BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dinamakan. ada dalam diri individu yang bersangkutan ( Sunaryo, 2004 ).

BAB II LANDASAN TEORI. Sari, dkk (2003) menyebutkan bahwa perilaku merokok adalah aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan

BAB 1 PENDAHULUAN. merasakan hal yang demikian terutama pada saat menginjak masa remaja yaitu. usia tahun (Pathmanathan V dan Surya H, 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

PENGARUH KEBIASAAN MEROKOK TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB I PENDAHULUAN. dewasa normal bervariasi antara 4-10 jam sehari dan rata-rata berkisar antara

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

I. PENDAHULUAN. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok

BAB II LANDASAN TEORI. yang diamati secara umum atau objektif. Hal tersebut senada dengan pendapat Sarwono (2001)

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masih dianggap sebagai perilaku yang wajar, serta merupakan bagian dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan secara biologis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Rokok adalah gulungan tembakau yang dibungkus dengan kertas. a. Perokok aktif adalah orang yang memang sudah merokok.

BAB I PENDAHULUAN. (Komasari,Dian & Helmi, 2000) perilaku merokok adalah perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

[PP NO.19/2003 (PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN)] December 22, 2013

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan salah satunya

BAB 1 PENDAHULUAN. Volume maksimum oksigen (VO 2

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara-negara berkembang. Direktorat Pengawasan Narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Salusu (2004), pengambilan keputusan adalah proses memilih

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia khususnya dikalangan pelajar. Walaupun sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekolah, mengontrol diri dan bertanggungjawab serta berperilaku sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Masa remaja adalah suatu tahap antara masa kanak kanak dengan

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

I. PENDAHULUAN. masa sekarang dan yang akan datang. Namun kenyataan yang ada, kehidupan remaja

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh yang sangat berarti terhadap kesehatan masyarakat. Menurut perkiraan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB I PENDAHULUAN. mengharapkan pengaruh orangtua dalam setiap pengambilan keputusan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN

Pengertian Rokok dan Bahaya Merokok bagi Kesehatan Manusia

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu produk yang cukup unik (terutama cara

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

PENGARUH TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU MEROKOK REMAJA DI SMK SEPULUH NOPEMBER SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dalam Friz Oktaliza, 2015). Menurut WHO (World Health Organization), remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, menurut

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, manfaat penelitian, definisi terminologi, serta cakupan dan batasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya. Secara anatomis berarti alatalat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentu. Menurut Sarwono (2001) definisi remaja untuk masyarakat Indonesia

SATUAN ACARA PENYULUHAN BAHAYA MEROKOK

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Merokok 1. Pengertian Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak (Depkes, 2009) Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau tidak langsung. Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organism tersebut dipengaruhi baik oleh faktor genetik (keturunan) dan lingkungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa faktor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku mahluk hidup termasuk perilaku manusia. Faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan menjadi dua yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan factor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik seperti iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan dan sebagainya (Matsum, 2008). Proses belajar atau sosialisasi dapat dilakukan melalui transmisi dari generasi sebelumnya yaitu generasi vertikal yaitu dari lingkungan keluarga,lebih spesifik sikap permisif orang tua terhadap perilaku merokok remaja. Sosialisasi yang lain melalui trensmisi horizontal melalui lingkungan teman sebaya. Namun demikian yang paling besar memberikan kontribusi adalah kepuasan-kepuasan yang diperoleh setelah merokok atau rokok memberikan kontribusi yang positif. Pertimbanganpertimbangan emosional lebih dominan dibandingkan dengan pertimbangan-pertimbangan rasional bagi perokok (Komalasari, 2000). Perilaku merokok juga disebabkan oleh pengaruh kelompok sebaya. Kelompok sebaya seringkali menjadi faktor utama dalam masalah 7

8 penggunaan zat oleh remaja. Selama masa remaja, seorang individu mulai menghabiskan lebih banyak waktu dengan taman sebayanya dari pada dengan orang tua. Hal ini berarti bahwa teman sebaya mempunyai peran yang sangat berarti bagi remaja, karena remaja mulai bergabung dengan kelompok sebaya. Sikap teman sebaya terhadap penggunaan berbagai zat termasuk nikotin dapat mempengarui individu untuk menggunakan zat tersebut. Beberapa orang mulai mencoba rokok adalah untuk mengendalikan emosi seperti kecemasan kerja. Merokok mungkin dianggap dapat meningkatkan performansi dalam ujian dan memperbesar kesempatan seseorang untuk meraih prestasi akademik. Hal-hal tersebut merupakan sesuatu yang penting bagi orang-orang yang mulai merokok pada usia-usia remaja akhir atau dewasa awal, suatu jenis perilaku merokok yang banyak ditemui pada mahasiswa pada kedokteran dan mahasiswa-mahasiswa lainnya (Maman, 2009). 2. Tipe perilaku merokok Mu tadin (2002) membagi tipe merokok sebagai berikut ; a. Perokok sangat berat adalah bila mengkonsumsi rokok lebih dari 31 batang perhari dengan selang merokok lima menit setelah bangun tidur di pagi hari. b. Perokok berat merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang waktu merokok berkisar 6-30 menit setelah bangun tidur pagi hari. c. Perokok sedang menghabiskan rokok 11-21 batang dengan selang waktu 31-60 menit setelah bangun pagi. d. Perokok ringan menghabiskan rokok sekitar 10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok remaja Tarwoto, dkk. (2010) menyebutkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku merokok pada remaja : a. Pengaruh orangtua Remaja merokok adalah anak-anak yang berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orangtua tidak begitu

9 memperhatikan anak-anaknya dibandingkan dengan remaja yang berasal dari lingkungan rumah tangga yang bahagia. Remaja merokok apabila orangtua sendiri yang menjadi figur juga sebagai perokok berat, maka anak-anaknya akan mungkin sekali untuk mencontohnya. b. Pengaruh teman Berbagai fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian sebaliknya. Terdapat dua kemungkinan yang terjadi dari fakta tersebut, pertama remaja tersebut terpengaruh oleh teman-temannya atau sebaliknya. c. Faktor kepribadian Orang mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit dan kebosanan. Satu sifat kepribadian yang bersifat pada pengguna obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. d. Pengaruh iklan Melihat iklan di media masa dan elektronik yang menampilkan gambaran bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja seringkali berkeinginan untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan tersebut. 4. Rokok Ada dua macam asap yang dihasilkan setiap kali orang merokok, yaitu asap utama (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama merupakan asap yang dihirup langsung perokok, sedangkan asap samping merupakan asap yang disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif. Asap samping memiliki konsentrasi yang lebih tinggi, karena tidak melalui proses penyaringan yang cukup, sehingga dapat meningkatkan resiko sebesar tiga

10 kali lipat lebih tinggi dari pada asap utama, dengan perbandingan 70%:30% (Syah, 2008) a. Zat-zat yang terkandung dalam rokok Rokok (termasuk asap rokok) mengandung racun yang berbahaya bagi kesehatan. Racun yang paling utama, antara lain tar, gas CO dan nikotin : 1) Tar Merupakan subtansi hidrokarbon yang bersifat lengket sehingga bisa menempel di paru-paru. 2) Gas CO (Karbon monoksida) Gas CO yang dihasilkan dari sebatang rokok dapat mencapai 3-6%, gas ini dapat dihisap oleh siapa saja. Oleh orang yang merokok atau orang yang terdekat dengan siperokok. Gas CO mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah (eritrosit) lebih kuat dibanding O2, sehingga setiap ada asap rokok disamping kadar O2 udara yang sudah berkurang, ditambah lagi sel darah merah akan semakin kekurangan O2, oleh karena yang diangkut adalah CO dan bukan O2. Sel tubuh yang menderita kekurangan O2 akan berusaha meningkatkan yaitu melalui konpensasi pembuluh darah dengan jalan menciut atau spesme. Bila proses sepasme berlangsung lama dan terus menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya proses aterosklerosis (penyempitan). Penyempitan pembuluh darah akan terjadi di otak, jantung, paru, ginjal, kaki, saluran peranakan, dan ari-ari pada wanita hamil. Dapat dipahami penyempitan itu dapat berakibat sumbatan di otak, penyempitan pembuluh darah jantung, penyakit paru menahun, betis menjadi sakit hingga pembusukan kering (gangrene), kemandulan,

11 keguguran atau kematian bayi dalam kandungan, atau bayi lahir premature atau cacat (Kusmana, 2007). 3) Nikotin Kandungan awal nikotin dalam rokok sebelum dibakar adalah 8-20 mg. setelah dibakar, jumlah nikotin yang masuk ke sirkulasi darah hanya 25% dan akan sampai keotak dalam waktu 15 detik saja. Dalam otak, nikotin akan diterima oleh reseptor asetil kolinnikotinik yang kemudian membaginya kejalur imbalan dan jalur adrenergic. Pada jalur imbalan di area mesolimbik otak, nikotin akan memberikan sensasi nikmat sekaligus mengaktivasi system dopaminergik yang akan merangsang keluarnya dopamine, sehingga perokok akan merasa tenang, daya pikir meningkat, dan menekan rasa lapar. Sedangkan dijalur andrenergik dibagian lokus seruleus otak, nikotin akan mengaktivasi system adrenergic yang akan melepas serotonin sehingga menimbulkan rasa senang dan memicu keinginan untuk merokok lagi. Ketika berhenti merokok maka terjadi putus zat nikotin, sehingga rasa nikmat yang biasa diperoleh akan berkurang yang menimbulkan keinginan untuk kembali merokok. Proses menimbulkan adeksi atau ketergantungan nikotin, yang membuat perokok semakin sulit untuk berhenti merokok (Waney, 2008). B. Kelompok teman sebaya 1. Pengertian Kelompok teman sebaya adalah sekumpulan individu yang memiliki tingkatan usia yang relatif sama, yang memiliki aturan yang berbeda dengan atura pada masyarakat. Persepsi terhadap kelompok teman sebaya merupakan pemberian arti atas kelompok teman sebayanya yang terdiri dari sekumpulan individu dengan tingkatan usia yang relatif sama, yang

12 memiliki aturan yang berbeda dengan individu dengan masyarakat, dan proses tersebut dipengaruhi factor dari dalam dan luar individu, sehingga remaja menyadari apa yang dirasakan atas teman sebayanya tersebut (Santrock, 2003). Persepsi remaja terhadap kelompok teman sebaya adalah cara pandang atau penilaian terhadap kelompok teman sebayanya. Persepsi yang positif berarti remaja menilai bahwa kelompok teman sebaya adalah tempat yang sesuai untuk memperbaiki kekurangan yang dimiliki. Bersama dengan teman sebaya remaja mendapatkan nilai-nilai positif yang tidak didapatkannya dari orangtuanya. Persepsi negative berarti remaja menganggap bahwa kelompok teman sebaya adalah tempat kompensasi terhadap kekurangan yang dimiliki atau sebagai ajang balas dendam terhadap lingkungan yang menolak atau memusuhinya (Kartono, 2006). Pengaruh kuat teman sebaya atau sesama remaja merupakan hal penting yang tidak dapat diremehkan dalam masa-masa remaja. Diantara pada remaja terdapat jalinan yang kuat. Pada kelompok teman sebaya ini untuk pertama kalinya remaja menerapkan prinsip-prinsip hidup bersama dan bekerja sama. Keberadaan teman sebaya sangat mempengaruhi tingkah laku, minat bahkan sikap dan pikiran remaja. Misalnya pengaruh terhadap cara berpakaian, gaya hidup, merokok dan sebagainya (Mapiere, 2004). Pertentangan nilai dan norma yang sering terjadi antara nilai dan norma kelompok pada sati pihak dengan nilai dan norma keluarga pada lain pihak, seringkali timbul dalam masa remaja. Penyesuaian diri menjadi hal utama yang dihadapi oleh remaja. Remaja berusaha untuk tidak melanggar aturan keluarga, sementara pihak lain juga merasa takut dikucilkan oleh teman-teman sekelompoknya. Hal yang sering terjadi adalah remaja akhirnya mengorbankan aturan yang ada dalam keluarga (Mapiere, 2004). Penyesuaian diri remaja dalam kelompok teman sebaya umumnya terjadi dalam kelompok besar yang heterogen, misalnya berkaitan dengan

13 minat, sikap dan sifat, usia dan jenis kelamin yang berbeda. Penyesuaian diri remaja dalam kelompok besar semacam ini dengan lebih banyak mengabaikan kepentingan pribadi demi kepentingan kelompok. Hal ini dilakukan untuk menghindari rasa keterkucilan dari kelompok (Mapiere, 2004). 2. Fungsi teman sebaya Pada banyak remaja, bagaimana mereka dipandang oleh teman sebaya merupakan aspek yang terpenting dalam kehidupan mereka. Beberapa remaja akan melakukan apapun, agar dapat dimasukkan sebagai anggota. Mereka yang dikucilkan dapat menjadi stres, frustasi dan kesedihan. Salah satu fungsi utama dari kelompok teman sebaya adalah untuk menyediakan berbagai informasi mengenai dunia di luar keluarga. Dari kelompok teman sebaya, remaja menerima umpan balik mengenai kemampuan mereka. Remaja belajar tentang apakah yang mereka lakukan lebih baik, sama baiknya, atau bahkan lebih buruk dari apa yag dilakukan remaja lain (Santrock, 2003). Pengaruh teman sebaya ini dapat berpengaruh posistif dan negatif. Piaget dalam Santrock (2003) menekankan bahwa melalui interaksi teman sebayalah anak-anak dan remaja belajar mengenal pola hubungan yang timbal balik dan setara. Anak-anak menggali prinsip-prinsip kejujuran dan keadilan dengan cara mengatasi ketidaksetujuan dengan teman sebaya. Mereka juga belajar mengamati dengan teliti minat dan pandangan teman sebaya dengan tujuan untuk memudahkan proses penyatuan dirinya ke dalam aktivitas teman sebaya yang sedang berlangsung. Sulivan dalam Santrock (2003) menambahkan alasan bahwa remaja belajar menjadi teman yang memiliki kemampuan dan sensitif terhadap hubungan yang lebih akrab dengan menciptakan persahabatan yang lebih dekat dengan teman sebaya yang dipilih.

14 3. Konformitas teman sebaya Konformitas terhadap tekanan teman sebaya pada remaja dapat menjadi positif dan negatif. Camarena dalam Santrock (2003) menyebutkan bahwa remaja yang terlibat dengan tingkah laku tertentu sebagai akibat dari konformitas yang negatif, menggunakan bahasa yang asal-asalan, mencuri, coret-coret dan sebagainya. Namun banyak konformitas pada remaja yang tidak negatif dan merupakan keinginan untuk terlibat dalam dunia teman sebaya, seperti berpakaian seperti temantemannya dan menghabiskan waktu dengan anggota perkumpulan. Keadaan ini dapat melibatkan aktivitas sosial yang baik, misalnya ketika suatu perkumpulan mengumpulkan uang untuk alasan yang benar. Hampir semua remaja mengikuti tekanan teman sebaya dan ukuran lingkungan sosial, beberapa remaja ada yang mengkonformis atau antikonformis. Nonkonformis muncul ketika individu mengetahui apa yag diharapkan oleh orang-orang di sekitarnya, tapi mereka tidak menggunakan harapan tersebut untuk mengarahkan tingkah laku mereka. Remaja yang non konformis sangat mandiri (Santrock, 2003). Perilaku teman sebaya mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap perilaku remaja. Perkembangan pada remaja dalam proses pendewasaan, pengaruh keluarga telah bergeser menjadi teman sebaya. Hal ini dibuktikan dengan besarnya pengaruh langsung dari teman sebaya negatif terhadap perilaku berisiko, sedangkan pengaruh keluarga berdampak tidak langsung. Teman sebaya sangat besar pengaruhnya bagi kehidupan sosial dan perkembangan diri remaja (Sarwono, 2011). 4. Pengaruh Teman Sebaya Remaja mendefinisikan dirinya tidak hanya dengan menggunakan standar yang ada pada dirinya tapi juga melibatkan pihak di luar dirinya, teman sebaya. Pengaruh teman sebaya pada masa remaja ini merupakan dunia nyata tempat para remaja menguji diri sendiri dan orang lain. Di dalam kelompok sebaya inilah remaja merumuskan dan memperbaiki

15 konsep dirinya untuk dinilai oleh orang lain yang sejajar dengan dirinya dan yang tidak memaksakan sanksi-sanksi dunia dewasa yang justru ingin dihindari. Remaja sangat memperhatikan nilai-nilai yang berlaku pada lingkungan sebayanya, misalnya dalam hal berpakaian, berperilaku, bergaul dan berpikir. Dunia teman sebaya menjadi ajang pembanding dan bereksplorasi untuk mendapatkan informasi mengenai pembentukan identitas dirinya (Desmita. 2009). Hal tersebut berarti bahwa positif dan negatif teman sebaya akan berpengaruh pada pembentukan identitas seorang remaja. Misalnya, remaja yang cenderung bergaul dengan teman-teman sebayanya yang sering mabuk-mabukan dan menggunakan narkoba akan sangat rentan untuk mengikuti gaya hidup mereka. Meskipun belum dinyatakan mutlak bahwa remaja tersebut akan mengikuti gaya hidup teman-temannya namun perlu disadari bahwa masa remaja merupakan ketidakstabilan, baik dalam pemikiran dan pemegangan prinsip hidup. Apalagi dengan rasa keingintahuan (eksplorasi) yang besar dan ingin mendapatkan pengakuan dari teman-teman sebaya. Kelompok teman sebaya diakui dapat mempengaruhi pertimbangan dan keputusan seorang remaja tentang perilakunya (Santrock, 2003). Walaupun remaja telah mencapai tahap perkembangan kognitif yang memadai untuk menentukan tindakannya sendiri, namun penentuan diri remaja dalam berperilaku banyak dipengaruhi oleh tekanan dari kelompok teman sebaya (Conger, 1991). Teman sebaya mampu memberikan nilai positif pada remaja tersebut dengan memberikan informasi-informasi mengenai pembandingan identitas dirinya. Remaja yang pandai menempatkan dirinya pada lingkungan teman sebaya yang baik dapat mengembangkan identitas dirinya kearah yang positif.

16 C. Remaja 1. Pengertian remaja Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata lain adolecere (kata belanda, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istiliah adolescence seperti yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang luas mencakup kematangan mental, emosional, spasial dan fisik (Hurlock dalam Sarwono, 2011). Hurlock dalam (Sarwono, 2011) juga menjelaskan bahwa berdasarkan usia adalah antara 13-18 tahun. Masa ini dibagi menjadi usia 13-16 tahun sebagai masa remaja awal dan usia 16-18 tahun disebut sebagai masa remaja akhir. 2. Perkembangan Remaja Setiap tahap usia manusia pasti ada tugas-tugas perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan remaja meliputi perkembangan fisik, sosial, emosi, moral dan kepribadian (Monks, dkk, 2004). a. Perkembangan fisik remaja Seperti pada semua usia, dalam perubahan fisik juga terdapat perbedaan individual. Perbedaan seks sangat jelas. Meskipun anak laki-laki memulai pertumbuhan pesatnya lebih lambat daripada anak perempuan. Hal ini menyebabkan pada saat matang anak laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Setelah masa puber, kekuatan anak laki-laki melebihi kekuatan anak perempuan. Perbedaan individual juga dipengaruhi oleh usia kematangan. Anak yang matangnya terlambat cenderung mempunyai bahu yang lebih lebar daripada anak yang matang lebih awal. Usia remaja terjadi pengeluaran androgen yang menyebabkan pembentukan rambut pubis yang kemudian disusul dengan keluarnya rambut ketiak. Pada remaja perempuan berangsurangsur ovarium mulai berkembang (Tarwoto, dkk, 2010). Perubahan-perubahan fisik pada remaja yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan

17 tubuh (badan menjadi makin panjang dan tinggi), mulai berfungsi alatalat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh (Sarwono, 2011). b. Perkembangan sosial Salah satu tugas perkembangan remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah (Monks, dkk. 2007). Upaya untuk mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru. Hal yang terpenting dan tersulit adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilainilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial, dan nilai-nilai baru dalam seleksi pemimpin (Monks, dkk. 2004). c. Perkembangan emosi Masa remaja ini biasa juga dinyatakan sebagai periode badai dan tekanan, yaitu suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Meningginya perubahan emosi ini dikarenakan adanya tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru. Pada masa ini remaja tidak lagi mengungkapkan amarahnya dengan cara gerakan amarah yang meledak-ledak, melainkan dengan menggerutu, atau dengan suara keras mengritik orang-orang yang menyebabkan amarah (Irwanto, dkk, 2007). d. Perkembangan moral Pada perkembangan moral ini remaja telah dapat mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok daripadanya kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus

18 dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak Pada tahap ini remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku khusus dimasa kanak-kanak dengan prinsip moral yang berlaku umum dan merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya. Perkembangan moral pada remaja ini sebagai akibat dari adaptasi diri terhadap lingkungan masyarakat tempat tinggalnya. Melalui kehidupan kelompok dalam lingkungannya ini remaja dapat mengekspresikan perasaan, pikiran, memainkan peran dan mendapat pengakuan keberadaannya (Suliswati, dkk, 2005). e. Perkembangan kepribadian Pada masa remaja, anak laki-laki dan anak perempuan sudah menyadari sifat-sifat yang baik dan yang buruk, dan mereka menilai sifat-sifat ini sesuai dengan sifat teman-teman mereka. Mereka juga sadar akan peran kepribadian dalam hubungan-hubungan sosial dan oleh karenanya terdorong untuk memperbaiki kepribadian mereka. Banyak remaja menggunakan standar kelompok sebagai dasar konsep mereka mengenai kepribadian ideal. Tidak banyak yang merasa dapat mencapai gambaran yang ideal ini dan mereka yang tidak berhasil ingin mengubah kepribadian mereka (Monks, dkk. 2004).

19 D. Kerangka teori Faktor-faktor yang mempengaruhi Orang tua Kepribadian Iklan Perilaku merokok Teman sebaya 1. Perokok ringan 2. Perokok sedang 3. Perokok berat Gambar 2.1 Kerangka teori Sumber : Tarwoto, dkk (2010) E. Kerangka konsep Variabel bebas Teman sebaya Variabel terikat Perilaku merokok Gambar 2.2 Kerangka konsep F. Variabel penelitian 1. Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah teman sebaya 2. Variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah perilaku merokok. G. Hipotesis penelitian Hipotesis penelitian ini adalah ada pengaruh teman sebaya dengan perilaku merokok pada remaja di SMK 10 Nopember Semarang