1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses belajar mengajar yang dilaksanakan guru seyogyanya menjadi tumpuan dan harapan peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan wawasan keilmuannya sehingga terjadi peningkatan prestasi belajar siswa sebagai bagian dari tujuan dan sasaran pembelajaran dapat tercapai secara maksimal. Proses belajar mengajar dapat terlaksana secara baik apabila guru memiliki persiapan dan perencanaan yang cukup matang, dimana kelengkapan alat-alat pembelajaran seperti materi pelajaran, dan metode kerja kelompok yang digunakan sesuai dengan tuntutan kurikulum mata pelajaran. Terkait dengan metode sebagaimana disebutkan di atas, maka penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan arah kurikulum mata pelajaran sangat menentukan keberhasilan pencapaian belajar siswa. Departemen Pendidikan Nasional (2007:201) buku materi sosialisasi Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan disebutkan bahwa terdapat berbagai macam dan jenis metode pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam proses belajar, sehingga dibutuhkan kejelian guru dalam menggunakannya. Adapun metode-metode pembelajaran yang dimaksud sebagaimana disebutkan Djamarah (2006:82) antara lain; metode ceramah, tanya jawab, penugasan, kerja kelompok, praktikum, tugas proyek, word square, talking stick, quantum learning, cooperative learning, collaborative learning dan lain sebagainya, dimana dalam pelaksanaannya guru dapat menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan bagian dari strategi pembelajaran, metode pembelajaran berfungsi sebagai cara untuk menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada siswa untuk mencapai tujuan 1
2 tertentu, tetapi tidak setiap metode pembelajaran sesuai digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Banyak metode pembelajaran yang dapat dipergunakan dalam menyajikan pelajaran kepada siswa-siswa, seperti metode ceramah, diskusi, tanya jawab, demonstrasi, penampilan, metode studi mandiri, pembelajaran terprogram, latihan sesama temen, simulasi karya wisata, induksi, deduksi, simulasi, studi kasus, pemecahan masalah, insiden, seminar, bermain peran, proyek, praktikum dan lain-lain, masing metode ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kadang-kadang dalam proses pembelajaran guru kaku dengan mempergunakan satu atau dua metode, dan menterjemahkan metode itu secara sempit dan menerapkan metode di kelas dengan metode yang pernah ia baca, metode pembelajaran merupakan cara untuk menyampaikan, menyajikan, memberi latihan, dan memberi contoh pelajaran kepada siswa, dengan demikian metode dapat di kembangkan dari pengalaman, seseorang guru yang berpengalaman dia dapat menyuguhkan materi kepada siswa, dan siswa mudah menyerapkan materi yang disampaikan oleh guru secara sempurna dengan mempergunakan metode yang dikembangkan dengan dasar pengalamannya, metode-metode dapat dipergunakan secara variatif, dalam arti kata kita tidak boleh monoton dalam suatu metode. Dalam proses belajar mengajar guru dihadapkan untuk memilih metode-metode dari sekian banyak metode yang telah ditemui oleh para ahli sebelum ia menyampaikan materi pengajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Namun demikian, pada prinsipnya pendekatan-pendekatan dalam pembelajaran yang harus dilakukan guru pada prinsipnya harus berpihak kepada siswa sehingga siswa mampu memahami materi pelajaran yang diajarkan. Adanya perubahan yang terkait dengan berbagai inovasi dan perubahan dalam paradigma pendidikan, khususnya dari paradigma lama yang menekankan pada perilaku (behaviouristic) yang berpola teaching-testing ke paradigma baru yang menekankan pada proses (constructivistic) yang berpola learning-continous improvement, akan berimplikasi terhadap penyempurnaan
3 perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian, serta pengelolaan peserta didik dalam pembelajaran. Peningkatan kualitas pendidikan melalui peningkatan kemampuan siswa dalam menguasai materi ajar yang diberikan oleh guru sangat dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang dilaksanakan. Pendekatan pembelajaran yang secara luas diterima di seluruh dunia sebagai praktik terbaik (best practice) adalah Pendekatan Pembelajaran Aktif (DBE2- USAID, 2010). Pendekatan ini didasarkan pada prinsip bahwa cara belajar terbaik bagi siswa adalah dengan melakukan, dengan menggunakan semua inderanya, dan dengan mengeksplorasi lingkungannya yang terdiri atas orang, hal, tempat dan kejadian yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari siswa (pembelajaran kontekstual). Selain itu, siswa belajar dari pengalaman langsung dan konkrit seperti menyimak bacaan, mengukur kemampuan siswa SD, mengamati fenomena siswa dalam proses pembelajaran di SD, melihat gambar, atau mendengarkan radio, chating dan internet. Keterlibatan aktif dengan gagasan ini mendorong siswa aktif berpikir untuk mendapatkan pengetahuan baru dan memadukannya dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Keterlibatan aktif dengan lingkungan sosial dan fisik serta gagasan yang berkait dengan kehidupan nyata akan mendorong mahasiswa aktif berpikir dan kreatif dalam mendapatkan pengetahuan baru dan memadukannya dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Untuk memfasilitasi pembelajaran aktif yang dapat mendorong kreatifitas siswa, guru harus menggunakan berbagai strategi perkuliahan yang aktif, kreatif dan kontekstual, melibatkan pembelajaran bersama (cooperative learning) dan mengakomodasi perbedaan gaya belajar masing-masing siswa. Hal tersebut bermanfaat untuk memaksimalkan kemampuan pembelajar dalam memahami hal baru dan dapat menggunakan informasi baru tersebut dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pembelajaran aktif dan kreatif juga dapat mengangkat tingkat pembelajaran dari keterampilan berpikir tingkat rendah (pengamatan, menghafal, dan mengingat informasi, pengetahuan akan gagasan umum yakni tentang apa, di mana dan kapan) hingga keterampilan berpikir tingkat yang
4 lebih tinggi (memecahkan masalah, analisis, sintesis, evaluasi yakni tentang bagaimana dan mengapa). Dengan demikian proses pembelajaran menjadi bermakna dan memiliki peranan yang sangat penting. Guru memegang peranan utama dalam meningkatkan kualitas pembelajaran terutama dalam mengelola pembelajaran. Terkait dengan uraian ini, maka Mujiman (2006:80) menjelaskan bahwa : penggunaan suatu jenis metode pembelajaran dalam pelatihan banyak ditentukan oleh tujuan pembelajaran, keadaan partisipan, alat bantu belajar yang tersedia, keadaan fasilitas di dalam ruang kelas, waktu yang tersedia, tempat dan lain sebagainya. Akan tetapi, apapun yang dipilih metode itu tidak boleh menyebabkan partisipan tidak senang, merasa bosan dan tidak bersemangat, sebab metode yang tepat akan sangat berpengaruh pada pengembangan motivasi belajar, dan motivasi belajar mampu merangsang kemampuan siswa untuk belajar mandiri. Kenyataan yang ditemui, masih banyak guru-guru utamanya pada tingkat sekolah dasar metode pembelajaran yang digunakan kurang efektif dan kurang terlaksana secara maksimal sehingga banyak siswa menjadi kurang mengerti isi materi pelajaran yang diberikan. Jika kondisi itu terus dibiarkan, maka tidak menutup kemungkinan, proses belajar mengajar yang dilaksanakan berjalan monoton. Artinya sasaran pelaksanaan proses belajar mengajar tidak dapat dicapai. Kondisi serupa juga dialami pada siswa kelas V di SDN Sunggingwarno 02 Gabus Pati, khususnya pada mata pelajaran matematika. Penyajian materi pelajaran oleh guru dilakukan dengan cara ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Pada satu sisi, keadaan pembelajaran seperti ini akan kurang memberikan kesempatan dan peluan kepada siswa untuk menumbuhkembangkan pengetahuannya, mengingat mata pelajaran matematika ini adalah mata pelajaran yang berhubungan perhitungan angkaangka yang pada siswa kelas V tentu saja diperlukan adanya pembimbingan belajar yang baik.
5 Mata pelajaran matematika yang diajarkan kepada siswa kelas V di SDN Sunggingwarno 02 oleh guru dilakukan dengan cara teoritis. Pembelajaran teoritis yang dilakukan guru-pun berdasarkan hasil pantauan sementara dilakukan dengan pendekatan konvensional dimana kombinasi metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas menjadi pemandangan yang umum ditemui di dalam kelas. Pembelajaran secara konvensional (ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas) dalam mata pelajaran matematika tentu saja terasa kurang relevan dan cenderung memungkinkan timbulnya kejenuhan dan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi bahan ajar, dan untuk mengatasi hal ini diperlukan proaktif guru dalam mengatasi permasalahan yang muncul. Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa kecenderungan nilai hasil belajar siswa kelas V SDN Sunggingwarno 02 mata pelajaran matematika cenderung menurun. Menyikapi keadaan proses belajar mengajar yang dirasakan siswa kelas V SDN Sunggingwarno 02 di atas, maka diperlukan inisiatif penggunaan metode pembelajaran yang lebih baik sehingga siswa dapat naik kelas semua atau mendapatkan nilai yang lebih baik pada mata pelajaran matematika khususnya melalui pembelajaran kelompok. Metode kerja kelompok yang digunakan dalam proses belajar mengajar mata pelajaran matematika diupayakan terlaksana dengan perencanaan yang matang. Salah satu keunggulan metode kerja kelompok sebagaimana diutarakan Mujiman (2006:84) yaitu; terbangunnya rasa saling kerja sama antar individu. Di samping itu, kerja kelompok kecil merupakan kegiatan terbaik untuk berlatih membangun kerja sama tim, pembagian tanggung jawab, dan pendidikan etik. Aspek etik memang ada dalam kerja kelompok, karena dapat tumbuhnya rasa ewuh pakewuh, atau rasa bersalah kalau seorang anggota kelompok tidak ikut bekerja, padahal ia turut menikmati hasil kerja kelompok. Sehingga dengan demikian anggota kelompok dapat terdorong untuk aktif bekerja sesuai dengan tanggung jawabnya masing-masing. Artinya individu anak mengetahui kekurangannya.
6 Berdasarkan alasan tersebut di atas, maka peneliti mencoba mengadakan upaya penelitian skripsi dengan judul Upaya Penggunaan Metode Kerja Kelompok Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Tentang Bangun Ruang Sisi Datar Bagi Siswa Kelas V SDN Sunggingwarno 02 Kecamatan Gabus Kabupaten Pati Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012. 1.2 Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas terdapat beberapa masalah dalam penelitian ini. Adapun masalah-masalah tersebut dapat diidentifikasikasikan sebagai berikut: 1. Masih banyak siswa yang belum tuntas belajar, siswa yang telah tuntas belajar mencapai 45,83 %. 2. Pada saat pembelajaran matematika guru kurang memperhatikan apakah siswanya dapat menerima strategi pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran matematika. Dominasi guru sangat tinggi sedangkan pengorganisasian siswa cenderung searah. 3. Guru selalu menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran. 4. Saat proses belajar mengajar banyak siswa yang bermain. 5. Pelajaran Matematika dianggap siswa sulit diterima. 6. Kadang-kadang dalam proses pembelajaran guru kaku dengan mempergunakan satu atau dua metode, dan menterjemahkan metode itu secara sempit 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah sebagai berikut: Apakah dengan penggunaan metode kerja kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar matematika tentang bangun ruang sisi datar bagi siswa kelas V SDN Sunggingwarno 02 Gabus Kabupaten Pati Semester I Tahun 2011/2012.
7 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah metode kerja kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar matematika tentang bangun ruang sisi datar bagi siswa kelas V SDN Sunggingwarno 02 Gabus Kabupaten Pati Semester I Tahun 2011/2012. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini akan memberikan manfaat baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis. 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai wadah pengembangan berbagai teori kependidikan terkait dengan penyelenggaraan dan pelaksanaan proses belajar di kelas bagi guru, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal sesuai dengan tujuan dan arah kurikulum. b. Bagi siswa, meningkatnya wawasan, pengetahuan dan prestasi serta terbangunnya rasa kebersamaan dalam belajar melalui penerapan metode pembelajaran kelompok. c. Bagi peneliti, bertambahnya wawasan keilmuan tentang penggunaan dan penerapan berbagai metode pembelajaran dalam proses belajar mengajar sehingga mampu diimplementasikan dalam pelaksanaannya. d. Bagi lembaga, sebagai bahan masukan dan informasi bagi penelitianpenelitiain sejenis. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan dan rekomendasi bagi lembaga-lembaga penyelenggara pendidikan tentang arti pentingnya proses belajar mengajar yang dilaksanakan dengan perencanaan matang, kelengkapan alat dan media pembelajaran yang digunakan, sarana dan prasarana belajar yang memadai dan hal-hal yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan penyelenggaraan proses belajar mengajar.