BAB II TINJAUAN TEORITIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. ini berada di lereng Gunung Merbabu di ketinggian 1307 meter

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja

DINAMIKA PSIKOLOGIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENIKAH DINI

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut

BAB I PENDAHULUAN. penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penting yang akan dihadapi oleh manusia dalam perjalanan kehidupannya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja dikenal sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan segi biologis, sosiologis dan teologis.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. remaja awal/early adolescence (10-13 tahun), remaja menengah/middle

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. remaja putri berusia <20 tahun. Kehamilan tersebut dapat disebabkan oleh karena

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

Policy Brief Determinan Kehamilan Remaja di Indonesia (Analisis SDKI 2012) Oleh: Nanda Wahyudhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada masa transisi yang terjadi di kalangan masyarakat, secara khusus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beragam suku dan sebagian besar suku yang menghuni kabupaten Merangin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa

BAB I PENDAHULUAN. muda). Diantaranya adalah keguguran,persalinan premature, BBLR, kelainan

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

Gambaran konsep pacaran, Nindyastuti Erika Pratiwi, FPsi UI, Pendahuluan

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN oleh: Dr. Lismadiana,M.Pd

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama penyimpangan perilaku seks bebas. Di zaman modern ini banyak sekali

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja. Menurut Havighurst (dalam Syaodih : 161) mengatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi perbaikan perilaku emosional. Kematangan emosi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Tugas pokok remaja adalah mempersiapkan diri memasuki masa dewasa (Larson dkk, 2002 dalam Santrock, 2007). Definisi remaja (adolescence) menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) tahun 2007 adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun. Sedangkan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menyebut kaum muda (youth) untuk usia antara 15 sampai 24 tahun. Sementara itu, menurut The Health Resources and Services Administrations Guidelines Amerika Serikat, rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun); remaja menengah (15-17 tahun) dan remaja akhir (18-21 tahun). Menurut Kusmiran (2014), definisi remaja sendiri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu : 1. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun sampai 20-21 tahun; 8

9 2. Secara fisik, remaja ditandai oleh ciri perubahan pada penampilan fisik dan fungsi fisiologis, terutama yang terkait dengan kelenjar seksual; 3. Secara psikologis, remaja merupakan masa dimana individu mengalami perubahan perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral, diantara masa anak-anak menuju masa dewasa. Gunarsa (1978) dalam Kusmiran (2014), mengungkapkan bahwa masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanakkanak ke masa dewasa, yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Masa remaja adalah masa yang penting dalam perjalanan kehidupan manusia. Golongan umur ini penting karena menjadi jembatan antara masa kanak-kanak yang bebas menuju masa dewasa yang menuntut tanggung jawab (Kusmiran, 2014). 2.1.2 Tugas Perkembangan Remaja Terdapat dua konsep perkembangan remaja, yaitu nature dan nurture. Bawaan (nature) merujuk pada warisan biologis organisme, sedangkan pengasuhan (nurture) merujuk pada pengalaman lingkungan (Santrock, 2007). Menurut Havighurst (1998) dalam Kusmiran (2014), ada tugas-tugas yang harus diselesaikan dengan

10 baik pada setiap periode perkembangan. Tugas perkembangan adalah hal-hal yang harus dipenuhi atau dilakukan oleh remaja dan dipengaruhi oleh harapan sosial. Deskripsi tugas perkembangan berisi harapan lingkungan yang merupakan tuntutan bagi remaja dalam bertingkah laku. Adapun tugas perkembangan pada remaja adalah sebagai berikut : 1. Menerima keadaan dan penampilan diri, serta menggunakan tubuhnya secara efektif. 2. Belajar berperan sesuai dengan jenis kelamin (sebagai laki-laki dan perempuan). 3. Mencapai relasi yang baru dan lebih matang dengan teman sebaya, baik sejenis maupun lawan jenis. 4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab. 5. Mencapai kemandirian secara emosional terhadap orangtua dan orang dewasa lainnya. 6. Mempersiapkan karier dan kemandirian secara ekonomi. 7. Menyiapkan diri (fisik dan psikis) dalam menghadapi pernikahan dan kehidupan keluarga.

11 8. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan intelektual untuk hidup bermasyarakat dan untuk masa depan (dalam bidang pendidikan atau pekerjaan). 9. Mencapai nilai-nilai kedewasaan. Periode remaja ini adalah periode penting di dalam pertumbuhan manusia mengingat banyaknya proses pertumbuhan yang dapat terganggu oleh beberapa hal, salah satunya adalah pernikahan dini (early marriage) (BKKBN, 2012). 2.2 Faktor Penyebab dan Dampak dari Pernikahan Dini 2.2.1 Pengertian Pernikahan Dini Terdapat beberapa pengertian pernikahan dini menurut para ahli, antara lain menurut Riyadi (2009), pernikahan dini adalah perkawinan yang para pihaknya masih sangat muda dan belum memenuhi persyaratan-persyaratan yang telah ditentukan dalam melakukan perkawinan. Selanjutnya menurut Ahmad (2009), pernikahan dini adalah pernikahan yang masih rawan dan belum stabil, tingkat kemandiriannya masih rendah serta menyebabkan banyak terjadinya kekerasan dalam rumah tangga dan perceraian.

12 2.2.2 Faktor Penyebab Pernikahan Dini 1. Keinginan diri sendiri Cinta dan komitmen merupakan dasar utama pasangan untuk menikah. Banyak pasangan yang melangsungkan pernikahan karena memiliki kecocokan dan kesamaan minat. Selain itu, keadaan siap secara mental untuk menikah akan membawa pasangan untuk menikah sesegera mungkin (Dariyo, 2003). Selain itu, Sanderowitz dan Paxman (1985) dalam Sarwono (2003) menyebutkan bahwa pernikahan dini juga sering terjadi karena remaja berfikir secara emosional untuk melakukan pernikahan, mereka berfikir telah saling mencintai dan siap untuk menikah. Remaja yang cenderung memiliki rasa ingin tahu memungkinkan remaja terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Maka dari itu, ketakutan untuk terjerumus ke dalam pergaulan bebas dianggap mampu dihindari dengan menikah di usia remaja. Sesuai dengan pernyataan Surjandi (2002), remaja mengalami perubahan organ biologis sehingga remaja memiliki sifat selalu ingin tahu dan cenderung mencoba hal-hal baru. 2. Ekonomi Pernikahan usia dini terjadi karena keadaan keluarga yang hidup di garis kemiskinan, untuk meringankan beban orang tuanya

13 maka anak wanitanya dikawinkan dengan orang yang dianggap mampu (Puspitasari, 2006). Hal senada juga diungkapkan oleh WHO (2007), pernikahan dini lebih sering dijumpai di kalangan keluarga miskin, meskipun terjadi pula di kalangan keluarga ekonomi atas. Di banyak negara, pernikahan anak seringkali terkait dengan kemiskinan (UNFPA, 2006). Suatu studi kualitatif yang dilakukan oleh Hairi (2009) terhadap masyarakat Muslim Madura, menjelaskan bahwa yang menjadi latar belakang perempuan menikah dini adalah faktor ekonomi keluarga yang rendah. Menurut Darmawan (2010), sebagian besar aktivitas perekonomian masyarakat Indramayu adalah sebagai buruh tani, nelayan dan sebagai tenaga kerja Indonesia. Angka kemiskinan yang cukup tinggi di Kabupaten Indramayu akan berdampak langsung pada kemampuan orang tua untuk menyekolahkan anakanaknya. 3. Pendidikan Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua, anak dan masyarakat, menyebabkan adanya kecenderungan mengawinkan anaknya yang masih di bawah umur (Puspitasari, 2006). Hal serupa dikemukakan BKKBN (2012), pendidikan

14 perempuan yang lebih tinggi terkait erat dengan usia pernikahan remaja yang lebih lambat. Tingkat pendidikan maupun pengetahuan anak yang rendah dapat menyebabkan adanya kecenderungan melakukan pernikahan di usia dini (Alfiyah, 2010). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nandang, dkk (2009) yang menunjukkan bahwa remaja muda yang berpendidikan rendah memiliki risiko (ods ratio) 4,259 kali untuk menikah dini daripada remaja muda yang berpendidikan tinggi. Remaja yang memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi memiliki risiko lebih kecil untuk menikah dini dibandingkan dengan remaja yang memiliki latar pendidikan rendah. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam menyikapi masalah dan membuat keputusan ataupun kematangan psikososialnya. 4. Orang tua Orang tua khawatir kena aib karena anak perempuannya berpacaran dengan laki-laki yang sangat lengket sehingga segera mengawinkan anaknya (Puspitasari, 2006). Alasan orangtua menyetujui pernikahan anak ini seringkali dilandasi pula oleh ketakutan akan terjadinya kehamilan di luar nikah akibat pergaulan bebas atau untuk mempererat tali kekeluargaan. Harapan orangtua

15 terhadap tercapainya keamanan sosial dan finansial setelah menikah menyebabkan banyak orangtua menyetujui pernikahan usia dini (UNICEF, 2006). Seiring dengan semakin meningkatnya tuntutan kebutuhan hidup dan rendahnya kemampuan suatu keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, maka orang tua lebih memilih anaknya untuk bekerja atau menikah sebelum mereka menyelesaikan pendidikannya sampai jenjang SMP atau SMA (Darmawan, 2010). 5. Media massa Gencarnya ekspos seks di media massa menyebabkan remaja modern kian permisif terhadap seks (Puspitasari, 2006). Mu tadin (2002) mengungkapkan ketertarikan terhadap seks mengakibatkan remaja mengumpulkan berbagai macam informasi mengenai hal tersebut. Sumber-sumber informasi tersebut pada umumnya berasal dari media massa dan internet. Semakin majunya IPTEK membuat para remaja semakin mudah untuk mendapatkan informasi-informasi mengenai seks dan apabila hal ini tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat maka dapat membuat para remaja terjerumus ke arah pergaulan yang salah dan sehingga terciptalah perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan norma dan agama yang berlaku (Syafrudin, 2009).

16 6. Faktor sosial dan budaya Pernikahan usia muda terjadi karena orang tuanya takut anaknya dikatakan perawan tua sehingga segera dikawinkan (Puspitasari, 2006). Menurut hasil penelitian Choe dkk (2001) dalam Daraz (2014), pernikahan sebelum usia 18 tahun pada umumnya terjadi pada wanita Indonesia terutama di kawasan pedesaan. Faktor sosial penyebab terjadinya pernikahan dini juga berkaitan dengan pola relasi sosial antara remaja, yaitu hubungan yang bebas dimana remaja diberi ruang untuk mengekspresikan perasaan kasih sayang pada usia yang belum dewasa secara sosial psikologis dalam kaitannya dengan usia kawin yang sehat. Akibat dari pola relasi sosial demikian remaja banyak yang terjebak ke arah hubungan yang orientasinya pada kebutuhan biologis, yang ditampilkan dalam peran sosial dan pergaulan sehari-hari yang menurut pandangan orang tua dikategorikan sebagai pergaulan yang dikhawatirkan terjadinya penyimpangan sosial (Homzah & Sulaeman, 2007).

17 2.2.3 Dampak Pernikahan Dini 1. Buruknya status kesehatan pada wanita Kesehatan adalah indikator penting dan dasar bagi produktivitas, meningkatkan kapasitas belajar di sekolah, dan kapabilitas untuk tumbuh secara intelektual, fisik dan emosional. Penelitian sudah menunjukkan bahwa pernikahan yang terjadi sebelum usia 18 tahun menimbulkan berbagai komplikasi selama kehamilan dan menyebabkan kematian pada ibu. Wanita berusia 10-14 tahun memiliki lebih banyak risiko daripada kelompok usia di atasnya (Whitehead, 2001 dalam Daraz, 2014). Argumen yang sama juga dikemukakan oleh United Nations Population Fund (UNFPA) tahun 2015, pernikahan dini mengancam kehidupan dan kesehatan wanita dan hal tersebut membatasi prospek masa depan mereka. Wanita yang telah menikah muda dan kemudian hamil pada usia remaja meningkatkan risiko komplikasi selama kehamilan dan melahirkan. Komplikasi tersebut memicu penyebab terjadinya kematian remaja dewasa di negara berkembang.

18 2. Tindak Kekerasan Menurut Ayres (2000) dalam Daraz (2014), pernikahan dini menyebabkan terjadinya kekerasan secara seksual atau fisik pada satu pihak (mayoritas kaum wanita) dengan cara diancam. 3. Ketidakstabilan Sosial Proses pengambilan keputusan untuk menikah lebih sering didominasi oleh kaum lelaki daripada kaum wanita. Selain itu, pernikahan dini mengakibatkan meningkatnya angka putus sekolah bagi anak perempuan serta hilangnya perhatian dari keluarga dengan persentase 73% (wanita tidak memiliki pendidikan) dan 45% yang memiliki pendidikan dalam batas tertentu dan berdampak pada kehilangan harta milik, perceraian dan kehilangan pekerjaan (Naz, et al, 2012 dalam Daraz, 2014). Selain itu, Mathur, Greene dan Malhotra (2003) mengungkapkan bahwa pernikahan dini menimbulkan konsekuensi terhadap kehidupan, yaitu berkurangnya kesempatan, keahlian dan dukungan sosial. 4. Masalah Ekonomi Menurut BKKBN (2004), pernikahan dini menimbulkan persoalan ekonomi. Pasangan yang menikah pada usia muda umumnya belum cukup memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehingga sukar mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan yang

19 memadai, penghasilan yang rendah dapat meretakkan keutuhan dan keharmonisan keluarga. 5. Sengketa Keluarga Beberapa dari anak laki-laki yang menikah dini kemudian keliru dalam bertindak, baik dalam aspek ekonomi dan pencapaian lainnya. Beberapa dari anak tersebut berisiko berperilaku kriminal dan menjadi pecandu narkoba (Bruce, 2000 dalam Daraz, 2014). 6. Masalah Kejiwaan Anak perempuan yang menikah dini juga menghadapi banyak masalah fisik dan mental, termasuk kesulitan mereka dalam mengatur aktivitas rumah tangga, mendapat tekanan dari keluarga suami, frustrasi dan merasa dikucilkan (Bruce, 2000 dalam Daraz, 2014). Hurlock (1999) juga menyebutkan tentang stereotip mengenai ibu mertua yang menimbulkan perangkat mental yang tidak menyenangkan bahkan sebelum perkawinan. Stereotip yang tidak menyenangkan mengenai orang usia lanjut seperti cenderung ikut campur tangan dan menimbulkan masalah bagi keluarga pasangan.