BAB II PRINSIP PRINSIP MUAMALAH DALAM ISLAM

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS APLIKASI PEMBERIAN UPAH TANPA KONTRAK DI UD. SAMUDERA PRATAMA SURABAYA

BAB IV SUMUR DENGAN SISTEM BORONGAN DI DESA KEMANTREN KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENGALIHAN DANA TABARRU UNTUK MENUTUP KREDIT MACET DI KJKS SARI ANAS SEMOLOWARU SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI PENETAPAN TARIF JASA ANGKUTAN UMUM BIS ANTAR KOTA/PROVINSI SURABAYA-SEMARANG

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor

BAB IV ANALISIS DATA. Yogyakarta, 2008, hlm Dimyauddin Djuwaini, Pengantar fiqh Muamalah, Gema Insani,

ija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada hakikatnya Allah menciptakan manusia di dunia ini tidak lain

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. saling mengisi dalam rangka mencukupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Semakin

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK TRANSAKSI BISNIS DI PASAR SYARIAH AZ-ZAITUN 1 KUTISARI SELATAN TENGGILIS MEJOYO SURABAYA

BAB IV ANALISA DATA. jual beli lada melalui perantara Tengkulak, diperkenankan oleh syara ; apabila

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS A. Pelaksanaan Pembayaran Upah Buruh Tani Oleh Pemberi Kerja

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA PASAL 1320 TERHADAP JUAL BELI HANDPHONE BLACK MARKET DI MAJID CELL

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK JUAL BELI EMAS DI TOKO EMAS ARJUNA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Fitrah manusia bahwa mereka diciptakan oleh Allah dengan bersukusuku. dan berbangsa-bangsa sehingga satu sama lain saling mengenal.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan besar yang terjadi. Salah satunya yang menandai. perubahan orientasi masyarakat muslim dari urusan ibadah yaitu

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya. 3. Firman Allah SWT

Lahirnya ini disebabkan munculnya perbedaan pendapat

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada. Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan.

BAB IV\ ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PENGUPAHAN PEMOLONG CABE DI DESA BENGKAK KECAMATAN WONGSOREJO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN KOMISI KEPADA AGEN PADA PRULINK SYARIAH DI PT. PRUDENTIAL LIFE ASSURANCE NGAGEL SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. hidup dalam masyarakat dan saling membutuhkan satu sama lain. 2 Firman

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SANKSI PIDANA PELANGGARAN HAK PEMEGANG PATEN MENURUT UU NO. 14 TAHUN 2001 TENTANG PATEN

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH CATONAN DI DESA CIEURIH KEC. MAJA KAB. MAJALENGKA

18.05 Wib. 5 Wawancara dengan Penanggung Jawab Pertambangan, Bpk. Syamsul Hidayat, tanggal 24 september 2014, pukul.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME JUAL BELI IKAN LAUT DALAM TENDAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI DIRHAM SHIELD DALAM PEMBIAYAAN DIRHAM CARD DI BANK DANAMON SYARIAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UPAH BORONGAN PADA BURUH PABRIK PT INTEGRA INDOCABINET BETRO SEDATI SIDOARJO

Etimologis: berasal dari jahada mengerahkan segenap kemampuan (satu akar kata dgn jihad)

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP KONTRAK OPSI SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SURABAYA

Nilai Harta Seorang Muslim

BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN BISNIS MELALUI MODEL WARALABA SYARI AH DI LAUNDRY POLARIS SEMARANG

KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN TABUNGAN PAKET LEBARAN DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan antara satu sama lain untuk saling tolong menolong karena untuk. sendiri, adakalanya meminta bantuan orang lain.

BAB IV. pembiayaan-pembiayaan pada nasabah. Prinsip-prinsip tersebut diperlukan

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

BAB I PENDAHULUAN. dan keadaan, mengangkat dan menghilangkan segala beban umat. Hukum

dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus be

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. manusia lain. Dalam kehidupan sehari-hari manusia pasti saling. memenuhinya sendiri, sehingga memerlukan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. baik secara individu maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan seharihari

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI GETAH KARET DI LINGKUNGAN UJUNG LOMBANG KELURAHAN LANGGA PAYUNG

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan termasuk masalah jual beli dan sewa menyewa. Islam selalu

BAB I PENDAHULUAN. Allah menjadikan masing-masing manusia untuk bermuamalah kepada

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGAKERJAAN TERHADAP UPAH SISTEM TANDON DI TOKO RANDU SURABAYA

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB I PENDAHULUAN. lain, supaya mereka tolong-menolong, tukar-menukar keperluan dalam segala urusan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN UANG MUKA SEWA MOBIL PADA USAHA TRANSPORTASI MAJU JAYA DI BANYUATES SAMPANG MADURA

BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK HUTANG PIUTANG DALAM TRADISI DEKEKAN DI DESA DURUNGBEDUG KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB IV UPAH (IJARAH) MENURUT HUKUM ISLAM

Kewajiban berdakwah. Dalil Kewajiban Dakwah

RAHN, DAN KETENTUAN FATWA DEWAN SYARIAH

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTIM JUAL BELI HASIL PERKEBUNAN TEMBAKAU DI DESA RAJUN KECAMATAN PASONGSONGAN KABUPATEN SUMENEP

Ji a>lah menurut masyarakat Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan

waka>lah. Mereka bahkan ada yang cenderung mensunnahkannya dengan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HAK KHIYA>R PADA JUAL BELI PONSEL BERSEGEL DI COUNTER MASTER CELL DRIYOREJO GRESIK

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI SUKU CADANG MOTOR HONDA DI DEALER HONDA CV. SINARJAYA KECAMATAN BUDURAN KABUPATEN SIDOARJO

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV TINJAUAN MAS}LAH}AH MURSALAH TERHADAP UTANG PIUTANG PADI PADA LUMBUNG DESA TENGGIRING SAMBENG LAMONGAN

"PEMIMPIN ADIL NEGARA MAKMUR"

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2):278 45)& %*('! Hai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba jika kamu orang yang b

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP SETATUS UANG MUKA YANG HANGUS DALAM PRAKTEK JUAL BELI ANAKAN BURUNG LOVE PONOROGO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD JASA PENGETIKAN SKRIPSI DENGAN SISTEM PAKET DI RENTAL BIECOMP

MAKALAH MANAJEMEN BISNIS SYARI AH

c. QS. al-ma idah [5]: 6: 78.9&:;8&<,-.,, &DEF2 4A0.0BC 78#1 #F7"; 1, 4&G5)42 # % J5#,#;52 #HI Hai orang yang beriman, janganlah ke

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2): dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2):27

Adab Membaca Al-Quran, Membaca Sayyidina dalam Shalat, Menjelaskan Hadis dengan Al-Quran

PERSATUAN DAN KERUKUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TENTANG PERILAKU JUAL BELI MOTOR DI UD. RABBANI MOTOR SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. sendi kehidupan manusia termasuk masalah ekonomi. Kegiatan perekonomian

Transkripsi:

BAB II PRINSIP PRINSIP MUAMALAH DALAM ISLAM 1. Prinsip-prinsip Muamalah Dalam Islam Agar kegiatan muamalah seseorang sejalan dengan ketentuan agama maka dia harus menyelaraskan dengan prinsip-prinsip muamalah yang digariskan dalam ajaran Islam. Prinsip-prinsip muamalah adalah hal-hal pokok yang harus dipenuhi dalam melakukan aktifitas yang berkaitan dengan hak hak kebendaan dengan sesama manusia. Hal-hal yang menjadi prinsip dalam bermuamalah adalah: 1.1 Mubah Prinsip dasar dalam setiap bentuk muamalah dalam Islam adalah mubah atau boleh. Setiap akad muamalah yang dilakukan manusia dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidupnya adalah boleh selama tidak ada dalil yang menyatakan keharamannya. Hal ini didasarkan pada kaedah fiqih. Artinya: Pada prinsipnya segala sesuatu itu hukumnya mubah sampai ada dalil yang menyatakan keharamannya (Rozalinda 2005,4) Kaidah ini berlaku dalam bidang muamalah dan transaksi. Dari kaidah ini dapat dipahami bahwa segala macam cara untuk bermu amalah atau segala macam pekerjan dibolehkan kecuali yang tegas-tegas diharamkan dalam dalil yang menunjukkan keharaman suatu pekerjaan tersebut. Adapun kaidah lain yang menerangkannya adalah : Artinya: Tidak ada hukum terhadap suatu perbuatan sebelum datangnya syari ah. (Djazuli 2006, 52) 18

19 Maksud kaidah ini adalah tidak ada pelarangan terhadap suatu perbuatan sebelum adanya dalil syari ah yang menjelaskannya. seperti berjudi, minum khamar. maka perbuatan berjudi dan minum khamar ini boleh saja. Karena tidak ada dalil yang mengharamkannya. Kaidah ini sejalan dengan kaidah lain yang berbunyi: Pada dasarnya dalam ibadah, semuanya batal, sehingga ada dalil yang memerintahkannya (Muslich 2010, 4 ) Dan hadis Rasulullah SAW yang menyatakan: : Artinya: Dari Abi Tsa labah Al Khutsani berkata dia. Rasulullah SAW telah bersabda: sesungguhnya Allah Azza wa jalla telah memfardukan beberapa ketentuan, jangan kamu sia-siakan (hilangkan), dia mengharamkan beberapa yang diharamkan jangan kamu langgar, dia telah menetapkan hudud(batasanbatasan)jagan kamu melampauinya, dan dia mendiamkan (tidak menetukan hukum) pada banyak hal bukan karena kelupaan, jangan kamu membahasnya (HR. Ad-Daruqutni). (Haroen 2007, x) Yang dimaksud dengan dalil pada kaedah ini adalah dalil yang bersumber dari nash dan dalil dalam pengertian Qorinah (tanda atau indikasi) yang ada pada akad sebagai firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 275:

20... Artinya: Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.maka seluruh bentuk jual beli yang memenuhi rukun dan syarat dibolehkan dalam Islam. Namun bila ada qarinah atau indikasi yang mengarah kepada bentuk yang terlarang misalnya ada unsur tipuan dalam jual beli maka jual beli menjadi terlarang (QS. Al-Baqarah: 275). 1.2 Halal Dalam melakukan Muamalah, benda yang akan ditransaksikan harus suci zatnya sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al- Maidah ayat 88: Artinya: Makanlah olehmu sesuatu yang ada di bumi yang halal lagi baik (QS. Al-Maidah: 88). Halal Al-thayyiban pada ayat ini mengandung pengertian zat pada benda yang ditransaksikan harus halal dan cara memperoleh benda tersebut harus dengan cara yang halal pula. Dengan demikian tidak dibenarkan melakukan muamalah terhadap benda yang haram secara zat seperti bangkai dan tidak dibenarkan melakukan muamalah terhadap benda yang diperoleh dengan cara yang tidak sah seperti jual beli barang hasil curian dan sebagainya. Pada dasarnya semua yang baik dihalalkan. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Maidah ayat 5:

21 Artinya: Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik (QS. Al Maidah: 5). 1.3 Sesuai Dengan Ketentuan Syari at dan Aturan Pemerintah Dalam Islam prinsip yang berlaku adalah melakukan transaksi harus sesuai dengan apa yang diatur dalam syari at dan peraturan pemerintah. Maka transaksi yang dilakukan dengan cara melawan hukum atau bertentangan dengan ketentuan syari at dipandang tidak sah. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur an surat Al Maidah ayat 59: Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya (QS.Al Maidah: 59) Maksud dari ayat di atas adalah setiap muamalah yang dilakukan harus mematuhi dan mentaati ketentuan yang ada dalam Al-qur an dan Hadits serta ijma ulama serta peraturan pemerintah. Sebagai prinsip dari syari at adalah menentangkan sikap amal ma ruf nahi mungkar. Dengan dasar prinsip ini segala transaksi yang membawa arah positif atau kebaikan dapat dibenarkan selama tidak bertentangan dengan ketentuan syari at. Sebaliknya setiap transaksi yang membawa ke arah negatif atau merugikan para pihak dilarang oleh syari at. Begitu juga dengan mua malah yang dilakukan harus dapat merealisasikan tujuan syari at yaitu mewujudkan kemaslahatan dan menghindarkan kemudharatan dalam kehidupan manusia. (Rozalinda 2005, 6)

22 Maksudnya setiap transaksi yang akan dilakukan harus sesuai dengan ketentuan syari at Islam. Artinya tidak boleh melakukan transaksi yang bertentangan dengan syariat Islam, seperti larangan jual beli gharar karena dikhawatirkan terjadi unsur penipuan disebabkan tidak jelasnya unsur-unsur yang diperjual belikan. Sebagaimana hadits Nabi saw: Artinya: Dari Abdullah bin Umar ra ia berkata seseorang laki-laki bercerita kepada Nabi saw bahwa ia ditipu orang dalam jual beli maka Nabi bersabda: apabila engkau berjual beli maka katakanlah, tidak boleh adanya tipuan. (HR.Al-Bukhari). (Al Ja fi 1987, 745) Jadi jelaslah bahwa setiap muamalah dilakukan harus sesuai dengan ketentuan yang telah ada dalam nash (Al-Qur an dan Hadits) serta Ijma Ulama. 1.4 Azas manfaat Benda yang akan ditransaksikan harus mempunyai manfaat. Baik manfaat yang dirasakan secara langsung seperti buah-buahan atau tidak langsung seperti bibit tanaman. Jadi tidak dibenarkan melakukan transaksi terhadap benda yang akan mendatangkan kesiasian pada para pihak. Karena mu amalah dalam Islam harus mengandung manfaat dan menghindari bentuk kesia-sian, karena kesia-sian itu termasuk saudara setan sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur an surat Al-Isra ayat 27 yang berbunyi : Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang menyia-nyiakan harta itu adalah saudara syetan (QS. Al Isra : 27).

23 Pengertian benda yang dimanfaatkan tentunya sangat relatif, sebab pada hakikatnya seluruh barang yang dijadikan sebagai objek jual beli adalah merupakan barang yang dapat dimanfaatkan. Jadi yang dimaksud dengan benda yang bermanfaat itu adalah sesuatu yang bernilai guna untuk sesuatu yang tidak bertentangan dengan agama, misalnya suatu barang dibeli untuk berberbuat yang bertentangan dengan syari at Islam, maka dapat dikatakan bahwa benda itu tidak bermanfaat. Oleh sebab itu sesuatu yang tidak bermanfaat bahkan sesuatu yang bisa mengancam kehidupan manusia tidak boleh diperjual belikan. Ini sesuai dengan kaidah ushul fiqih yang berbunyi: Artinya: Segala sesuatu yang menuju terciptanya sesuatu yang haram, maka itu haram. (Haroen 1996, 172) Kaidah Mu amalah yang menerangkan tentang manfaat ini adalah : Artinya : Manfaat suatu benda merupakan faktor pengganti kerugian. (Djazuli 2006, 133) Maksud kata Al-Kharaja dalam kaidah adalah suatu yang dikeluarkan baik manfaat benda maupun pekerjaan seperti buah yang keluar dari pohon. Maksudnya adalah buah yang keluar dari pohonnya merupakan suatu manfaat yang dapat diambil dari pohonnya. Jika seseorang membeli satu pohon manggis, maka ia berhak mendapatkan buah manggis dari pohon tersebut Karena buah adalah manfaat yang keluar dari pohon manggis dan tidak bisa dipisahkan dari pohonnya.

24 Sedangkan arti dhamani adalah pengganti kerugian. Maksudnya seseorang yang membeli pohon manggis tadi belum bisa dikatakan membeli dan berhak memanfaatkan pohon manggis dan buahnya bila ia belum meyerahkan uang. Fungsi uang adalah sebagai harga yang telah disepakati antara penjual dan dirinya selaku pembeli sebagai ganti rugi menyerahkan pohon manggisnya. dari pembeli kepada penjual yang telah Prinsip dasar dalam persoalan muamalah adalah untuk mewujudkan kemaslahatan umat manusia, dengan memperhatikan dan menpertimbangkan berbagai situasi dan kondisi di sekitar manusia itu sendiri. Hukum Islam sangat memperhatikan terhadap keadaan khusus, yang kesukarannya perlu dikurangi guna memberi kemudahan bagi orang-orang yang terpaksa. Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah: 185: Artinya: Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran (QS. Al Baqarah: 185). Ibnu Qayyim mengatakan bahwa basis syariat Islam adalah hikmah dan kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat. Kemaslahatan ini terletak pada keadilan sempurna, rahmat, kebahagiaan, dan kebijaksanaan. Pada kenyataannya dalam praktek muamalah yang Islami di Indonesia pada Lembaga Keuangan Syariah (LKS) baik perbankan syariah, asuransi syariah, reksadana syariah, leasing dan sebagainya. Masih baru dan lingkungan atau negara yang tidak (belum) menerapkan sistem syariah maka sering menghadapi situasi yang sulit. Dalam situasi seperti itu Dewan Pengawas Syariah (DPS) sering mengeluarkan fatwa dengan latar belakang dharurah, yang isinya dalam rangka kemaslahatan. (Sula 2004, 744) Kaedah fiqih mengatakan :

25 Artinya: Pada dasarnya semua untuk muamalah boleh dilakukan kecuali kalau ada dalil yang mengharamkannya. (Djazuli 2006, 130) Para ulama mendasarkan ketetapan bahwa segala sesuatu mubah seperti tersebut di atas dengan dalil-dalil Al-Qur an dalam firman Allah SWT dalam surat Al-Baqarah ayat 29: Artinya: Dialah yang menjadikan untuk kamu apa-apa yang ada dibumi ini semuanya. (QS. Al Baqarah: 29).(Departemen Agama 2009, 5) Al-Qardhawi dalam bukunya Halal dan Haram dalam Islam, mengatakan bahwa kaedah asal segala sesuatu adalah halal, ini tidak terbatas dalam masalah benda, tapi meliputi masalah-masalah perbuatan lain dan pekerjaan yang tidak termasuk kepada urusan ibadah, yaitu yang biasa disebut dengan muamalah. Pokok dalam masalah tidak halal, tidak haram, dan tidak terikat kecuali yang memang telah diharamkan oleh syariat. Adapun dalam soal ibadah, tidak boleh dikerjakan kecuali dengan syarat yang telah ditetapkan oleh Allah dan hukum atau muamalah tidak boleh diharamkan kecuali dengan ketentuan yang diharamkan Allah. (Al-Qardawi 1997, 16) Ini adalah suatu kaedah yang besar sekali manfaatnya, dengan dasar itulah manusia dapat melakukan jual beli, sewa menyewa sesuka hati selama hal itu tidak diharamkan oleh syara. Sesuatu yang oleh syara tidak diberi pembatasan, mereka dapat menetapkan menurut kemutlakan hukum asal.

26 1.5 Azas Kerelaan Asas kerelaan ini mengandung makna bahwa setiap hubungan perdata harus dilakukan secara bebas dan sukarela. Kebebasan kehendak para pihak yang melahirkan kerelaan dalam persetujuan harus senantiasa diperhatikan. Asas ini juga mengandung arti bahwa selama teks Al-qur an dan Sunnah Nabi Muhammad tidak mengatur suatu hubungan perdata, selama itu pula para pihak bebas mengaturnya atas dasar kerelaan masing-masing. Dalam muamalah, setiap akad atau transaksi yang dilakukan dengan sesama manusia harus dilakukan atas dasar suka sama suka atau kerelaan. Hal ini dimaksud agar dalam setiap transaksi tidak terjadi karena paksaan dan intimidasi pada salah satu pihak atau pihak lain, sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur an surat An- Nisa Ayat 29 yang berbunyi : Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka samasuka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu, (An-Nisa : 29). Ayat di atas menjelaskan ada dua perkara sebagai syarat bagi syahnya perdagangan. Pertama, hendaknya perdagangan itu dilakukan dengan dasar suka sama suka di antara kedua belah pihak. Kedua, hendaklah keuntungan satu pihak tidak berdiri di atas dasar kerugian pihak lain. Tanpa dilandasi dengan keridhaan, maka seluruh akad dalam muamalah menjadi batal, demikian kedudukan prinsip

27 muamalah menjadi sangat fatal dalam akad-akad yang dibuat dalam muamalah yang dilandasi hukum syariah. Wahbah Az-Zuhaili mengatakan bahwa berdasarkan ayat di atas, maka dimana ada kerelaan berarti ia akan mensyahkan adanya kontrak atau akad muamalah dan tanggungannya tanpa perlu syarat-syarat tertentu. (Zuhaili 2011, 391) An taradin dalam prinsip di atas dimaksudkan bahwa transaksi muamalah harus dilakukan atas kemauan dan pemikiran sendiri, bukan atas dasar terpaksa atau dipaksa orang lain. Secara hukum kerelaan hukum dan tidak bisa dibuktikan karena sulit untuk mengukur sejauh mana seseorang rela terhadap transaksi yang dilakukannya. Maka prinsip An taradin ini harus dimanifestikan melalui akad (transaksi) yaitu ijab kabul, atau dalam bentuk mu athah yaitu saling memberi antara para pihak yang melakukan transaksi tanpa lafaz ijab dan qabul seperti yang berlaku di pasar swalayan pada saat ini. (Rozalinda 2005, 7) Berdasarkan ayat di atas dapat diambil suatu kesimpulan yang mirip suatu kaidah yang berlaku dalam bidang muamalat yang berbunyi : Kerelaan merupakan dasar semua hukum (muamalah). Kaidah Muamalah yang mengatakannya adalah : Artinya: Hukum asal dalam transaksi adalah keridhaan kedua belah pihak yang berakad, hasilnya adalah berlaku sahnya yang diakadkan. (Djazuli 2006, 130) Keridhaan dalam transaksi adalah merupakan prinsip, oleh karena itu transaksi barulah sah apabila didasarkan kepada keridhaan kedua belah pihak. Artinya tidak sah suatu akad apabila salah satu

28 pihak dalam keadaan terpaksa atau juga merasa tertipu. Bisa jadi pada waktu akad sudah saling meridhai, tetapi kemudian salah satu pihak merasa tertipu dan hilanglah keridhaannya, maka akad tersebut bisa dibatalkan. Untuk menunjukkan adanya kerelaan dalam setiap akad atau transaksi dilakukan ijab dan kabul atau serah terima antara kedua belah pihak yang melakukan transaksi. (Muslich 2010, 8) Kerelaan dalam jual beli merupakan prinsip yang sulit diukur dengan kualitasnya. Namun kerelaan ini dapat dilihat dari ijab dan qabul yang diucapkan yaitu dengan saling menerima dan memberi antara penjual dan pembeli. Dengan adanya saling menerima dan memberi antara penjual dan pembeli itu artinya secara tidak langsung ada kerelaan dari penjual untuk memberikan barangnya (menjual), serta ada kerelaan dari pembeli untuk memberikan uang sebagai ganti dari barang yang ingin dibelinya. 1.6 Azas niat Niat merupakan sesuatu yang sangat menentukan nilai suatu perbuatan, karena hasil dari suatu perbuatan tergantung pada niat. Bahkan dalam setiap perbuatan yang baik dan benar (ibadah) menghadirkan niat hukumnya fardhu bagi setiap pelaksanaannya. Banyak Hadits yang mencantumkan seberapa penting arti menghadirkan niat dalam setiap perbuatan. Niat juga mengandung makna keikhlasan terhadap apa yang akan kita lakukan. Jadi pada intinya setiap niat yang baik pasti menghasilkan perbuatan yang baik pula dan sebaliknya, setiap niat yang buruk akan menghasilkan perbuatan yang buruk pula. (Baits 2016 ) Hal ini sesuai dengan hadis Nabi SAW:

29 Artinya: Dari Umar bin Khattab dia berkata: aku mendengar Rasulullah saw berkata: sesungguhnya setiap perbuatan itu tergantung kepada niatnya. (HR.Al- Bukhari). (Al Ju fi 1987, 1) Baik dan buruknya hasil dan transaksi tergantung pada niat seseorang, karena niat merupakan tolak ukur untuk membedakan ikhlas atau tidaknya seseorang. Kalau seseorang melakukan jual beli atau transaksi lainnya dengan niat karena Allah maka perbuatan yang dilakukannya itu akan bernilai ibadah di sisinya. Tapi jual beli atau transaksi bisnis lainnya dilakukan hanya untuk mendapatkan keuntungan semata, maka yang akan diperoleh hanyalah nilai materinya saja tanpa ada nilai ibadah didalamnya. Karena niat disyariatkan dalam Islam adalah untuk membedakan antara perbuatan yang bernilai ibadah dengan perbuatan yang hanya semata kebiasaan atau rutinitas. (Rozalinda 2005, 7) 1.7 Azas tolong menolong Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan manusia lain dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hidupnya. Karena manusia juga makhluk yang lemah, dia tidak mampu memenuhi segala kebutuhan hidupnya sendiri, dengan demikian manusia akan saling membutuhkan satu sama lainnya. Untuk itu perlu dikembangkan sikap hidup tolong-menolong dengan sesama manusia dalam setiap aspek kehidupan, sesuai dengan firman Allah SWT surat Al-Maidah ayat 2:... Artinya : Saling tolong menolonglah kamu dalam kebaikan dan taqwa dan janganlah kamu saling tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan (QS. Al Maidah: 2).

30 Berdasarkan ayat Al-Qur an di atas dapat diketahui bahwa orang yang melakukan suatu transaksi itu hendaklah memiliki sifat tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan. Seperti saling memberi kebaikan, misalnya dalam jual beli penjual melebihkan sedikit timbangan barangnya kepada pembeli. Pembelipun juga harus suka menolong. Sifat dasar usaha muslim itu adalah : 1.7.1 Jangan bersikap curang. (Qardawhi 1996, 538) Dalil Al-Qur an yang melarang sikap curang ini adalah surat al- Mutaffifin ayat 1-3: Artinya : Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang. (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi. Dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. (QS. Al-Mutaffifin : 1-3) 1.7.2 Bersifat inovatif. Al-Qur an menempatkan manusia sebagai khalifah dengan tugas memakmurkan bumi, melakukan perubahan dan perbaikan. 1.7.3 Membuat manajemen dan administrasi yang baik. (Tim Multitama Comunication 1996,13-15) Allah menetapkan manajemen yang baik itu semenjak dari dulu. Salah satu contoh ayat nya adalah surat al-baqarah 282 : Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya....(qs. al- Baqarah : 282)

31 1.7.4 Disamping itu sebuah karya usaha haruslah berkelanjutan, bukan hanya untuk kepentingan individu.. Tapi untuk generasi ke generasi selanjutnya. (Ibrahim 2003, 50) adalah surat an- Nisa ayat 9 : )النساء : )9 Artinya: Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anakanak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (QS. An-Nisa : 9) Manusia merupakan makhluk sosial yang senantiasa membutuhkan manusia lain dalam rangka memenuhi semua kebutuhan hidupnya, karena manusia juga makhluk yang lemah yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, dengan demikian manusia akan saling membutuhkan satu sama lainnya. Untuk itu perlu dikembangkan sikap hidup tolong menolong dengan sesama manusia dalam setiap aspek kehidupan. Setiap transaksi yang dilakukan harus ada unsur tolong menolong didalamnya. Misalnya pada transaksi jula beli, pada dasarnya jika akad dilakukan dengan sebaik-baiknya maka di dalamnya sudah ada bentuk aplikasi tolong menolong dengan sesama manusia. Seorang penjual membutuhkan uang dari pembeli, demikian juga seorang pembeli membutuhkan barang dari penjual, secara tidak langsung masing-masing pihak telah menolong satu sama lainnya melalui akad jual beli ini. Penjual mendapatkan uang yang dibutuhkannya sedangkan pembeli mendapatkan barang yang dibutuhkannya pula. Inilah bentuk

32 ta awun yang disyari atkan dalam transaksi muamalah. (Rozalinda 2007, 7-8) 1.8 Azas Keadilan Prinsip dalam muamalah adalah Al-Adl. Al-Quran telah menjadikan tujuan semua risalah langit adalah melaksanakan keadilan. Al-Qardhawi mengatakan bahwa sesungguhnya pilar penyangga yang lain adalah keadilan. Keadilan dalam Islam bukanlah prinsip yang sekuler, ia adalah cikal bakal dan pondasi kokoh yang memasuki semua ajaran dan hukum Islam berupa akidah, akhlak, dan syari ah.(sula 2004, 725) Keadilan adalah tujuan yang hendak diwujudkan oleh semua hukum. Dalam hukum Islam, keadilan langsung merupakan perintah Allh SWT dalam Al-Quran surat Al-Maidah ayat 8 yang berbunyi: Artinya : Hai orang-orang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan jangalah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adil la, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, seseungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Al Maidah: 8). Keadilan merupakan sendi setiap perjanjian dibuat oleh para pihak. Seringkali di zaman modern akad ditutup oleh satu pihak dengan pihak lain tanpa ia memiliki kesempatan untuk melakukan negosiasi mengenai klausul akad itu telah dibekukan oleh pihak lain. Tidak mustahil bahwa dalam pelaksanaanya akan timbul kerugian

33 kepada pihak yang menerima syarat baik itu karena didorong kebutuhan. Dalam hukum Islam kontemporer telah diterima suatu asas bahwa demi keadilan syarat baku itu dapat diubah oleh pengadilan apabila memang ada alasan untuk itu. Pelaksanaan asas keadilan dalam akad manakala para pihak yang melakukan akad dituntut untuk berlaku benar dalam mengungkap kepentingan sesuai dengan keadaan dalam memenuhi semua kewajiban. Dapat disimpulkan bahwa Allah dan Rasul membolehkan seseorang berusaha dan bekerja menggunakan prinsip-prinsip mu amalah yaitu: bekerja sesuai dengan syari at Islam, yang ditransaksikan bermanfaat, tolong menolong, dan tak kalah pentingnya suka sama suka atau kerelaan. Kemudian sifat dasar yang perlu dipakai pekerja adalah : jangan bersifat curang, bersifat inovatif, membuat manajemen dan administrasi yang baik, usaha haruslah berkelanjutan, berlaku adil. (Sula 2004, 128) Penerapan prinsip keadilan dalam ekonomi dapat dilihat dari cabang-cabang ekonomi sebagai berikut : 1.8.1 Penerapan prinsip ekonomi di bidang produksi. Islam melarang umatnya berbuat zalim terhadap orang lain atau menggunakan aturan yang tidak adil dalam mencari harta, tapi Islam melegitimasi cara-cara yang adil yang jujur dalam mendapatkan harta. 1.8.2 Dalam bidang konsumsi, prinsip keadilan berkaitan dengan cara penggunaan harta. Penggunaan harta yang dibenarkan dalam Islam adalah pemenuhan kebutuhan hidup dengan cara yang sederhana untuk keperluan yang wajar dan halal. 1.8.3 Prinsip utama yang sangat menentukan dalam pendistribusian kekayaan adalah keadilan dan kasih sayang yang bertujuan agar kekayaan tidak menumpuk pada segolongan kecil masyarakat, tapi

34 selalu beredar di tengah masyarakat dan berbagai hasil produksi dibagi secara adil untuk kemakmuran masyarakat, seperti dinyatakan dalam al-qur an surat adz-zariyat : 19 Artinya : Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian (tidak meminta). (Adz-Zariyat: 19) 1.8.4 Prinsip keadilan dalam bidang sirkulasi. Rasulullah melegitimasi semua bentuk perdagangan yang berdimensi keadilan dan persamaan bagi semua pihak dan melarang semua bentuk perdagangan yang tidak adil yang memicu pertengkaran dan keributan. Implementasi sikap adil dalam bisnis merupakan hal yang sangat baik dalam industri perbankan, asuransi maupun dalam muamalah lainnya, mungkin karena itulah maka Allah demikian sering menekankan sikap adil ini dalam soal muamalah.(sula 2004, 728) Lafal al-ijarah dalam bahasa arab berarti upah, sewa, jasa atau imbalan. Al-Ijarah merupakan salah satu bentuk kegiatan mu'amalah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, seperti sewa-menyewa, kontrak atau menjual jasa kepada orang lain seperti menjadi buruh, kuli dan lain sebagainya. Secara terminologi ada beberapa pengertian ijarah yang dikemukakan oleh ulama fiqih yaitu: a) Menurut Sayyid Sabiq, ijarah yaitu : Artinya : Ijarah diambil dari kata Ajrun yaitu penggantian maka dari itu pahala juga dinamakan upah. ( Sabiq 1987, 7)

35 b) Menurut Abdurrahman Al-Jaziri : Artinya: Ijarah menurut bahasa merupakan masdar sima i bagi fi il ajara setimbang dengan dharaba dan qatala, maka mudhari nya ya jiru dan ajir (dengan kasrah jim dan dhammahnya) dan maknanya adalah imbalan atas suatu pekerjaan. ( Jaziri 1972, 94) Berdasarkan defenisi di atas maka secara etimologi ijarah adalah imbalan atas pekerjaan atau manfaat sesuatu. Secara terminologi pengertian ijarah adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh para ulama di bawah ini : a) Menurut Ulama Hanafiyah Artinya : Ijarah adalah akad kepemilikan manfaat yang Diketahui dan dengan dimaksud dari benda yang disewa dengan imbalan. ( Jaziri 1972, 94 b) Menurut Syafi iyah Artinya: Ijarah akad atas manfaat yang diketahui untuk maksud tertentu serta menerima ganti yang dibolehkan sebagai imbalan. (An Nawawi t.t, 339) c) Menurut Sayyiq Sabiq Artinya: Ijarah secara Syara ialah suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian. ( Sabiq 1987, 198)

36 d) Menurut Malikiyah Artinya: Menjadikan milik suatu kemanfaatan yang mubah dalam waktu tertentu dengan pengganti ( imbalan). (suhendi 2000, 29) e) Menurut Hasbi Ash-Sidiqie Artinya: Akad yang objeknya ialah penukaran manfaat untuk masa tertentu yaitu pemilikan manfaat dengan imbalan, sama dengan menjual manfaat. (Suhendi 2000, 29) f) Menurut Idris Ahmad bahwa upah artinya Mengambil manfaat tenaga orang lain dengan jalan memberi ganti menurut syaratsyarat tertentu. g) Menurut Fatwa Dewan Syari'ah Nasional defenisi ijarah adalah :" Ijarah adalah akad memindahkan hak guna (manfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa atau upah, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri." ( MUI 2001, 55). Dari beberapa pendapat ulama dan mazhab di atas tidak ditemukan perbedaan yang mendasar tentang defenisi ijarah, tetapi dapat dipahami ada yang mempertegas dan memperjelas tentang pengambilan manfaat terhadap benda atau jasa sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan dan adanya imbalan atau upah serta tanpa adanya pemindahan kepemilikan. Kalau diperhatikan secara mendalam defenisi yang dikemukakan olah para ulama mazhab di atas maka dapat kita pahami bahwa unsur-unsur yang terdapat dalam ijarah antara lain :

37 1. Adanya suatu akad persetujuan antara kedua belah pihak yang ditandai dengan adanya ijab dan kabul 2. Adanya imbalan tertentu, misalnya harga sewa sebuah mobil 3. Mengambil manfaat, misalnya mengupah seorang buruh untuk bekerja. Dari beberapa pendapat ulama dan mazhab di atas tentang pengertian ijarah, maka penulis dapat memahami ijarah menurut bahasa adalah : jual manfaat atas benda atau jasa dengan adanya imbalan atau upah, sedangkan menurut istilah dapat dipahami ijarah adalah akad atau transaksi yang bertujuan mengambil manfaat atas suatu barang atau jasa tanpa mengurangi materi benda tersebut dan benda tersebut boleh dimanfaatkan dengan jangka waktu tertentu (sesuai dengan kesepakatan) dengan adanya uang imbalan atau sewa tanpa diikuti pemindahan kepemilikan terhadap benda tersebut. Dari berbagai macam pendapat Ulama di atas maka dapat disimpulkan bahwa Kontrak sewa merupakan bagian dari ijarah. Karena kontrak sewa merupakan suatu akad untuk melakukan sesuatu. Baik secara tertulis maupun lisan, dan mereka yang mengadakan perjanjian itu masing-masing sepakat untuk mentaati isi persetujuan yang telah dibuat bersama. Dengan kata lain kontrak sewa merupakan juga perjanjian kerja. Dan dalam perjanjian kerja ini apa yang termasuk dalam perjanjian kerja semuanya merupakan konsep dari ijarah. Perjanjian kerja ini sangat dibutuhkan karena melalui sebuah perjanjianlah yang akan mengikat diri antara seseorang dengan orang lain. Dalam kontrak sewa untuk melakukan jasa-jasa tertentu salah satu pihak menghendaki agar dari pihak lainnya melakukan suatu pekerjaan untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dan pihak yang menghendaki tersebut bersedia memberi upah, biasanya orang yang melakukan suatu pekerjaan tersebut adalah orang yang ahli misalnya,

38 Notaris. Lazimnya pihak yang melakukan pekerjaan ini sudah menentukan tarif untuk suatu pekerjaan yang akan dilakukannya tersebut. Dalam kontrak sewa adanya persetujuan untuk melakukan sesuatu." Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya kepada satu orang atau lebih". (Soimin 1994, 1)