan dari masyarakatnya dalam mendayagunakan sumberdaya lahan. Upaya mempertahankan kelangsungan hidupnya petani di lahan perladangan tetap berupaya memahami dan memanfaatkan

4 lingkungan lahan perladangan yang mereka geluti. Struktur mata pencaharian masyarakat adalah lebih didominasi oleh petani lahan kering. Tanaman sayuran yang menjadi komoditi masyarakat di Kabupaten Karo adalah kol, tomat, cabai, kentang, wortel serta tanaman jenis lainnya, demikian juga untuk Kabupaten Deli Serdang seperti sawi, kacang panjang, terong, cabai, timun, kangkung, bayam dan sebagainya. Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang merupakan daerah yang memiliki adat, kebudayaan dan kearifan lokal. Sistem yang digunakan dalam pengelolaan dan pemanfaatan petani lahan kering sangat sederhana dan alami. Kenyataan bahwa sistem dan pola tanam yang dilakukan mampu bertahan. Pola dan sistem pertanian yang dilakukan masyarakat di Kabupaten Karo dan masyarakat di Kabupaten Deli Serdang dalam pengelolaan pertanian lahan kering dalam rangka menjaga kesuburan tanah sehingga mampu bertahan tanpa menimbulkan dan meninggalkan kerusakan yang berarti terhadap lahan yang diolah. Dapat mengakibatkan perbedaan pemahaman dan perlakuan mereka terhadap lahan perladangan di masing-masing kabupaten ini. Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang adalah daerah yang memiliki adat, kebudayaan dan kearifan lokal dalam setiap kegiatan perladangan yang dilakukan oleh petani tradisional yang telah mentradisi secara turun temurun. Dominasi dan tingkat keberhasilan petani dalam mensuplai produk sayuran dilakukan dengan cara dan metode bercocok tanam berasaskan kearifan lokal yang dimiliki, dengan kata lain selama ini masyarakat di Kabupaten Karo dan masyarakat di Kabupaten Deliserdang mengolah lahan sampai sekarang masih mampu bertahan dalam mengolah lahan dan bercocok tanam untuk satu atau lebih suatu komoditas, lahan yang digunakan dan diolah masih mampu memberikan kemanfaatan dan kegunaannya sebagai tubuh alami untuk bercocok tanam satu atau lebih suatu komoditas dengan pola yang sama dan hasil yang hampir sama pula. Hal ini membuktikan bahwa terdapat pola atau sistem bercocok tanam yang arif yang digunakan sebagai panduan yang mana didalamnya tersirat bahwa fungsi tanah sebagai sumber mata pencaharian harus tetap dijaga kelestariannya sehingga keberlanjutan dari fungsi tersebut masih dapat di peroleh. Sistem yang digunakan dalam pengelolaan dan pemanfaatan lahan sangat sederhana dan alami. Kenyataan

5 bahwa sistem dan pola tanam yang dilakukan mampu bertahan dan terdapat suatu yang lain dari sistem yang pernah ada dan dilakukan. Hal tersebut menginspirasi untuk melakukan suatu kajian deskripsi bagaimana sebenarnya pengetahuan lingkungan dan sikap terhadap pola pemupukan, pergiliran tanaman dan kebersihan ladang berbasis kearifan lokal pada anak-anak petani di Kabupaten Karo Dan Kabupaten Deliserdang. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latarbelakang masalah, dapat diidentifikasi beberapa masalah yang berkaitan dengan kearifan lokal pada petani di Kabupaten Karo dan petani di Kabupaten Deli Serdang yaitu : 1. Terdapat perbedaan pengetahuan lingkungan masayarakat (petani dan anakanak petani) di kabupaten Karo dan Deli Serdang dalam hal bertani. 2. Terdapat perbedaan pola pemupukan, pergiliran tanaman dan kebersihan ladang pada masyarakat (petani dan anak-anak petani) di Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang. 1.3. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini batasan masalah yang akan diteliti adalah analisis pengetahuan lingkungan berbasis kearifan lokal pada pola pemupukan, pergiliran tanaman dan kebersihan ladang masyarakat di Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang. 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Adakah pengaruh lokasi lahan pertanian terhadap tingkat pengetahuan lingkungan pertanian masyarakat di Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang? 2. Adakah pengaruh status masyarakat (petani, siswa SMA, siswa SMP, siswa SD) terhadap tingkat pengetahuan lingkungan pertanian di Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang?

6 3. Bagaimanakah interaksi antara lokasi lahan pertanian dan status masyarakat (petani, siswa SMA, siswa SMP, siswa SD) terhadap pengetahuan lingkungan pertanian masyarakat? 4. Apakah ada perbedaan pergiliran tanaman, pemupukan, kebersihan ladang pada masyarakat di Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang? 5. Berasal dari manakah sumber pengetahuan lingkungan berbasis kearifan lokal pada pemupukan, pergiliran tanaman dan kebersihan ladang masyarakat di Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang? 1.5. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh lokasi lahan pertanian terhadap tingkat pengetahuan lingkungan pertanian masyarakat di Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang. 2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh status masyarakat (petani, siswa SMA, siswa SMP, siswa SD) terhadap tingkat pengetahuan lingkungan pertanian masyarakat di Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang. 3. Untuk mengetahui interaksi antara lokasi lahan pertanian dan status masyarakat (petani, siswa SMA, siswa SMP, siswa SD) terhadap pengetahuan lingkungan pertanian masyarakat. 4. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pergiliran tanaman, jenis pupuk, kebersihan ladang pada masyarakat di Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang. 5. Untuk mengetahui sumber pengetahuan masyarakat tentang pengetahuan lingkungan berbasis kearifan lokal pada pola pemupukan, pergiliran tanaman dan kebersihan ladang masyarakat di Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang.

7 1.6. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Secara Teoritis. Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat dan sebagai masukan informasi empirik yang menguatkan tentang pengetahuan lingkungan berbasis kearifan lokal pada pola pemupukan, pergiliran tanaman dan kebersihan ladang masyarakat di Kabupaten Karo dan Kabupaten Deli Serdang. 2. Manfaat Secara Praktis. Untuk memberikan sumbangan pemikiran kepada pemerintah di kabupaten, kecamatan, kelurahan, desa dan peneliti-peneliti lain dalam rangka meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pewarisan pengetahuan lingkungan berbasis kearifan lokal pada pola pemupukan, pergiliran tanaman dan kebersihan ladang pada masyarakat.