16 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian di lapang dilakukan sejak dari bulan Mei sampai dengan Agustus 2009. Lokasi penelitian terletak di kebun percobaan pertanian organik Permata Hati Farm, Desa Tugu Utara, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor yang berada pada ketinggian sekitar 984 m di atas permukaan laut. Tanahnya adalah Inceptisol dan tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah tomat dan kailan. Analisis kimia tanah dan tanaman dilakukan di Laboratorium Balai Penelitian Tanah (Balittanah) Bogor, dari bulan Mei sampai November 2009. Tata letak dari petak percobaan disajikan pada (Gambar 1) berikut ini. U U 1 m K 1 m KP S 0,3 m F1 AP F2 AT 0,5 m 0,3 m KT KS F3 F4 III 1 m F1 1 m F2 1 m K KP KS F4 AP 0,5 m KT AT F3 II 0,3 m KP K 1 m KT AT 1 m F2 F1 I KS AP 0,5 m F4 F3 Gambar 1. Tata Letak Petak Percobaan
17 3.2. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan di lapang adalah bibit kailan, bibit tomat. Untuk memenuhi kebutuhan hara tanaman digunakan beberapa bahan organik seperti pupuk kandang ayam, pupuk kandang kambing, hijauan Tithonia, kompos kirinyuh, dan kompos sisa tanaman penutup tanah yaitu kacang tanah. Untuk meningkatkan kandungan hara, bahan organik dikombinasikan dan diperkaya dengan dolomit dan fosfat alam. Dalam penelitian ini dicobakan 10 perlakuan beberapa bahan/pupuk organik dengan kombinasi berbeda dan setiap perlakuan diulang 3 kali. Adapun bahan/pupuk organik pada setiap perlakuan disajikan pada (Tabel 1), sedangkan dosis perlakuan disajikan pada (Tabel 2). Tabel 1. Perlakuan yang Digunakan dalam Penelitian No. Kode Perlakuan 1 F1 2 F2 3 F3 4 F4 5 AT Kotoran ayam becampur dengan sekam* diperkaya kompos Tithonia + fosfat alam + dolomit Kotoran kambing + abu sekam diperkaya kompos Tithonia + fosfat alam + dolomit Kotoran ayam becampur dengan sekam* diperkaya kompos Kirinyuh + fosfat alam + dolomit Kotoran kambing + abu sekam diperkaya kompos Kirinyuh + fosfat alam + dolomit Kotoran ayam becampur dengan sekam * + hijauan Tithonia + kompos sisa tanaman 6 KT Kotoran kambing + abu sekam + hijauan Tithonia + kompos sisa tanaman 7 KS Kotoran kambing + abu sekam + kompos sisa tanaman 8 AP Kotoran ayam becampur dengan sekam * 9 KP Kotoran kambing + abu sekam 10 K Kontrol, tanpa dipupuk * Kotoran ayam bercampur dengan sekam padi sebagai alas
18 Tabel 2. Perlakuan dan Dosis Pada Petak Percobaan Kode Perlakuan Kotoran ayam* Kotoran kambing + abu sekam Kompos Tithonia Kompos Kirinyuh Hijauan Tithonia Kompos sisa tan. P- alam Dolomit kg/petak F1 3,5-1,5 - - - 0,05 0,05 F2-3,5 1,5 - - - 0,05 0,05 F3 3,5 - - 1,5 - - 0,05 0,05 F4-3,5-1,5 - - 0,05 0,05 AT 5 - - - 1 1 - - KT - 5 - - 1 1 - - KS - 5 - - - 1 - - AP 25 - - - - - - - KP - 25 - - - - - - K - - - - - - - - * Kotoran ayam bercampur dengan sekam padi sebagai alas Alat yang digunakan kantong plastik, karung plastik, pelepah pisang untuk pembibitan dan plastik yang berfungsi sebagai naungan untuk pengomposan. Selain itu, peralatan untuk tanam menggunakan alat-alat seperti cangkul, sekop, sendok, perangkap hama, ajir, tali rafia, palang perlakuan, dan peralatan pasca panen seperti timbangan, kantong plastik, spidol, ember untuk mencampur/mengaduk tanah komposit, dan bak kontainer untuk menaruh hasil panen, serta komputer dan alat tulis seperti kertas dan tinta untuk mengolah data produksi dan hasil analisis kimia tanah dan tanaman.
19 3.3. Metode 3.3.1. Pengomposan Pupuk Kandang, Tithonia, dan Kirinyu Kegiatan pengomposan kotoran dilakukan di lapang dalam bak kayu berukuran panjang 100 cm, tinggi 50 cm dan lebar 50 cm. Dalam pengomposan ini pupuk kandang, kotoran ayam bercampur dengan sekam padi yang digunakan sebagai alas, sedangkan kotoran kambing ditambah abu sekam, masing-masing dimasukkan ke dalam bak kayu dan diinkubasi selama 14 hari untuk kotoran kambing ditambah abu sekam dan 21 hari untuk kotoran ayam bercampur dengan sekam sampai kompos matang. Selama masa pengomposan, secara rutin dilakukan pembalikan setiap seminggu sekali agar aerasi cukup. Sebelum diaplikasikan ke lapang, kompos ditambahkan dengan fosfat alam dan dolomit sesuai dengan perlakuan, yaitu sebesar 1% dari dosis pupuk kandang ayam maupun kambing. Tanaman Tithonia diversifolia dan kirinyu digunakan karena mudah diperoleh, di sekitar areal kebun lokasi penelitian sebagai tanaman pagar. Sebelum pengomposan baik Tithonia, kirinyu dan kacang tanah terlebih dahulu diptongpotong dengan ukuran kurang lebih lima sampai sepuluh sentimeter, ditumpuk pada wadah/tempat secara terpisah kemudian disiram dengan air dan kemudian ditutup dengan plastik dan diinkubasi selama dua hari. Setiap seminggu sekali kompos dibalik. Pada hari ke-21 kompos telah matang dengan ciri-ciri warna kompos lebih hitam, struktur kompos lebih remah, dan tidak berbau. Adapun bentuk tanaman Tithonia diversifolia, dan kirinyu atau Chromolaena odorata yang telah matang terlihat sama. 3.3.2. Persiapan Contoh Pengambilan contoh tanah untuk analisis sifat kimia dilakukan saat sebelum tanam untuk mengetahui kesuburan tanah dan contoh tanah saat umur tanaman 30 hari setelah tanam (HST) contoh tanah diambil, secara komposit dari lima titik pada setiap petak dengan kedalaman 0-. Selanjutnya tanah dicampur secara merata dan diambil sebanyak 1 kg. Proses berikutnya contoh tanah komposit dikeringanginkan dan dianalisis sifat kimia. Analisis sifat kimia tanah setelah perlakuan (30 HST) yaitu N-total Tanah, P dan K potensial (ekstrak HCl 25%), P-
20 tersedia (Olsen), K dapat ditukar (K-dd). Adapun, analisis sifat kimia tanaman yaitu N, P, dan K total. 3.3.3. Pelaksanaan di Lapang Penyemaian benih sebelum tanam, benih terlebih dahulu disemaikan pada suatu tempat atau seedbed yang terbuat dari pelepah pisang. Media penyemaian menggunakan campuran tanah dan kompos kotoran ayam yang telah diperkaya dengan fosfat alam dan dolomit dengan perbandingan 1:1. Pada saat umur bibit di persemaian berumur 21 hari, pemindahan bibit ke lapang dilakukan sewaktu bibit berumur 1 bulan atau daunnya telah berjumlah 4 helai. Lahan yang siap ditanam sebelumnya telah ditanami tanaman penutup tanah yaitu kacang tanah selama dua bulan dan sisa tanamannya digunakan sebagai bahan tambahan untuk pupuk yang disesuaikan dengan perlakuan. Bibit kailan dan tomat ditanam secara tumpangsari pada petak ukuran 1m x 10m sebanyak 30 petak. Jarak tanam tomat (60cm x 50cm), sedangkan jarak tanam kailan (20cm x 20cm) ditanam diantara 2 baris tanaman tomat. Populasi tomat per petak sebanyak 40 tanaman, sedangkan populasi kailan per petak sebanyak 100 tanaman. Pada pinggiran petak ditanami rumput sebagai penahan. Untuk mengantisipasi tanaman terserang hama dan penyakit adalah dengan menanam tanaman perangkap hama seperti kemangi, kenikir, Tephrosia di sekitar petakan, selain itu, bila terjadi serangan hama penyakit tanaman (HPT) secara manual yang dapat dilakukan antara lain dengan menangkap langsung (hand picking), membuang bagian tanaman yang terserang penyakit. Pemasangan ajir dilakukan pada tanaman tomat pada batang dan cabang agar tidak rebah. Penyiraman tanaman dilakukan sesuai kebutuhan tanaman dengan air yang berasal dari mata air dari dalam tanah setempat yang bebas kontaminasi.
21 1 m 60 cm Gambar 2. Tata Letak Tumpangsari Tanaman Tomat dan Kailan Keterangan: Tomat (jarak tanam : 60 x 50 cm) Kailan (ditanam diantara 2 baris tanaman tomat, jarak tanam 20 x ) Pengamatan terhadap keragaan pertumbuhan tanaman kailan dan tomat dilakukan setiap dua minggu, dipilih lima tanaman contoh di setiap bedeng perlakuan, yaitu dua tanaman pada baris di depan, satu tanaman di baris bagian tengah, dan dua tanaman di bagian baris belakang. Pengukuran terhadap tinggi tanaman kailan dilakukan saat umur 21 HST dan pengamatan berikutnya pada saat umur 35 HST. Pengukuran tinggi tanaman tomat yang berumur lebih panjang dari tanaman kailan dilakukan saat umur 21 hari setelah tanam (HST), dan pengukuran dua minggu berikutnya dilakukan pada umur 35 HST, 49 HST, 63 HST, 77 HST, 91 HST, dan 105 HST. Tanaman kailan sudah dapat dipanen pada umur 21 hari setelah tanam. Sedangkan tanaman tomat berumur lebih panjang sehingga mulai dapat dipanen pada umur 90 hari dari mulai benih disemai atau 3 bulan. Buah, daun, batang, dan akar dipisahkan kemudian dibersihkan dan dicuci dengan air dan ditimbang berat basah untuk kemudian ditimbang produksinya. Selain itu untuk mengetahui adanya serapan hara N, P, dan K diperoleh dari bobot kering dan kandungan hara tanaman yang berasal dari hasil panen. 3.3.4. Penetapan Sifat Kimia Tanah dan Tanaman Penetapan sifat kimia tanah dan tanaman, cara kerja serta rumus perhitungan kadar hara hasil pengukuran berdasarkan petunjuk teknis analisis kimia tanah (Balittanah, 2005). 50 cm Metode yang digunakan untuk analisis tanah adalah N-total menggunakan pembangkit warna indofenol biru. Penetapan P dan K potensial tanah
22 menggunakan ekstrak HCl 25%. Penetapan P tersedia tanah sebelum perlakuan menggunakan metode Bray 1 (ph <5,5), sedangkan penetapan P tersedia setelah perlakuan menggunakan metode Olsen (ph >5,5). Penetapan K-dd tanah menggunakan ekstrak Amonium asetat (NH 4 OAc ph 7,0). Metode yang digunakan untuk analisis tanaman adalah N, P, dan K total tanaman dengan cara Pengabuan Basah menggunakan campuran asam pekat HNO 3 dan HClO 4. 3.4. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan sepuluh perlakuan dan tiga kali ulangan. Data pengamatan diolah dengan analisis analisis ragam dan untuk mengetahui beda antar dua perlakuan dilakuan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) 5%. Model matematika percobaan tersebut adalah sebagai berikut : Y ij = µ + τ i + β j + ε ij Keterangan : Y ijk = Pengaruh serapan hara pada tanaman tomat dan kailan akibat pengaruh τ ke-i dan β ke-j µ = Nilai tengah umum τ i = Pengaruh perlakuan ke-i (1,2,3,4,5,6,7,8,9,10) β j = Pengaruh kelompok ke-j (1,2,3) ε ij = Galat